LAPORAN PRAKTIKUM MORFOLOGI TUMBUHAN R

LAPORAN PRAKTIKUM
MORFOLOGI TUMBUHAN
RUMUS BUNGA DAN DIAGRAM BUNGA (FLOS)

Oleh:
Deby Noviyanti (12222020)

Dosen Pembimbing:
Delima Engga Mareta, S.Pd, M.Kes

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTIUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Bunga merupakan alat reproduksi seksual. Suatu bunga yang lengkap

mempunyai daun kelopak, daun mahkota, benang sari, putik, dan daun buah.
Bunga terdiri atas bagian yang fertil, yaitu benang sari dan daun buah, serta
bagian yang steril yaitu daun kelopak dan daun mahkota. Bunga merupakan
sebagian dari cara reproduksi seksual yang menghasilkan biji, dan akhirnya dari
bijilah diperoleh tumbuhan baru (Tjitrosomo, 1983).
Bagian tumbuhan yang sering dideskripsikan adalah bunga. Dalam
mendeskripsikan bunga, selain dengan kata-kata, dapat ditambahkan dengan
gambar-gambar yang melukiskan bagian-bagian bunga atau berupa diagram
bunga. Kecuali dengan diagram, susunan bunga dapat dinyatakan dengan sebuah
rumus yang terdiri atas lambang-lambang, huruf-huruf dan angka-angka yang
semua itu dapat memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta
bagian-bagiannya (Tjitrosoepomo, 1995).
Untuk memudahkan mengamati bagian-bagian bunga yang terdiri dari
tangkai bunga (pedicellus), dasar bunga (receptaculum),
mahkota (corolla),

kelopak


(calyx),

benang sari (stamen), dan putik (pistillum) secara singkat

dapat ditulis dengan menggunakan rumus bunga atau dengan diagram bunga
untuk memudahkan kita dalam mengidentifikasi suatu bunga.
Diagram bunga merupakan gambaran proyeksi pada bidang datar dari semua
bagian yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampangpenampang melintang daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik,
juga bagian-bagian lain yang masih ada selain keempat bagian utama tersebut
(Tjitrosoepomo, 1995).
Berdasarkan uraian diatas, maka dilaksanakanlah praktikum tentang Rumus
dan Diagram Bunga, agar kita dapat mengetahui secara jelas bagian-bagian bunga
sehingga dapat menentukan rumus dan diagram masing-masing bunga secara
tepat dan jelas.

1.2.

Tujuan
Adapun tujuan praktikum tentang Rumus dan Diagram Bunga adalah untuk


membuat rumus bunga dari diagram bunga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diagram Bunga
Diagram bunga adalah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua
bagian bunga yang dipotong melintang. Jadi pada diagram itu digambarkan
penampang-penampang melintang daun kelopak, mahkota bunga, benang sari,
dan putik, juga bagian-bagian bunga lainnya jika masih ada. Dari diagram bunga
itu selanjutnya dapat diketahui juga jumlah masing-masing bagian bunga tadi
bagaimana letak bunga dan susunannya antara satu dengan yang lain
(Tjitrosoepomo, 1995).
Jika kita hendak membuat diagram bunga, kita harus memperhatikan hal-hal
berikut (Tjitrosoepomo, 1995):
a. Letak bunga pada tumbuhan. Dalam hubungannya dengan perencanaan
suatu diagram, kita hanya membedakan dua macam letak bunga:
1. bunga pada ujung batang atau cabang (flos terminalis),
2. bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos terminalis).
b. Bagian-bagian bunga yang akan kita buat diagram tadi tersusun dalam
berapa lingkaran.

Pada lingkaran-lingkarannya sendiri berturut-turut dari luar ke dalam
digambar daun-daun kelopak, daun-daun tajuk, benang sari, dan yang terakhir
penampang melintang bakal buah. Dengan demikian kita dapat membedakan dua
macam diagram bunga (Tjitrosoepomo, 1995):
a.

diagram bunga empirik, yaitu diagram bunga yang hanya membuat
bagian-bagian bunga yang benar-benar ada,

b.

diagram teoritik, yaitu diagram bunga yang selain menggambarkan
bagian-bagian bunga yang sesungguhnya, dan juga memuat bagianbagian yang sudah tidak ada lagi.

