BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permainan Bola Basket - Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menentukan Pemain Basket Terbaik Menggunakan Algoritma Analytical Hierarchy Process (AHP) Dan Profile Matching (Studi Kasus : SMA Santo Thomas 1 Medan )
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Permainan Bola Basket
Bola basket adalah salah satu olahraga yang terkenal/populer didunia.
Penggemarnya dari segala usia merasakkan permaian bola basket adalah olahraga yang
menyenangkan, kompetitif, mendidik, menghibur, dan menyehatkan. Keterampilanketerampilan perseorangan seperti tembakan, umpan drible, dan rebound, serta kerja
sama tim untuk menyerang atau bertahan, adalah prasyarat agar berhasil dalam
memainkan olahraga ini.
Bola basket dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing regu terdiri dari 5
pemain. Setiap regu berusaha memasukan bola ke dalam keranjang lawan dan berusaha
mencegah lawan untuk memasukan bola atau mencetak angka dengan cara bola dioper,
dilempar, ditepis, digelindingkan atau dipantulkan segala arah sesuai dengan peraturan
yang telah ditentukan.
Dalam pembinaan prestasi bola basket agar tercipta prestasi yang optimal, maka
perlu pembinaan seutuhnya dari olahraga bola basket. Prestasi terbaik hanya akan dicapai
bila pembinaan dapat dilaksanakan dan tertuju pada aspek-aspek pelatihan seutuhnya,
mencakup :
1) Kepribadian Atlet
Istilah kepribadian atlet dalam bentuk pelaksaan operasional ini adalah sejumlah
ciri unik dari seorang atlet. Untuk dapat berprestasi dalam olahraga dibutuhkan
sifat-sifat tertentu yang sesuai dengan tuntutan cabangnya, yaitu: sikap positif
melaksakan latihan, loyal terhadap kepemimpinan, rendah hati, semangat bersaing
dan berprestasi.
2) Kondisi Fisik
Pembinaan kondisi fisik tertuju pada komponen kemampuan fisik yang dominan
untuk mencapai prestasi. Pada cabang olahraga basket komponen kondisi fisik
adalah kekuatan, power, daya tahan, koordinasi dan kecepatan. Berkaitan dengan
kemampuan fisik, diperlukan derajat kebugaran jasmani yang serasi dengan
Universitas Sumatera Utara
tuntutan kerja bagi seseorang mencakup kebugaran bertalian dengan kesehatan dan
kebugaran bertalian dengan prestasi.
3) Keterampilan Teknik
Pembinaan keterampilan teknik tertuju pada penguasaan teknik yang rasional dan
ekonomis dalam suatu cabang olahraga. Bila kekuatan, stamina dan kecepatan
sudah berkembang, maka atlet dapat mengalami peningkatan teknik. Persoalan
penting bagaimana memadukan kemampuan fisik untuk mendukung keterampilan.
4) Keterampilan Taktis
Latihan taktik tertuju pada peningkatan keterampilan taktis. Untuk itu atlet harus
dapat memanfaatkan kondisi fisik, keterampilan dan kondisi psikologis guna
merespon kekuatan atau kelemahan lawannya secara efektif. Selain itu agar ia
mampu beradaptasi dengan situasi kompetisi secara keseluruhan.
5) Kemampuan Mental
Latihan mental tertuju ada kemampuan mental, karena ditaksir sekitar 90-95%
variasi prestasi sebagai pengaruh kemampuan mental. Pembinaan mental
dimaksudkan agar atlet mampu membuat keputusan dengan cepat dan tepat, atlet
mampu mengurangi stress mental, atau mengatasi stress mental dari beban latihan
yang berat dan atlet memiliki stabilitas emosi yang tangguh [HAP13].
Teknik dasar bola basket adalah penguasaan ketrampilan gerak di dalam olahraga
bolabasket yang merupakan suatu landasan dalam usaha mencapai prestasi yang optimal
.Dalam penelitian ini teknik dasar bola basket yang akan dimaksud adalah teknik dasar
passing, dribble, dan shooting.
2.2 Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan (SPK) adalah bagian dari sistem informasi berbasis
komputer termasuk sistem berbasis pengetahuan atau manajemen pengetahuan yang
dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau
perusahaan.
Konsep SPK pertama kali diperkenalkan pada awal 1970-an oleh Michael Scott
Morton dengan istilah Management Decision System. Michael Scott Morton
mendefinisikan SPK sebagai sistem berbasis komputer interaktif, yang membantu para
pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan
masalah-masalah tidak terstruktur”. SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahapan
Universitas Sumatera Utara
pembuatan keputusan yang dimulai dari tahap mengidentifikasi masalah, memilih data
yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan
keputusan, sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif.
Untuk membantu mempercepat dan mempermudah proses pengambilan
keputusan, diperlukan suatu bentuk Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support
System). Tujuannya adalah untuk membantu pengambilan keputusan memilih berbagai
alteratif keputusan yang merupakan hasil pengolahan informasi-informasi yang
diperoleh/tersedia dengan menggunakan model-model menggunakan model-model
pengambilan keputusan.
Lima karakteristik utama SPK adalah sitem yang berbasis komputer,
dipergunakan untuk mengambil keputusan, untuk memecahkan masalah-masalah yang
rumit yang tidak dapat digunakan dengan kakulasi manual, melalui cara simulasi yang
interaktif, komponen utamanya data dan model analisis.
