Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Sela

KATA PENGANTAR
Tanah atau agraria berasal dari beberapa bahasa. Istilah agraria berasal dari kata
‘akker’ (Bahasa Belanda), ‘agros’ (Bahasa Yunani) berarti tanah pertanian, ‘agger’ (Bahasa
Latin) berarti tanah atau sebidang tanah, ‘agrarian’ (Bahasa Inggris) berarti tanah untuk
pertanian (Santoso, Urip. 2009:1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agraria berarti (1) urusan pertanian atau tanah pertanian, (2) urusan pemilikan tanah. Mengacu
pada amanat pasal 33 ayat (3) UUD 1945, segala kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia,
dikuasai, diatur dan dikelola serta didistribusikan oleh negara. Pengelolaan pertanahan
menjadi salah satu poin penting untuk dapat mencapai cita-cita pasal 33 yaitu untuk semata-mata meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, yang saat ini terjadi adalah masih ada beberapa kasus terkait kurangnya kinerja pengelolaan aset negara (dalam
hal ini tanah) yang membawa dampak cukup besar terhadap kehidupan masyarakat saat
ini. Sebagai contoh, konflik dan sengketa tanah adat, kepemilikan hak atas tanah, kurang
-nya lahan untuk pembangunan kepentingan umum dan lain sebagainya. Penjabaran terkait
permasalahan pengelolaan pertanahan di atas diperlukan adanya tindak lanjut, sehingga
hal ini dapat diminimalisir.
Buku Profil Pertanahan Provinsi menjelaskan kondisi pengelolaan pertanahan pada
setiap provinsi di Indonesia yang disajikan dalam data angka maupun penjelasan deskriptif.
Buku ini diharapkan dapat mudah dipahami dan membuat seluruh pembacanya mengetahui kondisi pertanahan pada setiap provinsi di Indonesia. Selain itu, buku ini diharapkan
dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di bidang pengelolaan pertanahan ke depannya, sehingga akan sesuai antara yang terdapat di lapangan dengan apa yang akan direncanakan.
Secara khusus, buku ini membahas mengenai kondisi nyata terkait pertanahan
Provinsi Sumatera Selatan yang akan diulas secara singkat dalam meninjau data pertanahan tersebut. Data dan informasi pertanahan Provinsi Sumatera Selatan yang dimaksud di
dalam buku ini mencakup peta dasar pertanahan, wilayah bidang bersertifikat, tanah terlantar, redistribusi tanah dan legalisasi aset, kasus pertanahan, jumlah dan nilai transaksi
tanah, informasi pegawai pertanahan, serta isu spesifik pertanahan yang ada di provinsi

tersebut.

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

i

Buku ini merupakan bentuk kerjasama Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas yang bekerjasama dengan
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi sebagai penyedia data dan informasi.
Buku ini diharapkan dapat menjadi sarana evaluasi implementasi perencanaan sekaligus
menjadi acuan bagi perencanaan ke depannya, khususnya di Provinsi Sumatera Selatan.

Jakarta, Desember 2015
Plt. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

ii

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

DAFTAR SINGKATAN

Bappenas
BPN RI
Ha
HGU
HGB
IP4T
IPSLA
Kakanwil
Kantah
KBBI
Keppres
KK
KPPN
LP2B
LSM
MBR
MPR RI
P4T
PP
PPAN

Renstra
RKP
RPJMN
RPJPN
RTRW
RUU
SIP
TI
TIK
TOL
TORA
UU
UUD
UUPA

:
:
:
:
:

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Hektar
Hak Guna Usaha
Hak Guna Bangunan
Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
Institutional Partnership for Strengthening Land Administration
Kepala Kantor Wilayah
Kantor Pertanahan
Kamus Besar Bahasa Indonesia

Keputusan Presiden
Kepala Keluarga
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Lembaga Swadaya Masyarakat
Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
Peraturan Presiden
Program Pembaharuan Agraria Nasional
Rencana Strategis
Rencana Kerja Pemerintah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah
Rancangan Undang-Undang
Sistem Informasi Pertanahan
Teknologi Informasi
Teknologi Informasi dan Komputerisasi
Tanah Objek Landreform

Tanah Objek Reforma Agraria
Undang-Undang
Undang-Undang Dasar
Undang-Undang Pokok Agraria

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

iii

DAFTAR ISTILAH
Dalam buku profil pertanahan daerah ini, terdapat beberapa istilah yang biasa digunakan
dalam bidang pertanahan. Himpunan istilah ini diharapkan dapat mempermudah pembaca dalam memahami maksud dari setiap data dan informasi yang disajikan dalam buku profil pertanahan. Berikut istilah-istilah yang digunakan:

iv

1.

Peta Dasar Pertanahan
Peta dasar pertanahan adalah peta yang memuat titik-titik dasar teknik pengukuran dan
unsur-unsur geografis, seperti sungai, jalan, bangunan dan batas fisik bidang-bidang tanah.


2.

