Delik Delik Berkaitan dengan Kerusuhan

Delik-Delik Berkaitan dengan Kerusuhan
Agus Setyawan/1311401554/Matkul: Delik-delik tertentu di dalam KUHP/Kelas: R
A. Delik Kebakaran
Pasal 187 KUHP
“Barangsiapa dengan sengaja menimbulkan kebakaran, ledakan, atau banjir,
diancam:
1. Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika karena
perbuatan tersebut di atas timbul bahaya umum bagi barang.
2. Dengan pidana paling lama lima belas tahun, jika karena perbuatan
tersebut timbul bahaya bagi nyawa orang lain.
3. Dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling
lama dua puluh tahun, jika karena perbuatan tersebut timbul bahaya bagi
nyawa orang lain dan mengakibatkan orang mati.
Penjelasan dari Andi Hamzah (buku delik-delik tertentu di dalam KUHP);
Pada ayat (1) merupakan delik pokok, artinya rumusan delik pembakaran
ada di ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) merupakan bagian inti yang
memperberat pidana, maksimum dua belas tahun menjadi lima belas tahun
penjara dan menjadi penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu
paling lama dua puluh tahun.
a. Subjek


: barangsiapa

b. Bagian inti delik :
(1) Sengaja, menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir, timbulnya
bahaya umum bagi barang.
 Sengaja
 Menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir
 Timbul bahaya umum bagi barang.
(2) Sengaja, menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir, timbul bahaya
bagi orang lain.
 Sengaja
 Menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir
 Timbul bahaya bagi nyawa orang lain.

(3) Sengaja, menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir, timbul bahaya
bagi nyawa orang lain dan ada orang yang mati.
 Sengaja
 Menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir
 Timbul bahaya bagi nyawa orang lain dan menyebabkan kematian.
c. Ancaman pidana: pidana penjara paling lama dua belas tahun, lima

belas tahun jika menimbulkan bahaya bagi nyawa orang lain, seumur
hidup atau dua puluh tahun jika ada orang yang mati.
Penjelasan dari Lamintang ;
a. Unsur subjektif : opzettelijk atau dengan sengaja
b. Unsur objektif

:
1. brand stichten atau menimbulkan kebakaran
2. ontploffing

teweegbrengen

atau

menyebabkan

atau

menyebabkan


peledakan, dan
3. overstroming

veroorzaken

banjir.
Dalam rumusan tindak pidana yang diatur dalam pasal 187 KUHP, yang
dilarang

dan

diancam

dengan

pidana

ialah

perbuatan-perbuatan


menimbulkan bahaya, menimbulkan kebakaran atau menyebabkan banjir
jika perbuatan-perbuatan itu dapat mendatangkan bahaya bagi barang dan
nyawa orang. Ini berarti bahaya tersebut tidak perlu telah menimpa secara
langsung terhadap barang atau nyawa orang, melainkan cukup jika
perbuatan-perbuatan itu dapat mendatangkan bahaya bagi barang dan
nyawa orang.
Penjelasan dari KUHP(R.Soesilo);
1. Kejahatan ini adalah delik dolus, artinya bahwa harus dilakukan dengan
sengaja, jika tidak dilakukan dengan sengaja maka dikenakan pasal 188
KUHP, delik culpa.
2. Bahaya umum bagi barang artinya bahaya bagi barang-barang
kepunyaan dua orang atau lebih atau beberapa barang yang dimiliki
oleh seseorang. Peristiwa yang sering terjadi di Indonesia ialah orang
sengaja membakar rumah seseorang yang dimana rumah tersebut

berdiri sendiri. Yang dampaknya bisa menimbulkan bahaya bagi rumah
itu sendiri dan bagi barang-barang perabotan yang berada didalamnya.
3. Barang tersebut tidak harus juga kepunyaan orang lain, yang terpenting
ialah kebakaran itu harus dapat menimbulkan bahaya umum bagi