2.3 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP dikembangkan Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun
1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memiliki alternatif
yang paling disukai. Pada dasarnya AHP adalah metode untuk memecahkan suatu
masalah yang komplek dan tidak terstruktur ke dalam kelompoknya, mengatur kelompokkelompok tersebut kedalam suatu susunan hierarki, memasukkan nilai numerik sebagai
pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif dan akhirnya dengan
suatu sintesis ditentukan elemen yang mempunyai prioritas tertinggi.
Metode AHP menguraikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu
hirarki yang melakukan pengukuran untuk menemukan skala rasio perbandingan
berpasangan, baik untuk data diskrit maupun berkelanjutan. Perbandingan-perbandingan
ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuatn
perasaan dan prefrensi relatif si pengambil keputusan.
A. Prinsip Kerja Analytical Hierarchy Process
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang
tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata
dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai
numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif
dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian
Universitas Sumatera Utara
dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan
berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut [NAS09].
B. Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process
Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang
perlu dipahami, diantaranya sebagai berikut:
1.
Decomposition (membuat hirarki)
Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahkannya menjadi
elemen-elemen yang lebih kecil dan mudah dipahami.
2.
Comparative judgement (penilaian kriteria dan alternatif)
Kriteria dan alternatf dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Menurut
Saaty, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk
mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala
perbandingan Saaty dapat diukur menggunakan tabel analisis seperti pada tabel
1 berikut ini:
Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan
Intensitas
Keterangan
Kepentingan
1
Kedua elemen sama pentingnya
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
5
Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
7
Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya
9
Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8
3.
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan
Synthesis of priority (menentukan prioritas)
Menentukan prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai
bobot/kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan. AHP
melakukan analisis prioritas elemen dengan metode perbandingan berpasangan
antar dua elemen sehingga semua elemen yang ada tercakup. Prioritas ini
ditentukan berdasarkan pandangan para pakar dan pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap pengambilan keputusan, baik secara langsung
(diskusi) maupun secara tidak langsung (kuisioner).
Universitas Sumatera Utara
4.
Logical consistency (konsistensi logis)
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa
dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut
tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu
C. Prosedur Analytical Hierarchy Process
Menurut Kusrini, 2007 (dikutip oleh Manurung, 2010) secara umum langkahlangkah yang harus dilakukan dalam menggunakan AHP untuk pemecahan suatu
masalah adalah sebagai berikut:
1.
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu
menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.
2.
Menentukan prioritas elemen
a.
Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat
perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan
sesuai kriteria yang diberikan.
b.
Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan
untuk
mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap
elemen yang lainnya.
3.
Sintesis
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis
untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam
langkah ini adalah:
a.
b.
Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.
Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang
bersangkutan
c.
ntuk memperoleh normalisasi matriks.
Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya
dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
4.
Mengukur konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik
konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan
pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam
langkah ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
a.
Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen
pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua dan
seterusnya.
b.
Jumlahkan setiap baris.
c.
Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang
bersangkutan.
d.
Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada. Hasilnya
di sebut maks.
5.
Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus:
................................................................................................ (1)
Di mana n = banyaknya elemen.
6.
Hitung Rasio Konsistensi / Consistency Ratio (CR) dengan rumus:
.......................................................................................................... (2)
Dimana CR = Consistency Ratio
CI = Consistency Index
IR = Indeks Random Consistency
7.
Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian
data judgement harus diperbaiki, berarti langkah kedua harus diulang kembali.
Namun, jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1 maka hasil
perhitungan bisa dinyatakan benar.
Tabel 2 Daftar Indeks Random Konsistensi (IR)
Ukuran matriks
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nilai IR
0.00
0.00
0.58
0.90
1.12
1.24
1.32
1.41
1.45
1.49
1.51
1.48
1.56
1.57
Universitas Sumatera Utara
15
D. Langkah-Langkah dalam Metode AHP
1.59
Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan
metode AHP untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut:
1.
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu
menyusun hirarki dari masalah yang dihadapi yaitu menetapkan tujuan,
kriteria, dan alternatif.
2.
Menentukan prioritas elemen
a.
Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat
perbandingan berpasangan antar elemen dan membandingkannya.
b.
Cara membandingkannya yaitu dengan mengisi matriks perbandingan
menggunakan bilangan untuk membedakan tingkat kepentingan dari suatu
elemen terhadap elemen lain.
3.
Sintesis
Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh
keseluruhanprioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :
a.
Menjumlahkan semua nilai dari setiap kolom pada matriks
b.
Membagi nilai dari kolom dengan total nilai kolom yang bersangkutan
untuk memperoleh normalisasi matriks.
c.
Lalu dari hasil normalisasi matriks, dicari nilai rata-rata dari setiap baris.
Hasilnya disebut eigen vector yang dinormalkan.
4.
Mengukur konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, perlu mengetahui seberapa baik konsistensi
pertimbangan yang ada untuk menghindari hasil keputusan dengan tingkat
konsistensi yang rendah. Oleh karena itu hal-hal yang harus dilakukan untuk
mengetahui tingkat kekonsistensian adalah :
a.
