ASUHAN KEPERAWA TAN CYSTOMA OVARII
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak
menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan
adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.Walaupun demikian
tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker. Perjalanan
penyakit ini sering disebut sillent killer atau secara diam diam menyebabkan banyak
wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya
mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar.
Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi
cairan yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional
karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan
sewaktu ovulasi. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium.
Kanker ovarium merupakan pembunuh yang diam-diam, karena memang seringkali
pasien tidak merasakan apa-apa, kalapun terjadi keluhan biasanya sudah lanjut
Kista ovarium menimbulkan beragam manifestasi klinis pada pasien.
Manifestasi klinis yang terjadi dapat berupa ketidaknyamanan pada abdomen, sulit
buang air kecil,
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kista ovarium
2. Anatomi kista ovarium
3. Etiologi kista ovarium
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian kista ovarim
2. untuk mengetahui anatomi kista ovarium
3. untuk mengetahui etiologi kista ovarium
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kista Ovarium
Cystoma ovari adalah kantung tertutup yang normal atau abnormal berlapis
jaringan epitel dan mengandung cairan atau bahan setengah padat yang terjadi di
ovarium.
2.2 Etiologi
Etiologi dari kista ovarium sampai sekarang belum diketahui secara pasti akan
tetapi dilihat menurut klasifikasinya yaitu tumor ovarium nonneoplastik dan tumor
ovarium neoplastik jika maka yang mnyebabkan kista ovarium adalah sebagai berikut:
1. Tumor nonneoplastik
Tumor nonneoplastik jinak disebabkan karena ketidakseimbangan hormon
progesteron dan estrogen
a. Tumor akibat radang
Termasuk di sini abses ovarial, abses tubo-ovarial dan kista tubo ovarial
b. Tumor lain
1) Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel atau dari beberapa folikel primer yang
setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses
atresia yang lazim melainkan menjadi membesar menjadi kista
2) Kista korpus luteum
Kista ini terjadi akibat pendarahan yang sering terjadi di dalam korpus
luteum, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua
3) Kista lutein
Kista ini biasanya bilateral dan menjadi membesar sebesar tinju.
Tumbuhnya kista ini adalah akibat dari pengaruh hormon
koriogonadotropin yang berlebihan
4) Kista inklu germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium
ii
5) Kista endometrium
Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid
6) Kista stein-laventhal
Kista ini dikenal sebagai sindrom stein-laventhal dan kiranya disebabkan
oleh ketidakseimbangan hormonal
2. Tumor aplastik
Tumor kisik
1) Kistoma ovarii simpleks
Kistoma ovari simpleks diduga kista ini adalah suatu jenis kistadenoma
serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan
cairan dalam kista
2) Kistadenoma musinosum
Asal kista ini belum pasti, menurut Mayer, mungkin kista ini berasal dari
suatuteratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan
elemen lainnya
3) Kistadenoma ovarii serosum
Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal
ephitelium)
4) Kista endometrioid
Kista ini tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii2001)
5) Kista dermoid
Kista dermoid suatu tratoma yang jinak dimana struktur-struktur
ektodrmal dngan difrensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi
dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak
nampak lbih menonjol daripada elemen-elemen endoderm dan mesoderm.
Bahan yang terdapat dalam rongga kista ini ialah produk dari klenjar
sebasea berupa massa lembek seperti lemak brcampur dengan rambut.
(wiknjosastro 2005; Mansjoer,
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan disebabkan
oleh beberapa faktor pendukung, yaitu:
a. Ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen
b. Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol
c. Degenerasi ovarium
iii
d. Gaya hidup tidak sehat yakni dengan:
a) Konsumsi makanan yang tinggi lemak, kurang serat dan makanan
berpengawet
b) Penggunaan zat tambahan pada makanan
c) Kurang brolahraga
d) Merokok dan mengkonsumsi alkohol
e) Terpapar dengan polusi dan agen infksius
f) Sering stres
e. Faktor genetik
Dalam tubuh terdapat sel-sel yang berpotensi memicu kanker yaitu yang
disebut protoonkgen, karena suatu sebab tertentu misalny, karena makan
makanan yang brsifat karsinogen, polusi atau terpapar zat kimia tertentu atau
karena radiasi, protoonkgen ini dapat berubah menjadi onkgen yaitu pemicu
kanker (Ryta, 2008)
2.3 Patofisiologi
Cystoma ovari berkembang sebagai hasil hiperstimulasi ovari yang disebabkan
oleh tingginya kadar LH. Kadar LH lebih tinggi daripada normalnya tetapi tidak
memperlihatkan lonjakan. LH yang terus menerus tinggi meningkatkan pembentukan
androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjaradrenal. Folikel anovulasi
berdegenerasi dan membentuk kista.
Tumor ini dapat bertangkai dan meluas ke dalam rongga panggul atau rongga
abdomen. Tumor ini dapat berdegenerasi karena perubahan dalam aliran darah yang
menuju tumor akibat pertumbuhan, kehamilan atau atrofi uterus pada menopause.
Torsi atau berputarnya tumor bertangkai dapat juga terjadi. Tumor kadang-kadang
dapat dipalpasi pada abdomen, tumor ini paling seringterdiagnosis jika teraba massa
pada pemeriksaan panggul bimanual. Kebanyakan tumor tidak menimbulkan gejala,
sehingga tidak memerlukan penanganan. Tetapi, masalah dapat timbul jika terjadi
perdarahan abnormal yang berlebihan sehingga menimbulkan anemia; penekanan
pada kandung kemih yang menyebabkan sering berkemih dan urgensi, serta potensial
untuk terjadinya sistitis; penekanan pada rektum menyebabkan konstipasi; dan nyeri
jika tumor berdegenerasi atau jika terjadi torsi dari tumor bertangkai.
iv
2.4 Jenis-jenis Kista Ovarium
a. Kistoma Ovari Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan
didalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak
lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi
(putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu
jenis kistadenoma serosum, yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung
dengan tekanan cairan dalamkista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan
reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa
secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.
a. Gambaran klinis
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai, kadang-kadang dapat
terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini
menyebabkan pendarahan dalamkista dan perubahan degeneratif, yang
memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan
peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan, yang
terakhir ini khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degenerative
di dalam kista. Pada pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental
seperti gelatin, melekat, dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari
percampurannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh
epitel torak tinggi dengan inti pada dasar sel, terdapat diantaranya sl-sel
yang membundar karena terisi lendir (goblet cells).
b. Penatalaksanaan:
Penangan terdiri atas penangan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika
pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa
ovarium yang normal, biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta
tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista sedapatdapatnya diusahan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi
dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma poritinei karena
tercecernya isi kista. Jika berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan
pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutupdengan rapi
v
sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat,
harus
dilakukan
pemeriksaan
histoligik
di
tempat-tempat
yang
mencurigakan terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi ovarium
yang lain perlu diperiksa pula.
