MEMAHAMI SISTEM PEMERINTAHAN DESA .docx

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Memahami Pemerintahan Desa dan Kelurahan "
Maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat dalam memenuhi tugas sturktural dan penentuan nilai akhir semester dua mata
kuliah pengantar ilmu pemerintahan
Dalam penyusunan makalah ini, banyak pihak yang sangat membantu penulis
dalam berbagai hal. Oleh karena itu, penulis sampaikan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1.

Bapak Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si selaku dosen

2.

Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Jatinangor, Mei 2017

Penulis


1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem.............................................................................................................3
2.2 Pemerintah Dan Pemerintahan.......................................................................6
2.3 Sistem Pemerintahan......................................................................................8
2.4 Desa ...............................................................................................................10
2.5 Peraturan Di Desa .........................................................................................34
2.6 Kelurahan ......................................................................................................40
2.7 Lembaga Kemasyarakatan ............................................................................49

2.8 Perbedaan Desa dan Kelurahan......................................................................55
BAB III
PENUTUP
3.1 Penutup...........................................................................................................57
3.2 Saran...............................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA

60

2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Desa dan Kelurahan adalah satuan pemerintahan terendah dengan status
berbeda . Desa adalah satuan pemerintahan yang diberi hak otonomi adat sehingga
merupakan badan hukum sedangkan kelurahan adalah satuan pemerintahan
administrasi yang hanya merupakan kepanjangan tangan dari pemerintahan

kabupaten/kota. Kelurahan bukan badan hukum melainkan hanya sebagai tempat
beroperasinya pelayanan pemerintahan dari pemerintah kabupaten/kota di wilayah
kelurahan setempat. Sedangkan Desa adalah wilayah dengan batas-batas tertentu
sebagai kesatuan masyarakat hukum (adat) yang berhak mengatur dan mengurus
urusan masyarakat setempat berdasarkan asal usul. Kedudukan Desa sangat penting
baik sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan nasional ataupun sebagai
lembaga yang memperkuat struktur pemerintahan Negara Indonesia. Sebagai alat
untuk mencapai tujuan pembagunan nasional, Desa merupakan agen pemerintah
terdepan yang dapat menjangkau kelompok sasaran riil yang hendak disejahterakan;
sedangkan sebagai lembaga pemerintahan, Desa merupakan lembaga yang dapat
memperkuat lembaga pemrintahan nasional.
Maka

dalam

penyelenggaraan

pembangunan

desa


diperlukan

pengorganisasian yang mampu menggerakkan masyarakat untuk mampu berpatisipasi
dalam

melaksanakan

pembangunan

desa

serta

melaksanakan

administrasi

pembangunan desa. Dengan demikian diharapkan pembangunan dan pelaksanaan
administrasi desa akan berjalan lebih rasional, tidak hanya didasarkan pada tuntutan

emosional yang sukar dipertanggungjawabkan kebenarannya.

1

1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian desa dan bagaimanakah pemerintahannya ?
2. Apakah pengertian kelurahan dan bagaimanakah pemerintahannya?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan pemerintahan desa.
2. Untuk mengetahui pengertian dan pemerintahan kelurahan.

BAB II
PEMBAHASAN
2

2.1 Sistem
Pengertian sistem menurut Wikipedia indonesia adalah sistem berasal dari
bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang
terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran

informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan
suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa
dibuat.
2.1.1

Menurut beberapa ahli pengertian sistem adalah sebagai berikut :

1.

Ludwig Von Bartalanfy
Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatuantar
relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.

2.

Anatol Raporot
Sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama
lain.

3. L. Ackof

Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yangterdiri dari
bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.

4. L. James Havery
Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu
rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan
maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu
tujuan yang telah ditentukan.

3

5. John Mc Manama
Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari
fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan
organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan
efesien.
6. C.W. Churchman.
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan
untuk melaksanakan seperangkat tujuan.
7. J.C. Hinggins

Menurutnya

sistem

adalah

seperangkat

bagian-bagian

yang

saling

berhubungan.
8. Edgar F Huse dan James L. Bowdict
Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling
berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling
pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.


2.1.2

Prinsip sistem selalu terdiri atas empat elemen:

1. Objek, yang dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia dapat benda
fisik, abstrak, ataupun keduanya sekaligus; tergantung kepada sifat sistem
tersebut.
2. Atribut, yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan
objeknya.
3. Hubungan internal, di antara objek-objek di dalamnya.
4. Lingkungan, tempat di mana sistem berada

4

2.1.3
1.
2.
3.
4.


Syarat-syarat sistem :
Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan masalah.
Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.
Adanya hubungan diantara elemen sistem.
Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material) lebih penting

dari pada elemen sistem.
5. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen.

2.1.4

Komponen Sistem
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang

artinya saling bekerjasama membentuk suatu kesatuan. Komponen-komponen sistem
atau elemen-elemen sistem dapat berupa subsistem atau bagian-bagian dari sistem.
Setiap sistem tidak perduli betapapun kecilnya, selalu mengandung komponenkomponen atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari
subsistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem
secara keseluruhan.
Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar disebut dengan

supra sistem, misalnya suatu perusahaan dapat disebut sebagai suatu sistem sedang
industri yang merupakan sistem yang lebih besar dapat disebut dengan supra sistem.
Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka perusahaan dapat disebut
sebagai subsistem. Demikian juga bila perusahaan dipandang sebagai suatu sistem,
maka sistem akuntansi adalah subsistemnya. Kalau sistem akuntansi dipandang
sebagai suatu sistem, maka perusahaan adalah supra sistem dan industri adalah supra
dari supra sistem.
2.2 Pemerintah Dan Pemerintahan
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat
kebijakan dalam bentuk penerapan hukum dan undang-undang di kawasan tertentu
yang merupakan Kawasan yang berada di bawah kekuasaan mereka. Pemerintah

5

dalam arti luas didefinisikan sebagai suatu bentuk organisasi yang bekerja dengan
tugas menjalankan suatu sistem pemerintahan. Pemerintah dalam arti sempit
pengertian pemerintah adalah suatu badan persekumpulan yang memiliki kebijakan
tersendiri

untuk

mengelola,mengatur,serta

mengatur

jalannya

suatu

sistem

pemerintahan.
Jika pemerintah adalah lebih kearah organ, pemerintahan menunjukkan kearah
bidang

dan

fungsi.