Peta Tematik
Peta Tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu
(land status, penduduk, transportasi dll.) dengan menggunakan peta rupabumi yang telah
disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi tematiknya.
a.
Peta Zona Nilai Tanah
Peta zona nilai tanah adalah peta tematik yang menggambarkan besaran-besaran
nilai tanah atau harga pasar dan potensi tanah di suatu wilayah tertentu. Peta ini
dibuat dengan skala 10.000 atau lebih kecil.
b.
Peta Sosial-Ekonomi
Peta sosial-ekonomi adalah peta tematik yang menggambarkan kondisi sosial-ekonomi yang ada di suatu wilayah berdasarkan variabel tertentu secara spasial.
c.
Peta Penggunaan Tanah
Peta penggunaan tanah adalah peta tematik yang menggambarkan peruntukkan
lahan yang ada di suatu wilayah.


3.

Status Hukum Atas Tanah
a.
Hak Milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai
orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan bahwa “Semua hak atas tanah
mempunyai fungsi sosial”.
b.
HGU atau Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai
langsung oleh negara, dalam jangka waktu paling lama 25 tahun, guna perusahaan
pertanian, perikanan atau peternakan. Hak ini diberikan atas tanah yang luasnya
paling sedikit 5 Ha dengan ketentuan bahwa jika luasnya 25 hektar atau lebih harus
memakai investasi modal yang layak dan tehnik perusahaan yang baik, sesuai dengan perkembangan zaman.
c.
HGB atau Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling
lama 30 tahun.
d.
Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah
yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat
yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya,

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

e.
f.

g.
h.

yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengelolaan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang-undang
ini.
Hak Sewa adalah hak untuk menggunakan tanah milik orang lain untuk keperluan
bangunan dengan membayar sewa kepada pemiliknya.
Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah berikut
atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah
tersebut untuk pelunasan utang tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.
Hak Wakaf
Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya (PP No 24/1997)

4.


Tanah Terlantar
Tanah Terlantar adalah tanah yang sudah diberikan hak oleh negara berupa hak milik, hak
guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak pengelolaan, atau dasar penguasaan atas
tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan
keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya.

5.

Redistribusi Tanah
Redistribusi tanah (land reform) merupakan salah satu bagian dari agrarian reform, atau
yang sering disebut dengan reforma agraria. Program land reform melalui redistribusi
tanah melakukan koreksi agar sebagian besar penduduk dapat hidup di tanah yang luasannya layak secara ekonomi, sosial, dan budaya.

6.

PRONA (Sumber: bpn.go.id)
Nama kegiatan legalisasi aset yang umum dikenal dengan PRONA, adalah singkatan dari
Proyek Operasi Nasional Agraria. PRONA adalah salah satu bentuk kegiatan legalisasi aset
dan pada hakekatnya merupakan proses administrasi pertanahan yang meliputi; adjudikasi, pendaftaran tanah sampai dengan penerbitan sertifikat/tanda bukti hak atas tanah
dan diselenggarakan secara masal. PRONA dimulai sejak tahun 1981 berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang Proyek Operasi Nasional
Agraria. Berdasarkan keputusan tersebut, Penyelenggara PRONA bertugas memproses
pensertifikatan tanah secara masal sebagai perwujudan daripada program Catur Tertib
di Bidang Pertanahan.

7.

Sertifikasi Tanah Lintas Sektor (LINTOR) (Sumber: bpn.go.id)
Program pemberdayaan sertifikasi LINTOR merupakan kegiatan legalisasi aset yang awalnya berupa inisiatif dan dana kegiatan berasal dari sektor terkait, seperti Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Kementerian Pertanian, serta Kementerian Kelautan
dan Perikanan. Namun karena portofolio sertifikasi hak atas tanah adalah domainnya Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, maka kegiatan sertifikasi hak atas tanah tersebut harus diletakkan di DIPA BPN. LINTOR dimaknai dengan istilah lintas sektor karena
kegiatan ini tidak diselenggarakan oleh satu instansi saja (Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/BPN), tetapi merupakan kegiatan bersama dengan sektor/kementerian/lembaga lain.

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

v

vi

8.

Kasus Pertanahan (bpn.go.id)
Berdasarkan Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, Kasus Pertanahan adalah sengketa, konflik
atau perkara pertanahan yang disampaikan kepada BPN RI untuk mendapatkan penanganan penyelesaian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan pertanahan nasional.
a. Sengketa pertanahan yang selanjutnya disingkat Sengketa adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas secara sosio-politis.
b. Konflik pertanahan yang selanjutnya disingkat Konflik adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum, atau
lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas secara sosio-politis.
c. Perkara pertanahan adalah perselisihan pertanahan yang penyelesaiannya dilaksanakan oleh lembaga peradilan atau putusan lembaga peradilan yang masih dimintakan penanganan perselisihannya di BPN RI.

9.

