BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesimetrisan - Gambaran Kesimetrisan Lengkung Gigi Pada Mahasiswa Fkg Usu Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesimetrisan

  Diagnosis dalam ilmu ortodonti, sama seperti disiplin ilmu kedokteran gigi dan kesehatan lainnya memerlukan pengumpulan informasi dan data yang adekuat mengenai pasien. Diagnosis merupakan suatu langkah dalam bidang ortodonti sebelum merencanakan perawatan ortodonti. Keberhasilan suatu perawatan ortodonti

  16 tergantung pada diagnosis dan rencana perawatan yang tepat.

  Susunan gigi yang normal tidak hanya berpengaruh pada kesehatan rongga mulut, tetapi juga dapat memperbaiki penampilan dan kepribadian seseorang. Posisi gigi yang baik merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi

  16

  estetika, fungsi, dan pemeliharaan kesehatan gigi. Dengan demikian tujuan utama perawatan ortodonti adalah efisiensi fungsi, stabilitas, dan estetik. Hal yang berkaitan

  17 dengan estetika meliputi bentuk, proporsi dan kesimetrisan.

  Simetri merupakan kesesuaian dalam bentuk, ukuran, dan susunan

  5,9 bagian-bagian pada sisi yang berlawanan pada suatu bidang, garis atau titik.

  Kamus Kedokteran Dorlan mengartikan simetri sebagai suatu susunan yang serupa dalam bentuk dan hubungan bagian-bagian disekitar sumbu atau sisi lain suatu bidang

  l

  tubuh. Sedangkan menurut kamus kedokteran Stedman mengartikan simetri sebagai persamaan atau kesesuaian dalam bentuk bagian yang disalurkan di sekitar pusat

  2,7

  suatu aksis, pada kutub atau dua sisi yang berlawanan dari tubuh. Asimetri dental dan wajah dapat disebabkan karena kelainan pada struktur dental, skeletal, jaringan lunak, dan fungsional, serta dapat terjadi secara bersamaan pada individu yang sama. Oleh karena itu dalam mendiagnosis asimetri diperlukan pemeriksaan yang teliti dan

  3

  hati-hati. Evaluasi kesimetrisan lengkung gigi juga penting dilakukan untuk

  17 diagnosis yang defenitif dan perawatan dentokraniofasial yang optimal.

2.2 Asimetri Dentokraniofasial

  Asimetri dentokraniofasial tidak hanya disebabkan faktor gigi dan prosesus alveolaris saja, tetapi juga seluruh komponen wajah dan seluruh struktur di sekitar gigi. Asimetri dentokraniofasial dapat terjadi unilateral atau bilateral, dan dapat terjadi dalam arah vertikal, sagital, dan transversal. Dalam mendiagnosis harus diperhatikan tiga bidang tersebut dengan memperhatikan dan berorientasi pada garis

  3,5,18 frankfort horizontal, periaurikular, dan median plane.

  Jika dilakukan pengamatan yang teliti pada wajah, dapat ditemukan beberapa tingkatan asimetri pada seluruh wajah terutama terlihat pada jaringan lunak dan

  9

  jaringan keras. Asimetri dentokraniofasial paling banyak terjadi pada mandibula daripada maksila karena mandibula lebih banyak didukung oleh jaringan lunak sedangkan maksila lebih banyak didukung oleh jaringan keras. Perkembangan

  3

  asimetri maksila dipengaruhi perkembangan mandibula yang asimetri. Asimetri daerah kraniofasial dapat diketahui sebagai perbedaan dalam ukuran atau relasi dari dua sisi wajah. Posisi asimetri pada seluruh rahang dapat ditentukan dari pemeriksaan

  19 secara klinis maupun melalui fotometri dan radiografis.

  Asimetri wajah adalah ketidakseimbangan yang terjadi antara dua bagian wajah yang disebabkan oleh proporsi yang tidak sama dalam hal ukuran, bentuk, dan

  3,5 posisi pada sisi kiri dan kanan wajah (gambar 1).