Pemerintahanmerupakanorganisasiatauwadah

orang

yang

mempunyai kekuasaan dan lembaga tempat mereka menjalankan aktivitas.
Pemerintahan adalah proses atau cara pemerintah memegang wewenang ekonomi,
politik, administrasi guna mengelola urusan-urusan negara untuk kesejahteraan
masyarakat. Pemerintahan dalam arti luas adalah semua mencakup aparatur negara
yang meliputi semua organ-organ, badan atau lembaga, alat kelengkapan negara yang
menjalankan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan negara. Lembaga negara yang
dimaksud adalah lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Pemerintahan dalam arti sempit adalahsemua aktivitas, fungsi, tugas dan
kewajiban yang dijalankan oleh lembaga untuk mencapaitujuan negara. Pemerintah
dalam artiluas adalah semua aktivitas yang terorganisasi yang bersumber pada
kedaulatan dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara, rakyat, atau penduduk
danwilayah negaraitu demi tercapainya tujuan negara. Pemerintahan juga dapat
didefinisikan dari segistruktural fungsional sebagai sebuah sistem struktur dan
organisasi dari berbagai dari berbagai macam fungsi yang dilaksanakan atas dasardasar tertentu untuk mencapai tujuan negara.
2.2.1

Definisi pemerintahan menurut beberapa ahli:

1. Aim abdulkarim
Pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh Negara dalam
menyelenggarakan kesejahteraan rakyat dan kepentingan Negara.

6

2.

MintoRahayu
Pemerintahan merupakan suatu seni adalah hal yang wajar, yaitu kemampuan
menggerakkan

organisasi-organisasi,

administrator,

dan

kekuasaan

kepemimpinan, serta kemampuan menciptakan, atau kemampuan mendalangi
bawahan serta mengatur lakon pemerintah sebagai penguasa.
3.

C. J. Kristiadi
Pemerintahan merupakan kegiatan memerintah yang dilakukan oleh
pemerintah yang melakukan kekuasaan memerintah atas nama Negara
terhadap orang yang diperintah (masyarakat).

4.

D. Hanif nurcholis
Pemerintahan adalah semua urusan untuk memenuhi kebutuhan rakyat.

5.

E. Muhadam labolo
Pemerintahan merupakan kebutuhan yang diadakan untuk kemudian dihindari
pada titik tertentu.

6.

F. P.N.H. Simanjuntak
Pemerintahan merupakan suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh
dan atas nama rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa pembatasan yang
diharapkanakan menjamin bahwa kekuasaan yang di perlukan untuk
pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas
untuk memerintah.

2.2.2

Komponen Pemerintah Dan Pemerintahan.
Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan hukum yg terdiri atas

berbagai komponen pemerintahan yg bekerja saling bergantungan dan memengaruhi
dalam mencakup tujuan dan fungsi pemerintahan. Kekuasaan dlm suatu negara

7

menurut montesqueieu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kekuasaan eksekutif yg
berarti kekuasaan menjalankan UU atau kekuasaan menjalankan pemerintahan .
kekuasaan yudikatif berarti kekuasaan mengadili terhadap pelang garan atas UU.
Dengan demikian komponen-komponen pemerintah dan pemerintahan tersebut secara
garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

2.3 Sistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan adalah susunan yang teratur dari berbagai kegiatan atau
hubungan-hubungan kerja antara lembaga legislative, eksekutif dan yudikatif dalam
penyelenggaraan pemerintahan suatu Negara.
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu
kestabilan negara. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme
karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan
rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai pondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah
dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan mempunyai sistem pemerintahan yang
statis, absolut maka hal itu akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan
kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut.

2.3.1

Pengertian Sistem Pemerintahan menurut hukum tata negara sistem
pemerintahan:

1.

Sistem pemerintahan dalam arti sempit adalah sebuah kajian
yang melihat hubungan antara legislatif dan eksekutif dalam sebuah negara.

8

Berdasar kajian ini menghasilkan dua model pemerintahan yaitu sistem
parlementer dan sistem presidensial.
2.

Sistem pemerintahan dalam arti luas adalah suatu kajian
pemerintahan negara yang bertolak dari hubungan antara semua organisasi
negara, termasuk hubungan antara pemerintah pusat dengan bagian-bagian
yang ada di dalam negara. Bertitik tolak dari pandangan ini sistem pemerintah
negara dibedakan menjadi negara kesatuan, negara serikat (federal) dan
Negara Konfederasi.

3.

Sistem pemerintahan dalam arti sangat luas yaitu kajian yang
menitik beratkan hubungan antara negara dengan rakyatnya. Berdasarkan
kajian ini dapat dibedakan sistem pemerintahan monarki, pemerintahan
aristokrasi dan pemerintahan demokrasi.

2.3.2

Pengertian sistem pemerintahan menurut para ahli yang antara lain adalah :
1. Aristoteles
Membagi bentuk pemerintahan menurut jumlah orang yang memerintah dan
sifat pemerintahannya menjadi enam yaitu monarki, tirani, aristokrasi,
oligarki, republik (politea) dan demokrasi.
2.