barang tersebut. Membakar barang kepunyaan sendiri dan tidak
menimbulkan bahaya umum, diancam dengan pasal 496, sedang pasal
382 membakar barang yang masuk asuransi.
B. Delik membuat dan seterusnya bahan peledak
Pasal 187 bis KUHP
1. Barangsiapa membuat, menerima, berusaha memperoleh, mempunyai
persedian, menyembunyikan, mengangkut, atau memasukkan ke
Indonesia, bahan-bahan, benda-benda, perkakas-perkakas yang di
ketahui atau selayaknya harus diduga bahwa diperuntukkan atau
menimbulkan ledakan

yang

membahayakan

nyawa

orang atau

menimbulkan bahaya umum bagi barang, diancam dengan pidana

penjara paling lama delapan tahun atau pidana kurungan paling lama
satu tahun.
2. Tidak mempunyai bahan-bahan, benda-benda atau perkakas-perkakas
untuk menimbulkan ledakan seperti tersebut diatas, tidak mengahapus
pengenaan pidana.
Penjelasan dari Andi Hamzah (buku delik-delik tertentu di dalam KUHP);
a. Subjek

: barangsiapa

b. Bagian inti delik :
 membuat, menerima, berusaha memperoleh, mempunyai persedian,
menyembunyikan, mengangkut, atau memasukkan ke Indonesia,
bahan-bahan, benda-benda, perkakas-perkakas
 yang di ketahui atau selayaknya harus diduga
 diperuntukkan atau menimbulkan ledakan yang membahayakan
nyawa orang atau menimbulkan bahaya umum bagi barang
 pada ayat (2) ditegaskan tidak adanya dasar peniadaan pidana jika
tidak


mempunyai

bahan-bahan,

benda-benda

atau

perkakas-

perkakas untuk menimbulkan ledakan seperti tersebut. Artinya,

meskipun bahan-bahan, dan seterusnya kepunyaanorang lain, tetapi
dia menyembunyikan, mengangkut atau memasukkan ke Indonesia
pembuat dapat dipidana.
Delik ini tumpang tindih dengan delik dalam uu no 12 tahun 1951 tentang
bahan peledak yang ancaman pindananya sampai dengan pidana mati.
Undang-undang ini dibuat kala ada pemberontakan bersenjata yang
dilakukan oleh DI/TII dan RMS. Delik dalam pasal 187 bis KUHP ini tepat
dikenakan kepada teroris dan pemberontakan bersenjata.

Penjelasan dari Lamintang ;
a. Unsur subjektif :
1. Waarvan hij weet atau yg ia ketahui, dan
2. Waarvan hij redelijkerwijsmoet vermoeden atau secara patut harus
dapat di duga.
Penjelasan dari KUHP(R. Soesilo);
Pasal ini gunanya untuk memberantas persiapan-persiapan orang yang
akan mengadakan kekacauan dengan serangan-serangan memakai bom.
Yang dapat dihukum menurut pasal ini misalnya seorang pengusaha pabrik
kembang api yang menjual bahan-bahan peledak tersebut kepada seorang
yang ia kenal sebagai pengacau ulung.
C. Karena salahnya menyebabkan kebakaran, ledakan atau banjir
Pasal 188 KUHP
Penjelasan dari Andi Hamzah (buku delik-delik tertentu di dalam KUHP);
Delik dalam pasal 188 KUHP ini sama dengan rumusan pasal 187 KUHP.
Perbedaannya hanya bagian inti delik sengaja menjadi karena kelalaian
dan ancaman pidananya yang lebih ringan: pada pasal 188 KUHP pidana
penjara paling lama lima tahun atau kurungan satu tahun atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, jika timbul bahaya umum
bagi barang; timbul bahaya bagi nyawa orang lain; atau mengakibatkan

orang mati.
Penjelasan dari Lamintang ;
a. Unsur subjektif : karena kesalahannya atau karena salahnya.
b. Unsur objektif

:

1. Menyebabkan kebakaran

2. Menyebabkan peletusan
3. Menyebabkan banjir, dan
4. Jika karena hal-hal tersebut :
-

Terjadi bahaya umum untuk barang

-

Terjadi bahaya kepada maut orang lain, dan


-

Berakibat matinya seseorang.

