Adjustment Problems dan Psychological Well-Being pada Siswa Akseleran (Studi Korelasional pada SMPN 19 Jakarta dan SMP Labschool Kebayoran Baru)

Volume 1 No.1, Juni 2012

Adjustment Problems dan Psychological Well-Being
pada Siswa Akseleran
(Studi Korelasional pada SMPN 19 Jakarta
dan SMP Labschool Kebayoran Baru)
Priscillia Susan Misero
Alumni Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Lydia Freyani Hawadi
Staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Abstract
Owned by a gifted student akseleran, as intellectually gifted students,
taking them to the demands of external and internal demands. A student
akseleran must adapt themselves to these demands. However, it is not easy.
There are a number of problems they face because of it. Noted there are six
main problems of adjustment (adjustment problems) students akseleran ie,
school assignments are not challenging, poor interpersonal relationships,
parental expectations, perfectionism, multipotensialitas, and high
involvement (Chan, 2006). Those problems are a source of stress for

students and psychological conditions may interfere with his well-being.
This is certainly not beneficial because it can cause the student can not
perform optimally. This study seeks to prove whether there is a relationship
between adjustment problems and psychological well-being in students
akseleran .. In addition, this study also attempted to figure out what
adjustment the most significant problems associated with psychological
well-being.Melalui a correlational study in SMP and SMP 19 Jakarta
Labschool Kebayoran Baru, found a significant negative relationship
between psychological adjustment problems with the well-being the
students akseleran. In addition, problems of adjustment dimensions
perfectionism is a problem that has the most significant relationship with
psychological well-being.
Keywords: Students akseleran, adjustment problems, psychological wellbeing

berbeda sesuai dengan bakat yang dimiliki

Setiap orang memiliki kebutuhan yang
Thomas

setiap orang” (Hawadi, Wihardjo, Wiyono,


Jefferson pada awal abad ke-18 melalui

2001, p. ix; Hawadi, 2005). Di Indonesia,

penelitiannya mengajukan konsep Diffusion

upaya untuk

of

bahwa

satunya hadir dalam Program Percepatan

”pemberian pendidikan pada siswa haruslah

Belajar (acceleration/akselerasi) yang dibuat

berbeda-beda


Education

akan

yang

pendidikan.

menyatakan

68
Jurnal Psikologi Pitutur

mewujudkan hal ini, salah

Volume 1 No.1, Juni 2012

untuk memfasilitasi kebutuhan peserta didik


kondisi lingkungan di sekitarnya (Buescher

yang memiliki karakteristik keberbakatan

dan Higham, 1990).

intelektual (Nasichin, dalam Hawadi, 2004).

Permasalah akibat proses penyesuaian

Peserta Program Percepatan Belajar inilah

diri pada siswa berbakat ini, yang lebih lanjut

yang menjadi fokus dalam penelitian ini,

akan disebut adjustment problems, diteliti

yakni siswa akseleran, yang merupakan siswa


oleh David Chan (2006) di Hong Kong.

berbakat intelektual.

Dalam

Selain

kecerdasan

Chan

menyatakan

ada

bahwa ada 6 (enam) adjustment problems

sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh


yang dialami oleh siswa akseleran, yaitu tugas

siswa

sekolah yang tidak menantang (unchallenging

akseleran

keberbakatan

intelektual,

penelitiannya,

berkaitan

intelektualnya.

dengan


Karakteristik

schoolwork),

miskinnya

hubungan

tersebut, berdasarkan Tuttle, Fredrick B.,

interpersonal

Becker, Laurence A., Sausa, Joan, A. (1988),

relationship), harapan orang tua (parental

yaitu: kemampuan untuk berpikir divergen

expectation),


dan asosiatif yang membuat mereka memiliki

(multipotentiality), dan keterlibatan

pemikiran

tinggi (intense involvement).

yang

tidak

biasa,

memiliki

perspektif yang kritis terhadap diri sendiri dan
orang lain,

memiliki


(poor

interpersonal

multipotensialitas
yang

Permasalah ini, lebih rentan dialami

pola unik dalam

oleh remaja berbakat berusia 11-15 tahun,

melakukan sesuatu yang masuk akal bagi diri

termasuk siswa akseleran pada penelitian ini.

mereka


sikap

Adjustment bagi remaja merupakan hal yang

persisten terhadap minat, serta melakukan

sulit dijalani (Hurlock, 1973). Pada remaja

sejumlah tindakan antisosial akibat frustrasi

berbakat, karakteristik keberbakatan mereka

akan kemampuannya yang di atas teman

memperparah hal ini. (Neihart, 1999). Hadis

sebaya pada umumnya (Mulyawati dan

(Hawadi, 2004), menyebutkan bahwa siswa


Hawadi dalam Hawadi, 2004). Selain itu,

akseleran (khususnya yang termasuk highly

anak berbakat umumnya tidak padu dengan

gifted), memang mengalami permasalahan

teman sebayanya (Hadis dalam Hawadi,

sosial-emosional

2004).