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi
sangat besar.
a) Gambaran klinis:
Terdapat pendarahan dalam kista dan perubahan degenerative sehingga
timbul perlekatan kista dengan nomentum, usus-usus dan peritoneum
parietale. Selain itu, bisa bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi
musin yang terus bertambah akibat psiudomiksoma peronei.
b) Penatalaksanaan:
Dengan pengangkatan kista in tito tanpa fungsi terlebih dulu dengan
atau tanpa salping-ooforektomi tergantung besarnya kista
c. Kistadenoma Ovari Serosum
Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari
epitel permukaan ovarium (germinal epitbelium).
a) Gambaran klinis:
Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi
oleh epitel kubik atau epitel torak yang rendah, dengan sitoplasma esionofil
dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari
epitel permukaan ovarium (germinal epithelium), maka bentuk epitel pada
papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas
epitel bulu getar, seperti epitel tuba.
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam
stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya
menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovari serosum papileferum,
tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.
b) Penatalaksanaan:
Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum.
Hanya, berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu
dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan.
Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen
vi
section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada
waktu operasi.
2.5 Tanda dan Gejala
Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena besarnya,
terdapat perubahan hormonal atau terjadi penyulit. Tumor jinak ovarium yang
diameternya kecil sering ditemukan secara kebetulan dan tidak memberi gejala klinik
yang berarti.
1. Gejala akibat tumor ovarium :
a) Gejala akibat pertumbuhan
b) Menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah
c) Mengganggu miksi dan defekasi
d) Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau oedema pada tungkai bawah.
e) Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak ada nafsu makan, rasa sesak.
2. Gejala akibat perubahan hormonal.
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila menjadi
tumor dapat menimbulkan patrun menstruasi. Tumor sel granulosa dapat
menimbulkan hipermenore, sedang tumor arhenoblastoma menimbulkan amenore.
3. Gejala klinik akibat komplikasi.
a) Perdarahan intra tumor (perdarahan didalam kista)
Perdarahan yang terjadi sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan
terjadi distensi cepat dari kista, menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen
mendadak dan memerlukan tindakan cepat.
b) Putaran tangkai.
Tumor bertangakai sering terjadi perputaran tangkai, secara berlahan
sehingga tidak banyak menimbulkan nyeri abdomen. Perputaran tangkai yang
mendadak menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan
medis.
c) Terjadi infeksi pada tumor.
Terjadi jika dekat pada tumor terdapat sumber kuman patogen seperti :
apendiksitis, divertikulitis, atau salpingitis akut. Kista dermoid cenderung
mengalami perdarahan disusul pernanahan.
d) Robekan dinding kista.
vii
Terjadi pada torsi tangkai kista, dapat pula sebagai akibat trauma (jatuh,
pukulan pada perut). Jika kiste hanya mengandung cairan serus rasa nyeri akibat
robekan dan iritasi peritoneum segera berkurang, tetapi jika disertai perdarahan
yang timbul secara akut perdarahan bebas dapat berlangsung terus kedalam
rongga peritoneum.
e) Degenerasi ganas kista ovarium.
Keganasan kista ovarium dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti
kistadenomaovarii musinosum, dan kista dermoid.
4. Sindrom Meigs
Sindrom yang ditemukan oleh Meigs menyebutkan terdapat fibromaovarii,
acites, dan hidrotoraks. Dengan tindakan operasi fibroma ovarii, maka sindroma akan
hilang dengan sendirinya.
2.6 Manifestasi Klinis
Kebanyakan tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda. Sebagian
besar gejala dan tanda yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan, aktivitas hormonal
atau komplikasi tumor tersebut. Gejala dan tanda tersebut berupa benjolan di perut,
mungkin ada keluhan rasa berat, gangguan atau kesulitan defekasi karena desakan,
udem tungkai karena tekanan pada pembuluh balik atau limfa dan rasa sesak karena
desakan diafragma ke kranial.
Bila tumor tersebut menghasilkan hormon, kadang ada gangguan hormonal
berupa gangguan haid. Mungkin timbul komplikasi berupa asites, atau gejala sindrom
perut akut, akibatnya putaran tungkai tumor atau gangguan peredaran darah karena
penyebab lain. (Sjamjuhidajad, 2004)
2.7 Komplikasi
1. Torsi
Komplikasi yang sering terjadi, terutama pada tumor dengan ukuran sedang.
Tumor bertangkai sering terjadi putaran tangkai, secara berlahan sehingga tidak
banyak menimbulkan nyeri, perputaran tangkai yang mendadak menimbulkan
nyeri abdomen mendadak dan segara memerlukan tindakan.
2. Ruptur dari kista
Terjadi pada torsi tangkai kista, dapat pula sebagai akibat trauma. Jika kista
hanya mengandung cairan serus rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum
viii
segera berkurang, tetapi jika disertai perdarahan yang timbul secara akut
perdarahan bebas dapat berlangsung terus kedaslam rongga peritoneum.
3. Suppurasi kista
Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat pula berdiri sendiri,
yaitu secara hematogen atau limfogen. Kista dermoid lebih sering terkena radang.
4. Perubahan keganasan
Biasanya bila terjadi keganasan berupa CA epidermoid, kadang berbentuk
sarcoma.
ix
2.8 Pathway
Degenerasi ovarium
Histerektomi
Cistoma ovari
Infeksi ovarium
Pembesaran ovarium
Ruptur ovarium
Oovorektomi
Risiko pendarahan
Kurang informasi
Luka operasi
Kurang
Pengetahuan
Diskontinuitas
Jaringan
Cemas
Gg. Perfusi jaringan
Port d’entri Nyeri
Resiko infeksi
Komplikasi
peritonia
Pembatasan
nutrisi
Metabolisme
Anastesi
Peristaltik
usus
Resti injuri
Nervus vagus
Hipofisis
Peritonitis
Reflek menelan
Asam laktat
Resiko
Nyeri
Absorbsi air
dikolon
Keletihan
pendarahan
Gg. Metabolisme
Self care defisit
Resiko
konstipasi
Resiko aspirasi
x
xi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Biodata
Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomer register
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: nyeri di sekitar area jahitan
b. Riwayat kesehatan
sekarang: mengeluhkan
ada/tidaknya
gangguan
ketidaknyamanan
c. Riwayat kesehatan dahulu: pernahkah menderita penyakit seperti yang
diderita sekarang, pernahkah dilakukan operasi
d. Riwayat kesehatan keluarga: adalah anggota keluarga yang menderita
tumor atau kanker terutama pada organ reproduksi
e. Riwayat obstretikus, meliputi:
1) Menstruasi: menarche, lama, siklus, jumlah, warna, dan bau
2) Riwayat perkawinan: berapa kali menikah, usia pernikahan
3) Riwayat persalinan
4) Riwayat KB
3. Pengkajian post operasi rutin (Engram, 1999)
1) Kaji tingkat kesadaran
2) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, respiration rate
3) Auskultasi bunyi napas
4) Kaji turgor kulit
5) Pengkajian abdomen
a. Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
b. Auskultasi bising usus
c. Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
d. Tanyakan tentang perubahan pola defekasi
e. Kaji status balutan
6) Kajian terhadap nyeri atau mual
xii
7) periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan
menanyakan lamanya di bawah anestesi
4. Data penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah lengkap (Hb, hematokrit,
lekosit)
b. Terapi: terapi yang diberikan post operasi baik injeksi maupun peroral
sesuai program dari dokter
5. Perubahan pola fungsi
Data yang didapat dalam kasus kista ovarium menurut Doenges (2000)
adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan atau keletihan, adanya perubahan pola istirahatdan jam
kebiasaan tidur. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, missal:
ansietas, nyeri, keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan.
