HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT MUJI RAHAYU SURABAYA

  

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA

DI RUMAH SAKIT MUJI RAHAYU SURABAYA

Yulia Ningsih, Bakri Priyo, Suratmi

  

ABSTRAK

…………......……….…… …… . .…. …… … ......………. …… …… . .….

  Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berada pada posisi ujung tombak pelayanan kesehatan dan mempunyai kesempatan paling banyak kontak langsung dengan pasien. Upaya meningkatkan kualitas kerja dipengaruhi motivasi, dan motivasi kerja mempengaruhi kinerja perawat penurunan kinerja perawat akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan masing-masing variable dan mengidentifikasi motivasi kerja dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya.

  Disain penelitian yang digunakan cross sectional, sampel yang diambil sebanyak 20 responden, pemilihan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Data penelitian ini diambil dengan kuesioner untuk mengetahui motivasi dan observasi untuk mengetahui kinerja perawat. Setelah dianalisis dengan menggunakan uji Spearman. Hasil penelitian menunjukan sebagian responden mempunyai motivasi cukup (50%) dan kinerja baik (65%). Kemudian dari hasil statistik didapatkan hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat dengan nilai signifikan p = 0,001 yang berarti H 1 diterima, artinya ada hubungan antara motivasi perawat dengan kinerja perawat. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubangan motivasi dengan kinerja perawat, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan pertimbangan atau rekomendasi bagi pengambilan kebijakan agar didapatkan iklim kinerja yang tinggi.

  Kata kunci : Motivasi kerja, Kinerja perawat PENDAHULUAN

  sebagai tempat penelitian berdasarkan surat . …… . … … . keputusan. Menjelang era pasar bebas atau

  Tenaga perawat yang merupakan dikenal AFTA (Asean Free TradeThe caring profession” mempunyai

  Assosiation ) diperlukan kesiapan dari semua

  kedudukan penting dalam menghasilkan sektor, termasuk sektor kesehatan khususnya kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, rumah sakit. Berbagai upaya telah dilakukan karena pelayanan yang diberikannya untuk meningkatkan kualitas pelayanan berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial- rumah sakit, diantaranya adalah akreditasi spiritual merupakan pelayanan yang unik rumah sakit yang ada saat ini mulai dituntut dilaksanakan selama 24 jam dan oleh masyarakat pengguna jasa pelayanan berkesinambungan merupakan kelebihan rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, tersendiri dibanding pelayanan lainnya

  2004). Rumah sakit merupakan salah satu Perawat merupakan sumber daya manusia mata rantai didalam pemberian pelayanan terpenting di rumah sakit karena selain kesehatan serta suatu organisasi dengan jumlahnya yang dominan (55 - 65%). Oleh sistem terbuka dan selalu berinteraksi dengan karena itu pelayanan keperawatan sebagai lingkungannya untuk mencapai suatu bagian integral dari pelayanan kesehatan jelas keseimbangan yang dinamis mempunyai mempunyai kontribusi yang sangat fungsi utama melayani masyarakat yang menentukan kualitas pelayanan di rumah membutuhkan pelayanan kesehatan serta

  SURYA Vol.01, No.VIII, Aprl 2011

  SURYA Vol.01, No.VIII, Aprl 2011

  sakit. Sehingga setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan kinerja keperawatan (Departemen Kesehatan RI, 2001).

  Perawat merupakan tenaga profesional yang perannya tidak dapat dikesampingkan dari semua bentuk pelayanan rumah sakit. Perawat salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan terus-menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit (Tjandra, 2004).

  Mutu pelayanan di rumah sakit sangat ditentukan oleh pelayanan keperawatan atau asuhan keperawatan (Depkes. RI, 2005). Perawat sebagai pemberi jasa keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan di rumah sakit, tanggung jawab yang demikian berat belum ditunjang dengan sumber daya manusia yang memadai, sehingga kinerja perawat sering menjadi sorotan baik oleh profesi lain maupun pasien atau keluarganya.

