BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencabutan Gigi - Prevalensi Pencabutan Gigi Molar Satu Mandibula Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Rsgmp Fkg Usu Tahun 2010-2011

TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Definisi Pencabutan Gigi

  Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan

  1-3

  selanjutnya dihubungkan atau disatukan oleh gerakan lidah dan rahang. Defenisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan gigi dengan satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak menimbulkan masalah

  4 prostetik paska operasi di masa yang akan datang.

  Dokter gigi harus berusaha untuk melakukan setiap pencabutan gigi secara ideal dan untuk memperolehnya ia harus mampu menyesuaikan teknik pencabutan gigi agar bisa menangani kesulitan-kesulitan selama pencabutan dan kemungkinan

  4 komplikasi dari tiap pencabutan gigi yang dapat terjadi.

  2.2. Anatomi Gigi Molar Satu Mandibula

  Gigi terdiri atas dua bagian yaitu mahkota gigi atau korona dan akar gigi atau radiks. Bagian terluar mahkota gigi dilapisi oleh email, email ini juga disebut dengan enamel. Di bagian dalam email terdapat tulang gigi atau dentin dan pada bagian yang paling dalam terdapat pulpa. Pada pulpa terdapat kapiler, arteri, vena dan saraf. Bagian terluar akar gigi tidak memiliki email, tetapi memiliki semen. Bagian akar

  18,19 gigi tertanam dalam tulang rahang yang ditutupi oleh gusi atau ginggiva.

  19 Gambar1. Anatomi gigi (Itjingningsih WH. Anatomi gigi. Jakarta: EGC, 1995: 29)

  Gigi Molar Satu Mandibula adalah gigi ke-6 dari garis median. Pada umumnya gigi ini merupakan gigi yang terbesar di rahang bawah. Gigi ini mempunyai 5 kups yang tumbuh baik yaitu 2 kups bukal (kups mesio lingual dan kups disto bukal), 1 kups distal dan 2 kups lingual (kups mesio lingual dan disto lingual). Mempunyai 2 akar yang tumbuh baik yaitu 1 mesial dan 1 distal, yang lebar buko lingual dan pada apeksnya jelas terpisah. Kadang-kadang terdapat 3 akar yaitu 2

  18,19 mesial dan 1 distal.

2.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Pencabutan Gigi

  Indikasi pencabutan gigi banyak dan bervariasi. Jika perawatan konservasi gagal atau tidak indikasi sebuah gigi harus dicabut karena hal lain sebagai

  3,12,15-17

  berikut: a.

  Gigi karies yang parah dan tidak bisa dirawat lagi.

  b.

  Penyakit periodontal ( gigi mobility II dan mobility III ).

  c.

  Infeksi periapikal.

  d.

  Abrasi, erosi, atrisi yang parah.

  Gigi impaksi f. Kelainan pulpa ( nekrosis pulpa dan irreversible pulpitis).

  g.

   Gigi berlebih (supernumery teeth).

  h.

  Keperluan ortodontik (misalnya gigi premolar) dan keperluan prostetik. i.

  Gigi fraktur yang parah.

  15,16

  Kontra indikasi pencabutan gigi sebagai berikut: 1.

  Faktor lokal a.

  Akut perikoronitis pada molar 3 dengan fasial selulitis, gingivitis, stomatitis, sinusitis akut maxilla pada molar dan premolar atas.

  b.

  Pertumbuhan gigi yang disertai tumor ganas.

2. Faktor sistemik a.

  Diabetes mellitus tidak terkontrol.

  b.

  Kelainan darah ( hemofili, leukemia, anemia).

  c.

  Kehamilan pada trimester I dan trimester 3.

  d.

  Kelainan kardiovaskular ( hipertensi).

  e.

  Pasien dengan kelainan hati (hepatitis).

