Identifikasi Perilaku Prososial dengan Mahasisw

Identifikasi Perilaku Prososial Mahasiswa
Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin
(Studi Kasus: Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi Dan
Pengembangan Masyarakat Angkatan 2016 Institut Pertanian Bogor)

Diusulkan oleh:
Riqa Arifah Zulkifli I34150022
Allia Nur Rahma I34150032
M Arismal Rezki I34150039
Muhammad Al Ansori I34150041
Agustina Suryani Nababan I34150043
TeddiAsfarilla I34150046
Laras Salsabila I34150058
Hanifah I34150080
Nubzatsania I34150082
Qori Nurfazayanti I34150084

Dosen:
Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS. DEA
Dr. Ratri Virianita S.Sos, M.Si
Asisten Praktikum:

Galuh Adriana, S.Kpm, M.Si
Arie Firdha, S.Kpm

DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYRAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2017

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pesatnya perkembangan globalisasi telah memaksa dunia untuk
melakukan perubahan. Perubahan tersebut dapat memberikan dampak bagi
manusia, baik dampak positif maupun dampak negatif. Salah satu dampak negatif
dari globalisasi adalah manusia menjadi individualistis, lebih mengutamakan
kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan orang lain (Renata dan Parmitasari
2016). Hal tersebut terlihat dari menurunnya tingkat saling tolong-menolong
sesama manusia. Sekalipun terjadi tolong-menolong, biasanya hal itu didasari
dengan mempertimbangkan untung-rugi. Selain menurunnya tingkat tolong

menolong, juga terjadi pengabaian terhadap nilai-nilai budaya seperti
menjungjung tinggi kebersamaan, gotong royong dan empati. Fenomena di atas
merupakan bukti konkrit bahwa telah menurunnya perilaku prososial.
Perilaku prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan
orang lain tanpa harus menyediakan suatu manfaat langsung kepada orang yang
melakukan tindakan menolong tersebut, dan bahkan mungkin memberikan resiko
bagi orang yang menolong (Baron,dkk 2006). Menurut Sarwono dan Meinarno
(2009), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial, yaitu: pengaruh
faktor situasional (bystander, daya tarik, atribusi terhadap korban, ada model,
desakan waktu, dan sifat kebutuhan korban) dan pengaruh faktor dalam diri
(suasana hati, sifat, jenis kelamin, tempat tinggal, dan pola asuh). Pada penelitian
ini, peneliti memfokuskan pada faktor jenis kelamin.
Fenomena perilaku prososial dapat terjadi pada berbagai lapisan
masyarakat, termasuk mahasiswa. Mahasiswa adalah status untuk seseorang yang
sedang menempuh pendidikan pada tingkat perguruan tinggi. Mahasiswa terbagi
menjadi dua kelompok berdasarkan jenis kelamin, yaitu mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan. Berdasarkan penelitian Renata dan Parmitasari (2016),
terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan,
yaitu perilaku prososial perempuan lebih tinggi daripada perilaku prososial
mahasiswa laki-laki. Begitu juga dengan hasil penelitian Zahn-Waxler dan Smith

(dalam Davies 1999 dalam Renata dan Parmitasari 2016) mengatakan bahwa
beberapa penelitian menunjukkan anak perempuan lebih banyak menunjukkan
perilaku prososial dan empati terhadap orang lain dibandingkan dengan anak lakilaki. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji benar atau tidaknya bahwa
terdapat perbedaan perilaku prososial antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan, dengan subjek penelitian yaitu mahasiswa Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Angkatan 2016 Institut Pertanian
Bogor.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperoleh rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini adalah 1) bagaimana tingkat perilaku prososial pada
mahasiswa? 2) dan bagaimana perbedaan perilaku prososial antara mahasiswa
laki-laki dan mahasiswa perempuan?

Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di
atas,
maka
tujuan
penulisan
makalah

adalah
untuk
mengidentifikasi tingkat perilaku prososial pada mahasiswa dan
mengidentifikasi perbedaan perilaku prososial antara mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan.