daripada anak normal. Hal inilah yang

sendiri,

multipotensialitas,

Keadaan keberbakatan tersebut selain

merupakan

20-25%

kekurangan

lebih

dari

banyak

Program

membawa hal positif, membawa hal yang

Percepatan Belajar karena keikutsertaan pada

negatif pula bagi mereka. Mereka sering

program tersebut, penyesuaian diri sosial-

diperhadapkan

emosionalnya tidak berjalan dengan baik

proses

sejumlah

penyesuaian

masalah
dirinya

akibat
dengan

(Hawadi dalam Hawadi, 2004).

karakteristik pribadi, tuntutan eksternal, serta

Padahal, kesuksesan dari adjustment
merupakan sumber kebahagiaan remaja di
69

Jurnal Psikologi Pitutur

Volume 1 No.1, Juni 2012

mana

kebahagiaan

sendiri

merupakan

Rumusan masalah dalam penelitian ini

indikator adanya psychological well-being

adalah sebagai berikut :

pada diri seseorang (Ryff, 1989). Jadi dapat

a. Apakah ada hubungan yang signifikan

dikatakan bahwa adjusment problems yang

antara

dialami

psychological

oleh

siswa

keberbakatannya

akseleran

berpeluang

akibat

mengganggu

akseleran.

Padahal

problems

well-being

dengan

pada

siswa

akseleran?

kemunculan psychological well-being pada
siswa

adjustment

b. Apakah ada hubungan yang signifikan

kehadiran

antara tiap dimensi adjustment problems

psychological well-being dalam diri seseorang

(tugas sekolah yang tidak menantang,

membuat ia mampu untuk menjalankan fungsi

miskinnya

psikologisnya dengan lebih baik, termasuk

harapan orang tua, sikap perfeksionis,

dalam hal belajar dan pencapaian prestasi

multipotensialitas dan keterlibatan yang

(Chow, 2007). Hal yang sama juga disebutkan

tinggi) dengan psychological well-being

oleh Caffo, Belaise, Forresi, dan Emilia

pada siswa akseleran?

hubungan

(“Promoting activities sensitive to vulnerable

Tinjauan Pustaka

life stages”, n.d.) bahwa adanya psychological

Siswa

Akseleran.

interpersonal,

Siswa

akseleran

well-being dalam diri anak memungkinkan ia

adalah

untuk mengetahui potensinya, dan mengalami

mengikuti

hidup yang lebih bermakna.

Seorang dinyatakan sebagai siswa akseleran,

Perihal

adjustment

psychological

well-being

problems
pada

dan

siswa

berbakat

Program

intelektual

Percepatan

yang

Belajar.

jika (Depdikbud, dalam Hawadi, 2004, p. 34)

siswa

:
 Siswa yang memiliki taraf inteligensi atau

akseleran ini kurang mendapat perhatian dari
pihak sekolah sampai saat ini. Pihak sekolah

IQ di atas 140, atau

lebih sering hanya fokus pada perkembangan

 Siswa yang oleh psikolog dan/atau guru

inteligensi siswa saja tanpa memperhatikan

diidentifikasikan sebagai peserta didik

kesejahteraan sosial dan emosionalnya. Oleh

yang

karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui

memuaskan, dan memiliki kemampuan

lebih dalam apakah benar terdapat hubungan

intelektual umum yang berfungsi pada

yang signifikan antara adjustment problems

taraf cerdas, dan

dan psychological well-being pada siwa

tugas yang tergolong baik serta kreativitas

akseleran pada penelitian ini. Apabila benar

yang memadai (Hawadi, 2004, p. 34).

demikian, adjustment problems apa yang
paling

signifikan

psychological

well-being

Sebagai

mempengaruhi
seorang

telah

mencapai

prestasi

yang

keterikatan terhadap

seorang

siswa

berbakat

intelektual, siswa akseleran memiliki tiga

siswa

kluster seperti yang disebutkan dalam konsep

akseleran.

keberbakatan Renzulli atau The Three Rings
70
Jurnal Psikologi Pitutur

Volume 1 No.1, Juni 2012

Conception (Hawadi, Wihardjo, dan Wiyono,

Program Percepatan Belajar, waktu belajar di

2001). Berdasarkan konsep keberbakatan

SMP yang umumnya ditempuh selama 3

Renzulli, seorang yang berbakat memiliki tiga

(tiga) tahun, hanya ditempuh selama 2 (dua)

hal, yaitu kemampuan di atas rata-rata, task

tahun (Hawadi, 2004). Program Percepatan

commitment , dan kreativitas (Hawadi, dkk.,

Belajar

2001). Ketiganya harus solid dan saling

kelebihan. Berdasarkan Southern dan Jones

mengikat.

