BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan Dental 2.1.1 Definisi Kecemasan - Tingkat Kecemasan Masyarakat Saat Pencabutan Gigi Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin Dan Asal Daerah Dengan Survei Online

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecemasan Dental

2.1.1 Definisi Kecemasan

  Freud (1933/1964) mendefinisikan kecemasan sebagai situasi yang menimbulkan rasa tidak menyenangkan yang kemudian disertai dengan perasaan yang mengancam bahaya secara fisik. Perasaan yang tidak menyenangkan tersebut

  16 tidak dapat dipastikan, tetapi dapat dirasakan secara samar-samar.

  Tabel 1 mengilustrasikan masalah yang sering dijumpai oleh dokter gigi. Dokter gigi diminta untuk menyebutkan tiga hambatan dalam menangani pasien yang mereka alami. Masalah nomor satu yang paling dikhawatirkan adalah hubungan dokter-pasien. Misalnya tentang rencana perawatan pasien (dimana pasien memiliki hak untuk menentukan menerima perawatan) atau pasien yang kasar. Masalah kedua adalah kecemasan pasien. Pasien yang kaku atau tegang tidak hanya sulit untuk dilakukan perawatan namun juga menganggu jadwal kunjungan dan menimbulkan ketidaknyamanan untuk dokter gigi sendiri. Kegagalan pasien dalam mendapatkan perawatan preventif yang adekuat juga merupakan masalah yang sulit menurut dokter gigi. Walau kurang informasi terlihat pada beberapa kasus penting untuk beberapa dokter gigi, dokter gigi lainnya percaya bahwa banyak pasien yang tidak termotivasi dan tidak peduli terhadap kesehatan rongga mulut mereka. Beberapa dokter gigi menyatakan mereka merasa pasien seperti itu menyebabkan frustasi pada

  17 diri mereka dan motivasi mereka menjadi menurun. Tabel 1. Masalah yang dirasakan dokter gigi berdasarkan tingkatan

  17 Urutan Masalah yang sering ditemukan

  1 Hubungan dokter-pasien

  2 Kecemasan pasien

  3 Pencegahan

  4 Perasaan pribadi dokter gigi

  5 Harapan pasien yang tidak realistis

  6 Managemen pasien

  7 Masalah tingkah laku anak-anak

  8 Konflik dengan orang tua tentang perawatan anak

  9 Kesakitan pasien Secara umum, kecemasan dibagi menjadi dua simptom, yaitu: a.

  Simptom fisiologis Simptom fisiologis adalah kecemasan yang telah mempengaruhi atau terlihat gejala fisik terutama fungsi sistem saraf pusat. Contohnya: tidak dapat tidur, jantung berdebar atau takikardia, sakit kepala, keringat dingin yang berlebihan, ketegangan otot, gemetaran, merasa mual, dan bruxism.

  9,18 b.

  Simptom psikologis Simptom psikologis adalah kcemasan yang berwujud gejala kejiwaan. Contohnya: tegang, bingung, khawatir, susah konsentrasi, pikiran kosong, perasaan tidak menentu, gelisah, gugup, membesar-besarkan ancaman, merasa tidak berdaya, ketergantungan, ingin melarikan diri dan waspada berlebihan.

  9,17,18

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

  Kecemasan dental adalah fenomena multidimensi yang kompleks. Dari berbagai literatur, sekumpulan faktor-faktor resiko terjadinya kecemasan dental adalah: a.

  Karakteristik diri Pencabutan gigi dapat menyebabkan berbagai reaksi pada masyarakat. Sebagian akan merasa sedih karena salah satu bagian tubuhnya hilang, sebagian lainnya akan meyakinkan diri bahwa pencabutan gigi adalah tanda masa muda yang telah lewat. Dimana hal seperti itu dapat membuat masyarakat merasa takut akan sakit sehingga masyarakat merasa cemas sebelum dilakukan tindakan pencabutan

  19 gigi.

  b.

  Ketakutan akan kesakitan Masyarakat mengalami kecemasan dental karena mengantisipasi akan terjadinya kesakitan ketika dilakukan perawatan. Walau penggunaan bur berkecepatan tinggi dan analgesik bisa membantu mengurangi rasa sakit, masyarakat

  17 masih merasa akan terjadi rasa sakit sehingga rasa cemas timbul.

  c.

  Pengalaman traumatik masa lalu terutama masa kanak-kanak Sebagian masyarakat mengatakan bahwa tingkah laku dan karakteristik diri dari para tenaga medis gigi sebagai salah satu faktor terjadinya rasa cemas.

  Pengalaman yang memberikan efek trauma pada diri seseorang baik pada masa kanak-kanak maupun remaja dapat merupakan sumber mayor dari adanya rasa takut ketika dewasa. Keyakinan pasien bahwa ia pernah diperlakukan dengan buruk atau kasar sewaktu muda menyebabkan adanya sikap negatif pasien terhadap kedokteran

  20 gigi.

  d.