Tipologi Kasus Pertanahan (Sumber: bpn.go.id)
a. Penguasaan Tanah Tanpa Hak, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
kepentingan mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang tidak atau
belum dilekati hak (tanah negara), maupun yang telah dilekati hak oleh pihak tertentu.
b. Sengketa Batas, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai letak, batas
dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak yang telah ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia maupun yang masih dalam proses penetapan
batas.
c. Sengketa Waris, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang berasal dari warisan
d. Jual Berkali-Kali, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang diperoleh dari jual beli kepada lebih dari 1 orang.
e. Sertifikat Ganda, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai suatu bidang tanah tertentu yang memiliki sertifikat hak atas tanah lebih dari
1.
f. Sertifikat Pengganti, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan
mengenai suatu bidang tanah tertentu yang telah diterbitkan sertifikat hak atas
tanah pengganti.
g. Akta Jual Beli Palsu, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan
mengenai suatu bidang tanah tertentu karena adanya akta jual beli palsu.
h. Kekeliruan Penunjukkan Batas, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak yang telah ditetapkan
oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berdasarkan Penunjukkan batas yang salah.
Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

i.

j.

Tumpang Tindih, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai letak, batas
dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak tertentu karena terdapatnya tumpang
tindih batas kepemilikan tanahnya.
Putusan Pengadilan, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan
mengenai Putusan badan peradilan yang berkaitan dengan subyek atau obyek hak
atas tanah atau mengenai prosedur penerbitan hak atas tanah tertentu.

10. Kriteria Penyelesaian Kasus Pertanahan
a. Kriteria (K1): penerbitan surat pemberitahuan penyelesaian kasus pertanahan dan
pemberitahuan kepada semua pihak yang bersengketa.
b. Kriteria (K2): penerbitan surat keputusan tentang pemberian hak atas tanah, pembatalan sertifikat hak atas tanah, pencatatan dalam buku tanah atau perbuatan
hukum lainnya sesuai Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan.
c. Kriteria (K3): pemberitahuan penyelesaian kasus pertanahan yang ditindaklanjuti
mediasi oleh BPN sampai pada kesepakatan berdamai atau kesepakatan yang lain
disetujui oleh pihak yang bersengketa.
d. Kriteria (K4): pemberitahuan penyelesaian kasus pertanahan yang intinya menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan akan melalui proses perkara di pengadilan.
e. Kriteria (K5): pemberitahuan penyelesaian kasus pertanahan yang menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan yang telah ditangani bukan termasuk kewenangan BPN dan dipersilakan untuk diselesaikan melalui instansi lain.
11. Sertifikat Tanah
Sertifikat tanah adalah surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2)
huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan
rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku
tanah yang bersangkutan.
12. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan
untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok
bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
13. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah sistem dan proses dalam
merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara berkelanjutan.

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

vii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................................
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................................................
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................................
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................
DAFTAR DIAGRAM ...........................................................................................................................

i
iii
iv
viii
viii
ix
ix

DATA DAN INFORMASI PERTANAHAN PROVINSI SUMATERA SELATAN ...............
I.
Peta Dasar Pertanahan ...........................................................................................................
II. Wilayah Bidang Bersertifikat .................................................................................................
III. Tanah Terlantar ...........................................................................................................................
IV. Redistribusi Tanah dan Legalisasi Aset ...........................................................................
V. Kasus Pertanahan .....................................................................................................................
VI. Nilai Transaksi Tanah ..............................................................................................................
VII. Pegawai Pertanahan ...............................................................................................................
VIII. Juru Ukur Pertanahan ...........................................................................................................

1
3
5
10
10
11
12
12
13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 14

DAFTAR TABEL
Tabel I Luas Cakupan Peta Dasar Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan Tahun
s.d 2003-2014 ...........................................................................................................................
Tabel II Luas Cakupan Peta Tematik Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2013
Tabel III Jumlah Bidang Tanah yang Telah Memiliki Sertifikat Hak Milik Atas Tanah di
Provinsi Sumatera Selatan .....................................................................................................
Tabel IV Jumlah Bidang dan Luas Tanah yang Telah Memiliki Sertifikat
Berdasarkan Jenis Hak yang Dikeluarkan di Provinsi Sumatera Selatan .........
Tabel V Jumlah dan Luas Bidang Tanah yang Telah Ditetapkan sebagai Tanah
Terlantar di Provinsi Sumatera Selatan ............................................................................

viii

4
5
8
9
10

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4

Luas Penggunaan Tanah di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014 ...
Peta Luas Wilayah Administrasi Kabupaten / Kota di Provinsi
Sumatera Selatan ...........................................................................................................
Bagan Ketersediaan Cakupan Luas Peta Dasar Pertanahan Provinsi
Sumatera Selatan ...........................................................................................................
Peta Cakupan Bidang Tanah Bersertipikat yang Telah Terdigitasi
Provinsi Sumatera Selatan ..........................................................................................