(1991), kelebihan dari adanya Program

ini

memiliki

dan

Percepatan Belajar adalah sebagai berikut:

Gambar Interaksi Kluster ”The Three

”Meningkatkan

Rings Conception”
Kemampuan
di atas ratarata

kekurangan

efisiensi

belajar,

meningkatkan efektivitas belajar, merupakan

Task
Commitment

pengakuan

atas

prestasi

yang

dimiliki,

meningkatkan waktu untuk meniti karier,

Kreativitas

meningkatkan produktivitas, meningkatkan
pilihan

eksplorasi

dalam

pendidikan,

mengenalkan siswa dalam kelompok teman
baru” (Hawadi, 2004, p. 38).
Kekurangan dari Program Percepatan
Sumber :

The Three Rings Conception of

Belajar menurut Southern dan Jones (1991)

Giftedness oleh Renzulli, Reis, dan Smith

terbagi

dalam Keberbakatan Intelektual (Hawadi,

(Hawadi, 2004):

dkk. 2001)

a. Akademis. Pada bidang ini, kekurangan

Dalam penelitian ini, siswa akseleran
yang

dimaksud

Percepatan

adalah

Belajar

di

Program

empat

bidang,

yaitu

yang muncul adalah bahan ajar yang justru

siswa

Program

terlalu sulit, prestasi yang tampak pada

tingkat

Sekolah

proses identifikasi hanya fenomena, kurang

Menengah Pertama.
Program

ke dalam

matang secara sosial, fisik, dan emosional
Percepatan

Percepatan

Belajar

Belajar.

untuk berada di kelas yang lebih tinggi,

(akselerasi)

adanya putusan karier yang lebih dini,

merupakan salah satu program pendidikan

mengembangkan

khusus bagi siswa berbakat intelektual. Di

pembelajaran

Indonesia,

Percepatan

mengalami pengalaman yang umumnya

Belajar yang ada adalah jenis telescoping

dialami anak seusianya, siswa kehilangan

curriculum di mana siswa menggunakan

kemampuan untuk berpikir kreatif dan

waktu yang lebih sedikit daripada waktu

divergen.

layanan

Program

kedewasaan
sebelumnya,

tanpa
tidak

belajar pada umumnya untuk menyelesaikan

b. Penyesuaian Sosial. Pada bidang ini,

seluruh materi yang ada (Hawadi, 2004). Pada

kekurangan yang muncul adalah siswa
71

Jurnal Psikologi Pitutur

Volume 1 No.1, Juni 2012

kekurangan

waktu

untuk

melakukan

positive psychological functioning

aktivitas lain karena terlalu fokus pada

1989).

akademik,

kehilangan

Belum

ada

patokan

yang

(Ryff,
ajeg

aktivitas

yang

mengenai pengertian dari psychological well-

sosial

yang

being sendiri. Namun berdasarkan penelitian

seharusnya ada pada anak seusianya,

terkait yang mendahului kemunculannya,

penolakan

karena

psychological well-being dikaitkan dengan

dianggap masih kecil, tidak mendapat

bagaimana kondisi mental yang dianggap

kesempatan

sehat dan berfungsi maksimal (Ryff, 1989).

menyangkut

hubungan

dari

kakak

untuk

kelas

memimpin

karena

dianggap masih muda.

Carol

c. Aktivitas Ekstrakurikuler. Pada bidang ini.,
kekurangan

yang

muncul

Ryff

Adelemo&Adeleye,

(1989
2008;

dalam

Ryff,

1989)

adalah

berusaha mengembangkan konsep positive

kurangnya waktu untuk mengikuti aktivitas

psychological functioning/ well-being yang

di luar kurikulum dan ketidakterampilan

lebih operasional. Konsep ini berisi tentang

dalam aktivitas atletik yang sebenarnya

bagaimana seseorang menilai dirinya dan

tidak kalah penting.

kehidupannya lewat enam indikator positive

d. Penyesuaian Emosional. Pada bidang ini,

psychological functioning yang diusulkannya.

kekurangan yang muncul adalah siswa

Carol Ryff ( Ryff, 1989; Ryff dan Keyes,

frustrasi

1995)

dengan

sehingga

tuntutan

yang

ada

berpotensi

menjadi

kurang

mendapat

underachiever,

mengoperasionalkan

psychological

well-being ke dalam enam dimensi utama,
yaitu:

otonomi

(autonomy),

penguasaan

(environmental

mastery),

kesempatan menikmati masa kanak-kanak

lingkungan

sehingga cenderung mengembangkan sikap

personal growth (pengembangan diri), relasi

agresif dan antisosial, kurang mampu

yang positif dengan orang lain (positive

menyesuaikan diri dengan karier karena

relation with others), tujuan hidup (purpose in

menempati posisi yang kurang tepat, siswa

life) dan penerimaan diri (self-acceptance).

kurang mengembangkan hal yang sesuai

Dari penjabaran literatur yang ada, peneliti

dengan kreativitas dan hobinya karena

lantas menyimpulkan bahwa psychological

tekanan

kecil,

well-being adalah suatu kondisi mental yang

berpotensi dikucilkan oleh orang lain, dan

sehat di mana seseorang dapat berfungsi

mengalami

hidup

optimal dalam kehidupannya dan memiliki

pernikahan kelak atau bahkan sampai

penilaian yang positif atas kehidupannya.

bunuh diri.