Polybius
Membagi bentuk pemerintahan menurut jumlah orang yang memerintah
serta sifat pemerintahannya, berdasar sudut pandang ini dapat dibedakan
enam jenis pemerintahan yakni monarki, tirani, aristokrasi, oligarki,
demokrasi dan anarki (oklorasi)

3.

Kranenburg
Adanya ketidakpastian penggunaan istilah monarki dan republik untuk
menyebut bentuk negara atau bentuk pemerintahan.

9

2.4 Desa
Desa adalah pemukiman manusia dengan populasi antara beberapa ratus
hingga beberapa ribu jiwa dan berlokasi di daerah pedesaan. Secara administratif
Indonesia, desa adalah pembagian wilayah administratif yang berada di bawah
kecamatan dan dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa secara administratif terdiri
dari beberapa kampung/dusun/banjar/jorong. Dalam bahasa Inggris, “desa” disebut
village.

2.4.1

Asal Mula Kata Desa
Etimologi istilah “desa” berasal dari bahasa Sansekerta dhesi yang berarti
“tanah kelahiran”. Istilah ini telah ada sejak tahun 1114 ketika Nusantara
masih terdiri dari beberapa kerajaan.

2.4.2

Arti Kata Desa
Desa merupakan nomina (kata benda) yang berart sekelompok rumah di luar
kota yang merupakan kesatuan, kampong, dusun.

2.4.3

Pengertian Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa
Menurut UU No. 6 Tahun 2014, desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.4.4

Pengertian Desa Menurut Para Ahli

1. R. Bintarto

10

Desa adalah perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, serta
kultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya
secara timbal balik dengan daerah lain.
2.

Rifhi Siddiq
Desa adalah suatu wilayah yang mempunyai tingkat kepadatan rendah yang
dihuni oleh penduduk dengan interaksi sosial yang bersifat homogen,
bermatapencaharian di bidang agraris serta mampu berinteraksi dengan
wilayah lain di sekitarnya.

3.

Paul H. Landis
Desa adalah daerah dimana hubungan pergaulannya ditandai dengan derajat
intensitas yang tinggi dengan jumlah penduduk kurang dari 2500 orang.

4.

Sutardjo Kartohadikusumo
Desa adalah suatu kesatuan hukum dan di dalamnya bertempat tinggal
sekelompok masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.

2.4.5

Sejarah Desa Indonesia
Desa di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Mr. Herman Warmer

Muntinghe, seorang Belanda anggota Raad Van Indie Pada masa penjajahan Kolonial
Inggris, yang merupakan pembantu Gubernur Jenderal Inggris yang berkuasa pada
tahun 1811 di Indonesia. Kata desa sendiri berasal dari bahasa Jawa yakni “swadesi”
yang berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk
pada satu kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang
jelas. Untuk memperoleh gambaran yang utuh mengenai desa perlu kita lihat dari
aspek historis berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang desa.
Pengaturan mengenai desa di Indonesia telah ada sejak zaman kolonial.
11

1.

Zaman Belanda
Pada zaman penjajahan Belanda terdapat peraturan perundang-undangan

mengenai desa yaitu Inlandshe Gemeente Ordonantie (IGO) yang berlaku untuk Jawa
dan Madura serta Inlandshe Gemeente Ordonantie voor Buitengewesten yang berlaku
untuk daerah-daerah di luar Jawa dan Madura pada tahun 1906. Aturan ini merupakan
pelaksanaan dari Pasal 71 REGERINGS REGLEMENT (RR) yang dikeluarkan tahun
1854 yang merupakan bentuk pengakuan terhadap adanya desa, demokrasi, dan
otonomi desa. Pada tahun 1854, Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan
“Regeeringsreglement” yang merupakan cikal-bakal pengaturan tentang daerah dan
Desa. Dalam pasal 71 (pasal 128.I.S.) yang menegaskan tentang kedudukan Desa,
yakni: Pertama, bahwa Desa yang dalam peraturan itu disebut “inlandsche
gemeenten” atas pengesahan kepala daerah (residen), berhak untuk memilih
kepalanya dan pemerintah Desanya sendiri. Kedua, bahwa kepala Desa itu diserahkan
hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan memperhatikan
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh gubernur jenderal atau dari kepala daerah
(residen). Gubernur Jenderal menjaga hak tersebut terhadap segala pelanggarannya.
Dalam ordonansi itu juga ditentukan keadaan dimana Kepala Desa dan
anggota pemerintah Desa diangkat oleh penguasa yang ditunjuk untuk itu. Kepala
Desa bumiputera diberikan hak mengatur dan mengurus rumah tangganya dengan
memperhatikan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal,
pemerintah wilayah dan residen atau Pemerintah otonom yang ditunjuk dengan
ordonansi. Selain itu, dalam ordonansi diatur wewenang dari Desa Bumiputera untuk:
(a) memungut pajak di bawah pengawasan tertentu; (b) di dalam batas-batas tertentu
menetapkan hukuman terhadap pelanggaran atas aturan yang diadakan oleh Desa.
Ada 3 hak Desa yang bisa diperhatikan dalam Pasal 71 tersebut, antara lain :
1. Desa berhak memilih sendiri Kepala Desa
2. Desa berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
12

3. Desa yang terletak di kota (kota praja) di hapus

2.