  26 Gambar 1. Asimetri wajah Wajah yang asimetri sering disertai dengan asimetri dental. Asimetri wajah juga dapat terjadi pada individu dengan oklusi normal. Sebaliknya asimetri dental dapat terjadi tanpa adanya penampakan asimetri wajah. Namun, kedua asimetri

  5

  tersebut dapat ditemukan secara bersamaan pada individu yang sama. Penelitian yang dilakukan pada individu dengan wajah yang secara estetik tampak menyenangkan ternyata mempunyai struktur wajah yang asimetri pada pemeriksaan

  3 dengan sefalogram posteroanterior.

  Penyebab asimetri sangat beragam dan berbeda pada masing-masing individu. Hal ini dapat disebabkan faktor genetik atau non genetik (faktor lingkungan). Genetik bisa mengakibatkan suatu kondisi yang asimetri misalnya pada multiple

  

neurofibromatosis yang kejadiannya berhubungan dengan keluarga yang memiliki

  gen dominan. Contoh lain asimetri wajah akibat faktor genetik adalah cacat genetik

  

2,7,20

  dan hemifasial mikrosomia (gambar 2). Kelainan celah bibir dan celah langit- langit juga merupakan faktor genetik yang menyebabkan deformitas wajah. Selain itu, tekanan intrauterin selama masa kehamilan dan tekanan pada masa kelahiran juga

  7 dapat memberikan efek pada tulang kepala sehingga menimbulkan asimetri wajah.

  2 Gambar 2. Fotografi wajah pasien dengan hemifasial mikrosomia.

  Lundstrom membagi asimetri lengkung gigi menjadi dua, yaitu asimetri kuantitatif dan asimetri kualitatif. Berdasarkan pandangan ortodonti, asimetri kuantitatif mencakup perbedaan jumlah gigi pada tiap sisi atau adanya celah bibir dan palatum. Asimetri kualitatif dapat berupa perbedaan ukuran gigi, lokasi gigi dalam

  2,7 lengkung rahang, atau posisi lengkung.

  Asimetri lengkung gigi dan wajah dapat disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Pada individu dengan perkembangan awal yang simetri, perbedaan tipis dapat terjadi antara sisi kiri dan sisi kanan yang disebabkan faktor lingkungan (eksternal). Faktor lingkungan tersebut diantaranya kebiasaan menghisap

  3,7 ibu jari, kebiasaan mengunyah satu sisi akibat karies, ekstraksi, dan trauma.

2.3 Klasifikasi Asimetri

  Asimetri dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur, antara lain :

2.3.1 Asimetri Dental

  Asimetri dental dapat disebabkan karena faktor lokal seperti kehilangan dini gigi desidui, kehilangan satu atau lebih gigi secara kongenital, dan kebiasaan seperti

  4,21

  menghisap ibu jari. Pada lengkung gigi, jika satu gigi hilang maka gigi tetangga akan cendrung bergerak ke arah ruang yang kosong. Apabila kehilangan gigi tersebut terjadi di salah satu sisi lengkung gigi, maka hal ini akan menyebabkan asimetri pada

  21

  lengkung gigi. Ekspresi genetik mempengaruhi gigi pada sisi kiri dan kanan yang

  2,7 menyebabkan asimetri dalam diameter mahkota mesiodistal.

  Beberapa contoh asimetri dental, antara lain : 1.

  Ketidakseimbangan antara jumlah gigi dan lengkung gigi .

  2. Ketidakseimbangan antara jumlah gigi pada sisi yang berlawanan pada lengkung maksila dan mandibula.

  3. Ketidakseimbangan antara lengkung maksila dan mandibula secara

  1,5 keseluruhan (gambar 3).

  Garn dkk., menemukan bahwa asimetri ukuran gigi umumnya tidak termasuk

  5

  keseluruhan sisi lengkung (gambar 4). Gigi dengan Klas morfologi yang sama cenderung asimetri contohnya jika premolar pertama maksila lebih besar di bagian kanan, premolar kedua juga cenderung lebih besar pada bagian kanan, sehingga molar tidak diharapkan lebih besar pada sisi tersebut. Asimetri cenderung lebih besar pada gigi yang posisinya lebih ke distal dari tiap Klas morfologi gigi yaitu insisivus

  2,7

  lateral, premolar kedua dan molar tiga. Asimetri lengkung gigi diartikan sebagai penyimpangan midline yang disebabkan oleh kehilangan gigi terlalu dini, dan

  15 diperparah dengan crowded yang berat di salah satu sisi.