Berdasarkan Ryff, ada tiga faktor yang

yang

dibentuk

kesulitan

Psychological
Psychological

well-being

sejak

dalam

mempengaruhi

Well-Being.
adalah

psychological

well-being

sebuah

seseorang, yaitu jenis kelamin, usia, dan

konsep yang berusaha memaparkan tentang

personal trait (Ryff, 1989; Schmutte dan
72

Jurnal Psikologi Pitutur

Volume 1 No.1, Juni 2012

Ryff, 1997; Keyes, Shmothkin dan Ryff,

tidak menantang (unchallenging schoolwork),

2002).

miskinnya
Psychological

interpersonal

(poor

diukur

interpersonal relationship), harapan orang tua

dengan Scale of psychological well-being

(parental expectation), sikap perfeksionis

yang disusun oleh Carol Ryff (1989). Alat

(perfectionism),

ukur

(multipotentiality), dan keterlibatan

ini

well-being

hubungan

mencakup

psychological

enam

well-being

dimensi

yang

sudah

Adjustment

Adjustment Problems. Siswa akseleran
keberbakatan

dimilikinya
sebagai

memiliki

anak

berbakat

intelektual
sifat-sifat

yang

tinggi (intense involvement).

dijelaskan sebelumnya.

dengan

multipotensialitas

problems

pada

siswa

berbakat diukur dengan Student Adjustment

yang

Problems Inventory -24 (SAPI-24) yang

tertentu

meliputi enam dimensi, yaitu tugas sekolah

intelektual

yang

yang tidak menantang, miskinnya hubungan

berbeda dengan anak pada umumnya dengan

interpersonal,

usia yang sama. Menurut Neihart (1999),

perfeksionis,

sebagai anak berbakat ada tuntutan baik dari

keterlibatan yang tinggi (Chan, 2006).

harapan

orang

tua,

sikap

multipotensialitas,

dan

internal maupun eksternal diri yang berkaitan

Masa

dengan kondisi keberbakatannya. Inilah yang

berdasarkan

menyebabkan

melakukan

seseorang berusia 11 – 20 tahun. Masa ini

penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan

sering disebut sebagai masa transisi dari

tersebut.

kanak-kanak kepada dewasa (Hurlock, 1973).

mereka

Proses

perlu

penyesuaian

diri

ini

Masa

Remaja.
Papalia

(2007)

remaja

terjadi

saat

membawa mereka kepada sejumlah masalah-

perubahan

masalah. Adjustment problems yang muncul

menyebabkan muncul tuntutan akan adanya

pada anak gifted umumnya, menurut Chan

perkembangan psikologis yang menyertainya.

(2006), bersumber dari penyesuaian anak

Hal ini bisa menimbulkan permasalahan saat

dengan label ”gifted”, kualitas pendidikan,

mereka harus menyesuaikan diri dengan peran

lingkungan keluarga mereka, dan karakteristik

barunya ini. Padahal, salah satu sumber

personal individu itu sendiri.

kebahagiaan pada remaja adalah kesuksesan

Pada

penelitian

ini,

peneliti

fisik

yang

dialaminya,

dalam proses adjustment (Hurlock, 1973). Di

memfokuskan pada hasil penelitian David

satu

Chan (2003 dalam Chan, 2006) di Hong Kong

penyesuaian diri menjadi sesuatu yang sulit

tentang adjusment problems yang dialami

dilakukan

oleh gifted students. David Chan menemukan

perkembangan lainnya. Kegagalan dalam

ada enam permasalahan akibat keberbakatan

penyelesaian

yang dialami oleh gifted stu dents. Masalah-

menyebabkan unhappiness/ketidakbahagiaan

masalah tersebut adalah tugas sekolah yang

(Hurlock, 1973). Untuk membantu seseorang
73

Jurnal Psikologi Pitutur

sisi,

pada

tahap

dibandingkan

tugas

remaja,

proses

pada

perkembangan

tahap

ini

Volume 1 No.1, Juni 2012

dalam menghadapi berbagai permasalahan di

Instrumen

Pengumpulan

Data.

usia remajanya, khususnya dalam mencapai

Adjustment problems dalam penelitian ini

tugas perkembangannya, ada beberapa hal

diukur dengan SAPI-24. Alat ukur ini disusun

yang bisa dilakukan, salah satunya adalah

oleh David Chan seorang profesor dari

pendampingan

Departemen

(Hurlock,

1973).