Zaman Jepang
Pada zaman pemerintahan Jepang, pengaturan mengenai Desa diatur dalam

Osamu Seirei No. 7 yang ditetapkan pada tanggal 1 Maret Tahun Syoowa 19 (2604
atau 1944). Dari ketentuan Osamu Seirei ini ditegaskan bahwa Kucoo (Kepala Ku,
Kepala Desa) diangkat dengan jalan pemilihan. Sedangkan dewan yang berhak untuk
menentukan tanggal pemilihan dan syarat-syarat lain dalam pemilihan Kucoo adalah
Guncoo. Sedangkan untuk masa jabatan Kucoo adalah 4 tahun. Kucoo dapat dipecat
oleh Syuucookan (Surianingrat, 1985: 189-190).Selanjutnya menurut Suhartono et. al
(2001: 49), pada jaman penjajahan Jepang Desa ditempatkan di atas aza (kampung,
dusun) yang merupakan institusi terbawah. Pada pendudukan Jepang ini, Otonomi
Desa kembali dibatasi bahkan Desa dibawah pengaturan dan pengendalian yang
sangat ketat. Rakyat Desa dimobilisasi untuk keperluan perang, menjadi satuansatuan milisi, seperti Heiho, Kaibodan, Seinendan, dan lain-lain. Kepala Desa
difungsikan sebagai pengawas rakyat untuk menanam tanaman yang dikehendaki
Jepang, seperti jarak, padi dan tebu. Pemerintah Desa pada jaman pendudukan Jepang
terdiri dari 9 (sembilan) pejabat: Lurah, Carik, 5 (lima) orang Mandor, Polisi Desa
dan Amir (mengerjakan urusan agama).
Artinya, pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, pengaturan Desa tidak
terlalu banyak. Sehingga, Desa berjalan dan sesuai dengan IGO 1906 yang ditetapkan
pada masa pemerintahan Belanda. Satu-satunya perauran mengenai desa yang
dikeluarkan oleh penguasa Jepang adalam Osamu Seirei No. 7 tahun 1944 diatas.
Peraturan ini hanya mengatur tentang pemilihan Kepala Desa (Ku-tyoo) yang
menetapkan masa jabatan Kepala Desa menjadi empat (4) tahun.

3.

Pasca Indonesia Merdeka Sampai Sekarang

13

Pengaturan tentang Desa bertahan cukup lama meski adanya UU yang baru
dibuat contohnya UU No. 14 Tahun 1946 yang isinya mengatur tentang syarat-syarat
pemilihan Kepala Desa, yaitu yang berhak memilih Kepala Desa adalah semua warga
Negara penduduk Desa , laki-laki maupun perempuan yang berumur 18 tahun atau
sudah menikah di tambah dengan UU No. 1 tahu 1948 yang mengatur masa jabatan
Kepala Desa yang tidak terbatas waktunya sehingga UU yang ada pada masa
pemerintahan Jepang tidak berlaku lagi. Peangaturan Desa baru diganti dengan
terbitnya UU No. 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja. Terdapat kesamaan antara
pengaturan Inlandshe Gemeente Ordonantie dan Inlandshe Gemeente Ordonantie
voor Buitengewesten dengan UU No. 19 Tahun 1965 dalam hal memandang desa
sebagai sebuah kesatuan masyarakat hukum (volkgemeenschappen) memiliki hak ada
istiadat dan asal usul. Dalam pasal 1 UU NO. 19 tahun 1965 Desa atau Desapraja
adalah kesatuan masyarakat hukum yang tertentu batas-batas daerahnya, berhak
mengurus rumah tangganya sendiri, memilih penguasanya dan mempunyai harta
benda sendiri. Dengan demikian berdasarkan peraturan perundang-undangan ini
nama, jenis, dan bentuk desa sifatnya tidak seragam.
Pada masa pemerintahan Orde Baru UU, kembali peraturan perundangundangan mengenai desa mengalami perubahan yang ditandai dengan terbitnya UU
No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Berbeda dengan pengaturan
berdasarkan IGO dan UU No. 16 Tahun 1965, menurut UU 5 Tahun 1979, pengaturan
yang tidak menyeragamkan pemerintahan desa kadang-kadang merupakan hambatan
untuk melaksanakan pembinaan dan pengendalian yang intensif guna peningkatan
taraf hidup masyarakat. Oleh karena itulah secara tegas dinyatakan di dalam UU ini
bahwa kebijakan mengenai desa diarahkan pada penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan desa dengan corak nasional. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1979, desa
adalah suatu wilayah yang ditempati sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat
termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi
pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan
rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hak

14

menyelenggarakan rumah tangganya dalam pengertian ini bukanlah merupakan hak
otonomi, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan UU No. 5 tahun 1979 administrasi
desa dipisahkan dari hak adat istiadat dan hak asal usul. Desa diharuskan mengikuti
pola yang baku dan seragam sedangkan hak otonominya yaitu hak untuk mengatur
diri sendiri, ditiadakan. Desa sekedar satuan administratif dalam tatanan pemerintah.

Dari pengertian ini jelas bahwa secara struktural dengan ditempatkannya desa
sebagai organisasi pemerintahan langsung di bawah camat menunjukkan bahwa
hubungan antar desa dengan supra desa bersifat hierarkis sampai ke tingkat Pusat. Hal
ini dikarenakan posisi Camat sebagai kepala wilayah yang menjalankan asas
dekonsentrasi atau merupakan unsur Pemerintah Pusat yang ada di daerah. Karena
pola hubungan yang bersifat hierarkis maka seluruh peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang desa dibuat oleh Pemerintah Pusat dan diberlakukan sama
secara nasional.
Setelah terjadi gerakan reformasi pada tahun 1998, pengaturan mengenai desa
mengalami perubahan seiring dengan terbitnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. UU ini secara nyata mengakui otonomi desa. Otonomi yang
dimiliki oleh desa menurut UU No. 22 Tahun 1999 adalah berdasarkan asal-usul dan
adat istiadatnya bukan berdasarkan penyerahan wewenang dari Pemerintah. Sehingga
yang disebut Desa atau nama lainnya, yang selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat
yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.
Dengan demikian, otonomi yang dimiliki desa adalah Otonomi Asli, yaitu otonomi
yang berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat. Sehingga dalam kenyataannya
pasti akan timbul berbagai keanekaragaman, baik dari segi nama, susunan
pemerintahan, maupun bentuk-bentukan geografisnya. Tegasnya, terdapat keadaankeadaan khusus yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dari sinilah sebenarnya
prinsip-prinsip "Kebhinekaan" itu ada dan berkembang secara nyata dalam