Kalikan total nilai pada kolom pertama dengan eigen vector yang
dinormalkan pada baris pertama, kalikan total nilai pada kolom kedua
dengan eigen vector yang dinormalkan pada baris kedua, kalikan total nilai
pada kolom ketiga dengan eigen vector yang dinormalkan pada baris
ketiga dan seterusnya hingga selesai.
b.
Jumlahkan hasil perkalian tersebut untuk mendapatkan nilai eigen
maksimum.
Universitas Sumatera Utara
c.
Hitung Indeks Konsistensi / Consistency Index (CI), dengan rumus :
......................................................................................... (3)
Keterangan :
= Rasio penyimpangan konsistensi.
CI
λmax = nilai eigen maksimum.
= banyaknya elemen.
n
d.
Hitung Rasio Konsistensi / Consistency Ratio (CR), dengan rumus :
................................................................................................... (4)
Keterangan :
CR= Consistency Ratio
= nilai Random Index
RI
Nilai Random Index dapat dilihat seperti pada Tabel 2
Tabel 3. Random Index
n
1
2
RI
0
0
3
5
6
7
8
9
10
0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
n
RI
5.
4
11
12
13
14
15
1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
Memeriksa konsistensi hirarki.
Jika nilai CR lebih dari 0,100 maka penilaian data judgment harusdiperbaiki.
Namun jika nilai CR kurang atau sama dengan 0,100 maka hasil perhitungan
bisa dinyatakan konsisten.
6.
Mencari total rangking.
Langkah terakhir adalah menghitung total rangking dengan cara menjumlahkan
hasil perkalian nilai eigen vector tiap kriteria dengan nilai eigen vector
alternatif pada kriteria yang sama, sehingga diperoleh alternatif terbaik
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode AHP
dapat dijelaskan seperti pada Gambar 1.
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Definisikan masalah
Menentukan prioritas kriteria
Sintesis
Tidak
Konsisten ?
ya
Menentukan prioritas alternatif
dari masing-masing kriteria
Sintesis
Tidak
Konsisten ?
ya
Total nilai
Selesai
Gambar 1. Langkah-langkah dalam Metode AHP
Contoh 1.
-
Menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif.
Tujuan: Menentukan murid terbaik.
-
Kriteria
: dribling, shooting, dan passing.
Alternatif
: David,Vito,dan Timmy.
Menentukan prioritas elemen semua kriteria, sehingga diperoleh matriks
seperti pada Tabel 4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria
Kriteria
-
Dribling
Shooting
Passing
Dribling
1
2
4
Shooting
1:2
1
3
Passing
1:4
1:3
1
Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh
matriks seperti pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang
disederhanakan
Kriteria
Dribbling
Shooting
Passing
Dribbling
1,000
2,000
4,000
Shooting
0,500
1,000
3,000
Passing
0,250
0,333
1,000
∑
1,750
3,333
8,000
Tabel 6. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang
dinormalkan
Kriteria
-
Dribbling
Shooting
Passing
Eigen Vector
Dribbling
0,571
0,600
0,500
0,557
Shooting
0,286
0,300
0,375
0,320
Passing
0,143
0,100
0,125
0,123
Mengukur konsistensi
Nilai eigen maksimum = (1,750 x 0,557) + (3,333 x 0,320) +
(8,000 x 0,123)
= 3,023
Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), nilai Indeks
Konsistensi yang diperoleh :
Universitas Sumatera Utara
Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka :
-
Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka
hasil perhitungan dinyatakan konsisten.
-
Menentukan prioritas elemen untuk kriteria kepribadian, sehingga
diperoleh matriks seperti pada Tabel 7.
Tabel 7. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Dribling
Dribling
David
David
-
Vito
Timmy
1
4
3
Vito
1:4
1
1:2
Timmy
1:3
2
1
Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh
matriks seperti pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Dribling yang
disederhanakan
Dribling
David
Vito
Timmy
David
1,000
4,000
3,000
Vito
0,250
1,000
0,500
Timmy
0,333
2,000
1,000
∑
1,583
7,000
4,500
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Dribling yang
dinormalkan
Dribling
-
David
Vito
Timmy
Eigen Vector
David
0,632
0,571
0,667
0,623
Vito
0,158
0,143
0,111
0,137
Timmy
0,210
0,286
0,222
0,239
Mengukur konsistensi
Nilai eigen maksimum = (1,583 x 0,623) + (7,000 x 0,137) +
(4,500 x 0,239)
= 3,025
Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), nilai Indeks
Konsistensi yang diperoleh :
Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka :
-
Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka
hasil perhitungan dinyatakan konsisten.
Universitas Sumatera Utara
-
Menentukan prioritas elemen untuk kriteria nilai akademik, sehingga
diperoleh matriks seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Shooting
David
Shooting
Timmy
David
1
1:2
2
Vito
2
1
3
1:2
1:3
1
Timmy
-
Vito
Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh
matriks seperti pada Tabel 11 dan Tabel 12.