Yang dimaksud dengan karena salahnya atau karena kesalahannya itu
ialah perbuatan yang unsur-unsurnya kekurang hati-hatian, kurang
perhatian terhadap kemungkinan timbulnya sesuatu akibat yang tidak
dikehendaki timbulnya oleh undang-undang dam culpa in causa atau
karena kesalahannya. Dirubahnya rumusan pasal 188 KUHP yang lama
dengan yang baru ini disebabkan banyaknya terjadinya kebakaran pada
waktu itu karena faktor ketidaksengajaan dan kerugian-kerugian yang
timbul akibat kebakaran tersebut sangat besar bagi para penghuni rumah
tersebut.
D. Merintangi atau menghalangi memadamkan api
Pasal 189 KUHP
“barangsiapa pada waktu ada atau akan ada kebakaran, dengan sengaja
dan melawan hukum menyembunyikan atau membikin tak dapat dipakai
perkakas-perkakas atau alat-alat pemadam api atau dengan cara apa pun
merintangi atau menghalang-halangi pekerjaan memadamkan api, diancam
dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.”

Penjelasan dari Andi Hamzah (buku delik-delik tertentu di dalam KUHP);
a. Subjek

: barangsiapa

b. Bagian inti delik :
 Sengaja
 Dan melawan hukum
 Menyembunyikan atau membikin tidak dapat dipakai perkakasperkakas atau alat-alat pemadam api atau dengan cara apa pun
merintangi atau menghalang-halangi pekerjaan memadamkan api.
Delik merintangi atau menghalang-halangi ini adalah delik sengaja.
Berdasarkan arrest hoge raad28 juli 1900 cukup dengan menyembunyikan,

menyebabkan alat itu tidak dapat dipakai, walaupun kemudian ternyata alat
itu masih dapat dipakai.
c. Ancaman pidana: pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Penjelasan dari KUHP(R. Soesilo);
Yang diancam dalam pasal ini adalah orang yang dengan sengaja dan
dengan melawan hak menyembunyikan atau merusakkan alat-alat
pemadam

api

atau

mengganggu

atau

menyusahkan

pekerjaan

memadamkan api. Semua itu dilakukan pada waktu ada kebakaran atau
waktu akan terjadinya kebakaran. Diluar pada waktu itu, tidak dihukum.
E. Merintangi usaha mencegah banjir
Pasal 190 KUHP
“barangsiapa pada waktu ada atau akan ada banjir, dengan sengaja dan
melawan hukum menyembunyikan atau membikin tidak dapat dipakai
bahan-bahan untuk tanggul atau perkakas-perkakas atau menggagalkan
usaha untuk membetulkan tanggul-tanggul atau bangunan pengaira, atau
merintangi usaha untuk mencegah atau menahan banjir, diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.”
Penjelasan dari Andi Hamzah (buku delik-delik tertentu di dalam KUHP);
a. Subjek

: barangsiapa

b. Bagian inti delik :
 Pada waktu ada atau akan ada banjir
 Dengan sengaja
 Dan melawan hukum
 Menyembunyikan atau membikin tidak dapat dipakai bahan-bahan
untuk tanggul atau perkakas-perkakas atau menggagalkan usaha
untuk membetulkan tanggul-tanggul atau bangunan pengairan, atau
merintangi usaha untuk mencegah atau menahan banjir.
Berdasarkan putusan hoge raad13 november 1916, yang dipidana
berdasarkan pasal 190 KUHP (artikel 160) ialah orang yang dengn sengaja
menghalangi usaha mencegah atau menahan banjir. Sengaja artinya
willens en wetens menghendaki dan mengetahui. Bahan-bahan untuk
tanggul ialah bahan pokok untuk memperbaiki tanggul.