  Pendidikan Masyarakat dengan pendidikan yang lebih rendah memiliki pengetahuan yang kurang tentang perawatan gigi sehingga mereka tidak memperoleh cukup tersebut, orang cenderung menganggap tindakan dental adalah hal yang memicu kecemasan dental sehingga tidak jarang masyarakat dengan pendidikan rendah akan

  21,22 berkunjung ke dokter gigi setelah keadaan gigi rusak atau rasa sakit yang parah.

  e.

  Sosial ekonomi Penelitian membuktikan bahwa masyarakat dengan status ekonomi rendah memiliki kecenderungan lebih cemas terhadap tindakan dental daripada masyarakat dengan status ekonomi menengah ke atas. Hal ini karena masyarakat dengan status ekonomi rendah kurang mengenal perawatan gigi serta biaya perawatan gigi yang mahal membuat pasien kurang mengetahui tentang hal yang berhubungan dengan

  21,22 kedokteran gigi.

  f.

  Keluarga dan teman Sikap dari orang disekitar sangat mempengaruhi tingkah laku seseorang, dimana hal ini juga merupakan faktor yang menyebabkan pasien merasa cemas terhadap tindakan dental. Pengalaman yang diceritakan baik dari anggota keluarga maupun teman bisa mempengaruhi pandangan seseorang terhadap petugas kesehatan.

  Seseorang yang merencanakan tindakan pencabutan gigi biasanya telah memiliki praduga atau pengalaman pribadi masa lalu atau pengalaman keluarga tentang tidak

  19 nyamannya pencabutan gigi.

  g.

  Ketakutan akan alat dan prosedur perawatan gigi Suara seperti tulang patah dan bunyi klik instrumen juga bisa menstimuli rasa

  19

  cemas pasien. Masyarakat yang kurang memahami tentang fungsi dan tujuan dari alat kedokteran gigi akan meningkatkan kecemasan masyarakat karena masyarakat tidak tahu tentang tindakan dokter dengan alat kedokteran gigi tersebut. Kecemasan pasien bisa hilang atau berkurang apabila dokter gigi bisa menjelaskan fungsi alat dental tersebut.

  h.

  Ketakutan akan darah

   Ketakutan terhadap darah adalah salah satu faktor yang menimbulkan rasa

  cemas dan mengakibatkan seseorang enggan menerima perawatan. Untuk beberapa kondisi yang menimbulkan fobia. Menurut penelitian, 70% pasien yang fobia darah akan pingsan pada kondisi tersebut. Pingsan terjadi karena darah dan detak jantung

  23 pasien menurun ketika melihat darah tersebut.

2.1.3 Jenis Kecemasan

  Kecemasan menurut Freud, terbagi atas tiga jenis, yaitu: a.

  Kecemasan realistik Kecemasan realistik adalah takut akan bahaya di dunia luar, didefinisikan

  16,24

  sebagai perasaan yang tidak menyenangkan namun tidak spesifik. Kecemasan realistik ini menjadi asal timbulnya kecemasan lainnya yaitu kecemasan neurosis dan

  24

  kecemasan moral. Contohnya, orang mengalami kecemasan realistik ketika

  16 berkendara dan melaju dengan cepat saat lalu lintas sedang padat di kota asing.

  b.

  Kecemasan neurotik Kecemasan neurotik adalah rasa cemas karena bahaya yang tidak diketahui atau ketakutan akan hukuman yang diberikan oleh orang tua atau figur tertentu yang berkuasa kalau orang tersebut memuaskan insting dengan cara sendiri dan

  16,24

  diyakininya akan diberi hukuman. Namun hukuman tidak pasti diberikan

  24

  sehingga dapat disimpulkan bahwa kecemasan neurotik bersifat khayalan. Semasa kecil, perasaan marah sering diikuti dengan rasa takut akan hukuman dan rasa takut

  16 tersebut disamakan dengan kecemasan neurotik secara tidak sadar.

  c.

  Kecemasan moral Kecemasan moral terjadi ketika orang melanggar nilai yang diberikan orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotik terlihat mirip namun perbedaannya

  24

  berada pada prinsip yaitu tingkat kontrol ego. Pada kecemasan moral, orang tetap memikirkan masalah dalam keadaan rasional sedangkan pada kecemasan neurotik, orang memikirkan masalah dalam keadaan distres atau panik sehingga orang dengan

  16 kecemasan neurotik terhambat dalam membedakan antara realitas dan khayalan.