Proses

Psikologi

Pendidikan

dan

pendampingan ini sebaiknya dilakukan oleh

Program Supervisor dari Program for the

orang tua serta pihak-pihak yang bersentuhan

Gifted and Talented di Chinese University di

langsung dengan remaja, termasuk pihak

Hongkong. Alat ukur ini lalu diadaptasi oleh

sekolah.

peneliti

dengan

mengembangkan

aitem

pertanyaan dari indikator tingkah laku yang
ada dalam 6 (enam) dimensi permasalahan

Metode Penelitian
Subjek Penelitian. Subjek penelitian

yang dialami anak berbakat, yaitu : tugas

dalam penelitian ini adalah siswa akseleran

sekolah yang tidak menantang, miskinnya

Sekolah Menengah Pertama di SMPN 19

hubungan interpersonal, harapan orang tua,

Jakarta dan SMP Labschool Kebayoran Baru.

sikap perfeksionis, multipotensialitas, dan

Subjek penelitian berjumlah 40 orang. Teknik

kerlibatan yang tinggi (Chan, 2006). Untuk

sampling

setiap dimensi adjustment problems, terdapat

yang

probability

digunakan

sampling

tipe

adalah

non-

4

convenience

(empat)

pernyataan

sehingga

secara

keseluruhan terdapat 24 aitem pernyataan.

sampling.
Variabel Penelitian. Variabel dalam

Untuk setiap pernyataan, partisipan diminta

penelitian ini adalah adjustment problems dan

untuk me-rating dengan Skala Likert sesuai

psychological

Adjustment

dengan kondisinya yang sebenarnya. Terdapat

problems dioperasionalisasikan sebagai skor

5 (lima) alternatif jawaban, yaitu sangat tidak

total dari SAPI-24 yang meliputi 6 (enam)

menggambarkan kondisi saya (1), tidak

dimensi, yaitu : tugas sekolah yang tidak

menggambarkan kondisi saya (2), ragu-ragu

menantang,

(3), menggambarkan kondisi saya (4), dan

well-being.

miskinnya

hubungan
sikap

sangat menggambarkan kondisi saya (5).

serta

Keunggulan alat ukur ini adalah karena sudah

keterlibatan yang tinggi. Psychological well-

diuji dalam penelitian terdahulu dengan

being dioperasionalisasikan skor total dari

pengujian

Scale of Psychological Well Being yang

Berdasarkan Chan (2006) alat ukur ini telah

mencakup

otonomi,

melewati pengujian construct validation dan

penguasaan lingkungan, pengembangan diri,

dapat dinyatakan bahwa alat ukur ini valid

relasi yang positif dengan orang lain, tujuan

untuk mengukur adjustment problems pada

dalam hidup, dan penerimaan diri.

siswa berbakat di sekolah karena memiliki

interpersonal,
perfeksionis,

harapan

orang

tua,

multipotensialitas,

6

dimensi

yaitu

74
Jurnal Psikologi Pitutur

validitas

dan

realibilitas.

Volume 1 No.1, Juni 2012

korelasi yang signifikan dengan multiple

(4), setuju (5), sangat setuju (6). Reliabilitas

intelligence. Selain itu, alat ukur ini konsisten

alat

antaraitem dengan korelasi internal yang

coefficient adalah sebesar 0,878. Validitas

berkisar antara 0.74 – 0,83 (Chan, 2006).

interitem alat ukur ini berikisar antara 0.023 –

Kelebihan lain, alat ini disusun berdasarkan

0.839. Total yang diberikan adalah 69 aitem

profil kehidupan siswa berbakat di Hong

dari 84 aitem semula karena dilakukan

Kong,

kemungkinan

sejumlah penghilangan aitem dalam rangka

adanya kedekatan budaya dengan Indonesia.

meningkatkan validitas dan reliabilitas alat

Misal: kesamaan budaya timur. Untuk alat

ukur.

yang

memunculkan

ukur ini, peneliti melakukan pengembangan

ini

berdasarkan

Teknik

cronbach

Analisis

Data.

alpha’s

Proses

dari indikator perilaku yang ada di Chan

pengolahan data dilakukan dengan bantuan

(2006). Setelah adaptasi, peneliti melakukan

software SPSS for Windows. Teknik statistik

pengujian

reliabilitas

yang digunakan adalah distribusi frekuensi,

berdasarkan interitem concistency dengan

statistik deskriptif, independent sample t-test,

batas nilai valid > 0.2 (Aiken&Groth Marnat,

pearson product moment correlation, dan

2006). Selain itu, dilakukan uji reliabilitas

partial correlation.

dengan

validitas

dan

Cronbach’s

Alpha

Coefficient.