Penjelasan dari KUHP(R.Soesilo) ;
Supaya dapat dikenakan pasal ini, maka perbuatan-perbuatan itu harus
dilakukan pada waktu ada banjir atau pada waktu banjir akan datang.

F. Merusak barang
Pasal 406 KUHP
1. barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum, menghancurkan,
merusakkan, membikin tidak dapat dipakai atau menghilangkan suatu
barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
2. Dijatuhkan pidana yang sama terhadap orang yang dengan sengajadan
melawan hukum, membunuh, merusakkan, membikin tidak dapat
digunakan atau menghilangkan hewan, yang seluruhnya atau sebagian
milik orang lain.
Penjelasan dari Andi Hamzah (buku delik-delik tertentu di dalam KUHP);
A. Subjek

: barangsiapa

B. Bagian inti delik :
 Sengaja
 Dan melawan hukum
 Menghancurkan, merusakkan, membikin tidak dapat dipakai atau
menghilangkan suatu barang
 Yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain
Ayat (2) pidana yang sama, tetapi objeknya adalah hewan, dibunuh,
dirusakkan, membikin tidak dapat dipakai atau menghilangkannya. Ayat (1)
mengenai menghancurkan atau merusak barang. Delik ini adalah delik
sengaja dan melawan hukum. Apabila kesengajaan tersebut dilakukan
karena suatu keadaan yang darurat, maka sifat melawan hukumnya dapat
di hilangkan.
Penjelasan dari Lamintang ;
Unsur subjektif dari tindak pidana yang diatur dalam pasal 406 (1) KUHP
ialah unsur opzettelijk atau dengan sengaja. Karena undang-undang tidak
menjelaskan dengan jelas apa yang dimaksud opzet atau sengaja maka
dalam doktrin diatur tiga bentuk opzet yakni opzet als oogmerk, opzet bij
zekerheidsbewustzijn dan opzet bij mogelijkheidbewustzijn, dimana bentuk
opzet yang terakhir itu didalam doktrin juga sering disebut sebagai

voorwaaedelijk opzet atau dolus eventualis. Jika pengertian opzet diatas
diterapkan pada tindak pidana yang diatur dalam pasal 406 ayat (1) KUHP ,
maka

yang

dapat

dikehendaki

itu

hanyalah

perbuatan-perbuatan

menghancurkan,merusakkan, membuat seihingga tidak dapat dipakai
menghilangkan, sedangkan keadaan-keadaan yang menyertai perbutanperbuatan tersebut, seperti melawan hukum, benda, sebagian atau
seluruhnya. Kepunyaan orang lain itu, orang hanya dapat mengetahui saja.
Di dalam pasal 406 ayat (2) KUHP telah dinyatakan sebagai perbuatan
yang terlarang dan diancam dengan pidana yang sama beratnya dengan
pidana yang ditentukan dalam pasal 406 ayat (1) KUHP yakni perbuatanperbuatan secara melawan hukum membunuh, merusakkan, membuat
sehingga tidak dapat dipakai dan menghilangkan binatang yang sebagian
atau seluruhnya kepunyaan orang lain.
Penjelasan dari KUHP(R. Soesilo);
Supaya dapat dihukum menurut pasal ini harus dibuktikan bahwa terdakwa
telah membinasakan, merusakkan, membuat sehingga tidak dapat dipakai
lagi atau menghilangkan sesuatu barang. Bahwa pembinasan dsb itu harus
dilakukan dengan sengaja dan dengan melawan hak. Yang dihukum dalam
pasal ini tidak hanya terhadap barang, tetapi juga mengenai binatang atau
hewan yang termasuk dalam pasal 101 KUHP. Bila perusakan barang itu
dilakukan dua orang atau lebih, diancam hukuman yang lebih berat (pasal
412). Dalam mengusut perkara perusakan ini polisi harus menyelidiki
berapa kerugian yang diderita oleh pemilik. Bila tidak lebih dari Rp 250,-maka dikenakan pasal 407. Merusak barang dalam kekeluargaan tunduk
pada pasal 367 jo. 411 yang merupakan delik aduan.
Pasal 407 KUHP
1. Perbuatan yang dirumuskan dalam Pasal 406 jika harga kerugian tidak
lebih dari dua ratus lima puluh rupiah, diancam dengan pidana penjara
paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ratus
rupiah.
2. Jika perbuatan yang dirumuskan dalam Pasal 406 ayat (1) dilakukan
dengan