  Kualitas kehidupan kerja sangat dipengaruhi motivasi, dan motivasi mempengaruhi kinerja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Direktor Keperawatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan World Health Organization tahun 2000 di Kalimatan Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Jawa Barat dan DKI jakarta menemukan bahwa 70% perawat tidak memiliki uraian tugas-tugas kebersihan, 47,4% perawat tidak memiliki uraian tugas dan dikembangkan monitoring dan evaluasi kinerja perawat mengenai ketrampilan, sikap, kedisiplinan dan motivasi kerja (Riyadi, 2007).

  Hasil penelitian Rumah Sakit terpencil di 10 Propinsi, 20 Kabupaten, oleh Depkes. RI dan Universitas Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa (1) 69% tidak mempunyai sistem penghargaan (2) 78,8% melaksanakan tugas petugas kebersihan (3)

  63,6% melakukan tugas administrasi (4) lebih dari 90% perawat melakukan tugas non keperawatan (menetapkan diagnosis penyakit, membuat resep obat, melakukan tindakan pengobatan), sementara hanya sekitar 50% melakukan asuhan keperawatan yang sesuai dengan peran dan fungsinya dan Penelitian tentang waktu kerja produktif personil Rumah Sakit di Indonesia ditemukan bahwa kerja produktif personil adalah 53,2% dan sisanya 46,8% digunakan untuk kegiatan non produktif, hanya 13,3% waktu digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan, sedangkan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang pelayanan kesehatan (Joeh, 2007).

  Berdasarkan laporan Komite Keperawatan Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya hasil kinerja perawat ditahun 2009 selama periode 5 bulan terakhir (Januari- Mei) 50%.

  Kinerja perawat hingga kini masih kurang baik, sehingga perawat tersebut menunjukan sikap yang negatif terhadap standar kerja, dan bersikap pasif terhadap prinsip-prinsip yang diyakini, serta melakukan usaha-usaha yang minimal dalam mempertahankan kualitas kerjanya. Perilaku kerja yang diperlihatkan perawat antara lain datang dan pulang sebelum waktunya, meninggalkan ruangan saat jam kerja, kurang inisiatif melakukan pendekatan kepada pasien, pendokumentasian asuhan keperawatan yang kurang optimal dan kurang dapat kerjasama antar teman sejawat. Permasalahan inilah yang mondorong penulis tetarik untuk meneliti tentang hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat pelakasana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya.

  Kinerja seseorang sangat dipengaruhi oleh motivasi dan kemampuan dasar atau keterampilan yang dimiliki (Aries, 2009), mengemukakan bahwa penurunan kinerja dipengaruhi oleh kejenuhan kerja. Kejenuhan kerja dapat disebabkan oleh kegiatan yang kurang menarik, menoton atau terulang-ulang dan situasi lingkungan kerja yang kurang kondusif. Nursalam (2002), menyatakan bahwa faktor internal yang menghambat perkembangan peran perawat secara

  SURYA Vol.01, No.VIII, Aprl 2011

  profesional antara lain: rendahnya rasa percaya diri perawat, kurangnya pemahaman dan sikap untuk melaksanakan riset keperawatan, rendahnya standar gaji dan sangat minimnya perawat yang menduduki pimpinan di institusi kesehatan. Di samping itu faktor pendidikan, peralatan keperawatan dan lingkungan keperawatan sangat mempengaruhi keberhasilan asuhan keperawatan yang dapat menunjang kinerja perawat, kondisi dan situasi lingkungan kerja sangat dipengaruhi oleh model kepemimpinan kepala ruangan.