Tabel 11. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria yang Shooting
disederhanakan
David
Shooting
Vito
Timmy
David
1,000
0,500
2,000
Vito
2,000
1,000
3,000
Timmy
0,500
0,333
1,000
∑
3,500
1,833
6,000
Tabel 12. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Shooting yang
dinormalkan
Shooting
-
David
Vito
Timmy
Eigen Vector
David
0,286
0,273
0,333
0,297
Vito
0,571
0,546
0,500
0,539
Timmy
0,143
0,182
0,167
0,164
Mengukur konsistensi
Nilai eigen maksimum = (3,500 x 0,297) + (1,833 x 0,539) +
(6,000 x 0,164)
= 3,011
Universitas Sumatera Utara
Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), nilai Indeks
Konsistensi yang diperoleh :
Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka :
-
Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka
hasil perhitungan dinyatakan konsisten.
-
Menentukan prioritas elemen untuk kriteria Passing, sehingga diperoleh
matriks seperti pada Tabel 13.
Tabel 13. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Passing
Passing
David
Timmy
David
1
1:3
2
Vito
3
1
3
1:2
1:3
1
Timmy
-
Vito
Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh
matriks seperti pada Tabel 14 dan Tabel 15.
Tabel 14. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Passing yang
disederhanakan
Passing
David
Vito
Timmy
David
1,000
0,333
2,000
Vito
3,000
1,000
3,000
Universitas Sumatera Utara
Timmy
0,500
0,333
1,000
∑
4,500
1,666
6,000
Tabel 15. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Passing yang
dinormalkan
Passing
-
David
Vito
Timmy
Eigen Vector
David
0,222
0,200
0,333
0,252
Vito
0,667
0,600
0,500
0,589
Timmy
0,111
0,200
0,167
0,159
Mengukur konsistensi
Nilai eigen maksimum = (4,500 x 0,252) + (1,666 x 0,589) +
(6,000 x 0,159)
= 3,070
Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), nilai Indeks
Konsistensi yang diperoleh :
Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka :
-
Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka
hasil perhitungan dinyatakan konsisten.
-
Mencari total rangking
David = (0,557 x 0,623) + (0,320 x 0,297) + (0,123 x 0,252)
= 0,473
Vito= (0,557 x 0,137) + (0,320 x 0,539) + (0,123 x 0,589)
Universitas Sumatera Utara
= 0,321
Timmy = (0,557 x 0,239) + (0,320 x 0,164) + (0,123 x 0,159)
= 0,205
Penilaian terbesar adalah David, sehingga David adalah pemain terbaik.
Hasil tersebut dapat dilihat seperti pada Tabel 16.
Tabel 16. Nilai Total Hasil Rangking
Overall Composite
Weight David
Vito
Timmy
Dribbling
0,557
0,623
0,137
0,239
Shooting
0,320
0,297
0,539
0,164
Passing
0,123
0,252
0,589
0,159
0,473
0,321
0,205
Composite Weight
2.4 Metode Profile Matching
Penelitian ini menggunakan metode Profile Matching, Profile Matching merupakan suatu
metode penelitianyang dapat digunakan pada sistem pendukungkeputusan, proses
penilaian kompetensi dilakukandengan membandingkan antara satu profil nilai
(nilaikebutuhan kompetensi) dengan beberapa profil nilaikompetensi lainnya, sehingga
dapat diketahui hasil dariselisih kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan, selisihdari
kompetensi disebut gap, dimana gap yang semakinkecil memiliki nilai yang semakin
tinggi .
Profile Matching adalah sebuah mekanismepengambilan keputusan dengan
mengasumsikan bahwaterdapat tingkat variabel prediktor yang ideal yang harusdimiliki
oleh pelamar, bukannya tingkat minimal yangharus dipenuhi atau dilewati.
Langkah-langkah pada metode Profile Matching yaitu :
1.
Menentukan variabel – variabel pemetaan Gap kompetensi menentukan aspekatspek yang akan digunakan dalam memproses nilai karyawan.
2.
Menghiung hasil pemetaan Gap kompetensi yang dimaksud dengan Gap disini
adalah beda antara profil karyawan dengan profil standar yang diharapkan. Dapat
ditunjukkan dengan rumus dibawah ini:
r ................................................... (5)
Universitas Sumatera Utara
Setelah menentukan bobot nilai gap untuk ketiga aspek yaitu aspek kapasitas
intelektual, sikap kerja dan perilaku dengan cara yang sama. Kemudian tiap aspek
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu Core Factor dan Secondary Factor.
Core factor (faktor utama) merupakan aspek (kompetensi) yang paling
menonjol/paling dibutuhkan oleh suatu jabatan yang diperkirakan dapat
menghasilkan kinerja optimal. Untuk menghitung core factor dibutuhkan rumus :
.......................................................................................................... (6)
NCF = nilai rata-rata core factor
NC = Jumlah total nilai core factor tiap aspek
IC = Jumlah item core factor
Secondary factor (factor pendukung) adalah item-item selain aspek yang ada pada
core factor. Untuk menghitung secondary factor digunakan rumus:
........................................................................................................... (7)
NSF = nilai rata-rata secondary factor
NS = Jumlah total nilai secondary factor tiap aspek
IS = Jumlah item secondary factor
Perhitungan Nilai Total Tiap Aspek. Dari hasil setiap aspek di atas berikutnya
dihitung nilai total berdasarkan presentasi dari nilai core factor dan secondary
factor yang diperkirakan berpengaruh terhadap kinerja tiap-tiap profil. Untuk dapat
menghitung nilai total tersebut dapat digunakan rumus :
NAK = 60% (NRC) + 40% (NRS) ........................................................................ (8)
N = Nilai total tiap aspek
NRC = Nilai Core factor
NRS = Nilai Secondary factor
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Permainan Bola Basket
Bola basket adalah salah satu olahraga yang terkenal/populer didunia.