2.2. Rumus Bunga
Rumus bunga merupakan gambaran tentang keadaan suatu bunga. Rumus
bunga

menunjukkan


keadaan

kelopak

bunga,

mahkota,

organ-organ

reproduktifnya, dan simetrinya (Rosanti, 2013).
Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat
bunga yang bertalian dengan simetrinya atau jenis kelaminnya, huruf-huruf
merupakan singkatan nama bagian-bagian bunga. Disamping itu masih terdapat
lambang-lambang lain lagi yang memperlihatkan hubungan bagian-bagian bunga
satu sama lain (Tjitrosoepomo, 1985).
Menurut Rosanti (2013), secara berturut-turut, pembuatan rumus bunga
adalah sebagai berikut:
1. Kelamin Bunga
Kelamin bunga tersebut yang ditunjukkan oleh organ reproduktifnya.

Jika bunga tersebut memiliki putik sekaligus benang sari maka bunga tersebut
termasuk bunga banci (hemaphrodite) dilambangkan dengan ♀, jika bunga
tersebut hanya memiliki putik maka bunga tersebut termasuk bunga betina,
dilambangkan dengan ♀. jika bunga hanya memiliki benang sari saja maka
disebut bunga jantan, dilambangkan dengan ♂ (Rosanti, 2013).
2. Menentukan Simetri Bunga
Simetri adalah sifat suatu benda atau badan yang juga biasa disebut untuk
bagian-bagian tubuh tumbuhan (batang, daun, maupun bunga), jika benda tadi
oleh sebuah bidang dapat dibagi menjadi dua bagian, sedemikian rupa,
sehingga kedua bagian itu saling menutupi. Dapat pula dikatakan bidang
pemisah tadi merupakan sebuah cermin datar dan bagian yang satu merupakan
bayangan cermin bagian yang lainnya. Bidang yang dapat dibuat untuk
memisahkan suatu benda dalam dua bagian yang satu sama lain merupakan
bayangannya

dalam

cermin

datar


tadi,

dinamakan

bidang

simetri

(Tjitrosoepomo, 1983).
Macam-macam simetri pada bunga yaitu: (Tjitrosomo, 1983)
a. Asimetris atau tidak simetris, jika pada bunga tidak dapat dibuat satu
bidang simetri dengan jalan apapun juga, misalnya bunga tasbih
(Canna hybrida Hort).

b. Setangkup tunggal (monosimetris atau zygomorphus), jika pada bunga
hanya dapat di buat satu bidang simetri saja yang membagi bunga tadi
menjadi dua bagian yang setangkup. Sifat ini biasanya ditunjukkan
dengan lambang ↑ (anak panah).
c. Setangkup menurut dua bidang (bilateral simetris atau disimetris),

dapat pula dikatakan setangkup ganda, yaitu bunga yang dapat
dijadikan dua bagian yang setangkup menurut dua bidang simetri yang
tegak lurus satu sama lain, misalnya bunga lobak (Raphanus
sativus L).
d. Beraturan

atau

bersimetri

banyak

(polysimetris, regularis,

atau actinomorphus), yaitu jika dapat dibuat banyak bidang simetri
untuk membagi bunga itu dalam dua bagiannya yang setangkup,
misalnya pada bunga lili gereja (Lilium longiflorum Thunb) bunga
yang beraturan seringkali ditunjukkan dengan lambang * (bintang).
3. Menghitung Jumlah Kelopak Bunga.
Kelopak bunga dilambangkan dengan huruf “K” dari kata calyx atau

huruf “S” dari kata sepalae. Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk
maupun warnanya, kita lalu mempergunakan huruf lain untuk menyatakan
bagian tersebut, yaiut huruf P singkatan kata perigonium (tenda bunga).
Sebagai contoh jika jumlah daun kelopak berjumlah 3 saling berdekatan maka
ditulis “K (3)”, jika daun kelopak berjumlah 3 tidak saling berdekatan maka
ditulis “K 3” (Rosanti, 2013).
4. Menghitung Jumlah Daun-Daun Mahkota
Mahkota dinyatakan dengan huruf C singkatan kata corolla atau huruf
“P” dari kata petalae. Sebagai contoh, jika daun mahkota berjumlah 5 saling
berdekatan maka ditulis “C (5)” atau “P (5)”. Jika jumlah daun mahkota
berjumlah 5 tidak saling berdekatan maka ditulis “C 5” atau “P 5” (Rosanti,
2013).
Jika mahkota bunga tersusun dalam 2 sampai 3 lingkaran, maka harus
dihitung jumlah mahkota dalam lingkaran terluar dahulu baru kedalam. Jika
jumlah daun mahkota banyak maka dianggap memiliki jumlah yang tidak
terbatas sehingga ditulis “∞”(Rosanti, 2013).