2.1.4 Mekanisme Kecemasan

  Bagian otak yang meregulasi kecemasan adalah area korteks prafrontal, amigdala dan hipotalamus pada subkorteks. Pemicu kecemasan yang diterima seseorang akan dikirim terlebih dahulu ke prafrontal korteks yang berperan dalam evaluasi kognitif dari pemicu kecemasan. Kemudian bagian dari sistem limbik yaitu amigdala yang berada di bagian bawah dari lubus temporalis akan memproses

  25

  pemicu rasa cemas. Amigdala terdiri dari tiga nukleus yaitu nukleus basolateral, nukleus kortikomedial dan nukleus sentral (Gambar 1). Nukleus basolateral menerima aferen penglihatan, suara, rasa dan sentuh. Nukleus kortikomedial menerima aferen penciuman. Semua sistem sensori tersebut diproses di dalam nukleus amigdala sehingga terjadi integrasi informasi. Amigdala dan hipotalamus dihubungkan dengan jalur amigdalofungal dan stria terminalis. Proses ekspresi emosi

  26 dari amigdala yang dikirim ke hipotalamus akan menghasilkan respon otonom.

  26 Gambar 1. Amigdala terdiri dari tiga nukleus.

  Hipotalamus berada di bawah talamus pada dasar otak depan (Gambar 2).

  25,27 menghubungkan dan mengaktivasi sistem saraf otonom serta sistem endokrin.

  Fungsi hipotalamus salah satunya adalah sebagai pusat kordinasi sistem saraf pusat sehingga hipotalamus berperan juga dalam mengontrol semua otot polos, otot

  27 jantung dan kelenjar eksokrin serta berperan dalam pola emosi dan tingkah laku.

  Fungsi utama hipotalamus dalam kondisi cemas adalah mengaktivasi dan meregulasi sistem otonom dan sistem endokrin. Hipotalamus memiliki jalur langsung ke kelenjar pituitari, struktur limbik, korteks dan talamus. Hipotalamus berhubungan dengan kelenjar pituitari melalui hubungan endokrin pada lobus anterior dan hubungan neuronal pada lobus posterior. Lobus anterolateral menghambat sistem saraf simpatetik dan mengaktivasi hormon yang dikeluarkan dari kelenjar pituitari,

  25 sedangkan lobus posteromedial memiliki efek yang berlawanan. hipotalamus dan amigdala.

  28 Sistem saraf otonom memiliki dua sistem saraf, yaitu sistem saraf

  Saluran cerna Konstriksi sfingter Inhibisi sekresi pencernaan

  Lipolisis (asam lemak dibebaskan) Tidak ada

  Tidak ada Sel adiposa (simpanan lemak)

  Hati (simpanan glikogen) Glikogenolisis (glukosa dibebaskan)

  Menyesuaikan mata untuk melihat jauh Konstriksi pupil Menyesuaikan mata untuk melihat dekat

  Kandung kemih Relaksasi Kontraksi (pengosongan) Mata Dilatasi pupil

  Dilatasi sfingter Stimulasi sekresi pencernaan

  (saluran nafas) Konstriksi bronkiolus

  parasimpatetik dan sistem saraf simpatetik yang bekerja secara resiprokal (Gambar 3). Jika salah satu sistem saraf dominan, maka efek sistem saraf lainnya berkurang.

  Pembuluh darah Konstriksi Dilatasi (pembuluh darah yang mendarahi penis dan klitoris) Paru Dilatasi bronkiolus

  Jantung Meningkatkan kecepatan, kekuatan kontraksi jantung Menurunkan kecepatan, kekuatan kontraksi (atrium)

  27 Organ Efek Stimulasi Simpatis Efek Stimulasi Parasimpatis

  25 Tabel 2. Efek sistem saraf otonom pada organ tubuh.

  Pada kecemasan, sistem yang mendominasi adalah sistem saraf simpatetik sedangkan pada saat tenang, sistem saraf parasimpatetik lebih dominan.

  25,26

  Kelenjar eksokrin Pankreas eksokrin Inhibisi sekresi pankreas Stimulasi sekresi pankreas pencernaan) Organ Efek Stimulasi Simpatis Efek Stimulasi Parasimpatis Kelenjar keringat Stimulasi sekresi sebagian besar kelenjar keringat

  Stimulasi sekresi beberapa kelenjar keringat Kelenjar liur Pengeluaran sedikit liur kental kaya mukus

  Pengeluaran banyak liur encer kaya enzim Kelenjar endokrin

  Medula adrenal Stimulasi sekresi epinefrin dan nonepinefrin Tidak ada

  Pankreas endokrin Inhibisi sekresi insulin, stimulasi sekresi glukagon Stimulasi sekresi insulin dan glukagon

  Genitalia Ejakulasi dan kontraksi orgasme (pria), kontraksi orgasme (wanita)

  Ereksi (akibat dilatasi pembuluh darah di penis [pria] dan klitoris [wanita])

  Aktivitas otak Meningkatkan kewaspadaan Tidak ada

  27 sistem saraf simpatis dan parasimpatis.