Metode Penulisan
Penelitian ini merupakan penelitian data kuantitatif yang
didukung data kualitatif. Penelitian menggunakan pertanyaan
likert yang terstruktur dan sistematis untuk mencari informasi.
Penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam kepada
sample, yaitu mahasiswa departemen sains komunikasi dan
pengembangan masyarakat angkatan 2016. Kemudian seluruh
jawaban yang diperoleh dicatat, diolah menggunakan software
microsoft excel, dan dianalisis. Pengumpulan data dilakukan
dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui penelitian langsung di lapangan dengan
melakukan observasi (pengamatan), dan mewawancarai sample.
Wawancara ini dilakukan melalui teknik pendekatan kualitatif
yang dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi

penelitian. Data sekunder diperoleh dari studi literatur untuk
memperkaya informasi yang diperoleh.
Penelitian dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor
Dramaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi mempertimbangkan
mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang berasal dari berbagai
daerah dimana mempunyai karakter berbeda adalah sample
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian dilaksanakan
selama dua hari yaitu dari tanggal 06 sampai 07 Juni 2017.
Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal, turun lapang
untuk pengambilan data kuantitatif, penyusunan makalah, dan
lokakarya.
Teknik Analisis Data
Data kuesioner dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk melihat
perilaku prososial mahasiswa berdasarkan jenis kelamin pada lembar jawab skala
perilaku prososial mahasiswa membubuhkan tanda centang pada salah satu dari
empat alternatif jawaban yang ada. Kalimat pernyataan yang digunakan adalah
pernyataan positif sehingga skornya sama. Pilihan jawaban selalu skornya 4,
sering skornya 3, kadang-kadang skornya 2, dan tidak pernah skornya 1.
Penentuan kriteria kecendrungan dari tiap-tiap aspek didasarkan pada
norma ketentuan. Adapaun langkah-langkah menentukan kriteria menurut

Saifuddin (2016) dalam Khasanah (2016) sebagai berikut:
a. Menentukan rentang maksimum dan rentang minimum.
Rentang maksimum = Σ butir pernyataan x skor tertinggi
Rentang minimum = Σ butir pernyataan x skor terendah
b. Menghitung luas jarak sebaran

Luas jarak sebaran = rentang maksimum - rentang minimum
c. Menghitung standar deviasi dengan rumus:
σ = luas jarak sebaran/ 5
d. Menghitung mean teoretik dengan rumus:
μ = Σ butir pernyataan x mean
Pada penelitian ini mengadaptasi penentuan kriteria berdasarkan
pendapat Saifudin Azwar. Adapun langkah perhitungannya sebagai
berikut:
a. Menentukan rentang maksimum dan minimum.
Rentang maksimum = 10 x 4 = 40
Rentang minimum = 10 x 1 = 10
b. Menghitung luas jarak sebaran.
Luas jarak sebaran = 40 – 10 = 30
c. Menghitung standar deviasi :

σ=

30
5

=6

d. Menghitung mean teoretik :
μ=

Total skor yang ada
Skor maksimal

x 100 =

512
800

x 100 = 64


Selanjutnya hasil perhitungan tersebut diinterpretasikan dalam 3
kriteria sebagai berikut:
Perhitungan Kriteria Skor Perilaku Prososial
Rentang Skor Kuantitatif
( 64 + 9 ) ≤ x
( 64 9 ) ≤ x < ( 64 + 9 )
x < ( 64 9 )

Kriteria
Tinggi
Sedang
Rendah

Kriteria Skor Perilaku Prososial
Rentang Skor Kuantitatif
( 73 ) ≤ x
( 55 ) ≤ x < ( 73 )
x < ( 55 )

Kriteria

Tinggi
Sedang
Rendah

Kegunaan Penulisan
Penelitian ini diharapkan selain untuk memenuhi tugas
akhir semester,
juga membantu penulis dalam menyusun
kerangka pemikiran. Bagi kalangan akademisi, makalah akhir ini
diharapkan dapat mejadi bahan referensi untuk keperluan studistudi terkait. Bagi kalangan umum, makalah akhir ini diharapkan
dapat menambah wawasan dan khasanah pengetahuan, serta

memberi informasi yang bermanfaat
seseorang dalam melakukan prososial.