  Peningkatan kinerja disuatu Rumah Sakit merupakan gambaran dari keseriusan berbagai pihak termasuk perawat dalam menjalankan proses keperawatan kepada pasien secara optimal, Penurunan kinerja perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama adalah faktor motivasi kerja dari perawat itu sendiri (Mangkunegara, 2000). Menurut Frederick Herzbreng dalam kondisi tersebut dapat dipengaruhi atas dua faktor antara lain faktor diri sendiri (internal) meliputi dapat menikmati pekerjaan, mempunyai keingginan untuk maju, kepuasan dalam bekerja, mendapat penghargaan dan pekerjaan yang menantang, usia, keragaman ras, jenis kelamin, pendidikan, sikap, pengalaman kerja/masa kerja, kepuasan dalam bekerja, keinginan berprestasi, kemampuan dan ketrampilan, presepsi, pembelajaran dan kepribadian individu, pengetahuan. Sedangkan faktor lingkungan (eksternal), meliputi kebijakan, kondisi kerja, hubungan antara pribadi, status, jaminann kerja, kehidupan kerja sehari- hari, kepemimpinan, job description , struktur organisasi, norma aturan, sanksi atau hukum, stress, gaji, Kebijakan Rumah sakit, dana, Prasarana, Beban kerja dan Kebudayaan.

  Untuk mencapai mutu kinerja dan pelayanan kesehatan, maka upaya dalam meningkatkan motivasi kerja yaitu dengan cara pemberian penghargaan bagi yang mempunyai kemampuan yang lebih, menciptakan lingkungan yang kondusif, menjalin hubungan baik dengan teman sejawat, memberikan jaminan kerja, menjalin hubungan baik antara atasan dengan bawahan, mengikutsertakan dalam seminar dan pelatihan. Asuhan keperawatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan profesional yang diberikan kepada pasien sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, bahkan sebagai faktor penentu mutu pelayanan rumah sakit. Penurunan kinerja perawat sangat mempengaruhi citra pelayanan suatu rumah sakit di masyarakat. Pelayanan keperawatan yang buruk menimbulkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan rumah sakit. Di samping itu, kinerja perawat yang rendah juga merupakan hambatan terhadap perkembangan keperawatan menuju perawat yang professional. Perawat yang profesional mestinya mampu menunjukkan kemampuan intelektual dan teknikal yang memadai. Meningkatkan kinerja perawat yang selanjutnya dapat meningkatkan mutu keperawatan, dibutuhkan berbagai upaya. Peningkatan pengetahuan melalui pendidikan keperawatan berkelanjutan dan peningkatan keterampilan keperawatan sangat mutlak diperlukan. Penataan lingkungan kerja yang kondusif perlu diciptakan agar perawat dapat bekerja secara efektif dan efisien, menciptakan suasana kerja yang dapat mendorong perawat untuk melakukan yang terbaik, diperlukan seorang pemimpin. Pemimpin tersebut harus mempunyai kemampuan untuk memahami bahwa seseorang memiliki motivasi yang berbeda- beda. Batasan penelitian ini meliputi sampel yang digunakan haya terbatas pada perawat di ruang rawat inap dan UGD, sehingga hasilnya kurang renprensentatif untuk merealisasikan seluruh perawat Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya, mengingat keterbatasan waktu dan dana sehingga penelitian hanya meliputi hubungan dua variabel dan pengalaman penelitian sangatlah karena belum pernah melakukan penelitian sebelumnya.

METODE PENELITIAN

  .… … .… Penelitian ini menggunakan desain

  Korelasi dengan pendekatan cross Sectional

  dimana peneliti melakukan pengukuran atau observasi data variabel bebas (Motivasi kerja) dalam penelitian dan variabel terikat (Kinerja Perawat) observasi dalam waktu yang bersamaan., Populasi pada penelitian ini 20

  5%

  perawat dan Sampel 20 perawat sedangkan

  15%

  sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Total Sampling

HASIL PENELITIAN

  … .

1. Data Umum

  80% 1) Distribusi responden berdasarkan 20-25 thn 26-30 thn > 30 thn jenis kelamin Gambar 3 Distribusi responden berdasarkan umur. 30%

  Berdasarkan gambar 3 menunjukkan dari 20 responden bahwa sebagian besar responden berumur 20-25 tahun 16 orang (80%), dan sebagian kecil responden berumur 26-30 tahun 3 Orang (15%).