2.1.5 Mengurangi Kecemasan

  Cara paling baik untuk mengurangi kecemasan adalah pencegahan karena pengalaman buruk pasien mengakibatkan pasien akan merasa cemas pada kunjungan berikutnya. Terutama pada anak-anak sebaiknya dikurangi kunjungan dengan tujuan pencabutan gigi atau restorasi dengan cara menjaga kebersihan oral. Jika perawatan dental dilakukan sejak dini dengan hanya pemeriksaan dan pembersihan gigi maka pengalaman traumatik bisa terhindari. Banyak pasien dewasa menyatakan bahwa walau mereka sangat takut akan perawatan gigi pada masa muda karena pengalaman yang menimbulkan rasa sakit, kunjungan terus-menerus ke dokter gigi membuat pasien merasa semakin tidak cemas. Hal ini bisa dijelaskan bahwa pasien yang merasa cemas karena akan terjadi rasa sakit pada perawatan gigi membuktikan bahwa tidak terjadi rasa sakit seperti yang dibayangkan setelah beberapa

  17

  kunjungan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan dental dibagi atas:

  1. Modelling Sama seperti tingkah laku buruk dimana orang dapat mudah menirunya hanya dengan melihat, penelitian juga menemukan bahwa sikap dan tingkah laku yang baik

  20

  juga dapat dipelajari dengan proses observasi yang sama. Modelling dapat dilakukan dengan model langsung atau model di dalam film karena model langsung tidak selalu tersedia di saat yang dibutuhkan. Studi klinis dan laboratoris telah membuktikan bahwa model didalam film sama efektifnya dengan menggunakan

  20

  model langsung. Modelling digunakan untuk mengatasi kecemasan dental dimana jika model memberikan contoh mengunjungi dokter gigi, menerima perawatan dan selesai tanpa mengalami tekanan, maka kecemasan pasien dan perasaan

  17 ketidakpastian atau keragu-raguan juga berkurang.

  2. Mengurangi keragu-raguan Walau modelling sangat efektif untuk mengurangi kecemasan, namun besar keyakinan yang diberikan oleh dokter gigi yang perhatian kepada pasien. Karena ketidakpastian menimbulkan kecemasan, pasien perlu diberikan informasi mengenai

  17 perawatan yang akan dilakukan untuk mengurangi ansietas.

  3. Dukungan emosional Kecemasan dapat dikurangi dengan memberikan informasi kepada pasien dimana juga diiringi dengan pemberian dukungan emosional dari dokter gigi ketika memberikan penjelasan tentang prosedur dan perawatan gigi yang akan dilakukan

  17

  pada pasien. Pendekatan tidak hanya dapat dilakukan oleh dokter gigi namun dapat

  2 dilakukan juga oleh tenaga medis lainnya yang melakukan interaksi dengan pasien.

  4. Relaksasi Tujuan dari relaksasi adalah untuk mendapatkan mental dan otot yang tenang. Penggabungan antara metode pernafasan dalam dan relaksasi otot bisa mengurangi ketegangan pada pasien secara efektif. Pasien dewasa yang takut akan perawatan gigi sering menahan nafas ketika dilakukan injeksi, pencetakan gigi atau pemasangan

  rubber dam sehingga darah kekurangan oksigen yang akan memperparah rasa cemas,

  29

  depresi dan timbulnya rasa lelah. Metode relaksasi efektif untuk pasien yang memiliki motivasi dan koperatif. Metode ini aman, tidak memiliki efek samping dan memberikan pasien kontrol terhadap tingkat kecemasan dirinya. Metode yang dapat dilakukan adalah dengan menghirup nafas dalam-dalam dengan pernafasan

  2 diafragmatic, tahan lima detik, kemudian hembus selama lima detik.

  5. Distraksi Distraksi banyak diaplikasikan karena penggunaannya yang mudah. Contoh distraksi yang paling sederhana dan efektif adalah musik. Dekorasi ruangan, karya seni yang menarik dan akuarium ikan tropis juga bisa mengalihkan fokus pasien dan

  29

  berguna untuk mengalihkan perhatian pasien dari stimuli rasa takut. Jika fokus

  17 pasien teralihkan, maka rasa cemas pasien juga akan berkurang.

  6. Farmakologi Seiring dengan bertambahnya kecemasan, kemungkinan menggunakan obat- tidur sehari sebelum tindakan pencabutan gigi dapat menurunkan ansietas di pagi hari namun obat oral kurang berefek pada pasien dengan rasa cemas sedang maupun berat ketika pasien masuk ke ruang operasi. Sedasi dengan inhalasi nitrous oxide merupakan teknik pilihan untuk pasien dengan rasa cemas ringan maupun sedang. Pasien dengan kecemasan berat yang akan menjalani beberapa ekstraksi gigi dengan

  19 proses rumit memerlukan sedasi yang lebih dalam biasanya melalui intravena.

2.2 Internet

2.2.1 Definisi Internet

  Perkembangan teknologi yang cepat menyebabkan sistem informasi berkembang pesat. Dengan aktifitas informasi yang cepat maka abad ini disebut abad informasi dimana sekarang internet telah menjadi alat penghubung untuk sesama pemakai internet. Ledakan penggunaan internet terjadi karena pertumbuhan yang

  30,31 sangat cepat dari layanan web atau world wide web (www).