15

masyarakat. Sehingga secara riil hak-hak, asal-usul, dan istiadat dihormati sebagai
modal pembangunan desa.
Dengan terbitnya UU No. 22 Tahun 1999 juga terjadi perubahan dalam aspek
pemerintahan desa. Menurut ketentuan di dalam UU No. 22 Tahun 1999 di desa
dibentuk Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa, yang merupakan
Pemerintahan Desa. Pemerintah Desa sebagai unsur eksekutif dan Badan Perwakilan
Desa sebagai unsur Legislatif, yang tidak dikenal dalam UU No. 5 Tahun 1979.
Dengan konsep pemerintahan desa yang seperti ini maka dalam pelaksanaan tugasnya
Kepala Desa bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD.

Terbitnya UU No. 22 Tahun 1999 juga merubah tata hubungan desa dengan
supra desa sebagaimana diatur oleh UU No. 5 Tahun 1979. Perubahan tata hubungan
tersebut terdapat dalam beberapa hal sebagai berikut:
1. Terjadi reposisi camat dalam sistem pemerintahan di kabupaten/kota.
Apabila sebelumnya camat merupakan kepala wilayah, di dalam UU No.
22 Tahun 1999 posisi camat merupakan perangkat daerah. Pengaturan di
dalam UU No. 22 Tahun 1999 tidak memberikan pengaturan secara tegas
kewenangan camat dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
desa.
2. Dengan pertanggungjawaban kepala desa kepada BPD maka kepala desa
tidak lagi bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Bupati Kepala
Daerah Tingkat II sebagaimana diatur dengan UU No. 5 Tahun 1979.

3. Desa dapat melaksanakan tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten. Hal ini tidak diatur dalam UU No. 5
Tahun 1979.

16

Pengaturan mengenai desa kembali mengalami perubahan seiring dengan
terbitnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pengaturan mengenai
desa di dalam UU No. 32 Tahun 2004 kemudian ditindaklanjuti oleh PP No. 72 Tahun
2005 tentang Desa. Dalam hal kewenangan secara prinsipil tidak ada perubahan yang
mendasar dalam pengaturan mengenai kewenangan desa. Sama halnya dengan UU
No. 22 Tahun 1999, desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat
yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten,
yang dinyatakan secara tegas di dalam Pasal 7 PP No. 72 Tahun 2005 bahwa urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:
1. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;
2. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa;
3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa.

Perubahan mendasar tampak dalam aspek sistem pemerintahan baik
pemerintahan desa maupun dengan hubungannya dengan supra desa. Menurut UU
No. 32 Tahun 2004, Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk
memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota,
memberikan

laporan

keterangan

pertanggungjawaban

kepada

BPD,

serta

menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat.
Untuk meningkatkan pelayanan di dalam UU No. 32 Tahun 2004 ditegaskan bahwa
sekretaris desa akan diisi oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS).

2.4.6

Tipe desa

17

Tipe-tipe desa berdasarkan perkembangan masyarakatnya dalam kemampuan
pemanfaatan potensi yang dimiliki dapat kita bagi menjadi empat macam yaitu desa
tradisional, desa swadaya, desa swakarya dan desa swasembada.
1. Desa Tradisional
Desa tradisional yaitu desa dimana hidup masyarakatnya masih tergantung
dengan alam. Desa ini biasanya terdapat di tempat-tempat terpencil yang
sarana dan prasarana baik itu transportasi maupun komunikasinya sangat sulit
dijangkau sehingga desa ini seperti hidup terisolir dengan daerah lain. Hal ini
menyebabkan penduduknya cenderung tertutup terutama bagi orang dari
daerah lain.

2. Desa Swadaya
Desa swadaya hampir mirip dengan desa tradisional dimana hidupnya terisolir
dari dunia luar, masyarakatnya cenderung tertutup dan kemajuan desanya
lambat. Namun desa swadaya sudah mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
Penduduknya sudah mampu mengolah potensi yang ada di desanya secara
tradisional. Untuk itu, penduduk desa ini sangat tergantung dengan alam dan
kondisi geografis.
3. Desa Swakarya
Desa swakarya lebih maju daripada desa swadaya karena bukan hanya bisa
memanfaatkan potensi yang ada di desanya saja melainkan sudah bisa
mengembangkannya sehingga hasil produksinya bisa lebih banyak, lebih
variatif sehingga bisa dijual ke daerah lain yang membutuhkannya. Pada desa
swakarya sudah terdapat aparatur desa, lembaga desa serta masyarakatnya
telah mengenal tentang pentingnya pendidikan. Desa swakarya juga sudah
mampu menjalin interaksi dengan daerah lain meski masih sedikit.