  70%

  4. Distribusi Responden berdasarkan Laki-Laki Perempuan

  Status Perkawinan Gambar

1 Distribusi responden

  0% berdasarkan jenis kelamin.

  Berdasarkan gambar 1 menunjukkan dari 20 responden bahwa sebagian besar 50% 50% responden berjenis kelamin perempuan 14 orang (70%), dan sebagian kecil responden berjenis kelamin laki-laki 6 orang (30%).

  Belum Menikah Menikah janda/Duda 2) Distribusi Responden berdasarkan pendidikan Gambar

  4 Distribusi responden 15% 0% berdasarkan status perkawinan.

  Berdasarkan gambar 4 menunjukkan 85% dari 20 responden bahwa sebagian besar responden status perkawinan belum menikah

  S1 Kep D III Kep SPK

  10 orang (50%), dan menikah 10 orang (50%)

  Gambar

2 Distribusi responden

  5. Distribusi responden berdasarkan berdasarkan pendidikan. Lama berkerja

  Berdasarkan gambar 2 menunjukkan 0% 10% dari 20 responden bahwa sebagian besar responden berpendidikan D III Kep 17 orang (85%), dan sebagian kecil responden berpendidkan SPK 3 Orang (15%).

3) Distribusi Responen berdasarkan

  1-5 Tahun 6-10 Tahun > 10 Tahun 90% umur SURYA

  Vol.01, No.VIII, Aprl 2011

  Gambar

  5 Distribusi responden 3) Hubungan antara Motivasi kerja berdasarkan masa kerja. dengan kinerja perawat Pelaksana

  Tabel 1 : Tabulasi hubungan antara Berdasarkan gambar 5 menunjukkan motivasi kerja dengan kinerja dari 20 responden bahwa sebagian besar perawat pelaksana. responden yang lama berkerja 1-5 tahun 18 orang (90%), dan bahwa sebagian kecil

  Berdasarkan hasil statistik dengan responden yang lama berkerja > 10 tahun 2 menggunakan uji “spearman rho“ didapatkan orang (10%) nilai r s = 0,668 dan nilai p = 0,001 signifikan yang berarti H 1 diterima, artinya ada

2. Data Khusus

  hubungan antara motivasi perawat dengan 1) Motivasi kerja kinerja perawat di Rumah Sakit Muji Rahayu

  Surabaya.

  5% PEMBAHASAN 45%

  .… .…

  1. Motivasi Kerja Perawat di Rumah 50% Sakit Muji Rahayu Surabaya.

  Berdasarkan hasil penelitian

  Baik Cukup Kurang menunjukkan bahwa kecenderungan perawat

  menyatakan motivasi kerja yang diperoleh

  Gambar 6 Distribusi responden motivasi berada pada kategori cukup (50%). kerja.

  Stoner dan Freeman (1995) dalam Nursalam (2002), motivasi adalah

  Berdasarkan gambar diatas dapat karakteristik psikologis manusia yang diketahui dari 20 responden sebagian besar memberi kontribusi pada tingkat komitmen mempunyai motivasi baik 7 orang (45%), dan seseorang. Suatu pekerjaan seorang pegawai cukup 10 orang (50%). dipengaruhi oleh dua faktor antara lain faktor internal meliputi pekerjaan, keinginan maju,

  2) Kinerja perawat pelaksana kepuasan dalam bekerja, penghargaan dan pekerjaan yang menantang. Sedangkan faktor

  0%

  eksternal meliputi kebijakan, kondisi kerja, hubungan antar pribadi, gaji, status, jaminan

  35% kerja, kehidupan.