1
2
3
6

DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1
Diagram 2

Jumlah Bidang Sertifikasi Legalisasi Aset di Provinsi Sumatera
Selatan ..................................................................................................................................... 11
Perkembangan Jumlah Pegawai Pertanahan di BPN Provinsi Sumatera
Selatan ..................................................................................................................................... 12

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

ix

DATA DAN INFORMASI PERTANAHAN
PROVINSI SUMATERA SELATAN

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan

Provinsi Sumatera Selatan secara geografis terletak antara 1o - 4o LS dan 102o - 106o
BT. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jambi di sebelah Utara, sebelah Selatan berbatasan
dengan Provinsi Lampung, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Bangka Belitung, dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu. Provinsi ini memiliki luas administrasi sebesar 8.493.404,06 Ha. Kabupaten terluas terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan luas
wilayah 1.721.699,82 Ha dan terluas kedua dimiliki oleh Kabupaten Musi Banyuasin dengan luas
wilayah sebesar 1.383.060,30 Ha. Kemudian luas wilayah terkecil terdapat di Kota Palembang
yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Selatan dengan luas wilayah sebesar 37.930,90 Ha.
Provinsi Sumatera Selatan memiliki luas wilayah daratan sebesar 6.800.665,36 Ha. Penggunaan tanah di Provinsi Sumatera Selatan secara umum terbagi ke dalam kawasan hutan dan kawasan non-hutan. Sedangkan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) merupakan salah satu
dari jenis kawasan non-hutan. LP2B merupakan lahan yang tidak boleh dimanfaatkan selain untuk
lahan produksi pangan dan telah ditetapkan dalam RTRW tiap provinsi. LP2B ini merupakan salah
satu upaya pemerintah untuk menyelamatkan lahan pertanian pangan karena adanya kecenderungan laju konversi lahan sawah atau pertanian pangan yang cukup cepat beberapa tahun terakhir.
Provinsi Sumatera Selatan memiliki kawasan hutan seluas 3.489.350,37 Ha. Sedangkan luas kawasan non hutan 3.393.469,56 Ha dan luas untuk LP2B sebesar 2.443.324,09 Ha.

Sumber : Kanwil BPN Provinsi Sumatera Selatan, 2014

Kilas Informasi

Gambar 1
Luas Penggunaan Tanah di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014

1

Barang milik negara/daerah yang berupa tanah yang dikuasai Pemerintah Pusat/Daerah
harus disertifikatkan atas nama pemerintah Republik Indonesia/pemerintah daerah yang
bersangkutan.
Pasal 49 ayat 1 UU No. 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

Gambar 2
Peta Administrasi Wilayah Kabupaten/
Kota di Provinsi Sumatera Selatan
Sumber : Badan Informasi Geospasial, 2013

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan

I.

Peta Dasar Pertanahan

Ketersediaan peta dasar pertanahan dapat menjadi pendukung dalam bukti kepemilikan
tanah. Peta dasar pertanahan tersebut digunakan untuk menunjukan batas-batas kepemilikan tanah
secara presisi guna mencegah terjadinya konflik pertanahan yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan, khususnya kasus terkait sengketa batas atau wilayah bidang bersertifikat. Adanya peta dasar
pertanahan tersebut turut mendukung kepastian hukum atas tanah yang dimiliki oleh masyarakat
di Provinsi Sumatera Selatan. Selain itu, ketersediaan peta dasar pertanahan ini merupakan salah
satu upaya untuk mengubah sistem pendaftaran tanah di Indonesia yang semula menganut sistem
pendaftaran tanah secara negatif/stelsel negatif, menjadi sistem pendaftaran tanah secara positif.
Gambar 3
Bagan Ketersediaan Cakupan Luas Peta Dasar Pertanahan
Provinsi Sumatera Selatan

Sumber: Kanwil BPN Provinsi Sumatera Selatan, 2014

Cakupan luas wilayah peta dasar pertanahan di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar
3.451.378,75 Ha. Sedangkan wilayah yang sudah memiliki peta dasar pertanahan yang sudah terdigitasi seluas 458.944,59 Ha dan cakupan wilayah peta dasar pertanahan yang belum terdigitasi
atau masih berupa lembaran kertas sebesar 2.992.434,16 Ha. Adapun wilayah di Provinsi Sumatera Selatan yang belum memiliki peta dasar masih seluas 5.028.825,67 Ha.

3

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kanwil BPN Provinsi Sumatera Selatan, perkembangan cakupan peta dasar pertanahan cenderung fluktuatif. Wilayah cakupan peta dasar pertanahan yang semula hanya 156,23 Ha pada akhir tahun 2003, meningkat hingga menjadi 119.355,40
Ha pada tahun 2006. Kemudian mengalami penurunan pembuatan peta dasar pertanahan dari
tahun 2006 hingga 2008. Namun produksi peta dasar pertanahan di Provinsi Sumatera Selatan
meningkat tajam pada tahun 2013, yakni seluas 2.181.485,64 Ha.
Tabel I
Luas Cakupan Peta Dasar Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan
Tahun s.d 2003-2014

No

Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

s.d 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Peta Dasar Pertanahan
Sudah Ter- Belum Terdigidigitasi (Ha)
tasi (Ha)
156,23
42.486,51
372,27
76.246,52
346,61
75.888,86
344,6
119.011,13
981,04
117.667,14
981,96
117.006,82
66.593,89
116.319,75
2.413,29
115.510,87
74.544,67
167.738,90
21.931,57
153.350,16
290.278,14 1.891.207,50