mengenai

motivasi

Tinjauan Pustaka

Watson (1984: 272) dalam Asih G dan Pratiwi M (2010) menyatakan
perilaku prososial adalah suatu tindakan yang memiliki konsekuensi positif bagi
orang lain, tindakan menolong sepenuhnya yang dimotivasi oleh kepentingan
sendiri tanpa mengharapkan sesuatu untuk dirinya.Sementara itu, menurut Baron
& Byrne (2005) perilaku prososial adalah suatu tindakan menolong yang
menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung
pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan
suatu resiko bagi orang yang menolong.Perilaku prososial didasari dukungan nilai
dan norma yang dianut individu. Tokoh lainnya juga memberikan definisi bahwa
perilaku sosial merupakan tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh
kepentingan pribadi tanpa mengharapkan sesuatu untuk diri si penolong itu
sendiri. (Sears, dkk, 1994 dalam Renata S dan Parmitasari D, 2016). Perilaku
prososial ini pada umumnya diperoleh melalui proses belajar, yakni penguatan
dan peniruan.
Perilaku prososial dapat memberikan pengaruh bagaimana individu
melakukan interaksi sosial. Seseorang dikatakan berperilaku prososial jika
individu tersebut menolong individu lain tanpa memperdulikan motif-motif si
penolong, timbul karena adanya penderitaan yang dialami olehorang lain yang
meliputi saling membantu, saling menghibur, persahabatan, penyelamatan,
pengorbanan, kemurahan hati, dan saling membagi.Berdasarkan teori di atas dapat

disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah suatu tindakan yang mendorong
seseoranguntuk berinteraksi, bekerjasama, dan menolong orang lain tanpa
mengharapkansesuatu untuk dirinya sendiri.
Ada beberapa bentuk dari prososial, diantaranya adalah berbagi,
menyumbang, menolong, kerjasama, jujur. Sharing (berbagi) yaitu kesediaan
berbagi perasaan dengan orang lain baik dalam suasana suka maupun duka.
Berbagi dilakukan apabila penerima menunjukkan kesukaan sebelum ada tindakan
melalui dukungan verbal dan fisik.Contoh, ketika seseorang mengalami musibah
atau bencana kita dapat mendengarkan permasalahan dan keluhan korban ataupun
berbagi informasi kepada orang lain. Menyumbang (donating) adalah perbuatan
yang memberikan secara materil kepada seseorang atau kelompok untuk
kepentingan umum yang berdasarkan pada permintaan, kejadian dan kegiatan.
Selain itu menyumbang dapat dikatakan pula sebagai perilaku murah hati kepada
orang lain. Kesediaan berderma atau menyumbang biasanya dilandasi atas

kesukarelaan diri sendiri. Contoh perilaku menyumbang ialah menghadiahkan
atau memberikan suatu sumbangan kepada orang lain, biasanya berupa amal.
Menurut Indra (2017), kerjasama ialah salah satu bentuk interaksi sosial yang
memiliki sifat asosiatif (proses sosial yang menciptakan kesatuan) atau terjadi
karena ada pandangan yang sama dalam suatu kelompok masyarakat baik antar
perorangan ataupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
berdasarkan teori Mussen dalam Sari (2015) kerjasama dalam konteks perilaku
prososial identik dengan istilah cooperating,yaitu kesediaan untuk bekerja sama
dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan. Cooperating biasanya saling
menguntungkan, saling memberi, saling menolong dan menenangkan.
Menurut (Eisenberg dan Mussen 1989 Dalam Rahman 2013) menyatakan
bahwa perilaku menolong (Helping) adalah membantu orang lain secara fisik
untuk mengurangi beban yang sedang dilakukan. Sedangkan Clarke (dalam
Rahman 2013) mendefinisikan perilaku menolong sebagai sebuah bagian dari
perilaku prososial yang dipandang sebagai segala tindakan yang ditujukan untuk
memberikan keuntungan pada satu atau banyak orang. Perilaku menolong sudah
diajarkan kepada individu sejak dini, dari hal-hal yang sangat sederhana sampai
hal yang dapat menarik empati seseorang. Seseorang yang melakukan tindakan
menolong di lingkungan sekitarnya akan merasa sangat berarti di lingkungannya
dan konsep dirinya akan kearah positif atau naik. Tapi, jika seseorang itu merasa
apa yang ia berikan terhadap lingkungannya tidak berarti bagi lingkungannya,
maka konsep dirinya akan cenderung kearah negatif atau turun. Interaksi perilaku
menolong yang dilakukan antara individu satu dengan individu lainnya dapat
memberikan individu suatu pengalaman yang dapat merubah penilaian terhadap
diri mereka. Jika ada fenomena yang realita di hadapannya maka sesorang tersebu
memperoleh gambaran cerita yang akan diceritakan ke orang lain apbila fenomena
tersebut sama atau sesuai realita maka orang tersebut jujur berbagi ceita tersebut.
Dengan kata lain seseorang dikatakan jujur, bila ucapannya sejalan dengan
perbuatannya. Menurut Mussen dalam tinne (2012:7) : Jujur adalah kesediaan
seseorang untuk bertindak dan berkata apa adanya, tidak membohongi orang lain
dan tidak melakukan kecurangan terhadap orang lain tersebut.