5. Menghitung Jumlah Benang Sari
Benang-benang sari yang dinyatakan dengan huruf A singkatan kata
androecium (istilah ilmiah untuk alat-alat jantan pada bunga). Setiap benang

sari memiliki kepala sari (anthera) yang mengandung banyak serbuk sari.
Kepala sari ini terkumpul menjadi satu dalam satu tangkai sari. Jumlah kepala
sari inilah yang menjadi penentu jumlah A (Rosanti, 2013).
6. Menghitung Jumlah Putik
Putik yang dinyatakan dengan huruf G singkatan kata gymnaecium
(istilah untuk alat betina pada bunga) (Tjitrosoepomo, 1995). Setiap putik
memiliki kepala putik (stigma) yang mengandung banyak daun buah, kepala
putik tersusun menjadi satu dalam tangkai putik, jumlah kepala putik inilah
yang menjadi penentu jumlah G (Rosanti, 2013).
Dalam perhitungan putik, harus diperhitungkan pula kedudukan bakal
buahnya. Jika bakal buah menumpang (superus), jika bakal buah duduk diatas
dasar bunga, maka simbol huruf G harus digaris bawah. Jika kedudukan bakal
buahnya setengah tenggelam (hemi inferus) dan pada dasar bunga yang
cekung, maka dibawah simbol hutuf G tidak perlu diberi simbol tambahan.
Jika kedudukan bakal buah tenggelam (inferus) maka diatas simbol huruf G
diberi tanda garis (Rosanti, 2013).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu Dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 17 Desember 2013 pada pukul
15.00 WIB hingga selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang.
3.2. Alat Dan Bahan
3.2.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan ialah baki/nampan, silet/pisau cutter,
pensil warna, mistar, dan kertas A4.
3.2.2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah bunga sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis), bunga tasbih (Canna sp), ranting alamanda (Allamanda
cathartica L), bunga kertas (Bougenvilla spectabilis), bunga teratai
(Nymphaea lotus L), bunga anggrek kalajengking (Arachis flos-aeris), dan
bunga mawar (Rosa sp).
3.3. Prosedur kerja
1. Mempersiapkan semua alat dan bahan
2. Membuat rumus bunga dan diagram bunga dari bahan-bahan yang tersedia.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
RUMUS BUNGA
1. Bunga

sepatu

(Hibiscus

DIAGRAM BUNGA
rosa-

sinensis)
♀, K(5), C(5), A~, G(5)

2. Bunga

Alamanda

(Allamanda

cathartica L.)
♀, K(5), C(5), A~, G1

3. Anggrek Kalajengking (Arachis
flos-aeris)
♀, P5, A0, G1

4. Teratai (Nymphaea lotus L.)
♀, P~, A~

5. Bunga Mawar (Rosa sp)
♀, ↑, K5, C5+5+5, A~, G~

6. Bunga

Kertas

(Bougenvilia

spectabilis)
♀, ↑, K3+(5)+(5)+(5), C(5)+(5)+(5), A(8)+(8)+(8),
G3

7. Bunga Tasbih (Canna sp)
♀, K3+3, {C2+2+1, A1}, G1

4.2. Pembahasan
4.2.1. Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Bunga sepatu termasuk bangsa malvales, mempunyai ciri khas yaitu
terdapatnya ‘columna’, yaitu bagian bunga yang terdiri dari pelekatan
bagian bawah tangkai sarinya membentuk badan yang menyelubungi putik
dan bagian pangkalnya berlekatan dengan pangkal daun-daun mahkota,
sehingga bila mahkota bunga ditarik keseluruhannya akan terlepas dari
bunga bersama-sama dengan benang-benang sari dengan meninggalkan
kelopak dan bakal buah saja. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa bunga
sepatu memiliki rumus bunga ♀, K(5), C(5), A~, G(5). Artinya bunga sepatu
merupakan bunga banci, yaitu pada bunganya terdapat putik dan benang
sari, mempunyai 5 buah kelopak utama yang saling berlekatan, 5 buah
mahkota bunga yang juga berlekatan. Benang sarinya sangat banyak dan
saling berlekatan, putiknya ada 5 yang saling berlekatan dan menumpang.
4.2.2. Alamanda (Allamanda cathartica L.)
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada alamanda diketahui
bahwa alamanda mempunyai rumus bunga ♀, K(5), C(5), A~, G1. Artinya
bunga alamanda adalah bunga banci, memiliki 5 buah kelopak yang
berlekatan, dan memiliki banyak benang sari yang tidak berlekatan satu
sama lain, memiliki 5 buah mahkota, pada bunga ini putiknya hanya ada
satu dan tenggelam.
4.2.3. Bunga Anggrek Kalajengking (Arachis flos-aeris)
Bunga ini termasuk bunga majemuk berkelamin dua, zygomorf,
mempunyai benang sari dan kepala putik yang terletak pada suatu kotak dan
pada tenda bunga mempunyai serupa tajuk dan warnanya bermacammacam. Seperti warna tajuk bunga. Bunganya banyak terdapat pada setiap
tangkai dan berbentuk seperti kalajengking. Dari hasil pengamatan dapat
diketahui bahwa bunga anggrek mempunyai rumus bunga ♀, P5, A0, G1.
Artinya bunga ini merupakan bunga banci, memiliki 5 buah daun tenda