18

4. Desa Swasembada
Desa swasembada merupakan desa yang mampu mengoptimalkan potensi
yang terdapat di desanya jadi desa ini lebih maju daripada desa swakarya.
Masyarakat pada desa ini telah mengenal pendidikan dan mampu menyerap
teknologi dari daerah luar yang lebih maju. Adapun sarana transportasi dan
komunikasinya juga sudah lancer.
2.4.7

Pembentukan Desa
Didalam pembentukan desa harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu

sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk
Pembentukan desa baru untuk wilayah Jawa dan Bali harus memiliki
penduduk paling sedikit 1500 jiwa atau 300 Kepala Keluarga (KK). Sementara itu,
untuk wilayah Sumatra dan Sulawesi paling sedikit 1000 jiwa atau 200 Kepala
Keluarga (KK), serta wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa
Tenggara Timur (NTT), Maluku dan Papua paling sedikit 750 jiwa atau 75 Kepala
Keluarga (KK).
2.

Luas Wilayah
Luas wilayah indonesia yang dibentuk mancakup wilayah-wilayah yang

menjadi bagian desa tersebut. Dengan demikian, desa-desa yang dibentuk harus
ditentukan juga batas-batasnya. Batas wilayah desa berupa jalan, sungai, perkebunan,
tambak dan sebagainya.
3. Bagian Wilayah Kerja
Wilayah Indonesia terbentuk dari beberapa pulau dan di dalamnya terbentuk
Provinsi kemudian Kota atau Kabupaten, dan beberapa wilayah dusun. Adapun

19

wilayah dusun terbentuk atas beberapa wilayah Rukun Warga (RW). Wilayah RW
merupakan gabungan dari beberapa wilayah Rukun Tetangga (RT)
4. Perangkat Desa
Kepala desa dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dibantu oleh para
perangkat desa. Perangkat desa mempunyai tugas melayani kepentingan masyarakat
di wilayah desa tersebut
Lembaga-Lembaga Pemerintahan Desa
Lembaga-lembaga pemerintahan desa dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Kepala desa
Didalam sebuah desa dipimpin oleh kepala desa. Kepala desa dipilih langsung
oleh penduduk desa dari beberapa calon yang memenuhi syarat. Dalam pelantikan
kepala desa calon yang memperoleh dukungan suara terbanyak, akan di tetapkan oleh
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai kepala desa. Selanjutnya, kepala desa
terpilih dilantik oleh bupati atau pejabat lain yang ditunjuk paling lambat 30 hari
setelah dinyatakan terpilih. Masa jabatan kepala desa adalah 6 tahun dan dapat dipilih
1 kali lagi untuk masa jabatan berikutnya.
Kepala desa dapat digaji dengan tanah kas desa atau yang biasa disebut tanah
bengkok. Setelah masa jabatannya habis, tanah itu di kembalikan kepada
pemerintahan desa setempat. Dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang
Desa pada Pasal 14 Ayat 1 dinyatakan bahwa tugas kepala desa adalah
menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Dalam
melaksanakan tugas kepala desa, kepala desa memiliki wewenang dan kewajiban.
Wewenang dan kewajiban Kepala Desa diatur dalam Pasal 14 dan 15 PP No. 72
Tahun 2005.
a. Wewenang Kepala Desa

20



Memimpin penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama Badan Perwakilan Desa (BPD).



Mengajukan rancangan peraturan desa.



Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama
BPD.



Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBD) untuk dibahas dan ditetapkan
bersama BPD.



Membina kehidupan masyarakat desa.



Membina perekonomian desa.



Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.



Mewakili desanya didalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk
kuasa hukum untuk mewakili sesuai dengan peraturan perundangundangan.



Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundangundangan.

b. Kewajiban Kepala Desa


Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 1945,
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).



Meningkatkan kesejahteraan rakyat.



Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.



Melaksanakan kehidupan demokrasi.



Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari
kolusi, korupsi, dan nepotisme.



Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa.



Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan.
21



Menyelenggarakan administrasi pemerintahan yang baik.



Melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan
desa.



Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa.



Mendamaikan perselisihan masyarakat dalam sebuah desa.



Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa.



Membina, mengayomi, dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan
adat istiadat.



Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa



Mengembangkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan melestarikan
lingkungan hidup.

Dan

juga

kepala

desa

berkewajiban

untuk

memberikan

laporan

penyelenggaraan pemerintahan desa kepada bupati atau wali kota memberikan
laporan keterangan pertanggung jawaban kepada BPD, serta menginformasikan
laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat. Selain itu, kepala
desa juga memiliki larangan yang telah di jelaskan dalam Pasal 16 PP No. 72 Tahun
2005
c. Hal yang dilarang dilakukan oleh kepala desa


Menjadi pengurus Partai Politik.



Merangkap jabatan sebagai ketua dan anggota BPD dan lembaga
kemasyarakatan di desa yang bersangkutan.



Merangkap jabatan sebagai anggota DPRD.



Terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden dan
pemilihan kepala daerah (PILKADA).



Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat dan
mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain.

22



Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang dan jasa dari
pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan
dilakukannya.



Menyalahgunakan wewenang.



Melanggar sumpah atau janji jabatan.

d. Tanggung jawab kepala desa
Kepala desa bertanggung jawab kepada penduduk desa melalui BPD dan
menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada bupati dengan
tembusan kepada camat. Pertanggung jawaban dan laporan pelaksanaan tugas kepala
desa disampaikan sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun pada setiap akhir
tahun anggaran.
Berakhirnya masa jabatan kepala desa diberitahukan oleh BPD kepada kepala
desa secara tertulis, 6 bulan sebelum berakhirnya masa jabatan. 3 bulan sebelum
berakhirnya masa jabatan, kepala desa menyampaikan pertanggung jawaban akhir
masa jabatan. 2 bulan sebelum berakhirnya masa jabatan kepala desa, BPD segera
memproses pemilihan kepala desa yang baru.
Seorang kepala desa dapat diberhentikan oleh bupati atas usul BPD, karena berikut
ini:
1. Meninggal dunia .
2. Mangajukan permintaan sendiri.
3. Tidak lagi memenuhi syarat dan melanggar sumpah atau janji.
4. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan norma yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat desa.
e. Tugas dan fungsi kepala desa
23