Sudah Memiliki
Peta Dasar Pertanahan (Ha)

Belum Memiliki
Peta Dasar Pertanahan (Ha)

42,642.74
76,618.79
76,235.78
119,355.74
118,648.18
117,988.78
182,913.64
117,924.16
242,283.57
175,281.73
2,181,485.64

8.450.761,32
8.416.785,27
8.417.168,28
8.374.048,32
8.374.755,87
8.375.415,28
8.310.490,42
8.375.479,90
8.251.120,48
8.318.122,33
6.311.918,42

Sumber : Kanwil BPN Provinsi Sumatera Selatan, 2014

Berbeda dengan peta dasar pertanahan yang digunakan sebagai dasar penerbitan sertifikat
hak atas tanah, peta tematik digunakan untuk menampilkan informasi-informasi pertanahan tertentu. Peta tematik yang dikeluarkan oleh Kanwil BPN Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari tiga
jenis, yaitu peta zona nilai tanah, peta sosial-ekonomi, dan peta penggunaan tanah. Cakupan peta
zona nilai tanah yang tersedia adalah seluas 599.130,56 Ha. Sedangkan cakupan peta tematik sosial-ekonomi provinsi Sumatera Selatan baru seluas 15.000 Ha. Adapun cakupan peta penggunaan
tanah sudah seluas 5.252.778,17 Ha. Ketiga jenis peta tematik di provinsi ini terdata sejak tahun
2007. hingga tahun 2013.

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

4

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan

Tabel II
Luas Cakupan Peta Tematik Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2003-2013
No

Tahun

Zona Nilai Tanah
(Ha)

Sosial-Ekonomi
(Ha)

Penggunaan Tanah
(Ha)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

s.d 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Total

0
0
0
0
0
0
0
5.380,18
1.551,13
72,75
592.126,50
599.130,56

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15.000
15.000,00

0
2.621.786,46
0
0
2.326.059,22
37.661,06
105.941,06
38.673,06
39.607,06
40.627,89
42.422,36
5.252.778,17

Sumber: Kanwil BPN Provinsi Sumatera Selatan, 2014

II.

Wilayah Bidang Bersertifikat

Ketersediaan sertifikat hak milik dan hak atas tanah di Provinsi Sumatera Selatan dapat
berguna dalam menunjukkan tingkat kepastian hukum hak atas tanah bagi masyarakat di provinsi
tersebut. Jumlah bidang yang bersertifikat hak atas tanah dapat menggambarkan pola bagaimana
tanah yang ada di Provinsi Sumatera Selatan tersebut digunakan dan dikelola di atasnya. Selain
itu, juga dapat menjadi tolak ukur dalam menentukan percepatan penyamarataan kesejahteraan
masyarakat yang ada di Provinsi Sumatera Selatan guna menghindari permasalahan ketimpangan
kepemilikan tanah yang ada.
Pada tahun 2015, cakupan luas wilayah bidang bersertifikat yang sudah terdigitasi secara
keseluruhan di Provinsi Sumatera Selatan mencapai 309.145,43 Ha. Hampir semua kabupaten/
kota di Sumatera Selatan memiliki bidang tanah bersertifikat yang sudah terdigitasi tersebut. Adapun persebaran bidang tanah bersertifikat yang sudah terdigitasi di Provinsi Sumatera Selatan
dapat dilihat pada Gambar 4 di halaman berikutnya.