bunga yang tidak berlekatan, benang sari yang sebenarnya ada namun tidak
tampak pada saat pengamatan, dan 1 buah putik yang menumpang.
4.2.4. Bunga Teratai (Nymphaea lotus L.)
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa bunga teratai
mempunyai rumus bunga ♀, P~, A~.. Artinya bunga teratai merupakan bunga
banci, memiliki benang sari yang sangat banyak/tak terhingga. Tenda bunga
berwarna putih. Bentuk tenda bunga yaitu jorong, tidak saling berlekatan
satu sama lain, dan terletak berseling. Memiliki banyak benang sari yang
terkumpul berbentuk pipih, terletak disebelah dalam tenda bunga.
4.2.5. Mawar (Rosa sp)
Mawar memiliki rumus bunga ♀, ↑, K5, C5+5+5, A~, G~. Artinya mawar
merupakan bunga banci yang bersimetri tunggal, memilki 5 buah kelopak
yang tidak berlekatan, 15 buah mahkota yang juga tidak berlekatan dan
terbagi menjadi 3 lingkar masing-masing 5 mahkota pada setiap lingkar,
benang sari yang banyak/tak hingga, serta putik yang juga tak hingga dan
menumpang.
4.2.6. Bunga Kertas (Bougenvilia spectabilis)
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa bunga kertas
(bougenvile) terletak diujung, namun ada pula yang terletak diketiak daun.
Bunga ini daun pemikatnya ditempeli oleh satu bunga tabung untuk setiap
satu daun pemikat. Rumus bunganya adalah ♀, ↑, K3+(5)+(5)+(5), C(5)+(5)+(5),
A(8)+(8)+(8), G3. Artinya bunga kertas merupakan bunga banci yang bersimetri
1, memiliki 18 buah kelopak yang hanya 3 buah yang tidak saling melekat,
memiliki 15 buah mahkota yang saling berlekatan dengan benang sari yang
banyak dan 3 buah putik yang tidak berlekatan dan menumpang. Tanaman
ini merupakan tumbuhan liana yang kokoh dan menjauhi batang.

4.2.7. Bunga Tasbih (Canna sp)
Bunga tasbih merupakan karangan bunga yang kerap kali bercabang,
bunga dalam bulir atau tandan. Tangkai pendek, kelopak daun tidak sama.
Kerap kali berwarna serupa mahkota, panjang antara 1-15 cm. Bunga tasbih
adalah bunga banci, bunganya tidak simetris, mempunyai daun kelopak
yang terpisah sebanyak 6 buah, daun mahkota ada 5 yang juga terpisah.
Benang sari ada 1 yang melekat pada mahkota. Rumus bunga tasbih adalah
♀, K3+3, {C2+2+1, A1}, G1.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Rumus bunga merupakan gambaran tentang keadaan suatu bunga. Rumus
bunga

menunjukkan

keadaan

kelopak

bunga,

mahkota,

organ-organ

reproduktifnya, dan simetrinya. Diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada
bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong melintang. Dari hasil
pengamatan

yang

dilakukan

dapat

diambil

kesimpulan

bahwa

bunga

sepatu, bunga tasbih, bunga kertas, bunga teratai, bunga mawar, bunga alamanda,
dan bunga anggrek kalajengking merupakan bunga yang berjenis kelamin
hermaprodit atau banci.. Sedangkan simetri pada semua sampel bunga tidak
memiliki simetri kecuali pada bunga kertas dan bunga mawar yang bersimetri 1.
Bagian-bagian bunga kelopak dan mahkota hampir dimiliki oleh semua contoh
bunga kecuali pada bunga teratai dan anggrek yang memiliki tenda bunga.
Sedangkan contoh bunga yang bakal buahnya tenggelam hanya terdapat pada
bunga tasbih.
5.2 Saran
Pada saat praktikum hendaknya praktikan lebih teliti dan lebih
memperhatikan penjelasan tentang rumus dan diagram bunga karena pada
praktikum kali ini diperlukan keterampilan dan ketelitian agar rumus dan diagram
bunga yang dibuat tepat dan mendapatkan hasil yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1995. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi dkk. 1983. Botani Umum 1. Bandung: Angkasa.