  Berdasarkan hasil diatas menunjukan sebagian besar perawat bekerja motivasi cukup, yang memberi interpretasi bahwa

  65%

  tugas dan tanggung jawab keprofesian perawat dapat dikatakan kurang pula

  Baik Cukup Kurang mengingat motivasi merupakan upaya

  peningkatan semangat kerja dari tenaga kerja termasuk perawat di rumah sakit. Motivasi

  Gambar

7 Distribusi responden

  kerja bagi tenaga perawat merupakan aspek

  berdasarkan kinerja

  yang dapat mempengaruhi kemampuan, perawat. kualitas kerja yang akan dilaksanakan dan

  Berdasarkan gambar diatas dapat diterima oleh pasien di rumah sakit dimana diketahui dari 20 responden perawat sebagian hal ini berhubungan dengan kinerja yang besar mempunyai kinerja baik 13 orang (65%), dimiliki tenaga perawat. Perawat dengan dan sebagian kesil mempuyai kinerja kurang 7 motivasi kerja cukup sebagian besar orang (35%). terdistribusi pada kinerja baik, yang memberi interpretasi bahwa meskipun angka

  SURYA Vol.01, No.VIII, Aprl 2011

  SURYA Vol.01, No.VIII, Aprl 2011

  pencapaiannya rendah namun dapat diasumsikan bahwa masih terdapat perawat yang tidak terlalu mengharapkan adanya imbalan sebagai bentuk motivasi dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab keprofesiannya.

  Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat responden yang menyatakan motivasi tersebut berada pada kategori kurang (15%). Meskipun angka ini relatif kecil namun memberi interpretasi tentang masih terdapatnya kerancuan dalam hal pelaksanaan kerja tenaga perawat di rumah sakit. Hal ini biasanya berhubungan dengan aspek kepentingan yang tentunya kurang menjadi tanggapan dalam hal penyusunan tenaga perawat, berdasarkan jenis dan tanggung jawab kerja yang akan dilaksanakan dalam suatu aktivitas perencanaan kerja rumah sakit.

  Sedangkan perawat yang menyatakan telah memperoleh motivasi kerja pada kategori baik sebagian besar terdistribusi pada kinerja baik (25%). Dimana angka pencapain ini dapat dikatakan relatif tinggi, sehingga memberi interpretasi bahwa pemberian motivasi dapat meningkatkan kualitas kerja yang dilaksanakan perawat dalam rangka penyelenggaraan asuhan keperawatan dengan hasil yang maksimal dan memuaskan kebutuhan pasien dan keluarganya.

  Interpretasi lain yang dapat ditarik berdasarkan peningkatan kinerja dengan motivasi cukup adalah bahwa terdapat perawat yang telah lama mengharapkan adanya motivator yang dapat memenuhi kebutuhannya sehingga memberi semangat dalam melaksanakan aktivitas kerja di rumah sakit.

  Perawat bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan berkembang, kebutuhan mendapat penghargaan, kebutuhan mendapat perlindungan dalam pekerjaan, kebutuhan mendapat pengakuaan dan kebutuhan hubungan sosial. Semua kebutuhan dapat terpenuhi bila kebutuhan dasar terpenuhi lebih dahulu akan meningkat kekebutuhan yang lebih tinggi dan seterunya. Hal ini disebabkan untuk memenuhi kebubutuhan yang sifat tidak bisa ditunda lagi seperti makan, minum dan kebutuhan berkembang sementara kebutuhan lainya masih bisa ditunda, dalam proses tingkat kebutuhan diatas dapat dicapai setiap manusia secara bertahap, suatu tingkatan kebutuhan memerlukan pemuasan yang optimal apabila ingin berpindah ketingkat selanjutnya, meningkatkan suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Maka dapat dipastikan bahwa keadaan ini terjadi akibat dari tingkat kesibukan responden untuk memenuhi kebutuhan hidupnya setiap hari seperti yang diuraikan diatas termasuk faktor- faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu. Motivasi diperlukan untuk mengerakkan seseorang agar timbul keiginan dan kemampuannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Motivasi kerja perawat yang baik akan sangat mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sehingga dapat memberikan kepuasan baik bagi pasien maupun perawat itu sendiri.

  2. Kinerja Perawat di Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memiliki kinerja pada kategori baik (65%) yang memberikan gambaran tentang kemampuan tenaga perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal kepada pasien dan keluarganya.