5

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan

Sertifikat hak milik dibagi ke dalam tujuh jenis sertifikat hak milik, yaitu Swadaya, PRONA,
Petani, Nelayan, MBR, UKM, dan Transmigrasi. Swadaya dalam hal ini adalah tiap individu yang
ingin memiliki sertifikat tanah mengajukannya sendiri ke kantor pertanahan terkait. PRONA, Petani,
Nelayan, MBR, UKM dan Transmigrasi merupakan program-program legalisasi aset yang dilakukan oleh BPN yang sasarannya adalah masyarakat golongan menengah ke bawah. Proyek Operasi
Nasional Agraria (PRONA) adalah salah satu bentuk kegiatan legalisasi aset yang pada prinsipnya
merupakan kegiatan pendaftaran tanah pertama kali dengan mengutamakan desa miskin/tertinggal, daerah pertanian subur atau berkembang, daerah penyangga kota, pinggiran kota atau daerah
miskin kota, dan daerah pengembangan ekonomi rakyat.
Sampai dengan tahun 2013, jumlah bidang yang telah tersertifikasi hak milik secara swadaya adalah 976.100, dan angka ini mengalami peningkatan sebesar 219.067 bidang dalam kurun waktu 6 tahun (dari 2007 – 2013). Sedangkan untuk legalisasi aset melalui program sertifikasi PRONA, jumlah bidang yang sudah memiliki sertifikat hak milik adalah sebanyak 122.693
bidang dengan peningkatan sebanyak 119.696 bidang sejak tahun 2005 yang pada saat itu jumlah bidang yang tersertifikasi PRONA hanya sebanyak 2.997 bidang. Selanjutnya, jumlah bidang
yang telah tersertifikasi tanah petani adalah sebesar 5.253 bidang, tanah MBR 554 bidang, UKM
6.454 bidang dan sertifikasi tanah transmigrasi adalah sebanyak 43.813 bidang.
Selain hak milik atas tanah, terdapat pula jumlah bidang dan luas tanah yang telah memiliki
sertifikat atas tanah berdasarkan jenis hak-nya. Sertifikat atas tanah tersebut dapat berupa hak
guna usaha (HGU), hak guna bangunan (HGB), hak pakai, hak sewa, hak tanggungan, hak wakaf dan
hak pengelolaan. Namun, Kanwil BPN Provinsi Sumatera Selatan hanya mengeluarkan jenis hak
atas tanah dalam 5 jenis seperti yang tertera pada Tabel IV di halaman 9.
Secara keseluruhan, sertifikat hak tanggungan memiliki jumlah dan luas bidang tanah terbanyak dibandingkan dengan sertifikat hak atas tanah lainnya. Sebaliknya, bidang tanah bersertifikat hak wakaf memiliki jumlah bidang dan luas tanah terkecil. Di mana pada tahun 2007, hanya
terdapat 11 bidang tanah dengan luas wilayah 0,58 Ha yang memiliki sertifikat hak wakaf. Pada
tahun 2008, tanah bersertifikat HGB berjumlah 16.621 bidang, namun memiliki luasan hanya sebesar 11,17 Ha. Sedangkan tanah bersertifikat HGU sebaliknya memiliki jumlah bidang tanah bersertifikat yang hanya sebanyak 10 bidang, namun luas wilayahnya mencapai 5.747,95 Ha pada tahun 2011. Adapun luas tanah bersertifikat hak pakai mengalami peningkatan yang cukup signifikan
di tahun 2013, yakni sebesar 89.388,16 Ha dengan jumlah bidang sebanyak 234 bidang tanah.
Kilas Informasi

Tanah Negara atau tanah yang dikuasai
langsung oleh Negara adalah tanah yang
tidak dipunyai dengan sesuatu Hak Atas
Tanah.
Peraturan Kepala BPN RI
No. 1 Tahun 2011 tentang Pelimpahan
Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah
dan Kegiatan Pendaftaran Tanah Tertentu

7

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

Tabel III
Jumlah Bidang Tanah yang Telah Memiliki Sertifikat Hak Milik Atas Tanah
di Provinsi Sumatera Selatan (Bidang)

No.

Tahun

Swadaya

Prona

Petani

Nelayan

MBR

UKM

Transmigrasi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

s.d 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Total

0
0
0
0
757.033
18.128
38.803
10.675
61.551
20.079
69.831
976.100,00

0
0
2.997
4.132
10.887
12.743
14.760
5.164
5.429
17.925
48.656
122.693,00

0
0
0
0
0
0
0
150
2.307
1.750
1.046
5.253,00

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0,00

0
0
0
0
0
0
0
0
224
190
140
554,00

0
0
0
0
191
2.785
1.030
800
450
598
600
6.454,00

0
0
2.387
2.033
1.200
1.500
0
3.764
26.808
6.121
0
43.813,00

Sumber: Kanwil BPN Provinsi Sumatera Selatan, 2014

8

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

Tabel IV
Jumlah Bidang dan Luas Tanah yang Telah Memiliki Sertifikat
Berdasarkan Jenis Hak yang Dikeluarkan di Provinsi Sumatera Selatan

HGU
No.

Tahun

Jumlah
(Bidang)

Luas (Ha)

HGB
Jumlah
(Bidang)

Hak Pakai

Luas (Ha)

Jumlah
(Bidang)

Luas (Ha)

Hak Tanggungan
Jumlah
(Bidang)

Luas (Ha)

Hak Wakaf
Jumlah
(Bidang)

Luas (Ha)

1.

s.d 2003

10.557

3.557,00

0

0,00

2.

2004

4.572

1.888,00

13

0,90

3.

2005

8.218

16.986,00

86

4,08

4.

2006

10.809

344.840,00

26

1,62

242

5.

2007

6.

2008

27

594.425,05

88.538,12

46.681

22.267,86

16.621

11,17

143.744

77.185,41

12.811

474.412,01

11

0,58

469

226,20

15.032

126.378,97

20

2,49

7.

2009

57

75.901,01

260

384,49

116

142,90

5.175

88.449,36

30

5,55

8.

2010

20

13.531,19

481

230,96

129

207,65

5.722

89.517,57

15

1,99

9.

2011

10

5.747,95

380

423,93

91

5,36

21.839

187.849,92

651

68,04

10.

2012

29

105.210,17

266

103,45

104

110,07

22.709

69.721.305,00

69

9,53

11.

2013

25

18.922,48

959

18.173,68

234

89.388,16

28.185

547.299,00

32

8,23

Sumber: Kanwil BPN Provinsi Sumatera Selatan, 2014

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

9

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan

III.