Standar kelayakan yang umumnya digunakan

Hasil Penelitian

yaitu 0,7 ke atas sebagai batas reliabilitas

Berdasarkan hasil korelasi ditemukan

(Kaplan & Saccuzzo, 2005). Reliabilitas alat

bahwa terdapat hubungan yang signifikan

ukur ini 0.770. Validitas interitem alat ukur

antara

ini berkisar 0.01 – 0.715.

psychological well-being yaitu sebesar -0.525.

adjustment

problems

dengan

Psychological well-being diukur dengan

Hubungan yang terbentuk antara dua variabel

Scale of Psychological Well-Being. Alat ini

ini adalah hubungan yang negatif (r = -0.525).

disusun oleh Carol Ryff (1989) dan mencakup

Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang

6 (enam) komponen dari psychological well-

berbanding terbalik di antara keduanya.

being, yaitu otonomi, penguasaan lingkungan,

Artinya, semakin seseorang memiliki skor

pengembangan diri, relasi yang positif dengan

yang tinggi pada adjustment problems, maka

orang

ia akan memiliki skor yang rendah pada

lain,

tujuan

dalam

hidup,

dan

penerimaan diri (Christopher, 1999 ; Ryff &

psychological

Keyes,

sebaliknya.

1995).

memberikan

Subjek

jawaban

akan

dengan

diminta
me-rating

well-being,

dan

berlaku

Selain itu, pada penelitian ini, peneliti

sesuai dengan dirinya (skala Likert) ke dalam

juga ingin mencari

6 skala dari sangat tidak setuju (1), tidak

hubungan yang signifikan antara tiap dimensi

setuju (2), agak tidak setuju (3), agak setuju
75
Jurnal Psikologi Pitutur

ada atau tidaknya

Volume 1 No.1, Juni 2012

adjustment problems dengan psychological

maka semakin rendah psychological well-

well-being.

being nya.
Adjustment problems dimensi tugas
sekolah yang tidak menantang memiliki

Tabel Analisis Partial Correlation
Sig.

Partial
Correlation

korelasi yang signifikan dengan psychological

Dimensi
Tugas sekolah yang tidak
menantang

.023

-.383

terbentuk bernilai negatif. Artinya, semakin

well-being sebesar -0.383. Korelasi yang

tinggi adjustment problems dimensi tugas

Miskinnya hubungan
interpersonal

.082

-.298

sekolah

Harapan orang tua

.972

.006

psychological well-being nya semakin rendah.

Sikap perfeksionis

.003

-.485

Multipotensialitas

.613

.089

miskinnya

Keterlibatan yang Tinggi

.602

.091

memiliki korelasi yang signifikan dengan

yang

tidak

Adjustment

menantang

problems

hubungan

psychological

maka

dimensi

interpersonal

well-being.

Artinya,

tidak

tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
ada dua dimensi yang memiliki hubungan

adjustment

yang signifikan, pada LOS 0.05, terhadap

hubungan interpersonal dengan psychological

adjustment problems pada siswa akseleran,

well-being pada siswa akseleran. Hal yang

yaitu tugas sekolah yang tidak menantang dan

sama terjadi pada dimensi harapan orang tua,

sikap perfeksionis.

multipotensialitas, serta keterlibatan yang

tersebut, sikap perfeksionis memiliki nilai

miskinnya

Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan secara

partial correlation yang paling tinggi dengan
well-being

dimensi

tinggi.

Dari dua dimensi adjustment problems

psychological

problems

umum

dibandingkan

tidak

terdapat

perbedaan

yang

dengan dimensi lainnya (r = -0.485). Artinya

signifikan antara, adjustment problems dan

adjustment

sikap

psychological well-being pada siswa laki-laki

perfeksionis memiliki kontribusi yang paling

dan perempuan. Bahkan ketika melihat lebih

besar dan signifikan terhadap psychological

jauh pada dimensi-dimensinya pun tidak

well-being sebesar 0.485. Korelasi yang

terdapat

terjadi antara adjustment problems dimensi

dalamnya. Padahal, dalam penelitian Gilligan

sikap perfeksionis dengan psychological well-

(1982) yang menyatakan bahwa perempuan

being bernilai negatif. Artinya, semakin tinggi

cenderung kurang mengembangkan sikap

adjustment

sikap

individual dan otonomi dan lebih fokus pada

perfeksionis yang dialami siswa akseleran

hubungan interpersonal dengan orang lain

problems

problems

dimensi

dimensi

perbedaan

yang

signifikan

di

dibandingkan laki-laki (Ryff, 1989). Hal ini
76
Jurnal Psikologi Pitutur

Volume 1 No.1, Juni 2012

juga

yang

menyebabkan

cenderung

mendapat

dimensi

otonomi.

skor

perempuan
rendah

Pada

jadi akan memberikan semangat atau justru

pada

melemahkan (Reis, 2002).