  Internet adalah jaringan komputer yang saling berhubungan ke seluruh dunia tanpa batas teritorial, hukum, dan budaya. Di dalam internet terdapat berbagai sumber informasi baik statis maupun dinamis dan interaktif. Secara fisik, internet dipresentasikan sebagai jaringan laba-laba (web) yang menyelimuti dunia dan terdiri

  31 dari titik-titik (node) yang saling berhubungan.

  Normalnya, sebuah komputer di suatu organisasi akan terkoneksi dengan suatu jaringan lokal. Sebuah node di jaringan lokal akan terkoneksi secara fisik ke internet. Jadi, internet sebenarnya adalah sebuah jaringan dari jaringan-jaringan dan

  32

  bukan sebuah jaringan dari komputer-komputer. Node bisa berupa komputer, jaringan lokal, maupun alat komunikasi. Node terdiri dari pusat informasi dan

  

database , peralatan komputer dan perangkat interkoneksi jaringan serta peralatan

  yang digunakan untuk mencari, menempatkan atau bertukar informasi melalui

  31 koneksi internet.

  Melalui komputer yang terhubung dengan koneksi internet, memungkinkan komputer tanpa batas ruang, waktu, dan tempat. Internet yang telah menjadi suatu komunitas baru dari masyarakat yang sangat besar dikenal dengan istilah

  cyberspace.

  31

2.2.2 Dampak Internet

  Manfaat internet didapatkan dari kerjasama antar pribadi atau kelompok tanpa mengenal batas negara, waktu, jarak, ras, kelas ekonomi, ideologi dan faktor lainnya. Terdapat beberapa dampak positif dan negatif dari internet dimana dampak negatif seperti tindakan amoral dan bentuk kejahatan lainnya tidak dapat dibendung karena banyaknya kepentingan yang dibebankan ke internet. Dampak positif yang diberikan internet adalah

  31

  : a. Sumber informasi menjadi lebih beragam dan luas.

  b.

  Tidak ada kendala jarak dan waktu misalnya dapat membuka rapat secara bersama-sama, langsung dari berbagai tempat di dunia.

  c. program mereka dengan kemampuan untuk mengatur homepage yang dapat diakses

  Berkembangnya hal yang memudahkan aktifitas misalnya belanja dan pembayaran online.

  d.

  Pertukaran dan asimilasi nilai-nilai budaya yang cepat karena pengguna internet tidak mengenal ras, ekonomi, ideologi dan faktor lain yang biasanya menghambat pertukaran gagasan, ide atau pikiran.

  e.

  Komunitas dunia yang sangat demokrasi misalnya pada tahun 1996 kementerian Negara Belanda membuka website sehingga pejabat kementerian, penduduk dan organisasi yang tertarik dapat berkumpul dan berdiskusi tentang berbagai isu politik dengan sistem percakapan yang langsung (real time chatting).

  33 Sedangkan dampak negatif yang diberikan internet adalah: a.

  Pornografi Dengan adanya penyebaran informasi yang cepat, perkembangan pornografi

  31 atau terfilter.

  b.

  Penipuan Internet tidak terlepas dari hal penipuan dimana hal yang paling mudah supaya tidak tertipu adalah dengan tidak mengindahkan hal tersebut atau

  31 memberikan informasi pribadi kepada penyedia informasi tersebut.

  c.

   Carding

  Para penjahat memanfaatkan sistem internet yang real time atau langsung sehingga para penjahat mampu mendeteksi adanya transaksi online (transaksi dengan kartu kredit). Kode kartu kemudian dicatat dan dimanfaatkan datanya oleh para penjahat untuk kepentingan kejahatan. Kejahatan dalam bidang ini adalah kejahatan

  31 yang paling banyak dilakukan di dunia internet.

  d.

  Perjudian Dengan jaringan yang tersedia, para penjudi tidak perlu berkunjung ke tempat

  31

  tertentu untuk melakukan perjudian karena dapat menggunakan internet. Hal ini dikarenakan jaringan internet dapat diakses di mana saja.

2.2.4 Web

  Internet dan web adalah hal yang berbeda dimana internet adalah sekumpulan komputer dan perangkat lainnya yang terkoneksi dengan alat dan memperbolehkan komunikasi satu dengan lainnya sedangkan web adalah koleksi dari jaringan lunak

  32 dan protokol yang harus terdapat di hampir semua komputer di internet.

  Web bekerja pada dua hal yaitu software browser dan software server. Kedua

  piranti lunak ini bekerja seperti client dan server. Client adalah web browser yang mengirimkan permintaan melalui jaringan kerja kepada web server, sedangkan web

  

server bertindak sebagai server dan dapat diakses semua pengguna internet, Untuk

  dapat mengakses ke sebuah situs tertentu, diperlukan sebuah alamat yang terdiri dari http://www.namasitus.com dengan keterangan http:// adalah kode jenis layanan internet, www adalah kode jaringan global internet dan nama situs adalah nama

  31 alamat situs yang hendak dikunjungi.