Tanah Terlantar

Tanah terlantar akan digunakan sebagai aset atau sumber tanah untuk kegiatan reforma
agraria. Tanah yang ditetapkan menjadi tanah terlantar akan kembali menjadi tanah negara karena
tidak dimanfaatkan sebagaimana ketentuan yang berlaku. Jumlah bidang sisa tanah yang belum
ditetapkan sebagai tanah terlantar masih dimiliki oleh orang perseorangan. Adapun bidang tanah
terlantar yang tersedia hanya tanah yang sudah ditetapkan terlantar oleh Kanwil BPN Provinsi Sumatera Selatan dalam beberapa tahapan yang sudah diatur dalam peraturan perundangan.
Pengaturan mengenai tanah terlantar telah diatur dalam PP Nomor 11 Tahun 2010 Pasal
2 dan Pasal 15 ayat (1) tentang Penetapan dan Pendayagunaan Tanah Terlantar. Tanah Terlantar
merupakan salah satu sumber TOL (Tanah Objek Landreform) yang akan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di tiap daerah. Jumlah bidang dan luas tanah yang telah ditetapkan
menjadi tanah terlantar di Provinsi Sumatera Selatan ada sebanyak 89 bidang tanah dengan luas
437.267,83 Ha dan digunakan sebagai Tanah Objek Reforma Agraria (TORA).
Tabel V
Jumlah dan Luas Bidang Tanah yang Telah Ditetapkan sebagai Tanah Terlantar
di Provinsi Sumatera Selatan
Penetapan Tanah Terlantar
No.
1.
2.
3.
4.

Tahun
2010
2011
2012
2013
Total

Jumlah (Bidang)

Luas (Ha)

1
68
18
2
89.00

3,732.00
419,921.69
12,275.89
1,338.25
437,267.83

Sumber : Kanwil BPN Provinsi Sumatera Selatan, 2014

IV.

Redistribusi Tanah dan Legalisasi Aset

Redistribusi tanah dan kegiatan legalisasi aset menjadi salah satu program kegiatan BPN
untuk meningkatkan prosentase kepemilikan sertifikat hak atas tanah oleh masyarakat. Dalam kegiatan Reforma Agraria, terdapat redistribusi tanah dan legalisasi aset sebagai program di dalamnya. Dalam redistribusi tanah, penerima diberikan tanah serta sertifikat hak atas tanah tersebut.
Sedangkan legalisasi aset hanya berupa pemberian sertifikat hak atas tanah yang sudah dimiliki
sebelumnya, namun belum memiliki sertifikat. Kegiatan ini diikuti dengan program pemberdayaan,
sehingga penerima tidak hanya memiliki akses terhadap tanah, tapi juga mempunyai keahlian dalam
memberdayakan tanah tersebut.
Legalisasi aset sudah dilakukan dari tahun 2010 hingga tahun 2013. Pada tahun 2010,
legalisasi aset yang dilakukan ditujukan untuk UKM dan petani. Jumlah bidang tanah yang tersertifikasi untuk UKM adalah sebanyak 800 bidang. Sedangkan jumlah bidang tanah yang tersertifikasi
untuk petani adalah sebanyak 1.500 bidang. Pada tahun 2011, legalisasi aset yang dilakukan terdiri
dari PRONA sejumlah 5.200 bidang, program UKM sejumlah 550 bidang, dan program konsolidasi
Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

10

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan

tanah 100 bidang. Selain itu, terdapat program redistribusi tanah yang diberikan pada tahun 2013
dengan jumlah bidang yang menerima sebanyak 600 bidang tanah. Selain itu, terdapat 1.100
bidang yang dilegalkan melalui legalisasi aset bagi petani dan 300 bidang tanah melalui legalisasi
aset bagi MBR.

2010

2011

2012

2013

Diagram 1
Jumlah Bidang Sertifikasi Legalisasi Aset di Provinsi Sumatera Selatan

Program MBR
Program Petani
Program UKM
Program Menpera
Program Pertanian
Program UKM
Program Reditribusi Tanah
Program Konsolidasi Tanah
Program UKM
Program Prona
Program Pertanian
Program UKM

300
1,100
600
400
1,750
600
12,000
100
550
5,200
1,500
800
0

4,000

8,000

12,000

Sumber: Kanwil BPN Provinsi Sumatera Selatan, 2014

V.

Kasus Pertanahan

Hingga akhir tahun 2013, kasus pertanahan yang terdapat di Provinsi Sumatera Selatan
dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu berdasarkan subjek yang terlibat dan objeknya. Untuk kasus
pertanahan berdasarkan subjek, terdapat 7 kasus di mana 2 kasus merupakan kasus pertanahan
yang melibatkan antar pemerintah daerah, dan 5 kasus yang melibatkan antar masyarakat. Selain
itu, untuk kasus pertanahan berdasarkan objek yang terlibat, terdapat 7 kasus yang terjadi. Dari 7
kasus tersebut, terdapat 1 kasus yang merupakan kasus terkait sertifikat pengganti dan 6 kasus
tumpang tindih.
Berdasarkan data yang diperoleh, penyelesaian kasus pertanahan terdata sejak tahun 2009
hingga awal tahun 2013. Kasus pertanahan yang terselesaikan ditempuh melalui penerbitan surat
pemberitahuan (K1) sebanyak 58 kasus, melalui surat keputusan (K3) sebanyak 23 kasus, dan
melalui Pengadilan (K4) sebanyak 23 kasus.