2.4. Metode Pencabutan Gigi

  Pada dasarnya hanya ada dua cara pencabutan gigi, cara pertama yang sering dilakukan pada kebanyakan kasus biasanya disebut pencabutan dengan tang, yang terdiri atas pencabutan gigi atau akar gigi dengan menggunakan tang atau elevator

  4,15 (bein) atau keduanya. Metode ini disebut juga pencabutan intra-alveolar.

  Metode yang lain adalah dengan pembelahan gigi atau akar gigi dari perlekatan tulangnya. Pemisahan ini dilakukan dengan membuang sebagian tulang yang menutupi akar gigi, kemudian pencabutan dilakukan dengan menggukan bein

  4,15 dan tang, metode ini disebut pencabutan trans-alveolar. Pencabutan intra-alveolar adalah pencabutan gigi atau akar gigi dengan menggunakan tang atau bein atau dengan kedua alat tersebut. Metode ini sering juga disebut forceps extraction dan merupakan metode yang biasa dilakukan pada

  4,15-17 sebagian besar kasus pencabutan gigi.

  Dalam metode ini instrumen yang digunakan yaitu tang atau bein ditekan masuk ke dalam ligamen periodontal diantara akar gigi dengan dinding tulang alveolar. Bila akar telah terpegang kuat oleh tang, dilakukan gerakan kearah buko- lingual atau buko-palatal dengan maksud menggerakkan gigi dari soketnya. Gerakan rotasi kemudian dilakukan setelah dirasakan gigi agak goyang. Tekanan dan gerakan yang dilakukan haruslah merata dan terkontrol sehingga fraktur gigi dapat

  4,15-17 dihindari.

2.4.2 Pencabutan trans-alveolar

  Pada beberapa kasus terutama pada gigi impaksi, pencabutan dengan metode intra-alveolar sering kali mengalami kegagalan sehingga perlu dilakukan pencabutan dengan metode trans-alveolar. Metode pencabutan ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengambil sebagian tulang penyangga gigi. Metode ini juga sering disebut metode terbuka atau metode bedah yang digunakan pada kasus-kasus: a.

  Gigi tidak dapat dicabut dengan menggunakan metode intra alveolar b. Gigi yang mengalami hipersementosis atau ankilosis c. Gigi yang mengalami germinasi atau dilaserasi d. Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan bein, terutama sisa akar yang berhubungan dengan sinus maxillaris.

  Perencanaan dalam setiap tahap dari metode trans-alveolar harus dibuat secermat mungkin untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan. Masing- masing kasus membutuhkan perencanaan yang berbeda yang disesuaikan dengan keadaan dari setiap kasus. Secara garis besarnya, komponen penting dalam perencanaan adalah bentuk flep mukoperiostal dan cara yang digunakan untuk

  4,15-17 tulang yang diperlukan.

2.6 Teknik dan Jenis Bahan Anestesi untuk Pencabutan Gigi molar

  Untuk pencabutan gigi biasanya menggunakan anestesi lokal. Anestesi lokal digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pada bagian tubuh tertentu tanpa disertai

  20 dengan hilangnya kesadaran. Bahan anestesi pada kedokteran gigi.

  1. Golongan ester.

  Anestesi golongan ini kurang stabil dan metabolismenya lebih mudah. Contohnya: Prokain, kokain dan tetrakain.

  2. Golongan amida.

  Anestesi golongan amida lebih stabil dan metabolismenya lambat. Contohnya: Lignokain, prilokain, mervakain.

  Teknik anastesi untuk pencabutan gigi molar mandibula.