  Browsing adalah istilah tentang menjelajah dunia maya dengan membuka

  situs. Untuk melakukan browsing, diperlukan piranti lunak seperti Internet Explorer,

  

Mozilla Firefox, Opera , atau Google Chrome. Untuk melakukan kunjungan ke situs

  tertentu, dapat dilakukan dengan mengisi nama situs yang hendak di kunjungi di

  

address bar . Dokumen di web memiliki link (sambungan). Sambungan ini

  31 memudahkan para pengakses web berpindah dari satu halaman ke halaman lainnya.

2.3 Pencabutan Gigi

2.3.1 Indikasi Pencabutan Gigi

  Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai alasan. Namun alasan dibawah

  19

  hanya merupakan petunjuk dan bukan aturan mutlak. Indikasi pencabutan gigi diantaranya adalah: a.

  Karies Karies mungkin merupakan alasan paling utama untuk mencabut gigi karena

  19,34,35

  karies yang besar dan tidak dapat direstorasi. Kadang, masalah kompleksitas dan biaya merupakan penyebab seseorang memutuskan untuk mencabut gigi, hal ini juga didukung oleh ketersediaan dan tingkat kesuksesan pembuatan protesa dengan

  19 dukungan implan.

  b.

  Nekrosis pulpa Nekrosis pulpa atau pulpitis irreversible yang tidak dapat dilakukan

  19,35

  perawatan endodontik. Hal ini bisa terjadi karena pasien menolak melakukan perawatan pada saluran akar yang tidak dapat dijangkau atau rumit karena anatomi akar, terkalsifikasi dan tidak dapat dirawat dengan teknik standar endodontik. Perawatan endodontik yang gagal juga termasuk dalam kategori ini karena masih menimbulkan rasa sakit atau kebocoran dan pasien tidak menginginkan perawatan

  19,34 ulang. c.

  Penyakit periodontal Penyakit periodontal yang parah dan ekstensif juga merupakan penyebab alasan dilakukan pencabutan gigi. Jika periodontitis dewasa yang parah telah berlangsung dalam jangka waktu yang lumayan lama, kehilangan tulang yang banyak dan mobiliti gigi yang irreversible terjadi, maka gigi tersebut dilakukan pencabutan.

  Kehilangan tulang periodontal juga bisa merancukan kesempatan untuk penempatan implan langsung, sehingga pencabutan gigi merupakan pilihan sebelum gigi tersebut

  19,35 semakin goyang.

  d.

  Alasan ortodontik Pasien dengan gigi tidak rapi dan ingin melakukan perawatan ortodontik memerlukan lengkung yang cukup sehingga diperlukan adanya ekstraksi gigi untuk

  19,34

  mendapatkan ruang yang cukup. Gigi yang paling sering dicabut adalah gigi premolar mandibula dan maksila tapi gigi insisivus mandibula juga sering dilakukan pencabutan untuk alasan yang sama. Perhatian besar perlu diberikan untuk

  19 memastikan memang diperlukan pencabutan gigi.

  e.

  Alasan prostodontik Sebelum rekonstruksi prostetik kadang diperlukan ekstraksi. Gigi asli dapat menganggu penempatan gigi tiruan baik gigi tiruan lepasan maupun gigi tiruan cekat sehingga sebaiknya dicabut. Pada kasus rehabilitasi rahang dengan implan dimana gigi yang tersisa hanya satu atau dua gigi insisivus namun memiliki prognosis yang tidak jelas, sebaiknya dilakukan pencabutan gigi tersebut dan dibuatkan rekonstruksi

  

34

gigi tiruan penuh dengan dukungan implan.

  f.

  Gigi malposisi Gigi malposisi bisa tergolong indikasi dari pencabutan gigi dari beberapa situasi. Gigi malposisi yang merupakan indikasi pencabutan adalah jika gigi tersebut menganggu erupsi gigi tetangga, melukai jaringan lunak tetapi tidak dapat direposisi

  19,34

  dengan tindakan ortodontik. Gigi yang paling sering adalah gigi molar ketiga maksila yang erupsi terlalu ke bukal dan menyebabkan ulserasi dan trauma jaringan gigi yang hipererupsi dapat menganggu konstruksi protesa sehingga tidak adekuat,

  19 pada kondisi ini, gigi yang malposisi tersebut sebaiknya dilakukan pencabutan.

  g.

  Gigi patah Indikasi yang tidak sering dijumpai adalah mahkota yang patah atau fraktur akar. Gigi yang patah akan menyebabkan pasien sakit dan tidak dapat dilakukan perawatan konservatif. Kadang-kadang gigi yang patah adalah gigi yang pernah

  19 menjalani perawatan endodontik.

  h.