PEMBAHASAN

Tingkat perilaku prososial mahasiswa
Gambaran umum mengenai perilaku prososial dari 20 orang mahasiswa
SKPM 2016 diperoleh bahwa pada aspek berbagi rata-rata persentase sebesar
76,25 %. Hal ini termasuk dalam kategori tinggi. Pada aspek kerjasama rata-rata
persentase yang diperoleh adalah sebesar 65 % dengan kategori sedang.
Sedangkan pada aspek menolong rata-rata persentase sebesar 78,125 % berada
pada kategori tinggi. Gambaran perilaku sosial untuk aspek kejujuran dan aspek

menyumbang didapatkan bahwa rata-rata persentase masing-masing sebesar
51,25 % dan 49,375 %. Kedua aspek ini tergolong dalam kategori rendah.
Gambaran perilaku sosial mahasiswa secara umum berdasarkan aspek-aspek
perilaku prososial dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1. Gambaran perilaku prososial mahasiswa SKPM 2016
Persentase (%)
Rata-Rata Persentase
Aspek
N
(%)
Laki-Laki
Perempuan
Berbagi
20
71,25
81,25
76,25
Kerjasama
20
62,5
67,5
65
Menolong
20
78,75
77,5
78,125
Kejujuran
20
53,75
48,75
51,25
Menyumban
g
20
48,75
50
49,375
Rata-Rata
63,125
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata gambaran perilaku prososisal
mahasiswa dari kelima aspek yang ada adalah sebesar 63,125 %. Rata-rata
tersebut tergolong dalam kriteria sedang. Perilaku prososisal mahasiswa tersebut
masih dalam kategori sedang karena pada dasarnya mahasiswa masih memikirkan
kepentingan dirinya sendiri terlebih dahulu, jiwa individualis dan kompetitif. Rasa
pengungkapan diri yang kurang terhadap sesama mahasiswa lain terjadi
dimungkinkan karena kurangnya rasa kepercayaan terhadap orang lain.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Renata dan
Parmitasari (2016) yang menyatakan bahwa sebagian mahasiswa memang
memiliki perilaku prososial yang tinggi, namun tidak sedikit juga mahasiswa yang
menunjukkan perilaku prososial yang rendah. Mahasiswa lebih memfokuskan
perhatian pada diri sendiri terlebih dahulu dibandingkan teman-temannya. Mereka
cenderung sulit memberikan pertolongan dengan berbagai macam alasan,
meskipun dalam kenyataannya mampu membantu teman-teman yang
membutuhkan pertolongan. Perlu diketahui bahwa perilaku prososial dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor eksternal dan internal, diantaranya fakor jenis
kelamin dan tipe kepribadian mahasiswa.
Perbedaan perilaku prososial antara mahasiswa laki-laki dan perempuan
Perilaku prososial dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
jenis kelamin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti terdapat perbedaan
perilaku prososial antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Berikut adalah hasil
dari penelitian yang peneliti lakukan:

90.00%
80.00%
70.00%

81.25%
71.25%

78.75%77.50%
67.50%
62.50%

60.00%
50.00%

53.75%
48.75%

48.75%50.00%

Kejujuran

Menyumbang

40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%

Berbagi

Kerjasama
Laki - Laki

Menolong
Perempuan

Gambar 1. Histogram perbandingan perilaku prososial mahasiswa laki-laki
dan perempuan
Berdasarkan histogram di atas, perilaku prososial mahasiswa perempuan
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki. Hal ini terlihat
dari persentase yang diperoleh mahasiswa perempuan. Perempuan memiliki
persentase lebih tinggi dalam tiga dari lima aspek, yaitu berbagi, kerjasama dan
menyumbang, sedangkan mahasiswa laki-laki hanya memiliki persentase lebih
tinggi dalam dua aspek, yaitu kerjasama dan kejujuran. Menurut Renata dan
Parmitasari (2016) perempuan memiliki naluri seorang ibu yang membuat
perilaku prososialnya lebih menonjol daripada laki-laki khususnya dalam hal
memberikan bantuan, menyayangi dan berbagi. Pernyataan tersebut sesuai
dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa presentase mahasiswa
perempuan dalam aspek berbagi lebih besar (81,25%) dibandingkan presentase
mahasiswa laki-laki (71,25%). Laki-laki lebih menonjol perilaku prososialnya
dalam hal pemberian bantuan yang sifatnya lebih menantang, agresifitas dan
kompetisi dan keaktifan adrenalin.
Dalam aspek kerjasama, presentase mahasiswa perempuan juga lebih besar
(67,5%) dibandingkan presentase mahasiswa laki-laki (62,5%). Hal ini
disebabkan karena perempuan lebih tidak percaya diri dalam menyelesaikan suatu
hal sehingga cenderung melakukan pekerjaan secara bersama-sama agar hasil
yang diperoleh dapat maksimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ahlgren, dkk
(tidak ada tahun) dalam Renata dan Parmitasari (2016) yaitu anak laki-laki
seringkali mendapat reward untuk berkompetisi dan meningkatkan sikap
kompetitif sedangkan anak perempuan lebih sering mendapat reward untuk
bekerjasama, serta dilarang untuk berkompetisi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Einsberg dan Mussen (1989) dalam
Amini dan Saripah (2016) menyatakan bahwa anak perempuan terlihat lebih
menunjukkan perilaku prososialnya daripada anak laki-laki, namun tidak terlalu
signifikan. Stereotip gender yang beredar di masyarakat adalah bahwa anak
perempuan lebih altruistik sehingga anak perempuan cenderung lebih
menunjukkan perilaku prososialnya dibandingkan anak laki-laki. Perempuan
dipandang lebih menunjukkan perilaku prososialnya melalui perasaan-perasaan
dan bentuk perhatian kepada orang lain, sedangkan laki-laki lebih menunjukkan
perilaku prososialnya dalam bentuk nyata menolong secara langsung. Pernyataan
tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan persentase mahasiswa
laki-laki (78,75% ) dalam aspek menolong lebih besar dibandingkan persentase
mahasiswa perempuan (77,5%).
Dalam hal kejujuran, anak laki-laki cenderung lebih terbuka karena lakilaki memiliki spontanitas dan rasionalitas, sedangkan perempuan lebih memiliki
banyak pertimbangan dalam melakukan segala sesuatu dan lebih tertutup untuk
menjaga perasaan orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian yang
menunjukkan tingkat presentase dalam aspek kejujuran laki-laki lebih tinggi
(53,75%) dibandingkan anak perempuan (48,75%).
Dalam aspek menyumbang, presentase mahasiswa perempuan juga lebih
besar (50%) dibandingkan presentase mahasiswa laki-laki (48,75%). Perempuan
memiliki rasa empati lebih tinggi terhadap orang lain dan cenderung lebih
emosional. Hal ini didukung oleh pernyataan Hambunan (2007) dalam Renata dan
Parmitasari (2016) yang menyatakan bahwa dibandingkan anak laki-laki, anak
perempuan memiliki orientasi yang lebih besar terhadap kebutuhan dan
kesejahteraan orang lain, sehingga memungkinkan penurunan resiko mereka
untuk mengembangkan perilaku yang mengganggu.