  Pada rahang bawah biasanya digunakan anestesi blok mandibula. Dilakukan palpasi fossa retromolaris dengan jari telunjuk sehingga kuku jari menempel pada linea oblik. Dengan bagian belakang jarum suntik terletak di antara kedua premolar pada sisi yang berlawanan jarum diarahkan sejajar dengan dataran oklusal gigi-gigi mandibula ke arah ramus dan jari. Jarum ditusukkan pada apeks trigonum pterygomandibular dan gerakan jarum di antara ramus dan ligamen serta otot yang menutupi fasies interna ramus diteruskan sampai ujungnya kontak dengan dinding posterior sulkus mandibularis. Keluarkan 1,5 ml obat anestesi di sini (rata-rata kedalaman insersi jarum adalah 15 mm, tapi bervariasi tergantung ukuran mandibula dan proporsinya berubah sejalan dengan pertambahan umur). Dapat juga menganestesi nervus lingualis dengan cara mengeluarkan obat anestesi pada

  21 pertengahan perjalanan masuknya jarum. Berbicara masalah pencabutan gigi tidak terlepas dari beberapa komplikasi normal yang menyertainya seperti terjadinya perdarahan sesaat, oedem (pembengkakan) dan timbulnya rasa sakit. Komplikasi sendiri merupakan kejadian yang merugikan dan timbul diluar perencanaan dokter gigi. Oleh karena itu, kita sebagai dokter gigi harus tetap mewaspadai segala kemungkinan dan berusaha untuk mengantisipasinya sebaik mungkin. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya

  11 komplikasi lanjutan dengan resiko yang lebih besar.

  Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya komplikasi diantaranya karena kondisi sistemik dan lokal pasien serta keahlian, keterampilan dan pengalaman operator serta standar prosedur pelaksanaan juga mempengaruhi. Berbagai komplikasi dapat terjadi, seperti:

  1. Perdarahan Perdarahan mungkin merupakan komplikasi yang paling ditakuti oleh dokter maupun pasien karena dianggap dapat mengancam hidup. Pasien dengan gangguan pembekuan darah sangatlah jarang ditemukan, kebanyakan adalah individu dengan penyakit hati, misalnya seorang alkoholik yang menderita sirosis, pasien yang menerima terapi antikoagulan, atau pasien yang mengkonsumsi aspirin dosis tinggi

  11 atau agen antiradang nonsteroid. Semua itu mempunyai resiko perdarahan.

  2. Infeksi Meskipun jarang terjadi tetapi hal ini jangan dianggap sepele. Bila terjadi dokter gigi dapat memberikan resep berupa antibiotik untuk pasien yang beresiko terkena

  11 infeksi.

  3. Pembengkakan Keadaan ini terjadi akibat perdarahan yang hebat saat pencabutan gigi. Ini terjadi

  11 karena bermacam hal seperti; kelainan sistemik pada pasien.

  Dry socket Kerusakan bekuan darah ini dapat disebabkan oleh trauma pada saat pencabutan gigi (pencabutan dengan komplikasi), dokter gigi yang kurang berhati-hati penggunaan kontrasepsi oral, penggunaan kortikosteroid dan suplai darah (suplai darah di rahang bawah lebih sedikit daripada rahang atas). Kurangnya irigasi saat dokter gigi melakukan tindakan juga dapat menyebabkan dry socket. Gerakan menghisap dan menyedot seperti kumur-kumur dan merokok segera setelah

  8,12,13

  pencabutan dapat mengganggu dan merusak bekuan darah 5.

  Rasa sakit Rasa sakit paska operasi akibat trauma jaringan keras dapat berasal dari cederanya tulang karena terkena instrumen atau bur yang terlalu panas selama pembuangan tulang. Dengan mencegah kesalahan teknis dan memperhatikan penghalusan tepi tulang yang tajam, serta pembersihan soket tulang setelah pencabutan dapat

  11 menghilangkan penyebab rasa sakit setelah pencabutan gigi.