b. Makanan/cairan
Gejala: mual atau muntah, anoreksia, perubahan pada berat badan
c. Neurosensori
Gejala: pusing dan sinkope
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala: tidak ada nyeri/derajat bervariasi, misalnya: ketidaknyamanan
ringan sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
e. Eliminasi
Gejala: perubahan pada pola defekasi, missal: darah pada feses, nyeri pada
defekasi. Perubahan eliminasi urinarius misalnya: nyeri atau rasa terbakar
pada saat berkemih
f. Pernapasan
Gejala: merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok),
pemajanan abses
g. Integritas ego
Gejala: faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan
dalam penampilan insisi pembedahan, perasaantidak berdaya, putis asa,
depresi, menarik diri
h. Sirkulasi
Gejala: palpitasi, nyeri dada perubahan pada tekanan darah
xiii
i. Keamanan
Gejala: pemajanan pada kimia toksik, karsinogen pemajanan matahari
lama, berlebihan, demam, ruam kelit/ulserasi
j. Seksualitas
Gejala: perubahan pada tingkat kepuasan
k. Interaksi sosial
Gejala:
ketidakadekuatan/kelemahansistim
pendukung,
riwayat
perkawinan, masalah tentang fungsi
3.2 Diagnosa
1.
Resiko cidera b.d efek samping terkait agen farmasutikal (obat anastesi)
2.
Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
3.
Resiko perdarahan b.d komplikasi terkait penyakit dan efek samping
4.
Nyeri akut b/d agen injuri fisik
5.
Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
6.
Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
7.
Kontipasi
8.
Resiko aspirasi b.d reflek muntah, penurunan tingkat kesadaran
3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan
1. Resiko cidera
Tujuan (NOC)
NOC :
Intervensi (NIC)
Environment management
Definisi: beresiko
1. Risk ntibio
(manajemen lingkungan)
mengalami cidera sebagai Kriteria Hasil :
akibat kondisi lingkungan
yang berinteraksi dengan
sumber adaptif dan
a. Klien terbebas dari
cidera
b. Klien mampu
Sediakan lingkungan yang
aman untuk pasien
Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien, sesuai
sumber defensive
menjelaskan
dengan kondisi fisik dan
individu
cara/metode untuk
fungsi kognitif pasien dan
Eksternal
mencegah injur/cidera
riwayat penyakit
- Biologis (mis, tingkat
c. Klien mampu
terdahulu pasien
Menghindarkan
imunisasi komunitas,
menjelaskan factor
mikroorganisme)
resiko dari lingkungan/
lingkungan yang
perilaku personal
berbahaya (mis,
- Zat kimia
(mis,racun,polutan,ob
d. Mampu memodifikasi
memindahkan perabotan)
xiv
at, agenens farmasi,
gaya hidup untuk
Menyediakan tempat tisur
alcohol, nikotin,
mencegah injury
yang bersih dan nyaman
pengawet, kosmetik,
pewarna)
- Manusia (mis, agens
e. Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
f. Mampu mengenali
nosokomial, pola
perubahan status
ketegangan, atau
kesehatan
Menempatkan saklar
lampu ditempat yang
mudah dijangkau oleh
pasien
Membatasi pengunjung
Menganjurkan keluarga
factor kognitif, efektif,
dan psikomotor
untuk menemani pasien
Mengontrol lingkungan
- Cara
pemindahan/transport
dari kebisingan
Memindahkan barang
- Nutrisi(mis, desain,
struktur, dan
barang yang dapat
pengaturan komunitas,
membahayakan
Berikan penjelasan pada
bangunan,
dan/peralatan
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
Internal
perubahan status
- Profil darah yang
kesehatan dan penyebab
abnormal (mis,
penyakit
leukositosis/leukopeni
a, gangguan factor
koagulasi,
trombositopenia, sel
sabit, talasemia,
penurunan
hemoglobin
- Fisik integritas kulit
(mis, integritas kulit
tidak utuh gangguan
mobilitas)
- Usia (fisiologis,
2.
psikososial)
Kecemasan bd
Setelah dilakukan asuhan
NIC :
xv
diagnosis dan
keperawatan selama 3x 24
Anxiety Reduction
pembedahan
jam diharapakan cemasi
(penurunan kecemasan)
terkontrol
Gunakan pendekatan yang
NOC :
1. Anxiety control
menenangkan
Nyatakan dengan jelas
2. Coping
harapan terhadap pelaku
Kriteria Hasil :
pasien
a. Klien mampu
Jelaskan semua prosedur
mengidentifikasi dan
dan apa yang dirasakan
mengungkapkan gejala
selama prosedur
cemas
b. Mengidentifikasi,
Temani pasien untuk
memberikan keamanan
mengungkapkan dan
dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik
Berikan informasi faktual
untuk mengontol cemas
c. Vital sign dalam batas
normal
d. Postur tubuh, ekspresi
mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
Dorong keluarga untuk
menemani anak
wajah, bahasa tubuh
Lakukan back / neck rub
dan tingkat aktivitas
Dengarkan dengan penuh
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
xvi
3.
Resiko Perdarahan
Setelah dilakukan asuhan
Definisi : Beresiko
keperawatan selama 3x24
perdarahan
mengalami penurunan
jam diharapakan pasien
gastrointestinal
volume darah yang dapat
menunjukkan perdarahan
mengganggu kesehatan.
dapat diminimalkan
Monitor tanda-tanda
Awasi petheciae,
ekimosis, perdarahan dari
Factor resiko
suatu tempat
-
Aneurisme
Monitor vital sign
-
sirkumsisi
Catat perubahan mental
-
Defsiensi
Hindari aspirin
pengetahuan
Awasi HB dan factor
-
pembekuan
Koagulopati
intraveskuler
Berikan vitamin
diseminata
tambahan dan pelunan
-
Riwayat jatuh
feses
-
Gangguan
gastrointestinal
-
Gangguan fungsi
hati
-
Koagulopati
inheren
-
Komplikasi
pascapartum
-
Komplikasi
terkait kehamilan
-
Trauma
-
Efek samping
terkait terapi
4.
Nyeri akut b.d agen
Setelah dilakukan asuhan
Pain Management
injuri fisik
keperawatan selama 3x24
Lakukan pengkajian nyeri
jam diharapkan nyeri pasien
secara komprehensif
berkurang
termasuk lokasi,
NOC :
karakteristik, durasi,
1. Pain Level,
frekuensi, kualitas dan
xvii
2. Pain control,
3. Comfort level
ntibi presipitasi
Kriteria Hasil :
nonverbal dari
a. Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
Observasi reaksi
ketidaknyamanan
Gunakan teknik
nyeri, mampu
komunikasi terapeutik
menggunakan tehnik
untuk mengetahui
nonfarmakologi untuk
pengalaman nyeri pasien
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
mempengaruhi respon
b. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan
nyeri
menggunakan
manajemen nyeri
Kaji kultur yang
Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
c. Mampu mengenali
Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
nyeri (skala, intensitas,
tentang ketidakefektifan
frekuensi dan tanda
ntibio nyeri masa lampau
nyeri)
d. Menyatakan rasa
Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
nyaman setelah nyeri
dan menemukan
berkurang
dukungan
e. Tanda vital dalam
rentang normal
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
Kurangi ntibi presipitasi
nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber
xviii
nyeri untuk menentukan
intervensi
Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan
ntibio nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
5.