dimensi

Kesimpulan

pengembangan diri, seharusnya juga terjadi

Berdasarkan hasil penelitian, hubungan

demikian bahwa siswa perempuan cenderung

antara

memiliki skor yang tinggi dibandingkan

psychological well-being, diperoleh hasil

dengan siswa laki-laki. Namun, hal ini tidak

sebagai berikut :

tampak dalam penelitian ini. Hal ini mungkin

a. Ada hubungan yang negatif dan signifikan

adjustment

disebabkan oleh jumlah sample yang kurang

antara

besar

psychological

sehingga

kurang

mampu

merepresentasikan populasi siswa akseleran

perempuan
rendah

menjelaskan

memiliki

dengan

well-being

dengan

pada

siswa

antara adjustment problems dimensi tugas

mengapa

permasalahan

penyesuaian

problems

b. Ada hubungan yang negatif dan signifikan

Fakta penelitian Gilligan (1982) di atas
membantu

adjustment

dengan

akseleran.

sebenarnya (Kerlinger & Lee, 2000).

juga

problems

diri

sekolah yang tidak menantang dan sikap

yang

perfeksionis dengan psychological well-

akibat

being pada siswa akseleran.

miskinnya hubungan interpersonal dengan

c. Tidak ada hubungan yang signifikan antara

orang lain. Siswa perempuan sudah lebih

adjustment

banyak

dengan psychological well-being pada

memberikan

perhatiannya

untuk

menjalin hubungan yang baik dengan orang

problems

dimensi

lainnya

siswa akseleran.

lain daripada siswa laki-laki. Hal ini sekaligus

d. Secara umum tidak terdapat perbedaan

juga menjelaskan mengapa siswa perempuan

antara siswa laki-laki dan perempuan

lebih bermasalah dengan harapan orang tua

dalam

mereka yang tinggi. Anak perempuan yang

psychological well-being.

memang

memfokuskan

pada

hal

adjustment

problems

dan

hubungan

Untuk memperbaiki kualitas penelitian

dengan orang lain akan merasa lebih tertekan

selanjutnya, ada beberapa saran yang diajukan

dengan adanya tuntutan dari orang tua yang

oleh peneliti.

demikian karena lebih memiliki keinginan

Saran Teoritis

untuk mencapainya salah satunya karena ada

a. Dilakukan perbandingan antara siswa yang

nya orientasi akan pentingnya hubungan

highly gifted dengan yang moderately

dengan orang lain tersebut. Selain itu,

gifted

memang bagi seorang perempuan berbakat,

b. Menambah jumlah subjek

komentar dari orang tua mereka membawa

c. Meneliti subjek-subjek yang berada dalam

pengaruh yang besar bagi mereka. Hal ini bisa

situasi ekstrim tinggi atau rendah dalam

77
Jurnal Psikologi Pitutur

Volume 1 No.1, Juni 2012

hal adjustment problems dan psychological

berbakat

well-being dengan pendekatan kualitatif.

masalah-masalah penyesuaian diri mereka

d. Mengembangkan studi kualitatif siswa

intelektual

berikut

dengan

sebagai anak berbakat.

akseleran di Indonesia berkaitan dengan

Sekolah perlu menetapkan berbagai

adjustment problems yang mereka hadapi

langkah preventif agar siswa akseleran tidak

sehingga diperoleh gambaran yang lebih

terbebani dengan adjustment problems yang

terinci seperti yang dilakukan di Hong

dimiliki sehingga mampu berprestasi dengan

Kong.

optimal. Selain itu, pengamatan personal

Saran Praktis

kepada siswa akseleran juga penting untuk

a. Sekolah perlu memberikan pendampingan

terus dilakukan untuk mengetahui bagaimana

bagi

siswa

akseleran

berupa

kondisi perkembangan sosial-emosionalnya.

pengembangan kecerdasan emosi, serta

Dengan

cara mengelola ambisi, keinginan, serta

Belajar diharapkan bukan hanya memfasilitas

usaha mereka dalam pencapaian target.

perkembangan intelektual siswa saja, tetapi

b. Sekolah perlu memberikan penyuluhan di

juga seluruh aspek terkait dalam diri siswa

awal tahun ajaran bagi para orang tua
tentang

bagaimana

karakteristik

akseleran.

anak

78
Jurnal Psikologi Pitutur

demikian,

Program

Percepatan

Volume 1 No.1, Juni 2012

Daftar Pustaka
Adeyemo, D.A. & Adeleye, A.T. (2008).
Emotional intelligence, religiosity and
self efficacy as predictors of
psychological
well-being
among
secondary school adolescents in
Ogbomoso, Nigeria. Juni 2009, 25.
http://www.ejop.org/archives/2008/02/e
motional_intel.html.

Journal
of
Counselling
Development. 77, 141 – 150.

and

Gifted : anak-anak berbakat dalam
pendidikan. (n.d.) Maret 2010, 23.
http://dtarsidi.blogspot.com/2007/07/gifted.htm
l
Hadis, F. A. (2004). Dampak program
akselerasi
terhadap
aspek
perkembangan sosial dan emosional
siswa berbakat akademik. Dalam
Hawadi, R.A. (Ed.). Akselerasi : A-Z
informasi program percepatan belajar
dan anak berbakat intelektual (pp.80 87). Jakarta : Grasindo.