Kepala desa memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa, kedudukannya
sebagai alat pemerintah daerah terendah langsung di bawah camat. Tugas kepala desa
adalah menjalankan urusan rumah tangga desanya sendiri, menjalankan urusan
pemerintahan, melaksanakan program pembangunan baik yang berasal dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Penyelenggaraan pemerintah desa
termasuk didalam pembinaan ketentraman dan ketertiban di wilayah desa.
Konsep Upaya, Definisi Pemerintah, Pengertian Pemerintah Desa Dan
Perangkat Desa Beserta Tugasnya Dalam Pembangunan. Tugas lainnya antara lain
mengembangkan semangat gotong royong masyarakat dalam melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan desa. Adapun fungsi kepala Desa adalah sebagai
berikut :
1. Melaksanakan kegiatan rumah tangga desanya sendiri
2. Menggerakan

partisipasi

masyarakat

dalam

pembangunan

di

daerahnya.
3. Melaksanakan tugas dari pemerintah
4. Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa.
5. Melaksanakan

koordinasi

dalam

menjalankan

pemerintahan,

pembangunan dan pembinaan kehidupan masyarakat desa.
B. Perangkat desa
Perangkat desa bertugas membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya. Dalam melaksanakan tugasnya, perangkat desa bertanggung
jawab kepada kepala desa. Menurut UU No. 32 Tahun 2004, perangkat desa terdiri
dari sekretaris desa (sekdes) dan perangkat desa lainnya yang akan di jelaskan
dibawah ini yaitu sebagai berikut:
a. Sekretaris desa (Sekdes)
Sekretaris desa bertugas dalam bidang administrasi desa, seperti suratmenyurat, membuat laporan desa, dan kegiatan kearsipan. Sekdes adalah seorang

24

Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sekretaris desa merupakan staf pembantu kepala desa.
Tugas sekretaris desa menjalankan administrasi pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan di desa serta memberikan pelayanan administrasi kepada kepala desa
dan masyarakat. Adapun fungsi sekretaris Desa adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan surat menyurat, kearsipan dan laporan.
2. Melaksanakan urusan keuangan.
3. Melaksanakan

administrasi

pemerintahan,

pembangunan

dan

kemasyarakatan.
4. Melaksanakan tugas dan fungsi kepala desa apabila kepala desa
berhalangan melakukan tugasnya.
b. Perangkat desa lainnya
Perangkat desa lainnya terdiri dari pelaksana teknis lapangan dan unsur
kewilayahan.
1. Pelaksana teknis lapangan terdiri dari kepala urusan pemerintahan,
kepala urusan pembangunan, kepala urusan umum, kepala urusan
keuangan, dan kepala urusan kesejahteraan masyarakat.
2. Unsur kewilayhan merupakan pembantu kepala desa dalam lingkup
dusun atau beberapa dusun. Tugasnya meliputi bidang pemerintahan,
pembangunan, ketertiban dan keamanan, pembinaan masyarakat, serta
melaksanakan peraturan desa di lingkup wilayahnya.
c. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
BPD merupakan wakil dari penduduk desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa. Sebagai wakil rakyat, BPD berkedudukan sejajar dan menjadi
mitra kerja pemerintahan desa.
A.

Fungsi BPD
Adapun fungsi BPD yaitu sebagai berikut:

25



Mengayomi, yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan
berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang menunjang
kelangsungan pembangunan.



Legislasi, yaitu merumuskan dan menetapkan peraturan desa bersamasama pemerintahan desa.



Pengawasan, yaitu mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan desa, anggaran pendapatan dan belanja desa, serta keputusan
kepala desa.



Menampung aspirasi masyarakat, yaitu menangani dan menyalurkan
aspirasi yang diterima dari masyarakat kepada jabatan atau instansi
yang berwenang dalam suatu masyarakat.

B.

Wewenang BPD
Sesuai dengan pasal 35 PP No. 72 Tahun 2005, BPD mempunyai
wewenang yaitu sebagai berikut:



Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa.



Pelaksana pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa.



Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa.



Membentuk panitia pemilihan kepala desa.



Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasi dari masyarakat.



Menyusun tata tertib BPD.

Anggota BPD berjumlah ganjil, minimal 5 orang dan maksimal 11 orang
sesuai dengan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa.
Adapun keanggotaannya dapat terdiri dari :
1. Ketua rukun warga
2. Pemangku adat

26

3. Golongan profesi
4. Pemuka agama
5. Tokoh atau pemuka masyarakat lainnya yang ditetapkan dengan cara
musyawarah dan diresmikan oleh keputusan bupati atau wali kota.
Masa jabatan anggota BPD yaitu 6 tahun dan dapat diangkat atau diusulkan
kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.
C.

Hak Anggota BPD



Mengajukan rancangan peraturan desa.



Mengajukan pertanyaan.



Manyampaikan pendapat.



Memilih dan dipilih.



Memperoleh tunjangan.

4.


Kewajiban Anggota BPD
Mangamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 1945 dan menaati segala
peraturan perundang-undangan.



Melaksanakan

kehidupan

demokrasi

dalam

penyelenggaraan

pemerintahan desa.


Mepertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan NKRI.



Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindak lanjuti aspirasi
rakyat.



2.4.8

Memproses pemilihan kepala desa.