6. Fraktur a.

  Fraktur mahkota gigi Selama pencabutan mungkin tidak dapat dihindari bila gigi sudah mengalami karies atau restorasi besar. Namun hal ini sering juga disebabkan oleh tidak tepatnya aplikasi tang pada gigi, bila tang di aplikasikan pada mahkota gigi bukan pada akar atau massa akar gigi atau dengan sumbu panjang tang yang tidak sejajar dengan sumbu panjang gigi. Bila operator memilih tang dengan ujung terlalu lebar dan hanya memberikan kontak 1 titik gigi dapat pecah bila tang ditekan. Bila tangkai tang tidak dipegang dengan kuat, ujung tang mungkin terlepas dari akar dan mematahkan mahkota gigi. Terburu-buru biasanya merupakan penyebab dari semua kesalahan, yang sebenarnya dapat dihindari bila operator bekerja sesuai metode. Pemberian tekanan berlebihan dalam upaya mengatasi perlawanan dari gigi tidak dianjurkan dan

  11,16 bisa menyebabkan fraktur mahkota gigi. Fraktur tulang alveolar Dapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar. Bila terasa bahwa terjadi fraktur tulang alveolar sebaiknya giginya dipisahkan terlebih dahulu dari tulang yang

  11 patah, baru dilanjutkan pencabutan.

  c.

  Fraktur yang bersebelahan atau gigi antagonis Gigi antagonis bisa pecah atau fraktur bila gigi yang akan dicabut tiba-tiba diberikan tekanan yang tidak terkendali dan tang membentur gigi tersebut. Teknik

  11 pencabutan yang terkontrol dapat mencegah kejadian ini.

  d.

  Fraktur mandibula atau maxilla Kondisi ini terjadinya fraktur (patah tulang) yang tidak diharapkan dari bagian soket gigi atau bahkan tulang mandibula atau maksila tempat melekatnya tulang alveolar berada. Paling umum terjadi dikarenakan kesalahan teknik operator saat melakukan pencabutan gigi. Oleh karena itu operator diharuskan memiliki teknik yang benar dan bisa memperhitungkan seberapa besar penggunaan tenaga saat

  11 mencabut gigi dan cara menggunakan alat dengan tepat. Definisi pencabutan gigi Antomi gigi molar satu mandibula

  Indikasi dan kontra indikasi pencabutan gigi 1.

  Pencabutan intra-alveolar

  2. Pencabutan trans-alveolar Pencabutan gigi molar satu mandibula

  Metode pencabutan gigi Teknik dan jenis bahan anestesi

  Komplikasi pencabutan gigi

  Definisi pencabutan gigi Antomi gigi molar

  Indikasi dan kontra indikasi pencabutan gigi 1.

  Umur 2. Jenis kelamin

  Pencabutan gigi molar satu mandibula

  Metode pencabutan gigi

  1. Pencabutan intra-alveolar

  2. Pencabutan trans-alveolar Teknik dan jenis bahan anastesi

  Komplikasi pencabutan gigi

Dokumen yang terkait

Gambaran Kesimetrisan Lengkung Gigi Pada Mahasiswa Fkg Usu Berdasarkan Jenis Kelamin

2 78 74

Tingkat Kecemasan Masyarakat Saat Pencabutan Gigi Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin Dan Asal Daerah Dengan Survei Online

9 95 70

Prevalensi Fraktur Akar Gigi Molar Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Yang Dicabut Di Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2010-2012

1 69 48

Prevalensi Pencabutan Gigi Molar Satu Mandibula Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Rsgmp Fkg Usu Tahun 2010-2011

6 75 43

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informed consent - Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah Mulut Rsgmp Usu Tentang Informed Consent Untuk Pencabutan Gigi Posterior Mandibula

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigi Impaksi - Perbandingan Hasil Radiografi Periapikal Dengan Lateral Oblique Dalam Mendeteksi Gigi Impaksi Molar Tiga Mandibula Mahasiswa Fkg Usu

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesimetrisan - Gambaran Kesimetrisan Lengkung Gigi Pada Mahasiswa Fkg Usu Berdasarkan Jenis Kelamin

0 2 20

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Embriologi Gigi - Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Di Medan (In Vitro)

0 2 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan Dental 2.1.1 Definisi Kecemasan - Tingkat Kecemasan Masyarakat Saat Pencabutan Gigi Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin Dan Asal Daerah Dengan Survei Online

0 0 22

Prevalensi Fraktur Akar Gigi Molar Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Yang Dicabut Di Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2010-2012

0 0 14