memasukkan

bahan-bahan

yang

merusak

nyawa

atau

kesehatan, atau jika hewan itu termasuk Pasal 101, maka ketentuan

ayat (1) tidak berlaku. Pasal 101 mengenai pengertian ternak: semua
binatang berkuku satu, binatang memamah biak dan babi.
Penjelasan dari Andi Hamzah (buku delik-delik tertentu di dalam KUHP);
Pasal ini disebut pasal perusakan barang ringan. Karena harga barang
tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah. Nilai ini sudah terlalu rendah
sehingga pasal ini menjadi pasal tidur. Dalam ayat (2) ditentukan, bahwa
akan menjadi delik biasa atau bukan perusakan barang ringan jika dalam
membunuh hewan itu dipakai bahan-bahan yang merusak nyawa atau
kesehatan atau hewan dibunuh, dirusak dan seterusnya itu termasuk Pasal
101 KUHP.
Penjelasan dari Lamintang ;
Dalam pasal ini secara keseluruhan isinya hampir sama dengan pasal 406
ayat (1) dan ayat (2), hanya ada penambahan beberapa unsur objektif
yaitu:
a. Unsur nilai kerugian yang jumlahnya tidak lebih dari dua ratus lima puluh
rupiah bagi tindak pidana baik yang diatur dalam pasal 406 ayat (1)
maupun yang diatur dalam pasal 406 ayat (2) KUHP.
b. Unsur-unsur memberikan bahan yang membahayakan bagi nyawa atau
kesehatan atau ternak seperti yang dimaksud dalam pasal 101 KUHP
pada tindak pidana yang diatur dalam pasal 406 ayat (2) KUHP.
Penjelasan dari KUHP(R. Soesilo);
Yang dapat menjadi kejahatan ringan dalam pasal ini ialah perusakan
terhadap barang dalam pasal 406 KUHP. Apabila harga kerusakan dari
barang tersebut tidak lebih dari Rp 250,-- dan hewan yang dibunuh tidak
termasuk dalam pasal 101 KUHP serta yang dipergunakan bukanlah zat
yang membahayakan nyawa atau kesehatan.
Pasal 408 KUHP
“barangsiapa

dengan

sengaja

melawan

hukum

menghancurkan,

merusakkan, atau membikin tak dapat dipakai bangunan-bangunan kereta
api dan trem, telegraf, telepon atau listrik, atau bangunan-bangunan untuk
membendung, membagi atau menyalurkan air, saluran gas, air atau saluran

yang digunakan untuk keperluan umum, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
Penjelasan dari Andi Hamzah (buku delik-delik tertentu di dalam KUHP);
A. Subjek