  Gigi impaksi Gigi impaksi seharusnya dipertimbangkan untuk dicabut. Hal ini karena gigi impaksi tidak dapat erupsi karena kurangnya ruang, gangguan dari gigi tetangga, atau

  19

  karena hal lainnya, sehingga perlu dilakukan operasi. Gigi impaksi juga dapat menyebabkan kehilangan tulang pada gigi tetangga dan menyebabkan kondisi

  34 patologi lainnya seperti kista.

  i.

  Gigi berlebih Gigi berlebih biasanya impaksi dan harus dicabut. Gigi berlebih dapat menganggu erupsi dari gigi permanen yang menggantikan gigi desidui dan memiliki

  19,35 potensi untuk menyebabkan resorpsi dan perpindahan.

  j.

  Gigi dengan lesi patologis Sering pada kasus kista odontogenik. Pada beberapa situasi, gigi dapat dipertahankan dan tindakan endodontik dapat dilakukan. Namun, jika mempertahankan gigi dapat menghambat operasi pembuangan lesi, maka gigi

  19 tersebut harus dicabut.

  k.

  Sebelum terapi radiasi Pasien yang menerima terapi radiasi karena adanya kanker di mulut, kepala dan leher sebelum radiasi terapi harus dicabut gigi dengan prognosis yang tidak jelas karena bisa menjadi penyebab infeksi. Namun, banyak gigi yang dapat dipertahankan

  19,35 dengan perawatan yang wajar. l.

  Gigi yang berhubungan dengan fraktur rahang Pasien yang mengalami fraktur mandibula atau prosessus alveolaris kadang perlu dilakukan ekstraksi. Pada beberapa situasi, gigi yang terlibat pada garis fraktur dapat dipertahankan namun jika gigi tersebut tidak sehat, infeksi atau luksasi parah dari jaringan sekitar gigi atau menganggu reduksi dan fiksasi fraktur, pencabutan

  19 perlu dilakukan.

  m.

  Alasan lain ekstraksi gigi Semua alasan indikasi diatas tentang pencabutan gigi bisa menjadi lebih kuat jika pasien tidak ingin atau kurang mampu secara finansial untuk mempertahankan gigi. Ketidakmampuan pasien membayar prosedur yang perlu dilakukan untuk mempertahankan gigi dapat menyebabkan solusi yang tersisa adalah pencabutan gigi.

  Gigi juga bisa dicabut dengan alasan pasien tidak dapat mempertahankan kebersihan oral. Terutama gigi molar tiga diekstraksi karena alasan kebersihan rongga mulut dan

  19,34 rekurensi perikoronitis.

2.3.2 Kontraindikasi Pencabutan Gigi

  Kontraindikasi pencabutan gigi relatif kuat dibandingkan dengan indikasi pencabutan gigi. Pada beberapa situasi, kontraindikasi dapat dimodifikasi dengan menggunakan perawatan tambahan sehingga gigi dapat ekstraksi. Pada kondisi lainnya, kontraindikasi pencabutan gigi sangat perlu diperhatikan sehingga gigi tidak

  19

  diekstraksi. Kontraindikasi secara umumnya dibagi menjadi dua kelompok yaitu

  19,34,35 sistemik dan lokal.

  a.

  Kontraindikasi sistemik Kontraindikasi sistemik adalah sekumpulan kondisi yang dikenal sebagai penyakit metabolik tidak terkontrol yang parah, contohnya pasien dengan brittle

  

diabetes (diabetes mellitus yang tidak terkontrol) dan penyakit ginjal tahap akhir

  dengan kondisi uremia parah. Jika penyakit pasien termasuk kategori penyakit

  19 sistemik tidak terkontrol maka pencabutan gigi tidak dapat dilakukan. Pasien yang menderita leukemia tidak terkontrol dan limfoma tidak boleh dilakukan pencabutan gigi sampai keganasan telah di bawah kontrol. Komplikasi yang bisa terjadi adalah infeksi karena sel darah putih yang tidak bekerja dan pendarahan yang berlebihan sebagai akibat platelet yang kurang. Pasien dengan penyakit jantung tidak terkontrol, iskemik miokardial yang parah seperti angina pektoris yang tidak stabil dan pasien yang baru mengalami infark miokardial signifikan tidak boleh dilakukan pencabutan gigi kecuali merupakan kondisi

  19 emergensi di rumah sakit.

  Pasien dengan hipertensi maligna juga harus dihindari dari pencabutan karena akan terjadi pendarahan persisten, insufisiensi miokardial akut, dan gangguan cerebrovaskular karena efek stres dari ekstraksi. Begitu juga dengan pasien dengan

  19 detak jantung tidak beraturan, harus menunda tindakan pencabutan gigi.

  Pasien dengan kehamilan trimester pertama dan trimester ketiga harus menunda pencabutan gigi jika memungkinkan. Akhir trimester pertama, selama semester kedua atau bulan pertama dari trimester ketiga, memungkinkan pencabutan gigi yang tidak menimbulkan komplikasi, namun operasi ekstensif yang memerlukan

  19 obat selain anestesi lokal harus ditunda sampai pasien melahirkan.