  Menurut Yaslis Ilyas (2002), Kinerja adalah penampilan hasil kerja pegawai baik secara kualitas maupun kuantitas, kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks sejumlah individu dalam organisasi, pada dasarnya kinerja menekankan apa yang dihasilkan dari fungsi- fungsi suatu pekerja atau apa yang keluar. Kinerja mengandung komponen kopetensi dan produktivitas hasil, maka kinerja sangat tergantung pada tingkat kemampuan individu dalam pencapainnya

  SURYA Vol.01, No.VIII, Aprl 2011

  Berdasarkan hasil diatas sebagian besar perawat kinerja pada kategori baik. Pada penelitian ini dikategorikan dari kemampuan yang dimiliki oleh tenaga perawat dalam melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pasien yang ditinjau dari aspek pengetahuan perawat atas pelaksanaan asuhan keperawatan, melaksanakan dan mengikuti pelatihan terutama pelatihan bidang keperawatan, memiliki semangat kerja yang tinggi karena adanya motivasi kerja baik dari dalam diri sendiri tenaga perawat maupun dari luar dalam konteks Rumah Sakit dan adanya motivasi kerja yang dapat dilaksanakan oleh perawat seperti pemberian tugas tambahan namun perawat masih memiliki kemampuan yang maksimal untuk tetap melaksanakan tugas tambahan tersebut.

  Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat responden dengan tenaga perawat pada kategori cukup (35%). Angka ini dapat dikatakan kecil namun dapat menjadi penghambat terhadap penciptaan pelayanan keperawatan di rumah sakit yang syarat akan kualitas dan kepuasan pasien dan keluarganya.

  Berdasarkan hasil diatas sebagian kecil perawat kinerja kurang, juga dapat disebabkan karena adanya unsur dari luar diri tenaga perawat yang mempengaruhi psikologis sehingga menurunkan semangat kerja dalam rangka pemenuhan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Aspek yang berasal dari luar ini mencakup hubungan interpersonal dengan teman sejawat di tempat kerja, adanya konflik internal keorganisasiaan rumah sakit, kurangnya aspek motorik dari rumah sakit dalam rangka pemberian motivasi kepada tenaga perawat sehingga dapat melaksanakan tindakan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas dan menjawab tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan.

  Dari hasil penelitian sebagian besar perawat di Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya mempunyai kinerja yang baik dalam hal asuhan keperawatan. Hal tersebut disebabkan sebagian besar perawat di Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya mempunyai pengalaman, pendidikan DIII dan kebijakan kebijakan Rumah Sakit yang mendukung. Tingkat pencapaian kinerja seseorang dari sasaran yag harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dala kurun waktu tertentu, seseorang yang memiliki keinginan berkerja sebagai suatu kebutuhan dapat mendorong mencapai kinerja yang optimal bila pola kerja yang kurang sesuai dengan porsi dan komposisi diakui merupakan masalah berat. Kebijakan dapat diidentifikasi suatu tindakan yang diambil oleh manejemen untuk mempengaruhi sikap atau sasaran para tenaga kerja, dengan kata lain kebijakan adalah usaha untuk membuat tenaga kerja termotivasi.

  3. Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kinerja Perawat

  Dari hasil penelitian menujukkan motivasi mempunyai nilai p = 0,001 dan r s = 0,668 selain itu sebagian besar motivasi cukup dengan kinerja baik 50%

  Kinerja adalah pekerjaan yang merupakan gabungan dari karakteristik pribadi dan pengorganisasian seseorang (Kurb, 1986 dalam As’ad, 2003). Sementara As’ad (2003) mendefinisikan kinerja sebagai keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

  Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa perawat di Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya mempunyai motivasi yang cukup. Motivasi yang baik akan menimbulkan semangat kerja, semangat kerja yang baik maka akan kerja yang baik otomatis kinerjanya akan meningkat. Bila dikaitkan dengan teori Herzberg hal ini disebabkan karena seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh faktor eksternal diantaranya kebijakan dan peraturan-peraturan. Sehingga dengan peraturan-peraturan tersebut seorang pegawai terpaksa dalam melaksanakan pekerjaanya.