: barangsiapa

B. Bagian inti delik :
 Sengaja
 Menghancurkan, merusakkan, atau membikin tidak dapat dipakai
 Bangunan-bangunan kereta api dan trem, telegraf, telepon atau
listrik, atau bangunan-bangunan untuk membendung, membagi atau
menyalurkan air, saluran gas, air atau saluran yang digunakan untuk
keperluan umum
Pada pasal 408 KUHP ini objek yang dihancurkan, dirusakkan, atau dibikin
tidak dapat dipakai adalah bangunan-bangunan untuk kepentingan umum
seperti irigasi, saluran air, gas. Pasal ini pidananya lebih berat dari pasal
406 KUHP. Karena yang akan dilindungi ialah keamanan dan tak
terganggunya lalu lintas kereta api.
C. Ancaman pidana : pidana penjara paling lama empat tahun
Penjelasan dari KUHP(R. Soesilo);
Yang dikenakan dalam pasal ini ialah barang-barang yang disebutkan
dalam pasal 408 KUHP dan yang dipergunakan untuk kepentingan umum
dan dilakukan dengan sengaja. Jika dilakukan karena salahnya, kurang
hati-hati, kealpaan dikenakan pasal 409 KUHP. Apabila dilakukan oleh dua
orang tau lebih dikenakan hukuman yang lebih berat ( pasal 412).
Pasal 409 KUHP
“barangsiapa yang karena kelalaian, menyebabkan bangunan-bangunan
tersebut dalam pasal di atas dihancurkan, dirusak atau dibikin tak dapat
dipakai, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu bulan atau
pidana denda paling banyak seribu lima ratus rupiah.”
Penjelasan dari Andi Hamzah (buku delik-delik tertentu di dalam KUHP);
Bagian inti delik dari pasal ini sama dengan Pasal 408 KUHP kecuali
bagian inti “sengaja” dan “ melawan hukum” diganti karena “kelalaian”.
Penjelasan dari KUHP(R. Soesilo);

Jika perusakan dsb terhadap barang yang tersebut dalam pasal ini
dilakukan dengan sengaja, maka dikenakan pasal 408 KUHP. Karena
salahnya, maksudnya tidak sengaja, tetapi kerusakan itu disebabkan
karena kurang hati-hati, alpa, culpa.
Pasal 410 KUHP
“barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan atau
membikin tak dapat dipakai suatu gedung atau kapal yang seluruhnya atau
sebagian milik orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun.”
Penjelasan dari Andi Hamzah (buku delik-delik tertentu di dalam KUHP);
A. Subjek

: barangsiapa

B. Bagian inti delik :
 Sengaja
 Dengan melawan hukum
 Menghancurkan atau membikin tidak dapat dipakai
 Suatu gedung atau kapal
 Yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain
Dalam pasal ini pidananya lebih berat dari Pasal 406 KUHP yaitu lima
tahun penjara. Jika pada pasal sebelumnya ada kata-kata “merusak” di sini
hanya “menghancurkan” dan “membikin tak dapat dipakai”.
Penjelasan dari Lamintang ;
Agar seorang terdakwa itu dapat dinyatakan terbukti telah memenuhi unsur
subjektif dengan sengaja yang terdapat didalam rumusan tindak pidana
yang diatur dalam pasal 410 KUHP , sebelum membuktukan terpenuhinya
unsur-unsur tindak pidana yang lain, hakin harus dapat membuktikan
bahwa terdakwa ternyata memang benar :
a. Telah

menghendaki

untuk

melakukan

perbuatan-perbuatan

menghancurkan atau membuat sehingga tidak dapat dipakai,
b. Mengetahui bahwa yang ia kehendaki untuk dihancurkan atau untuk
dibuat hingga dapat dipakai itu ialah sebuah bangunan atau sebuah alat
pelayaran,
c. Mengetahui bahwa bangunan atau alat pelayaran tersebut sebagian
atau seluruhnya adalah kepunyaan orang lain.