Resiko infeksi b.d
Setelah dilakukan asuhan
Infection Control (Kontrol
penurunan pertahanan
keperawatan selama 3x 24
infeksi)
primer
jam diharapakan infeksi
Definisi : Mrengalami
terkontrol
setelah dipakai pasien
peningkatan resiko
NOC :
lain
terserang organisme
1. Immune Status
patogenik
2. Knowledge : Infection
Factor resiko
control
- Penyakit kronis
3. Risk control
- Pengetahuan yang tidak
Kriteria Hasil :
cukup untuk
menghindari
pemanjangan pathogen
Bersihkan lingkungan
Pertahankan teknik
isolasi
Batasi pengunjung bila
perlu
a. Klien bebas dari tanda
Instruksikan pada
pengunjung untuk
dan gejala infeksi
mencuci tangan saat
b. Mendeskripsikan
berkunjung dan setelah
proses penularan
berkunjung meninggalkan
primer yang tidak
penyakit, factor yang
pasien
adekuat
mempengaruhi
- pertahanan tubuh
Gunakan sabun
- Gangguan peristalsis
penularan serta
antimikrobia untuk cuci
- Kerusakan integritas
penatalaksanaannya,
tangan
kulit
c. Menunjukkan
kemampuan untuk
Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
xix
- Perubahan sekresi pH
mencegah timbulnya
- Penurunan kerja siliaris
infeksi
- Pecah ketuban dini
- Pecah ketuban lama
- Merokok
- Stasis cairan tubuh
tindakan kperawtan
d. Jumlah leukosit dalam
tangan sebagai alat
batas normal
e. Menunjukkan perilaku
pelindung
hidup sehat
pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
pertahanan sekunder
sesuai dengan petunjuk
- Vaksinansi tidak
umum
adekuat
- Lingkungan menigkat
Pertahankan lingkungan
ntibio selama
- Trauma jaringan
- Ketidak adekuatan
Gunakan baju, sarung
Gunakan kateter
- Prosedur invasive
intermiten untuk
- Malnutrisi
menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi ntibiotic
bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik
xx
isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
Inspeksi kulit dan ntibiot
mukosa terhadap
kemerahan, panas,
drainase
Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum ntibiotic sesuai
resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
6.
Deficit personal
Setelah dilakukan asuhan
Laporkan kultur positif
Personal hyegene
hyegene b.d imobilitas
keperawatan selama 3x24
managemen
(nyeri pembedahan)
jam diharapakan pasien
menunjukkan kebersihan
diri
Kaji keterbatasan pasien
dalam perawatan diri
Berikan kenyamanan
NOC :
pada pasien dengan
1. Kowlwdge : disease
membersihkan tubuh
process
pasien
2. Kowledge : health
Behavior
(oral,tubuh,genital)
Ajarkan kepada pasien
xxi
Kriteria Hasil :
pentingnya menjaga
a. Pasien bebas dari bau
b. Pasien tampak
7.
kebersihan diri
Ajarkan kepada keluarga
menunjukkan
pasien dalam menjaga
kebersihan
kebersihan pasien
Kontipasi
c. Pasien nyaman
NOC
NiC
Konstipasi
Bowel elimination
Konstipation/impaction
Definisi : Penurunan pada hydration
management
frekuensi normal defakasi Criteria hasil
Monitor tanda dan gejala
yang disertai oleh
kesulitan atau
pengeluaran tidak
lengkap/atau pengeluaran
a. Mempertahankan
bentuk feses.
b. Lunak setiap 1-3
hari
konstipasi
Monitor bising usus
Monitor feses; frekuensi,
konsistensi dan volume
c. Bebas dari ketidak
Konsultasi dengan dokter
dan banyak
nyamanan dan
tentang penurunan dan
- Nyeri abdomen
konstipasi
peningkatan bising usus
fases yang kering keras
- Nyeri tekan abdomen
d. Mengidentifikasi
Monoitor tanda dan gejala
dengan teraba resistensi
incatotor untuk
rupture usus atau
otot
mencegah konstipasi
peritonitis
- Anoraksia
- Penampilan tidak khas
Jelaskan etiologi dan
rasionalisasi tindakan
pada lansia
terhadap pasien
- Borbogrigmi
Identifikasi factor
- Perubahan pada pola
defekasi
penyebab dan konstribusi
konstipasi
- penurunan frekuensi
Dukung intake cairan
- Keletihan umum
Memantau bising usus
- Feses keras dan
Menyusun jadwal ke toilet
berbentuk
- Sakit kepala
- Bising usus hiperaktif
Timbang pasien secara
teratur
Ajarkan pasien atau
- Bising usu hipoaktif
keluarga tentang proses
- Peningkatan tekanan
pencernaan yang normal
xxii
Ajarkan pasien atau
abdomen
- tidak dapat makan,
keluarga tentang kerangka
waktu untuk resulusi
mual
- Rembesan feses cair
sembelit
- Nyeri pada saat difekasi
- Masa abdomen yang
dapat diraba
- Adanya feses lunak,
seperti pasta didalam
rektum
- Perkusi abdomen pekak
- Sering flatus
- Muntah
8.
Resiko aspirasi
NOC
NIC
Definisi : Resiko
1. Respiratori ststus:
Aspiration precaution
masuknya sekresi
ventilation
Monitor tingkat kesadaran,
gastrointestinal, sekresi
2. Aspiration control
reflek batuk dan
orofaring, kotoran/debu,
3. Swallowing status
kemampuan menelan
atau cairan kedalam
Criteria hasil
saluran trakeobronkial.
a. Klien dapat bernafas
Factor resiko
dengan mudah, tidak
- Penurunan motolitas
irama, frekuensi
gastrointestinal
- Pengosongan lambung
yang lambat
- Penurunan reflek
muntah
- Penurunan reflek batuk
- Selang gastrointestinal
- Sfingter eshopagus
pernapasan normal
b. Pasien mampu
diperlukan
Haluskan obat sebelum
pemberian
Potong makanan menjadi
potongan potongan kecil
menelan,mengunyah
tanpa terjadi
aspirasi,dan mampu
melakukan oral hygine
c. Jalan nafas paten
mudah bernapas, tidak
bawah inkompeten
merasa tercekik dan
- peningkatan residu
tidak ada suara napas
lambung
Lakukan suction jika
abnormal
xxiii
- Peningkatan tekanan
intragastrik
- Pemberian medikasi
- Penurunan tingkat
kesadaran
3.4
xxiv
xxv
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel
telur dari ovarium. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan
dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering
ditemukan sudah dalam stadium akhir.
4.2 Saran
Terdapat banyak sekali penyakit-penyakit pada sistem reproduksi dengan
tanda dan gejala yang hampir sama. Kita perlu memahami dengan baik konsep medis
agar dapat menerapkan asuhan keperawatan secara tepat. Semoga dengan adanya
makalah ini, dapat menambah pengetahuan bagi pembaca, khususnya bagi rekanrekan mahasiswa.
xxvi
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, Hanifa, 2009, Ilmu Kandungan, Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Mansjoer, A, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Jakarta, Media Aesculapius FKUI
Manuaba, Ida Bagus Gede, 1998, Ilmu Kebidanan, Ilmu Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan, Jakarta, EGC
Sarwono, 1997, Ilmu Kandungan, Jakarta, YBPSP
Wiknjosastro, H, 2007, Ilmu Kandungan Edisi 2 Cetakan 5, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC NOC Edisi revisi jilid 2.Yogyakarta:
MediAction
xxvii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak
menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan
adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.Walaupun demikian
tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker. Perjalanan
penyakit ini sering disebut sillent killer atau secara diam diam menyebabkan banyak
wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya
mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar.
Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi
cairan yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional
karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan
sewaktu ovulasi. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium.
Kanker ovarium merupakan pembunuh yang diam-diam, karena memang seringkali
pasien tidak merasakan apa-apa, kalapun terjadi keluhan biasanya sudah lanjut
Kista ovarium menimbulkan beragam manifestasi klinis pada pasien.
Manifestasi klinis yang terjadi dapat berupa ketidaknyamanan pada abdomen, sulit
buang air kecil,
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kista ovarium
2. Anatomi kista ovarium
3. Etiologi kista ovarium
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian kista ovarim
2. untuk mengetahui anatomi kista ovarium
3. untuk mengetahui etiologi kista ovarium
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kista Ovarium
Cystoma ovari adalah kantung tertutup yang normal atau abnormal berlapis
jaringan epitel dan mengandung cairan atau bahan setengah padat yang terjadi di
ovarium.
2.2 Etiologi
Etiologi dari kista ovarium sampai sekarang belum diketahui secara pasti akan
tetapi dilihat menurut klasifikasinya yaitu tumor ovarium nonneoplastik dan tumor
ovarium neoplastik jika maka yang mnyebabkan kista ovarium adalah sebagai berikut:
1. Tumor nonneoplastik
Tumor nonneoplastik jinak disebabkan karena ketidakseimbangan hormon
progesteron dan estrogen
a. Tumor akibat radang
Termasuk di sini abses ovarial, abses tubo-ovarial dan kista tubo ovarial
b. Tumor lain
1) Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel atau dari beberapa folikel primer yang
setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses
atresia yang lazim melainkan menjadi membesar menjadi kista
2) Kista korpus luteum
Kista ini terjadi akibat pendarahan yang sering terjadi di dalam korpus
luteum, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua
3) Kista lutein
Kista ini biasanya bilateral dan menjadi membesar sebesar tinju.
Tumbuhnya kista ini adalah akibat dari pengaruh hormon
koriogonadotropin yang berlebihan
4) Kista inklu germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium
ii
5) Kista endometrium
Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid
6) Kista stein-laventhal
Kista ini dikenal sebagai sindrom stein-laventhal dan kiranya disebabkan
oleh ketidakseimbangan hormonal
2. Tumor aplastik
Tumor kisik
1) Kistoma ovarii simpleks
Kistoma ovari simpleks diduga kista ini adalah suatu jenis kistadenoma
serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan
cairan dalam kista
2) Kistadenoma musinosum
Asal kista ini belum pasti, menurut Mayer, mungkin kista ini berasal dari
suatuteratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan
elemen lainnya
3) Kistadenoma ovarii serosum
Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal
ephitelium)
4) Kista endometrioid
Kista ini tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii2001)
5) Kista dermoid
Kista dermoid suatu tratoma yang jinak dimana struktur-struktur
ektodrmal dngan difrensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi
dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak
nampak lbih menonjol daripada elemen-elemen endoderm dan mesoderm.
Bahan yang terdapat dalam rongga kista ini ialah produk dari klenjar
sebasea berupa massa lembek seperti lemak brcampur dengan rambut.
(wiknjosastro 2005; Mansjoer,
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan disebabkan
oleh beberapa faktor pendukung, yaitu:
a. Ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen
b. Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol
c. Degenerasi ovarium
iii
d. Gaya hidup tidak sehat yakni dengan:
a) Konsumsi makanan yang tinggi lemak, kurang serat dan makanan
berpengawet
b) Penggunaan zat tambahan pada makanan
c) Kurang brolahraga
d) Merokok dan mengkonsumsi alkohol
e) Terpapar dengan polusi dan agen infksius
f) Sering stres
e. Faktor genetik
Dalam tubuh terdapat sel-sel yang berpotensi memicu kanker yaitu yang
disebut protoonkgen, karena suatu sebab tertentu misalny, karena makan
makanan yang brsifat karsinogen, polusi atau terpapar zat kimia tertentu atau
karena radiasi, protoonkgen ini dapat berubah menjadi onkgen yaitu pemicu
kanker (Ryta, 2008)
2.3 Patofisiologi
Cystoma ovari berkembang sebagai hasil hiperstimulasi ovari yang disebabkan
oleh tingginya kadar LH. Kadar LH lebih tinggi daripada normalnya tetapi tidak
memperlihatkan lonjakan. LH yang terus menerus tinggi meningkatkan pembentukan
androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjaradrenal. Folikel anovulasi
berdegenerasi dan membentuk kista.
Tumor ini dapat bertangkai dan meluas ke dalam rongga panggul atau rongga
abdomen. Tumor ini dapat berdegenerasi karena perubahan dalam aliran darah yang
menuju tumor akibat pertumbuhan, kehamilan atau atrofi uterus pada menopause.
Torsi atau berputarnya tumor bertangkai dapat juga terjadi. Tumor kadang-kadang
dapat dipalpasi pada abdomen, tumor ini paling seringterdiagnosis jika teraba massa
pada pemeriksaan panggul bimanual. Kebanyakan tumor tidak menimbulkan gejala,
sehingga tidak memerlukan penanganan. Tetapi, masalah dapat timbul jika terjadi
perdarahan abnormal yang berlebihan sehingga menimbulkan anemia; penekanan
pada kandung kemih yang menyebabkan sering berkemih dan urgensi, serta potensial
untuk terjadinya sistitis; penekanan pada rektum menyebabkan konstipasi; dan nyeri
jika tumor berdegenerasi atau jika terjadi torsi dari tumor bertangkai.
iv
2.4 Jenis-jenis Kista Ovarium
a. Kistoma Ovari Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan
didalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak
lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi
(putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu
jenis kistadenoma serosum, yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung
dengan tekanan cairan dalamkista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan
reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa
secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.
a. Gambaran klinis
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai, kadang-kadang dapat
terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini
menyebabkan pendarahan dalamkista dan perubahan degeneratif, yang
memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan
peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan, yang
terakhir ini khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degenerative
di dalam kista. Pada pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental
seperti gelatin, melekat, dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari
percampurannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh
epitel torak tinggi dengan inti pada dasar sel, terdapat diantaranya sl-sel
yang membundar karena terisi lendir (goblet cells).
b. Penatalaksanaan:
Penangan terdiri atas penangan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika
pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa
ovarium yang normal, biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta
tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista sedapatdapatnya diusahan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi
dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma poritinei karena
tercecernya isi kista. Jika berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan
pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutupdengan rapi
v
sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat,
harus
dilakukan
pemeriksaan
histoligik
di
tempat-tempat
yang
mencurigakan terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi ovarium
yang lain perlu diperiksa pula.
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi
sangat besar.
a) Gambaran klinis:
Terdapat pendarahan dalam kista dan perubahan degenerative sehingga
timbul perlekatan kista dengan nomentum, usus-usus dan peritoneum
parietale. Selain itu, bisa bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi
musin yang terus bertambah akibat psiudomiksoma peronei.
b) Penatalaksanaan:
Dengan pengangkatan kista in tito tanpa fungsi terlebih dulu dengan
atau tanpa salping-ooforektomi tergantung besarnya kista
c. Kistadenoma Ovari Serosum
Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari
epitel permukaan ovarium (germinal epitbelium).
a) Gambaran klinis:
Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi
oleh epitel kubik atau epitel torak yang rendah, dengan sitoplasma esionofil
dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari
epitel permukaan ovarium (germinal epithelium), maka bentuk epitel pada
papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas
epitel bulu getar, seperti epitel tuba.