Daftar Pustaka
Asih G dan Pratiwi M. 2010. Perilaku prososial ditinjau dari empati dan
kematangan emosi. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus. [internet]
[06 Juni 2017]. 1(Desember. . 1): 33-42. Dapat dunduh dari:
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwiX48Pz_6fU
AhXJKY8KHShrCzcQFgguMAA&url=http%3A%2F
%2Feprints.umk.ac.id
%2F268%2F1%2F33__42.PDF&usg=AFQjCNHC3r1mqNcv1htUF4nCMTdxgOGEQ&sig2=q4cbfP6Qxwjqd-YwUG-PQA&cad=rja
Baron, R.A. & Byrne, D. (2005). PsikologiSosial; Jilid 2, Edisi ke-10. Jakarta
[ID]: Penerbit Erlangga.
Renata S dan Parmitasari D. 2016. Perilaku prososial pada mahasiswa ditinjau
dari jenis kelamin dan tipe kepribadian . Jurnal Unika. [internet][06 Juni
2017].
Dapat
diunduh
dari:
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0ahUKEwiX48Pz_6fU
AhXJKY8KHShrCzcQFgg3MAE&url=http%3A%2F
%2Fjournal.unika.ac.id%2Findex.php%2Fpsi%2Farticle%2Fdownload
%2F590%2F450&usg=AFQjCNGDjl6ddP6yTIF_G86HeVCwEjVvsg&sig2
=bSy-xMx-d4dYFo-tcZrsSg&cad=rja
Eisenberg and Mussen. 1989. The Roots of Prosocial Behavior in Children. New
York [US]:
Cambridge University Press.
Rahman, A. A. (2013). Psikologi sosial : integrasi pengetahuan wahyu dan
pengetahuan empirik. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Indra. 2017. Pengertian kerjasama menurut ahli, bentuk-bentuk dan manfaat
kerjasama terlengkap. [Internet].[06 Juni 2017]. Dapat diunduh di:
http://www.pelajaran.co.id/2017/27/pengertian-kerjasama-menurutahlibentuk-bentuk-dan-manfaat-kerjasama-terlengkap.html
Sari DN. 2015. Perilaku prososial mahasiswa ditinjau dari value. [tesis].
[Internet].
[06
Juni
2017].
Dapat
diunduh
di:http://digilib.uinsby.ac.id/3338/5/Bab%202.pdf
Sarwono SW dan Meinarno EA. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta (ID): Salemba
Humanika.
Tinne Rostiana Dewi. 2012. Prilaku Prosisial Ditelaah Berdasarkan Gender di
SMP Miftahul
Iman Bandung. [Skripsi]. [dikutip 6 juni 2017]. Dapat diunduh dari :
http://a-research.upi.edu/skripsiview.php?start=340

Kuesioner Identifikasi Perilaku Prososial Mahasiswa Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin
Nama
:
NIM
:
Jenis Kelamin :
Petunjuk :
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan member tanda (√) pada kolom
lembar jawaban sesuai dengan pendapat sendiri
Keterangan :
SL : Selalu KK : Kadang-kadang
SR : Sering TP : Tidak Pernah
2. Semua jawabana benar, tidak ada yang salah. Oleh karena itu jawablah sesuai dengan

pendapat sendiri tanpa harus sama dengan yang lain.

Pilihan jawaban
No

Aspek

pernyataan
SL

1.

Berbagi

2

Kerjasama

3

Menolong

4

Kejujuran

5

Menyumbang

Saya memberi oleh-oleh kepada teman
setelah pulang dari kampung halaman
Bersedia meluangkan waktu untuk
mendengarkan cerita temen (curhat
Saya turut berkontribusi sebagai
penanggung jawab dalam kegiatan
kelas (PPKU CUP,Baksos dan
esential)
Saya berkontribusi dalam merayakan
kegiatan untuk menyenangkan teman
(kejutan perayaan ulang tahun teman
Saya mebantu membelikan makanan
buat temen yang keadaan sakit
Saya meminjamkan uang kepada
teman yang membutuhkan
Saya menceritakan kekurangan diri
saya kepada teman
Saya melaporkan kegiatan mencontek
kepada pengawas ujian
Saya menjadi pendonor darah
Saya turut menyumbangkan materi
untuk kegiatan bakti sosial

SR

KK

TP