Penjelasan dari KUHP(R. Soesilo);
Dalam pasal ini barang yang dibinasakan harus berupa gedung atau
perahu. Dalam pasal ini juga hanya menentukan “membinasakan dan
membuat sehingga tidak dapat dipakai lagi”. Apabila membinasakan dsb itu
terhadap kapal dan dapat menimbulkan bahaya maut, dikenakan pasal 198
KUHP. Sedangkan jika membinasakan dsb itu terhadap gedung yang dapat
menimbulkan bahaya bagi umum, dikenakan pasal 200 KUHP.
Pasal 411 KUHP
Penjelasan dari Andi Hamzah (buku delik-delik tertentu di dalam KUHP);
Pasal 411 ini merupakan delik aduan yang dilakukan antara suami/istri.
Jadi jika pemiliknya suami/istri terpisah meja dan ranjang tidak mungkin
dilakukan penuntutan.
Penjelasan dari Lamintang ;
Peraturan undang-undang yang menentukan bahwa tindak pidana yang
diatur dalam bab XXVII dari buku II KUHP itu dapat menjadi tindak pidana
aduan relatif ialah peraturan yang diatur dalam pasal 411 KUHP yang
rumusan aslinya berbunyi ketentuan menurut pasal 367 itu berlaku bagi
kejahatan-kejahatan yang diatur dalam bab ini.
Dengan menyebut ketentuan yang diatur dalam pasal 367 KUHP didalam
ketentuan yang diatur pasal 411 KUHP itu, undang-undang telah
bermaksud untuk menentukan bahwa apabila orang yang melakukan salah
satu tindak pidana yang diatur dalam bab XXVII dari buku II KUHP itu :
a. Merupakan orang yang tidak bercerai meja makan dan tempat tidur
dengan orang yang dirugikan,
b. Merupakan orang yang tidak bercerai harta kekayaan dengan orang
yang dirugikan ataupun
c. Merupakan orang yang berada dalam keadaan tidak bercerai dengan
orang yang dirugikan, maka tertutuplah kemungkinan bagi penuntut
umum untuk melakukan penuntutan terhadap mereka,
Selanjutnya jika orang yang melakukan atau yang membantu melakukan
salah satu tindak pidana seperti yang dimaksud diatas ternyata :
a. Merupakan seorang suami atau seorang istri yang bercerai meja makan,
dan tempat tidur dengan orang yang dirugikan,

b. Merupakan seorang suami atau seorang istri yang bercerai harta
kekayaan dengan orang yang dirugikan,
c. Merupakan saudara sedarah dari orang yang dirugikan, ataupun
merupakan saudara karena perkawinan baik dalam garis lurus maupun
dalam garis menyamping sampai derajat kedua dari orang yang
dirugikan, maka terhadap mereka itu pun tidak dapat dilakukan
penuntutan menurut huukum pidana kecuali jika ada pengaduan yang
diajukan oleh orang yang dirugikan terhadap diri mereka.
Penjelasan dari KUHP(R. Soesilo);
Ketentuan dalam pasal 367 berlaku bagi kejahatan yang diterangkan dalam
bab ini.
Pasal 412 KUHP
Penjelasan dari Andi Hamzah (buku delik-delik tertentu di dalam KUHP);
Pasal 412 KUHP ini berfungsi sebagai syarat pemberatan pidana. Pasal ini
merupakan pemberatan dari pasal 407. Yang apabila delik itu dilakukan
oleh dua orang atau lebih dan bersekutu, maka pidana ditambahkan
sepertiga.
Penjelasan dari Lamintang ;
Keadaan yang memberatkan pidana bagi pelaku tindak pidana yang diatur
dalam bab XXVII buku II KUHP oleh pembentuk undang-undang telah
diatur dalam pasal 412 KUHP yang rumusannya yang asli berbunyi :
Diluar hal seperti yang diatur dalam pasal 407 ayat (1), apabila salah satu
dari kejahatan-kejahatan yang diatur dalam bab ini dilakukan oleh dua
orang atau lebih secara bersama-sama, maka pidana yang dijatuhkan
dapat diperdebat dengan sepertiganya.
Yang dimaksud dengan kata-kata dilakukan oleh dua orang atau lebih
secara bersama-sama didalam pasal 412 KUHP ialah dilakukan oleh dua
orang atau lebih dalam bentuk mededaderschap atau dalam bentuk turut
melakukan seperti yang dimaksud dalam pasal 55 ayat (1) angka 1 KUHP.
Penjelasan dari KUHP(R.Soesilo);
Ketentuan dalam pasal ini tidak berlaku bagi kejahatan ringan tersebut
dalam pasal 407 ayat 1.