Kewenangan Desa
Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki desa meliputi

kewenangan

di

bidang

penyelenggaraan

Pemerintahan

Desa,

pelaksanaan
27

Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat
Desa. Kewenangan desa menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 7 yaitu dalam UU Desa, jenis-jenis kewenangan desa meliputi
kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal-usul, serta adat istiadat desa (pasal 18 UU Desa).
Kemudian, jenis-jenis kewenangan desa (pasal 19 UU Desa) meliputi:
1. Kewenangan Asal-usul;
2. Kewenangan lokal berskala desa;
3. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/kota; dan
4. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Dua jenis kewenangan di atas, kewenangan asal-usul dan kewenangan lokal
berskala desa menjadi pengakuan negara terhadap keberadaan desa. Tujuan dari
kewenangan adalah untuk memunculkan inisiatif-inisiatif positif dari desa sendiri
untuk menjadi desa mandiri.
A.

Kewenangan Asal-usul
Kewenangan asal-usul juga bisa dipahami sebagai “hak asli” atau “hak

bawaan”. Artinya, sebagai kesatuan hukum, hak-hak desa telah melekat sebelum

28

lahirnya NKRI pada 1945 dan terus hidup dan dihidupi hingga saat ini. Bentuk hak
asal-usul setiap desa sangat beragam, tetapi secara umum hak asal-usul desa meliputi:
a. Mengatur dan mengurus tanah desa atau tanah ulayat adat desa.
b. Menerapkan susunan asli dalam pemerintahan desa.
c. Melestarikan adat-istiadat, lembaga, pranata dan kearifan lokal.
d. Menyelesaikan sengketa dengan mekanisme adat setempat.
Sementara, kewenangan asal-usul dalam Desa Adat sesuai dengan pasa 103 UU Desa
sebagai berikut:
a. pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli;
b. pengaturan dan pengurusan ulayat dan wilayah adat;
c. pelestarian nilai sosial budaya Desa Adat;
d. penyelesaian sengketa adat berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa
Adat dalam wilayah yang selaras dengan prinsip hak asasi manusia
dengan mengutamakan penyelesaian secara musyawarah;
e. penyelenggaraan sidang perdamaian peradilan Desa Adat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa Adat
berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa Adar;
g. pengembangan kehidupan hukum adat sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat Desa Adat.

29

B.

Kewenangan lokal berskala desa
Kewenangan lokal berskala desa diartikan sebagai kewenangan yang lahir

karena prakarsa dari desa sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kondisi lokal
desa. Kewenangan ini lahir dari kebutuhan atau kondisi yang dihadapi warga desa
sehari-hari.
Kewenangan lokal berskala desa menegaskan bahwa urusan atau masalah
yang berskala lokal atau dekat dengan masyarakat diurus sendiri oleh desa. Jenisjenis kewenangan lokal berskala desa bisa sangat beragam tergantung kondisi
masing-masing desa. Beberapa contoh yang bisa menunjukkan kewenangan lokal
berskala desa seperti
1. Bidang pelayanan dasar: posyandu, sanggar seni, perpustakaan desa,
penyediaan air bersih;
2. Bidang sarana dan prasarana: jalan desa, jalan usaha tani, rumah ibadah,
sanitasi, irigasi tersier, dll
3. Bidang ekonomi: pasar desa, lumbung pangan, tambatan perahu, wisata desa,
pelelangan hasil pertanian dan perikanan, SDA dan lingkungan.

2.4.9

Keuangan Desa
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai

dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Pengelolaan Keuangan Desa adalah
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.

30

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya disingkat
RPJM Desa adalah Rencana Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu
6 (enam) tahun.
2. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disebut RKP Desa, adalah
penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa,
adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
4. Dana Desa adalah dana alokasi yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
5. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan
yang diterima kabupaten dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
6. Kelompok transfer adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten.
7. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa adalah Kepala Desa yang
karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan desa.
8. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disingkat
PTPKD adalah unsur perangkat desa yang membantu Kepala Desa untuk
melaksanakan pengelolaan keuangan desa.
9. Sekretaris Desa adalah pimpinan sekretariat desa dan bertindak selaku
koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan desa.
10. Rekening Kas Desa adalah rekening tempat menyimpan uang Pemerintahan
Desa yang menampung seluruh penerimaan Desa dan digunakan untuk
membayar seluruh pengeluaran Desa pada Bank yang ditetapkan.
11. Penerimaan Desa adalah Uang yang berasal dari seluruh pendapatan desa
yang masuk ke APB Desa melalui rekening kas desa.
12. Pengeluaran Desa adalah Uang yang dikeluarkan dari APB Desa melalui
rekening kas desa.

31

13. Surplus Anggaran Desa adalah selisih lebih antara pendapatan desa dengan
belanja desa.
14. Defisit Anggaran Desa adalah selisih kurang antara pendapatan desa dengan
belanja desa.
15. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SILPA adalah
selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu
periode anggaran.
16. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah
dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan untuk mengajukan permintaan pembayaran.
17. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan
Desa.
18. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut dengan BUM Desa adalah
lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah Desa dengan Peraturan Desa sebagai
usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa dan masyarakat yang
kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Desa dan
masyarakat.
19. Rencana Anggaran Belanja Awal yang selanjutnya disingkat RAB awal adalah
dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan,
rencana belanja program dan kegiatan Desa serta rencana pembiayaan
sebagai dasar Penyusunan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa.
20. Rencana Anggaran Biaya yang selanjutnya disingkat RAB adalah dokumen
yang memuat pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang digunakan sebagai
dasar pelaksanaan kegiatan.
21. Bendahara Desa, selanjutnya disebut Bendahara adalah unsur staf sekretariat
desa yang membidangi urusan administrasi keuangan untuk menatausahakan
keuangan desa.
22. Program adalah penjabaran kebijakan Desa dalam bentuk upaya yang berisi
satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan
untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan visi dan misi Kepala Desa.
23. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh Desa sebagai
bagian dari pencapaian sasaran terukur pad