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam
stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya
menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovari serosum papileferum,
tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.
b) Penatalaksanaan:
Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum.
Hanya, berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu
dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan.
Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen
vi
section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada
waktu operasi.
2.5 Tanda dan Gejala
Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena besarnya,
terdapat perubahan hormonal atau terjadi penyulit. Tumor jinak ovarium yang
diameternya kecil sering ditemukan secara kebetulan dan tidak memberi gejala klinik
yang berarti.
1. Gejala akibat tumor ovarium :
a) Gejala akibat pertumbuhan
b) Menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah
c) Mengganggu miksi dan defekasi
d) Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau oedema pada tungkai bawah.
e) Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak ada nafsu makan, rasa sesak.
2. Gejala akibat perubahan hormonal.
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila menjadi
tumor dapat menimbulkan patrun menstruasi. Tumor sel granulosa dapat
menimbulkan hipermenore, sedang tumor arhenoblastoma menimbulkan amenore.
3. Gejala klinik akibat komplikasi.
a) Perdarahan intra tumor (perdarahan didalam kista)
Perdarahan yang terjadi sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan
terjadi distensi cepat dari kista, menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen
mendadak dan memerlukan tindakan cepat.
b) Putaran tangkai.
Tumor bertangakai sering terjadi perputaran tangkai, secara berlahan
sehingga tidak banyak menimbulkan nyeri abdomen. Perputaran tangkai yang
mendadak menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan
medis.
c) Terjadi infeksi pada tumor.
Terjadi jika dekat pada tumor terdapat sumber kuman patogen seperti :
apendiksitis, divertikulitis, atau salpingitis akut. Kista dermoid cenderung
mengalami perdarahan disusul pernanahan.
d) Robekan dinding kista.
vii
Terjadi pada torsi tangkai kista, dapat pula sebagai akibat trauma (jatuh,
pukulan pada perut). Jika kiste hanya mengandung cairan serus rasa nyeri akibat
robekan dan iritasi peritoneum segera berkurang, tetapi jika disertai perdarahan
yang timbul secara akut perdarahan bebas dapat berlangsung terus kedalam
rongga peritoneum.
e) Degenerasi ganas kista ovarium.
Keganasan kista ovarium dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti
kistadenomaovarii musinosum, dan kista dermoid.
4. Sindrom Meigs
Sindrom yang ditemukan oleh Meigs menyebutkan terdapat fibromaovarii,
acites, dan hidrotoraks. Dengan tindakan operasi fibroma ovarii, maka sindroma akan
hilang dengan sendirinya.
2.6 Manifestasi Klinis
Kebanyakan tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda. Sebagian
besar gejala dan tanda yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan, aktivitas hormonal
atau komplikasi tumor tersebut. Gejala dan tanda tersebut berupa benjolan di perut,
mungkin ada keluhan rasa berat, gangguan atau kesulitan defekasi karena desakan,
udem tungkai karena tekanan pada pembuluh balik atau limfa dan rasa sesak karena
desakan diafragma ke kranial.
Bila tumor tersebut menghasilkan hormon, kadang ada gangguan hormonal
berupa gangguan haid. Mungkin timbul komplikasi berupa asites, atau gejala sindrom
perut akut, akibatnya putaran tungkai tumor atau gangguan peredaran darah karena
penyebab lain. (Sjamjuhidajad, 2004)
2.7 Komplikasi
1. Torsi
Komplikasi yang sering terjadi, terutama pada tumor dengan ukuran sedang.
Tumor bertangkai sering terjadi putaran tangkai, secara berlahan sehingga tidak
banyak menimbulkan nyeri, perputaran tangkai yang mendadak menimbulkan
nyeri abdomen mendadak dan segara memerlukan tindakan.
2. Ruptur dari kista
Terjadi pada torsi tangkai kista, dapat pula sebagai akibat trauma. Jika kista
hanya mengandung cairan serus rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum
viii
segera berkurang, tetapi jika disertai perdarahan yang timbul secara akut
perdarahan bebas dapat berlangsung terus kedaslam rongga peritoneum.
3. Suppurasi kista
Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat pula berdiri sendiri,
yaitu secara hematogen atau limfogen. Kista dermoid lebih sering terkena radang.
4. Perubahan keganasan
Biasanya bila terjadi keganasan berupa CA epidermoid, kadang berbentuk
sarcoma.
ix
2.8 Pathway
Degenerasi ovarium
Histerektomi
Cistoma ovari
Infeksi ovarium
Pembesaran ovarium
Ruptur ovarium
Oovorektomi
Risiko pendarahan
Kurang informasi
Luka operasi
Kurang
Pengetahuan
Diskontinuitas
Jaringan
Cemas
Gg. Perfusi jaringan
Port d’entri Nyeri
Resiko infeksi
Komplikasi
peritonia
Pembatasan
nutrisi
Metabolisme
Anastesi
Peristaltik
usus
Resti injuri
Nervus vagus
Hipofisis
Peritonitis
Reflek menelan
Asam laktat
Resiko
Nyeri
Absorbsi air
dikolon
Keletihan
pendarahan
Gg. Metabolisme
Self care defisit
Resiko
konstipasi
Resiko aspirasi
x
xi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Biodata
Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomer register
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: nyeri di sekitar area jahitan
b. Riwayat kesehatan
sekarang: mengeluhkan
ada/tidaknya
gangguan
ketidaknyamanan
c. Riwayat kesehatan dahulu: pernahkah menderita penyakit seperti yang
diderita sekarang, pernahkah dilakukan operasi
d. Riwayat kesehatan keluarga: adalah anggota keluarga yang menderita
tumor atau kanker terutama pada organ reproduksi
e. Riwayat obstretikus, meliputi:
1) Menstruasi: menarche, lama, siklus, jumlah, warna, dan bau
2) Riwayat perkawinan: berapa kali menikah, usia pernikahan
3) Riwayat persalinan
4) Riwayat KB
3. Pengkajian post operasi rutin (Engram, 1999)
1) Kaji tingkat kesadaran
2) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, respiration rate
3) Auskultasi bunyi napas
4) Kaji turgor kulit
5) Pengkajian abdomen
a. Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
b. Auskultasi bising usus
c. Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
d. Tanyakan tentang perubahan pola defekasi
e. Kaji status balutan
6) Kajian terhadap nyeri atau mual
xii
7) periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan
menanyakan lamanya di bawah anestesi
4. Data penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah lengkap (Hb, hematokrit,
lekosit)
b. Terapi: terapi yang diberikan post operasi baik injeksi maupun peroral
sesuai program dari dokter
5. Perubahan pola fungsi
Data yang didapat dalam kasus kista ovarium menurut Doenges (2000)
adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan atau keletihan, adanya perubahan pola istirahatdan jam
kebiasaan tidur. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, missal:
ansietas, nyeri, keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan.