Penggemarnya dari segala usia merasakkan permaian bola basket adalah olahraga yang
menyenangkan, kompetitif, mendidik, menghibur, dan menyehatkan. Keterampilanketerampilan perseorangan seperti tembakan, umpan drible, dan rebound, serta kerja
sama tim untuk menyerang atau bertahan, adalah prasyarat agar berhasil dalam
memainkan olahraga ini.
Bola basket dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing regu terdiri dari 5
pemain. Setiap regu berusaha memasukan bola ke dalam keranjang lawan dan berusaha
mencegah lawan untuk memasukan bola atau mencetak angka dengan cara bola dioper,
dilempar, ditepis, digelindingkan atau dipantulkan segala arah sesuai dengan peraturan
yang telah ditentukan.
Dalam pembinaan prestasi bola basket agar tercipta prestasi yang optimal, maka
perlu pembinaan seutuhnya dari olahraga bola basket. Prestasi terbaik hanya akan dicapai
bila pembinaan dapat dilaksanakan dan tertuju pada aspek-aspek pelatihan seutuhnya,
mencakup :
1) Kepribadian Atlet
Istilah kepribadian atlet dalam bentuk pelaksaan operasional ini adalah sejumlah
ciri unik dari seorang atlet. Untuk dapat berprestasi dalam olahraga dibutuhkan
sifat-sifat tertentu yang sesuai dengan tuntutan cabangnya, yaitu: sikap positif
melaksakan latihan, loyal terhadap kepemimpinan, rendah hati, semangat bersaing
dan berprestasi.
2) Kondisi Fisik
Pembinaan kondisi fisik tertuju pada komponen kemampuan fisik yang dominan
untuk mencapai prestasi. Pada cabang olahraga basket komponen kondisi fisik
adalah kekuatan, power, daya tahan, koordinasi dan kecepatan. Berkaitan dengan
kemampuan fisik, diperlukan derajat kebugaran jasmani yang serasi dengan
Universitas Sumatera Utara
tuntutan kerja bagi seseorang mencakup kebugaran bertalian dengan kesehatan dan
kebugaran bertalian dengan prestasi.
3) Keterampilan Teknik
Pembinaan keterampilan teknik tertuju pada penguasaan teknik yang rasional dan
ekonomis dalam suatu cabang olahraga. Bila kekuatan, stamina dan kecepatan
sudah berkembang, maka atlet dapat mengalami peningkatan teknik. Persoalan
penting bagaimana memadukan kemampuan fisik untuk mendukung keterampilan.
4) Keterampilan Taktis
Latihan taktik tertuju pada peningkatan keterampilan taktis. Untuk itu atlet harus
dapat memanfaatkan kondisi fisik, keterampilan dan kondisi psikologis guna
merespon kekuatan atau kelemahan lawannya secara efektif. Selain itu agar ia
mampu beradaptasi dengan situasi kompetisi secara keseluruhan.
5) Kemampuan Mental
Latihan mental tertuju ada kemampuan mental, karena ditaksir sekitar 90-95%
variasi prestasi sebagai pengaruh kemampuan mental. Pembinaan mental
dimaksudkan agar atlet mampu membuat keputusan dengan cepat dan tepat, atlet
mampu mengurangi stress mental, atau mengatasi stress mental dari beban latihan
yang berat dan atlet memiliki stabilitas emosi yang tangguh [HAP13].
Teknik dasar bola basket adalah penguasaan ketrampilan gerak di dalam olahraga
bolabasket yang merupakan suatu landasan dalam usaha mencapai prestasi yang optimal
.Dalam penelitian ini teknik dasar bola basket yang akan dimaksud adalah teknik dasar
passing, dribble, dan shooting.
2.2 Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan (SPK) adalah bagian dari sistem informasi berbasis
komputer termasuk sistem berbasis pengetahuan atau manajemen pengetahuan yang
dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau
perusahaan.
Konsep SPK pertama kali diperkenalkan pada awal 1970-an oleh Michael Scott
Morton dengan istilah Management Decision System. Michael Scott Morton
mendefinisikan SPK sebagai sistem berbasis komputer interaktif, yang membantu para
pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan
masalah-masalah tidak terstruktur”. SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahapan
Universitas Sumatera Utara
pembuatan keputusan yang dimulai dari tahap mengidentifikasi masalah, memilih data
yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan
keputusan, sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif.
Untuk membantu mempercepat dan mempermudah proses pengambilan
keputusan, diperlukan suatu bentuk Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support
System). Tujuannya adalah untuk membantu pengambilan keputusan memilih berbagai
alteratif keputusan yang merupakan hasil pengolahan informasi-informasi yang
diperoleh/tersedia dengan menggunakan model-model menggunakan model-model
pengambilan keputusan.
Lima karakteristik utama SPK adalah sitem yang berbasis komputer,
dipergunakan untuk mengambil keputusan, untuk memecahkan masalah-masalah yang
rumit yang tidak dapat digunakan dengan kakulasi manual, melalui cara simulasi yang
interaktif, komponen utamanya data dan model analisis.