  Perawat yang mempuyai motivasi kurang dengan kinerja baik kemungkinan disebabkan karena sala satu dari faktor eksternal seperti peraturan dan kebijakan yang dibuat Rumah Sakit. Karena tingkat untuk pencapaian hasil kerja yang baik dengan kurun waktu tertentu dengan kebutuhan dasar tidak dapat ditunda. Maka seseorang akan meningkatkan kinerja dengan motivasi yang cukup pula sehingga adanya dorongan dan kekuatan yang lebih memaksimalkan hasil kerja mengarah kepada pencapaian kebutuhan, yang dicapai rumah sakit. memberikan kepuasan ataupun mengurangi (3) Pemberian kebijakan dan peraturan ketidakseimbangan, sehingga timbul motivasi kepada perawat harus disesuaikan yang tumbuh untuk mencapai tujuan dengan kemampuan dan kapabilitas pemenuhan kebutuhan. dari masing-masing tenaga perawat sehingga dapat melaksanakan

KESIMPULAN DAN SARAN

  aktivitas kerja dengan hasil yang . … maksimal.

  1. Kesimpulan

  2) Bidang keperawatan 1) Sebagian besar perawat memiliki

  (1) Perlu di tingkatkan motivasi motivasi cukup 50% dan sebagian pemenuhan kebutuhan dasar perawat, kecil motivasi kurang 15% dalam untuk berkembang, pengakuan, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, kebutuhan untuk kebutuhan untuk berkembang, berkembang, mendapat pengakuan, mendapatkan penghargaan, mendapat perlindungan, melakukan mendapatkan perlindungan, hubungan social dan mendapatkan mendapatkan pengakuan dan penghargaan serta meningkatkan hubungan sosial. kualitas kerja perawat. 2) Sebagian besar perawat

  (2) Perlu dipertahankan kinerja perawat mempunyai kinerja yang baik 65% dalam pendokumentasian asuhan dan sebagian kecil memiliki keperawatan, kedisiplinan perawat, kinerja cukup 35% dalam hal meningkatkan pengawasan perawat melakukan pendokumentasian dalam melakukan pekerjaanya setiap asuhan keperawatan, cara pikir, hari. prilaku bekerja dan perilaku sosial

  3) Untuk Peneliti yang lain dalam pemberian pelayanan Diharapkan bagi pene;itian yang lain kesehatan. dapat melanjutkan penelitian dengan

  3) Ada Hubungan motivasi kerja memperbanyak sampel dan dengan kinerja perawat pelaksana. memperluas penelitian tidak hanya pada motivasi dan kinerja..

  2. Saran

  1) Bagi instansi yang terkait

  DAFTAR PUSTAKA . . . . . .

  (1) Dalam rangka penciptaan kualitas kerja yang maksimal sebagai wujud Agustinus, G. A. 2008. Hubungan Tingkat penyelenggaraan pelayanan Kecerdasan Emosional dan kesehatan yang berkualitas ditinjau Adversity Quotient Dengan Kinerja dari aspek pelaksanaan asuhan Perawat Unit Gawat Darurat keperawatan di rumah sakit maka RSUSD Gambiran Kediri. PSIK FK pengembangan pengetahuan pada UNAIR: Surabaya . Tidak perawat harus dilaksanakan melalui dipublikasikan pengembangan pendidikan dan atau penyelenggaraan pelatihan didunia

  Aries, eko. 2009. Motivasi-kerja perawat. kerja. www.psb_psma.org/blog. diakses

  (2) Pihak manajerial rumah sakit harus tanggal 10/2/2009. Jam 13.00 WIB tetap memperhatikan perawat dengan motivasi kurang namun masih

  Arikunto. Suharsimi. 2005. Manajemen memiliki kesadaran untuk tetap

  Penelitian . Jakarta : Rineka Cipta.

  melaksanakan aktivitas kerja dengan maksimal dengan memberikan

  SURYA Vol.01, No.VIII, Aprl 2011

  SURYA Vol.01, No.VIII, Aprl 2011

  Jakarta: Salemba. Notoadmojo, S. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

  Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan,

  Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba

  Medika. Nursalam, 2007. Manajemen Keperawatan,

  Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional. Edisi 2. Jakarta :

  Salemba Medika. Nursalam, 2008.Konsep dan penerapan

  metodelogi penelitian ilmu keperawatan, pedoman skripsi, tesis dan istrumen penelitian keperawatan.