b. Makanan/cairan
Gejala: mual atau muntah, anoreksia, perubahan pada berat badan
c. Neurosensori
Gejala: pusing dan sinkope
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala: tidak ada nyeri/derajat bervariasi, misalnya: ketidaknyamanan
ringan sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
e. Eliminasi
Gejala: perubahan pada pola defekasi, missal: darah pada feses, nyeri pada
defekasi. Perubahan eliminasi urinarius misalnya: nyeri atau rasa terbakar
pada saat berkemih
f. Pernapasan
Gejala: merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok),
pemajanan abses
g. Integritas ego
Gejala: faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan
dalam penampilan insisi pembedahan, perasaantidak berdaya, putis asa,
depresi, menarik diri
h. Sirkulasi
Gejala: palpitasi, nyeri dada perubahan pada tekanan darah
xiii
i. Keamanan
Gejala: pemajanan pada kimia toksik, karsinogen pemajanan matahari
lama, berlebihan, demam, ruam kelit/ulserasi
j. Seksualitas
Gejala: perubahan pada tingkat kepuasan
k. Interaksi sosial
Gejala:
ketidakadekuatan/kelemahansistim
pendukung,
riwayat
perkawinan, masalah tentang fungsi
3.2 Diagnosa
1.
Resiko cidera b.d efek samping terkait agen farmasutikal (obat anastesi)
2.
Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
3.
Resiko perdarahan b.d komplikasi terkait penyakit dan efek samping
4.
Nyeri akut b/d agen injuri fisik
5.
Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
6.
Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
7.
Kontipasi
8.
Resiko aspirasi b.d reflek muntah, penurunan tingkat kesadaran
3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan
1. Resiko cidera
Tujuan (NOC)
NOC :
Intervensi (NIC)
Environment management
Definisi: beresiko
1. Risk ntibio
(manajemen lingkungan)
mengalami cidera sebagai Kriteria Hasil :
akibat kondisi lingkungan
yang berinteraksi dengan
sumber adaptif dan
a. Klien terbebas dari
cidera
b. Klien mampu
Sediakan lingkungan yang
aman untuk pasien
Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien, sesuai
sumber defensive
menjelaskan
dengan kondisi fisik dan
individu
cara/metode untuk
fungsi kognitif pasien dan
Eksternal
mencegah injur/cidera
riwayat penyakit
- Biologis (mis, tingkat
c. Klien mampu
terdahulu pasien
Menghindarkan
imunisasi komunitas,
menjelaskan factor
mikroorganisme)
resiko dari lingkungan/
lingkungan yang
perilaku personal
berbahaya (mis,
- Zat kimia
(mis,racun,polutan,ob
d. Mampu memodifikasi
memindahkan perabotan)
xiv
at, agenens farmasi,
gaya hidup untuk
Menyediakan tempat tisur
alcohol, nikotin,
mencegah injury
yang bersih dan nyaman
pengawet, kosmetik,
pewarna)
- Manusia (mis, agens
e. Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
f. Mampu mengenali
nosokomial, pola
perubahan status
ketegangan, atau
kesehatan
Menempatkan saklar
lampu ditempat yang
mudah dijangkau oleh
pasien
Membatasi pengunjung
Menganjurkan keluarga
factor kognitif, efektif,
dan psikomotor
untuk menemani pasien
Mengontrol lingkungan
- Cara
pemindahan/transport
dari kebisingan
Memindahkan barang
- Nutrisi(mis, desain,
struktur, dan
barang yang dapat
pengaturan komunitas,
membahayakan
Berikan penjelasan pada
bangunan,
dan/peralatan
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
Internal
perubahan status
- Profil darah yang
kesehatan dan penyebab
abnormal (mis,
penyakit
leukositosis/leukopeni
a, gangguan factor
koagulasi,
trombositopenia, sel
sabit, talasemia,
penurunan
hemoglobin
- Fisik integritas kulit
(mis, integritas kulit
tidak utuh gangguan
mobilitas)
- Usia (fisiologis,
2.
psikososial)
Kecemasan bd
Setelah dilakukan asuhan
NIC :
xv
diagnosis dan
keperawatan selama 3x 24
Anxiety Reduction
pembedahan
jam diharapakan cemasi
(penurunan kecemasan)
terkontrol
Gunakan pendekatan yang
NOC :
1. Anxiety control
menenangkan
Nyatakan dengan jelas
2. Coping
harapan terhadap pelaku
Kriteria Hasil :
pasien
a. Klien mampu
Jelaskan semua prosedur
mengidentifikasi dan
dan apa yang dirasakan
mengungkapkan gejala
selama prosedur
cemas
b. Mengidentifikasi,
Temani pasien untuk
memberikan keamanan
mengungkapkan dan
dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik
Berikan informasi faktual
untuk mengontol cemas
c. Vital sign dalam batas
normal
d. Postur tubuh, ekspresi
mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
Dorong keluarga untuk
menemani anak
wajah, bahasa tubuh
Lakukan back / neck rub
dan tingkat aktivitas
Dengarkan dengan penuh
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
xvi
3.
Resiko Perdarahan
Setelah dilakukan asuhan
Definisi : Beresiko
keperawatan selama 3x24
perdarahan
mengalami penurunan
jam diharapakan pasien
gastrointestinal
volume darah yang dapat
menunjukkan perdarahan
mengganggu kesehatan.
dapat diminimalkan
Monitor tanda-tanda
Awasi petheciae,
ekimosis, perdarahan dari
Factor resiko
suatu tempat
-
Aneurisme
Monitor vital sign
-
sirkumsisi
Catat perubahan mental
-
Defsiensi
Hindari aspirin
pengetahuan
Awasi HB dan factor
-
pembekuan
Koagulopati
intraveskuler
Berikan vitamin
diseminata
tambahan dan pelunan
-
Riwayat jatuh
feses
-
Gangguan
gastrointestinal
-
Gangguan fungsi
hati
-
Koagulopati
inheren
-
Komplikasi
pascapartum
-
Komplikasi
terkait kehamilan
-
Trauma
-
Efek samping
terkait terapi
4.
Nyeri akut b.d agen
Setelah dilakukan asuhan
Pain Management
injuri fisik
keperawatan selama 3x24
Lakukan pengkajian nyeri
jam diharapkan nyeri pasien
secara komprehensif
berkurang
termasuk lokasi,
NOC :
karakteristik, durasi,
1. Pain Level,
frekuensi, kualitas dan
xvii
2. Pain control,
3. Comfort level
ntibi presipitasi
Kriteria Hasil :
nonverbal dari
a. Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
Observasi reaksi
ketidaknyamanan
Gunakan teknik
nyeri, mampu
komunikasi terapeutik
menggunakan tehnik
untuk mengetahui
nonfarmakologi untuk
pengalaman nyeri pasien
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
mempengaruhi respon
b. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan
nyeri
menggunakan
manajemen nyeri
Kaji kultur yang
Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
c. Mampu mengenali
Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
nyeri (skala, intensitas,
tentang ketidakefektifan
frekuensi dan tanda
ntibio nyeri masa lampau
nyeri)
d. Menyatakan rasa
Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
nyaman setelah nyeri
dan menemukan
berkurang
dukungan
e. Tanda vital dalam
rentang normal
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
Kurangi ntibi presipitasi
nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber
xviii
nyeri untuk menentukan
intervensi
Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan
ntibio nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
5.