2.3 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP dikembangkan Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun
1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memiliki alternatif
yang paling disukai. Pada dasarnya AHP adalah metode untuk memecahkan suatu
masalah yang komplek dan tidak terstruktur ke dalam kelompoknya, mengatur kelompokkelompok tersebut kedalam suatu susunan hierarki, memasukkan nilai numerik sebagai
pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif dan akhirnya dengan
suatu sintesis ditentukan elemen yang mempunyai prioritas tertinggi.
Metode AHP menguraikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu
hirarki yang melakukan pengukuran untuk menemukan skala rasio perbandingan
berpasangan, baik untuk data diskrit maupun berkelanjutan. Perbandingan-perbandingan
ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuatn
perasaan dan prefrensi relatif si pengambil keputusan.
A. Prinsip Kerja Analytical Hierarchy Process
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang
tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata
dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai
numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif
dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian
Universitas Sumatera Utara
dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan
berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut [NAS09].
B. Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process
Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang
perlu dipahami, diantaranya sebagai berikut:
1.
Decomposition (membuat hirarki)
Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahkannya menjadi
elemen-elemen yang lebih kecil dan mudah dipahami.
2.
Comparative judgement (penilaian kriteria dan alternatif)
Kriteria dan alternatf dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Menurut
Saaty, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk
mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala
perbandingan Saaty dapat diukur menggunakan tabel analisis seperti pada tabel
1 berikut ini:
Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan
Intensitas
Keterangan
Kepentingan
1
Kedua elemen sama pentingnya
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
5
Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
7
Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya
9
Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8
3.
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan
Synthesis of priority (menentukan prioritas)
Menentukan prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai
bobot/kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan. AHP
melakukan analisis prioritas elemen dengan metode perbandingan berpasangan
antar dua elemen sehingga semua elemen yang ada tercakup. Prioritas ini
ditentukan berdasarkan pandangan para pakar dan pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap pengambilan keputusan, baik secara langsung
(diskusi) maupun secara tidak langsung (kuisioner).
Universitas Sumatera Utara
4.
Logical consistency (konsistensi logis)
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa
dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut
tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu
C. Prosedur Analytical Hierarchy Process
Menurut Kusrini, 2007 (dikutip oleh Manurung, 2010) secara umum langkahlangkah yang harus dilakukan dalam menggunakan AHP untuk pemecahan suatu
masalah adalah sebagai berikut:
1.
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu
menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.
2.
Menentukan prioritas elemen
a.
Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat
perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan
sesuai kriteria yang diberikan.
b.
Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan
untuk
mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap
elemen yang lainnya.
3.
Sintesis
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis
untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam
langkah ini adalah:
a.
b.
Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.
Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang
bersangkutan
c.
ntuk memperoleh normalisasi matriks.
Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya
dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
4.
Mengukur konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik
konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan
pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam
langkah ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
a.
Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen
pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua dan
seterusnya.
b.
Jumlahkan setiap baris.
c.
Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang
bersangkutan.
d.
Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada. Hasilnya
di sebut maks.
5.
Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus:
................................................................................................ (1)
Di mana n = banyaknya elemen.
6.
Hitung Rasio Konsistensi / Consistency Ratio (CR) dengan rumus:
.......................................................................................................... (2)
Dimana CR = Consistency Ratio
CI = Consistency Index
IR = Indeks Random Consistency
7.
Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian
data judgement harus diperbaiki, berarti langkah kedua harus diulang kembali.
Namun, jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1 maka hasil
perhitungan bisa dinyatakan benar.
Tabel 2 Daftar Indeks Random Konsistensi (IR)
Ukuran matriks
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nilai IR
0.00
0.00
0.58
0.90
1.12
1.24
1.32
1.41
1.45
1.49
1.51
1.48
1.56
1.57
Universitas Sumatera Utara
15
D. Langkah-Langkah dalam Metode AHP
1.59
Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan
metode AHP untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut:
1.
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu
menyusun hirarki dari masalah yang dihadapi yaitu menetapkan tujuan,
kriteria, dan alternatif.
2.
Menentukan prioritas elemen
a.
Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat
perbandingan berpasangan antar elemen dan membandingkannya.
b.
Cara membandingkannya yaitu dengan mengisi matriks perbandingan
menggunakan bilangan untuk membedakan tingkat kepentingan dari suatu
elemen terhadap elemen lain.
3.
Sintesis
Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh
keseluruhanprioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :
a.
Menjumlahkan semua nilai dari setiap kolom pada matriks
b.
Membagi nilai dari kolom dengan total nilai kolom yang bersangkutan
untuk memperoleh normalisasi matriks.
c.
Lalu dari hasil normalisasi matriks, dicari nilai rata-rata dari setiap baris.
Hasilnya disebut eigen vector yang dinormalkan.
4.
Mengukur konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, perlu mengetahui seberapa baik konsistensi
pertimbangan yang ada untuk menghindari hasil keputusan dengan tingkat
konsistensi yang rendah. Oleh karena itu hal-hal yang harus dilakukan untuk
mengetahui tingkat kekonsistensian adalah :
a.
Kalikan total nilai pada kolom pertama dengan eigen vector yang
dinormalkan pada baris pertama, kalikan total nilai pada kolom kedua
dengan eigen vector yang dinormalkan pada baris kedua, kalikan total nilai
pada kolom ketiga dengan eigen vector yang dinormalkan pada baris
ketiga dan seterusnya hingga selesai.
b.