  Rachmawati, 2007. Pengaruh Kinerja Perawat. www.pengaruh-

  Bandung : PT. Remaja Rasdakarya. Ngalim Purwanto. 2000. Psikologi

  kepemimpinan-kemampuan- dan_files. diakses tanggal 8/10/2009.

  Jam 6.30 WIB Riyadi, sujono. 2007. Motivasi kerja dan karakteristik individu perawat di

  RSD Dr. H. Moh Anwar Sumenep Madura. www. Irc.kmpk.ugm.ac.id. diakses tanggal 1/08/2009. jam 22.00 WIB

  Sunaryo, 2002, Psikologi Untuk Keperawatan , Jakarta: EGC. Swarburg, R

  C. 2000. Pengaturan

  Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis ,

  Jakarta: EGC. Syaifoel Hardy, 2006, Batas Kewenangan Independent Nurs Practitioner. www.

  Pendidikan. Jakarta : Diknakes.

  Mangkunegara. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan .

  As’ad, M. 2003. Psikologi Industri: Seri

  Elim Rantepao, 2008. Hubungan Karakteristik Individu dan Organisasi Dengan Kinerja Asuhan Keperawatan Perawat Menurut Persepsi Perawat di Rumah Sakit.

  Sumber Daya Manusia . Yogjakarta : Liberty.

  Depkes. RI. 2001. Konsep dan Mutu

  Manajemen Rumah Sakit , Jakarta: Depkes RI.

  Depkes. RI. 2004. Rancangan pedoman

  pengembangan sistem jenjang karir profesional perawat. Jakarta :

  Direktorat Keperawatan dan keteknisian Medik Dirjen Yan Med Depkes RI. Depkes. RI. 2005. Keputusan Menteri

  Kesehatan RI nomor : 836/MENKES/SK/VI/2005 tentang Pedoman pengembangan manajemen kinerja perawat dan bidan. Jakarta : Depkes RI.

  www.MARS PPs Unhas Weblog_files .

  Joeh. 2007. Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit, Pusat Data dan Informasi PERSI. www.persi.co.id. diakses tanggal 2/10/2009, Jam 120WIB

  diakses tanggal 10/2/2009. Jam14.02 WIB

  Handoko, T. Hani 2001. Manajemen

  Personalia dan Sumber Daya Manusia . Yogjakarta : BPFE .

  Hidayat, Aziz. 2007. Riset Keperawatan dan

  Teknik Penelitian Ilmiah . Jakarta : Salemba Medika.

  Ishak A & Hendri T. 2003. Manajemen

  Motivasi. Grasindo. Jakarta

  inna-ppni. or.id/index/php/images/blocks/cpg: diakses tanggal 15/06/2009. jam

  06.00 WIB Yaslis Ilyas. 2002. Kinerja. Teori, Penilaian

  dan Penelitian . Jakarta: Pusat Kajian

  Sunariyo, 2002, Psikologi Untuk Ekonomi Kesehatan FKM Keperawatan , Jakarta: EGC. Universitas Indonesia . Tjandra Yoga Aditama, 2004 Mebangun ________(2004), Buku Panduan Penyusunan

  Kinerja Melalui Motivasi Kerja Proposal dan Skripsi Program Studi Ilmu Karyawan. www.MEMBANGUN Keperawatan, Stikes Muhammadiyah,

  KINERJA STAFF_files diakses Lamongan

  tanggal 2/10/2009, Jam 120WIB

  SURYA Vol.01, No.VIII, Aprl 2011