Resiko infeksi b.d
Setelah dilakukan asuhan
Infection Control (Kontrol
penurunan pertahanan
keperawatan selama 3x 24
infeksi)
primer
jam diharapakan infeksi
Definisi : Mrengalami
terkontrol
setelah dipakai pasien
peningkatan resiko
NOC :
lain
terserang organisme
1. Immune Status
patogenik
2. Knowledge : Infection
Factor resiko
control
- Penyakit kronis
3. Risk control
- Pengetahuan yang tidak
Kriteria Hasil :
cukup untuk
menghindari
pemanjangan pathogen
Bersihkan lingkungan
Pertahankan teknik
isolasi
Batasi pengunjung bila
perlu
a. Klien bebas dari tanda
Instruksikan pada
pengunjung untuk
dan gejala infeksi
mencuci tangan saat
b. Mendeskripsikan
berkunjung dan setelah
proses penularan
berkunjung meninggalkan
primer yang tidak
penyakit, factor yang
pasien
adekuat
mempengaruhi
- pertahanan tubuh
Gunakan sabun
- Gangguan peristalsis
penularan serta
antimikrobia untuk cuci
- Kerusakan integritas
penatalaksanaannya,
tangan
kulit
c. Menunjukkan
kemampuan untuk
Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
xix
- Perubahan sekresi pH
mencegah timbulnya
- Penurunan kerja siliaris
infeksi
- Pecah ketuban dini
- Pecah ketuban lama
- Merokok
- Stasis cairan tubuh
tindakan kperawtan
d. Jumlah leukosit dalam
tangan sebagai alat
batas normal
e. Menunjukkan perilaku
pelindung
hidup sehat
pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
pertahanan sekunder
sesuai dengan petunjuk
- Vaksinansi tidak
umum
adekuat
- Lingkungan menigkat
Pertahankan lingkungan
ntibio selama
- Trauma jaringan
- Ketidak adekuatan
Gunakan baju, sarung
Gunakan kateter
- Prosedur invasive
intermiten untuk
- Malnutrisi
menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi ntibiotic
bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik
xx
isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
Inspeksi kulit dan ntibiot
mukosa terhadap
kemerahan, panas,
drainase
Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum ntibiotic sesuai
resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
6.
Deficit personal
Setelah dilakukan asuhan
Laporkan kultur positif
Personal hyegene
hyegene b.d imobilitas
keperawatan selama 3x24
managemen
(nyeri pembedahan)
jam diharapakan pasien
menunjukkan kebersihan
diri
Kaji keterbatasan pasien
dalam perawatan diri
Berikan kenyamanan
NOC :
pada pasien dengan
1. Kowlwdge : disease
membersihkan tubuh
process
pasien
2. Kowledge : health
Behavior
(oral,tubuh,genital)
Ajarkan kepada pasien
xxi
Kriteria Hasil :
pentingnya menjaga
a. Pasien bebas dari bau
b. Pasien tampak
7.
kebersihan diri
Ajarkan kepada keluarga
menunjukkan
pasien dalam menjaga
kebersihan
kebersihan pasien
Kontipasi
c. Pasien nyaman
NOC
NiC
Konstipasi
Bowel elimination
Konstipation/impaction
Definisi : Penurunan pada hydration
management
frekuensi normal defakasi Criteria hasil
Monitor tanda dan gejala
yang disertai oleh
kesulitan atau
pengeluaran tidak
lengkap/atau pengeluaran
a. Mempertahankan
bentuk feses.
b. Lunak setiap 1-3
hari
konstipasi
Monitor bising usus
Monitor feses; frekuensi,
konsistensi dan volume
c. Bebas dari ketidak
Konsultasi dengan dokter
dan banyak
nyamanan dan
tentang penurunan dan
- Nyeri abdomen
konstipasi
peningkatan bising usus
fases yang kering keras
- Nyeri tekan abdomen
d. Mengidentifikasi
Monoitor tanda dan gejala
dengan teraba resistensi
incatotor untuk
rupture usus atau
otot
mencegah konstipasi
peritonitis
- Anoraksia
- Penampilan tidak khas
Jelaskan etiologi dan
rasionalisasi tindakan
pada lansia
terhadap pasien
- Borbogrigmi
Identifikasi factor
- Perubahan pada pola
defekasi
penyebab dan konstribusi
konstipasi
- penurunan frekuensi
Dukung intake cairan
- Keletihan umum
Memantau bising usus
- Feses keras dan
Menyusun jadwal ke toilet
berbentuk
- Sakit kepala
- Bising usus hiperaktif
Timbang pasien secara
teratur
Ajarkan pasien atau
- Bising usu hipoaktif
keluarga tentang proses
- Peningkatan tekanan
pencernaan yang normal
xxii
Ajarkan pasien atau
abdomen
- tidak dapat makan,
keluarga tentang kerangka
waktu untuk resulusi
mual
- Rembesan feses cair
sembelit
- Nyeri pada saat difekasi
- Masa abdomen yang
dapat diraba
- Adanya feses lunak,
seperti pasta didalam
rektum
- Perkusi abdomen pekak
- Sering flatus
- Muntah
8.
Resiko aspirasi
NOC
NIC
Definisi : Resiko
1. Respiratori ststus:
Aspiration precaution
masuknya sekresi
ventilation
Monitor tingkat kesadaran,
gastrointestinal, sekresi
2. Aspiration control
reflek batuk dan
orofaring, kotoran/debu,
3. Swallowing status
kemampuan menelan
atau cairan kedalam
Criteria hasil
saluran trakeobronkial.
a. Klien dapat bernafas
Factor resiko
dengan mudah, tidak
- Penurunan motolitas
irama, frekuensi
gastrointestinal
- Pengosongan lambung
yang lambat
- Penurunan reflek
muntah
- Penurunan reflek batuk
- Selang gastrointestinal
- Sfingter eshopagus
pernapasan normal
b. Pasien mampu
diperlukan
Haluskan obat sebelum
pemberian
Potong makanan menjadi
potongan potongan kecil
menelan,mengunyah
tanpa terjadi
aspirasi,dan mampu
melakukan oral hygine
c. Jalan nafas paten
mudah bernapas, tidak
bawah inkompeten
merasa tercekik dan
- peningkatan residu
tidak ada suara napas
lambung
Lakukan suction jika
abnormal
xxiii
- Peningkatan tekanan
intragastrik
- Pemberian medikasi
- Penurunan tingkat
kesadaran
3.4
xxiv
xxv
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel
telur dari ovarium. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan
dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering
ditemukan sudah dalam stadium akhir.
4.2 Saran
Terdapat banyak sekali penyakit-penyakit pada sistem reproduksi dengan
tanda dan gejala yang hampir sama. Kita perlu memahami dengan baik konsep medis
agar dapat menerapkan asuhan keperawatan secara tepat. Semoga dengan adanya
makalah ini, dapat menambah pengetahuan bagi pembaca, khususnya bagi rekanrekan mahasiswa.
xxvi
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, Hanifa, 2009, Ilmu Kandungan, Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Mansjoer, A, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Jakarta, Media Aesculapius FKUI
Manuaba, Ida Bagus Gede, 1998, Ilmu Kebidanan, Ilmu Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan, Jakarta, EGC
Sarwono, 1997, Ilmu Kandungan, Jakarta, YBPSP
Wiknjosastro, H, 2007, Ilmu Kandungan Edisi 2 Cetakan 5, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC NOC Edisi revisi jilid 2.Yogyakarta:
MediAction
xxvii