Aiken, L. R., & Groth-Marnat, G. (2006).
Psychological testing and assessment.
New Jersey: Pearson Education Group.
Atwater, E. (1983) Psychology of adjustment
2nd edition. New Jersey : Prentice Hall.
Buescher, T.M dan Higham, S. (1990).
Helping
adolescents
adjust
to
giftedness. Maret 2010, 30. Eric The
Educational Resources Information
Center.

Hawadi, R.A. (2004). Perspektif psikologis
program akselerasi bagi anak berbakat
akademik. Dalam Hawadi, R.A. (Ed.).
Akselerasi : A-Z informasi program
percepatan belajar dan anak berbakat
intelektual
(pp.1-11).
Jakarta
:
Grasindo.

Caffo, E, MD, Belaise, C., Forresi, B., Emilia,
R. Promoting activities sensitive to
vulnerable life stages. Juni 2010, 19.
http://test.cp.euro.who.int/Document/
MNH/activities_lifestages.pdf.

-----------------. (2004). Identifikasi siswa
berbakat intelektual sebagai akseleran.
Dalam Hawadi, R.A. (Ed.). Akselerasi :
A-Z informasi program percepatan
belajar dan anak berbakat intelektual
(pp.43-55). Jakarta : Grasindo.

Chan, D. W. (1999). Counseling gifted
students in hong kong : A critical need.
Educational Journal, 27 (2), 145- 154.
----------------- (2006). Adjustment problems,
self efficacy, and psychological distress
among chinese gifted students in hong
kong”. Roeper Review, 28 (4), 203 –
209. Juni 2009, 25. Academic Research
Library.

-----------------.
(2005).
Indentifikasi
keberbakatan
intelektual
melalui
metode non-tes dengan pendekatan
konsep keberbakatan renzuli. Jakarta :
PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Chow, H., P.H. (2007). Psychological wellbeing and scholastic achievement
among university students in a canadian
prairie city. Social Psychol Educ 10,
483–493. Juli 2009, 12.

Hawadi, R.A., Wihardjo, R.S.D., & Wiyono,
M. (2001). Keberbakatan intelektual
buku pertama dari tiga. Jakarta : PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
--------------------.
(2001).
Kurikulum
berdiferensiasi buku ketiga dari tiga.
Jakarta : PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.

Christoper,
J.
C. (1999).
Situating
psychological well-being: Exploring the
cultural roots of its theory and research..

79
Jurnal Psikologi Pitutur

Volume 1 No.1, Juni 2012

Ryff, C.D. & Keyes, C.L.M (1995). The
structure of psychological well being
revisited. Journal of Personality and
Social Psychology, 69 (4), 719 - 727.

Hurlock, E. (1973) Adolescence development.
Tokyo : McGraw Hill Kogakusha, Ltd
Kaplan, R.M. & Saccuzzo, D. P. (2005).
Psychological
testing:
Principles,
applications, and issues. (6thedition).
Belmont, CA: Wadsworth/Thomson.

Schuler, P. A. (n.d.) Gifted kids at risk :
Who’s listening?. Maret 2010, 30. The
SENG Newsletter.

Keyes, C.L.M., Shmotkin, D.,& Ryff, C. D.
(2002). Optimizing well-being: The
empirical encounter of two traditions.
Journal of Personality and Social
Psychology, 82, 1007 - 1022.

Schmutte, P.S & Ryff, C.D. (1997).
Personality
and
well-being:
Reexamining methods and meanings.
Journal of Personality and Social
Psychology, 73 (3), 549-559.

Mulyawati dan Hawadi, R.A. (2004). Kiatkiat memantapkan adversity quotient
siswa akseleran. Dalam Hawadi, R.A.
(Ed.). Akselerasi : A-Z informasi
program percepatan belajar dan anak
berbakat intelektual (pp. 194 - 200).
Jakarta : Grasindo.
Nasichin. (2004). Program percepatan belajar
bagi anak berbakat intelektual ditinjau
dari sisi psikologis. Dalam Hawadi,
R.A. (Ed.). Akselerasi : A-Z informasi
program percepatan belajar dan anak
berbakat intelektual (pp.19 - 30).
Jakarta : Grasindo.
Neihart, M. (1999, September). The impact of
giftedness on psychological well being.
Rooper Review, 22(1).
Papalia, D. E., Olds, S.W., Feldman, R. D.
(2007). Human development 10th
edition. Boston : McGraw-Hill.
Reis, S. M. (2002, Agustus). Social and
emotional issues faced by gifted girls in
elementary and secondary school. Maret
2010, 30. The SENG Newsletter.
-------------------. (1989). Happiness is
everything, or is it? Explorations on the
meaning of psychological well-being.
Journal of Personality and Social
Psychology, 57(6), 1069 – 1081.

80
Jurnal Psikologi Pitutur

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25