Jumlahkan hasil perkalian tersebut untuk mendapatkan nilai eigen
maksimum.
Universitas Sumatera Utara
c.
Hitung Indeks Konsistensi / Consistency Index (CI), dengan rumus :
......................................................................................... (3)
Keterangan :
= Rasio penyimpangan konsistensi.
CI
λmax = nilai eigen maksimum.
= banyaknya elemen.
n
d.
Hitung Rasio Konsistensi / Consistency Ratio (CR), dengan rumus :
................................................................................................... (4)
Keterangan :
CR= Consistency Ratio
= nilai Random Index
RI
Nilai Random Index dapat dilihat seperti pada Tabel 2
Tabel 3. Random Index
n
1
2
RI
0
0
3
5
6
7
8
9
10
0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
n
RI
5.
4
11
12
13
14
15
1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
Memeriksa konsistensi hirarki.
Jika nilai CR lebih dari 0,100 maka penilaian data judgment harusdiperbaiki.
Namun jika nilai CR kurang atau sama dengan 0,100 maka hasil perhitungan
bisa dinyatakan konsisten.
6.
Mencari total rangking.
Langkah terakhir adalah menghitung total rangking dengan cara menjumlahkan
hasil perkalian nilai eigen vector tiap kriteria dengan nilai eigen vector
alternatif pada kriteria yang sama, sehingga diperoleh alternatif terbaik
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode AHP
dapat dijelaskan seperti pada Gambar 1.
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Definisikan masalah
Menentukan prioritas kriteria
Sintesis
Tidak
Konsisten ?
ya
Menentukan prioritas alternatif
dari masing-masing kriteria
Sintesis
Tidak
Konsisten ?
ya
Total nilai
Selesai
Gambar 1. Langkah-langkah dalam Metode AHP
Contoh 1.
-
Menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif.
Tujuan: Menentukan murid terbaik.
-
Kriteria
: dribling, shooting, dan passing.
Alternatif
: David,Vito,dan Timmy.
Menentukan prioritas elemen semua kriteria, sehingga diperoleh matriks
seperti pada Tabel 4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria
Kriteria
-
Dribling
Shooting
Passing
Dribling
1
2
4
Shooting
1:2
1
3
Passing
1:4
1:3
1
Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh
matriks seperti pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang
disederhanakan
Kriteria
Dribbling
Shooting
Passing
Dribbling
1,000
2,000
4,000
Shooting
0,500
1,000
3,000
Passing
0,250
0,333
1,000
∑
1,750
3,333
8,000
Tabel 6. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang
dinormalkan
Kriteria
-
Dribbling
Shooting
Passing
Eigen Vector
Dribbling
0,571
0,600
0,500
0,557
Shooting
0,286
0,300
0,375
0,320
Passing
0,143
0,100
0,125
0,123
Mengukur konsistensi
Nilai eigen maksimum = (1,750 x 0,557) + (3,333 x 0,320) +
(8,000 x 0,123)
= 3,023
Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), nilai Indeks
Konsistensi yang diperoleh :
Universitas Sumatera Utara
Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka :
-
Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka
hasil perhitungan dinyatakan konsisten.
-
Menentukan prioritas elemen untuk kriteria kepribadian, sehingga
diperoleh matriks seperti pada Tabel 7.
Tabel 7. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Dribling
Dribling
David
David
-
Vito
Timmy
1
4
3
Vito
1:4
1
1:2
Timmy
1:3
2
1
Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh
matriks seperti pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Dribling yang
disederhanakan
Dribling
David
Vito
Timmy
David
1,000
4,000
3,000
Vito
0,250
1,000
0,500
Timmy
0,333
2,000
1,000
∑
1,583
7,000
4,500
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Dribling yang
dinormalkan
Dribling
-
David
Vito
Timmy
Eigen Vector
David
0,632
0,571
0,667
0,623
Vito
0,158
0,143
0,111
0,137
Timmy
0,210
0,286
0,222
0,239
Mengukur konsistensi
Nilai eigen maksimum = (1,583 x 0,623) + (7,000 x 0,137) +
(4,500 x 0,239)
= 3,025
Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), nilai Indeks
Konsistensi yang diperoleh :
Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka :
-
Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka
hasil perhitungan dinyatakan konsisten.
Universitas Sumatera Utara
-
Menentukan prioritas elemen untuk kriteria nilai akademik, sehingga
diperoleh matriks seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Shooting
David
Shooting
Timmy
David
1
1:2
2
Vito
2
1
3
1:2
1:3
1
Timmy
-
Vito
Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh
matriks seperti pada Tabel 11 dan Tabel 12.
Tabel 11. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria yang Shooting
disederhanakan
David
Shooting
Vito
Timmy
David
1,000
0,500
2,000
Vito
2,000
1,000
3,000
Timmy
0,500
0,333
1,000
∑
3,500
1,833
6,000
Tabel 12. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Shooting yang
dinormalkan
Shooting
-
David
Vito
Timmy
Eigen Vector
David
0,286
0,273
0,333
0,297
Vito
0,571
0,546
0,500
0,539
Timmy
0,143
0,182
0,167
0,164
Mengukur konsistensi
Nilai eigen maksimum = (3,500 x 0,297) + (1,833 x 0,539) +
(6,000 x 0,164)
= 3,011
Universitas Sumatera Utara
Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), nilai Indeks
Konsistensi yang diperoleh :
Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka :
-
Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka
hasil perhitungan dinyatakan konsisten.