11

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan

VI.

Nilai Transaksi Tanah
*) Data mengenai “Nilai Transaksi Tanah” di Provinsi Sumatera Selatan tidak tersedia.

VII. Pegawai Pertanahan
Pegawai pertanahan yang bekerja di lingkungan Kanwil BPN Provinsi Sumatera Selatan
terbagi ke dalam dua jenis, yaitu pegawai juru ukur dan pegawai non-juru ukur. Pegawai juru ukur ini
merupakan pegawai yang memiliki keahlian khusus di bidang Pemetaan, pengukuran tanah untuk
mengerjakan pengukuran bidang tanah, batas wilayah dan lainnya. Sedangkan pegawai non-juru
ukur adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan selain geodesi dan sejenisnya. Hingga akhir tahun 2013, jumlah pegawai pertanahan yang bekerja di lingkungan BPN Kanwil Sumatera Selatan berjumlah 320 orang, di mana 275 orang merupakan pegawai non-juru ukur dan
45 orang merupakan pegawai non-juru ukur. Angka pegawai non-juru ukur ini terus menurun dari
tahun 2007 dengan jumlah pegawai juru ukur pada tahun tersebut adalah 74 orang. Nilai tersebut
terus menurun tiap tahunnya (hingga akhir tahun 2013), seperti pada tahun 2008 turun menjadi
69 orang, 65 orang pada tahun 2009 dan 2010, 60 orang pada tahun 2012 dan 45 orang pada
akhir tahun 45. Berikut adalah diagram perkembangan jumlah pegawai pertanahan yang ditunjukkan pada Diagram 5.
Diagram 2
Perkembangan Jumlah Pegawai Pertanahan di BPN Provinsi Sumatera Selatan

Sumber: Kanwil BPN Provinsi Sumatera Selatan, 2014

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

12

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan

Hingga akhir tahun 2013, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jumlah pegawai pertanahan yang dimiliki oleh Kanwil Provinsi Sumatera Selatan adalah 320 orang dengan perbandingan 275 orang merupakan pegawai non-juru ukur dan 45 orang pegawai juru ukur (6:1). Berdasarkan perbandingan antara jumlah pegawai pertanahan non-juru ukur dengan pegawai juru ukur
pertanahan dirasa belum mencukupi untuk dapat melaksanakan pelayanan pertanahan secara optimal. Jumlah pegawai juru ukur perlu ditambah sebanyak 40 orang, dimana jumlah ini didasarkan
dengan luas wilayah Sumatera Selatan yang cukup besar dengan beban pengerjaan pengukuran
yang juga cukup tinggi, sehingga apabila dilihat dengan kondisi eksisting, jumlah yang sudah ada
belum mencukupi, sehingga perlu dilakukan penambahaan pegawai juru ukur sebanyak 40 orang.
(Kanwil BPN Sumatera Selatan, 2014).

VIII. Isu Spesifik Pertanahan
*) Data mengenai “Isu Spesifik Pertanahan” di Provinsi Sumatera Selatan tidak tersedia.

13

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Tanpa Angka Tahun. “Program Prioritas: LARASITA,” dalam http://www.bpn.go.id. Diunduh 18 September 2014
Laporan Akhir Multi Donor Fund 2012, Masa Depan yang Berkelanjutan: Warisan Rekonstruksi, Volume 2: Lembaran Info Proyek.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Limbong, Bernhard. 2012. Konflik Pertanahan. Jakarta: Margaretha Pustaka
Santoso, Urip. 2009. Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta: Kencana.
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2010 Tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah
Terlantar
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Peraturan Menteri Agraria/KPPN No.5 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penyelesaian Masalah
Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.
UU No. 5 Tahun 1970 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
UU No. 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum

Profil Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

14

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Media Peta Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Dengan Pokok Bahasan Mengenal Peta Provinsi (Ptk Pada Siswa Kelas Iv Mis Al-Husna Kota Tangerang)

1 36 118

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Prosedur Verifikasi Internal Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat

2 110 1

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 25 157

Sistem Informasi Pengolahan Data Pinjaman Pada Koperasi Serba Usaha Bersama di Ciroyom Provinsi Jawa Barat

4 39 117

Pembangunan Web Profil PT. Lima Pilar Abadi Utama

0 27 77

Analisis Sistem Informasi Databse Di Jabatan Fungsional Instalasi Multimedia Di Balai Pelatihan Dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

1 16 61

Prosedur pengelolaan Anggaran Belanja Langsung Pada Dinas tenaga kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat

1 7 58

Pengembangan Sistem Informasi Gudang Umum Dan Rumah Tangga Di RSUD Al Ikhsan Provinsi Jawa Barat

0 13 1

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167