  Pasien hemofilia atau gangguan platelet parah harus menunda sampai

  19,34

  koagulopati terkoreksi. Kebanyakan gangguan pendarahan dapat terkontrol dengan administrasi faktor koagulan dan transfusi platelet. Koordinasi yang erat dengan dokter pasien dapat menghasilkan proses penyembuhan yang tidak menimbulkan komplikasi. Sama halnya dengan pasien yang mengkonsumsi

  19 antikoagulan dapat menjalani ekstraksi ketika dirawat dengan tepat.

  Pasien yang mengonsumsi obat harus dilakukan operasi dengan hati-hati atau setelah konsultasi medis. Obat yang harus diperhatikan mencakup kortikosteroid,

  19,34 agen imunosupresan, bifosfonat, dan agen kemoterapi kanker.

  b.

  Kontraindikasi lokal Hal yang paling penting diperhatikan dari kontraindikasi lokal adalah sejarah osteoradionekrosis, oleh karena itu pencabutan gigi harus dilakukan dengan sangat

  19,34 hati-hati.

  Gigi yang berada di lokasi sekitar tumor terutama tumor ganas tidak boleh dicabut karena akan menyebabkan metastase. Pasien dengan perikoronitis parah disekitar impaksi gigi molar tiga mandibula tidak boleh dicabut sebelum

  34

  perikoronitis di atasi. Perawatan non bedah seperti irigasi, antibiotik dan operasi molar ketiga maksila, jika diperlukan, untuk meringankan tekanan dari jaringan lunak edema yang menekan impaksi mandibula. Jika molar ketiga mandibula dioperasi saat perikoronitis parah, insiden komplikasi meningkat. Jika periokoronitis

  19 ringan dan gigi dapat dicabut dengan mudah, maka pencabutan dapat dilakukan.

  Pada pasien dengan abses dentoalveolar akut, terdapat banyak studi prospektif yang telah menunjukkan penanganan yang paling cepat dari infeksi nekrosis pulpa adalah dengan mencabut gigi tersebut secepat mungkin sehingga infeksi akut bukan merupakan kontraindikasi ekstraksi. Namun, pencabutan gigi akan susah dilakukan jika pasien tidak dapat membuka mulut cukup lebar, rasa sakit yang parah, bengkak dan susah mencapai fase anestesi lokal yang bekerja dengan

  19,34

  baik. Jika akses dan anestesi bisa berjalan dengan baik, maka pencabutan gigi dilakukan sesegera mungkin. Sebaliknya, terapi antibiotik harus dimulai dan rencana

  19 pencabutan gigi harus dibuat secepat mungkin.

2.4 Kerangka Teori

2.5 Kerangka Konsep

  Kecemasan dental saat pencabutan gigi

  Masyarakat Indonesia berdasarkan:

  • Jenis Kelamin:
  • Pria •

  Wanita

  1. Kunjungan ke dokter gigi besok

  • Usia:

  2. Menunggu di ruang tunggu

  • 11-20 tahun
  • 21-40 tahun

  3. Dilakukan injeksi lokal anestesi

  • 41-65 tahun
  • > 65 tahun
  • Asal daerah:

  4. Dilakukan pencabutan gigi

  • Indonesia Bagian Barat (WIB)

  5. Dilakukan penjahitan bekas pencabutan gigi Kategori kecemasan dental:

  • Indonesia Bagian Tengah (WITA)
  • Indonesia Bagian Timur (WIT)
    • Tidak cemas atau cemas rendah
    • Cemas sedang
    • Cemas tinggi
    • Cemas parah (atau fobia)

Dokumen yang terkait

Tingkat Kecemasan Masyarakat Saat Pencabutan Gigi Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin Dan Asal Daerah Dengan Survei Online

9 95 70

Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013

8 82 92

Perbedaan Tingkat Kecemasan Dental Pasien Pria Dan Wanita Sebelum Pencabutan Gigi Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Medan

26 177 67

Kecemasan Menghadapi Perubahan Saat Menopause

0 1 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Dukungan Keluarga 1.1 Definisi Keluarga - Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan

0 0 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terapi Sinema 2.1.1 Definisi - Pengaruh Terapi Sinema Terhadap Kecemasan Praoperatif pada Anak Usia Sekolah di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep guided imagery 2.1.1 Definisi guided imagery - Pengaruh Guided Imagery Dalam Pemasangan Infus Terhadap Kecemasan Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesimetrisan - Gambaran Kesimetrisan Lengkung Gigi Pada Mahasiswa Fkg Usu Berdasarkan Jenis Kelamin

0 2 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan - Hubungan Karakteristik Deugan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Pada Trimester III Dalam Menghadapi Persalinan Di Klinik Sumiariani Kecamatan Medan lobor Tabun 2014

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan - Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Kecemasan Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa

0 0 36