-
Menentukan prioritas elemen untuk kriteria Passing, sehingga diperoleh
matriks seperti pada Tabel 13.
Tabel 13. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Passing
Passing
David
Timmy
David
1
1:3
2
Vito
3
1
3
1:2
1:3
1
Timmy
-
Vito
Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh
matriks seperti pada Tabel 14 dan Tabel 15.
Tabel 14. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Passing yang
disederhanakan
Passing
David
Vito
Timmy
David
1,000
0,333
2,000
Vito
3,000
1,000
3,000
Universitas Sumatera Utara
Timmy
0,500
0,333
1,000
∑
4,500
1,666
6,000
Tabel 15. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Passing yang
dinormalkan
Passing
-
David
Vito
Timmy
Eigen Vector
David
0,222
0,200
0,333
0,252
Vito
0,667
0,600
0,500
0,589
Timmy
0,111
0,200
0,167
0,159
Mengukur konsistensi
Nilai eigen maksimum = (4,500 x 0,252) + (1,666 x 0,589) +
(6,000 x 0,159)
= 3,070
Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), nilai Indeks
Konsistensi yang diperoleh :
Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka :
-
Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka
hasil perhitungan dinyatakan konsisten.
-
Mencari total rangking
David = (0,557 x 0,623) + (0,320 x 0,297) + (0,123 x 0,252)
= 0,473
Vito= (0,557 x 0,137) + (0,320 x 0,539) + (0,123 x 0,589)
Universitas Sumatera Utara
= 0,321
Timmy = (0,557 x 0,239) + (0,320 x 0,164) + (0,123 x 0,159)
= 0,205
Penilaian terbesar adalah David, sehingga David adalah pemain terbaik.
Hasil tersebut dapat dilihat seperti pada Tabel 16.
Tabel 16. Nilai Total Hasil Rangking
Overall Composite
Weight David
Vito
Timmy
Dribbling
0,557
0,623
0,137
0,239
Shooting
0,320
0,297
0,539
0,164
Passing
0,123
0,252
0,589
0,159
0,473
0,321
0,205
Composite Weight
2.4 Metode Profile Matching
Penelitian ini menggunakan metode Profile Matching, Profile Matching merupakan suatu
metode penelitianyang dapat digunakan pada sistem pendukungkeputusan, proses
penilaian kompetensi dilakukandengan membandingkan antara satu profil nilai
(nilaikebutuhan kompetensi) dengan beberapa profil nilaikompetensi lainnya, sehingga
dapat diketahui hasil dariselisih kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan, selisihdari
kompetensi disebut gap, dimana gap yang semakinkecil memiliki nilai yang semakin
tinggi .
Profile Matching adalah sebuah mekanismepengambilan keputusan dengan
mengasumsikan bahwaterdapat tingkat variabel prediktor yang ideal yang harusdimiliki
oleh pelamar, bukannya tingkat minimal yangharus dipenuhi atau dilewati.
Langkah-langkah pada metode Profile Matching yaitu :
1.
Menentukan variabel – variabel pemetaan Gap kompetensi menentukan aspekatspek yang akan digunakan dalam memproses nilai karyawan.
2.
Menghiung hasil pemetaan Gap kompetensi yang dimaksud dengan Gap disini
adalah beda antara profil karyawan dengan profil standar yang diharapkan. Dapat
ditunjukkan dengan rumus dibawah ini:
r ................................................... (5)
Universitas Sumatera Utara
Setelah menentukan bobot nilai gap untuk ketiga aspek yaitu aspek kapasitas
intelektual, sikap kerja dan perilaku dengan cara yang sama. Kemudian tiap aspek
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu Core Factor dan Secondary Factor.
Core factor (faktor utama) merupakan aspek (kompetensi) yang paling
menonjol/paling dibutuhkan oleh suatu jabatan yang diperkirakan dapat
menghasilkan kinerja optimal. Untuk menghitung core factor dibutuhkan rumus :
.......................................................................................................... (6)
NCF = nilai rata-rata core factor
NC = Jumlah total nilai core factor tiap aspek
IC = Jumlah item core factor
Secondary factor (factor pendukung) adalah item-item selain aspek yang ada pada
core factor. Untuk menghitung secondary factor digunakan rumus:
........................................................................................................... (7)
NSF = nilai rata-rata secondary factor
NS = Jumlah total nilai secondary factor tiap aspek
IS = Jumlah item secondary factor
Perhitungan Nilai Total Tiap Aspek. Dari hasil setiap aspek di atas berikutnya
dihitung nilai total berdasarkan presentasi dari nilai core factor dan secondary
factor yang diperkirakan berpengaruh terhadap kinerja tiap-tiap profil. Untuk dapat
menghitung nilai total tersebut dapat digunakan rumus :
NAK = 60% (NRC) + 40% (NRS) ........................................................................ (8)
N = Nilai total tiap aspek
NRC = Nilai Core factor
NRS = Nilai Secondary factor
Universitas Sumatera Utara