   Gambar 3. Pasien dengan asimetri

  24 mandibula.

  5 Gambar 4. Asimetri lengkung gigi.

  2.3.2 Asimetri Skeletal

  Asimetri skeletal merupakan penyimpangan yang terjadi pada tulang pembentuk wajah, dapat mencakup satu tulang seperti maksila dan mandibula, atau dapat mencakup sejumlah struktur skeletal dan jaringan lunak pada satu sisi wajah,

  2-3,7

  contohnya hemifasial mikrosomia (gambar 5). Asimetri dental dan fungsional

  3 yang tidak dirawat dapat berkembang menjadi asimetri skeletal.

  Woo melakukan evaluasi terhadap tulang tengkorak Mesir Kuno dan hasilnya menunjukkan asimetri dengan sisi kanan lebih lebar pada tulang frontal, temporal, dan parietal. Kemudian juga ditemukan asimetri pada tulang zigoma dan maksila dengan sisi kiri yang lebih lebar. Pada penelitian lain mengenai kesimetrisan wajah, Vig dan Hewitt juga mengevaluasi 63 foto sefalogram posteroanterior pada anak usia 9 sampai 18 tahun menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna. Secara keseluruhan asimetri kiri banyak ditemukan pada anak-anak misalnya pada basis kranium dan mandibula menunjukkan asimetri dengan sisi kiri yang lebih lebar.

  7 Sedangkan pada maksila menunjukkan asimetri dengan sisi kanan yang lebih lebar.

  7 Gambar 5. Pasien dengan asimetri skeletal mandibula.

  2.3.3 Asimetri Jaringan Lunak

  Asimetri jaringan lunak yang berkaitan dengan muskular merupakan ketidakseimbangan pembentukan otot pada wajah yang dapat menyebabkan disproporsi wajah dan diskrepansi midline. Asimetri jaringan lunak kemungkinan dapat terjadi pada atrofi hemifasial atau serebral palsi. Fungsi abnormal otot tersebut

  2,7

  seringkali mengakibatkan penyimpangan skeletal dan dental. Kadang-kadang

  7 ukuran otot kurang terbagi dengan baik seperti pada hipertropi maseter (gambar 6).

  A B

   Gambar 6. (A) Anak laki-laki usia 10 tahun dengan deformitas menyebabkan

  asimetri jaringan lunak. (B) Hasil pemeriksaan dental

  7 menunjukkan crossbite posterior unilateral.

2.3.4 Asimetri Fungsional

  Asimetri fungsional disebabkan karena deviasi mandibula dalam arah transversal atau sagital jika terjadi hambatan interkuspal saat relasi sentrik ke oklusi

  2

  sentrik (gambar 7). Penyimpangan fungsional ini disebabkan oleh penyempitan lengkung maksila, atau faktor lokal lainnya seperti malposisi gigi. Kontak insisal yang abnormal pada relasi sentrik menyebabkan pergeseran mandibula saat oklusi

  2,7 sentrik.

  Asimetri fungsional dapat bermula pada anak-anak. Pertumbuhan dan perkembangan gigi yang mengalami perubahan menyebabkan hambatan oklusal baik

  22

  natural maupun iatrogenik dapat terjadi. Asimetri fungsional juga dapat disebabkan oleh faktor skeletal. Pola pertumbuhan rahang yang tidak baik (disharmoni skeletal) juga ikut berperan dalam terjadinya hambatan oklusal, yang kemudian mengarah

  22 kepada asimetri fungsional.

  Asimetri fungsional cenderung disertai dengan asimetri dental (gigitan silang usia dapat mengarah pada terjadinya asimetri skeletal. Selain itu juga dapat mempengaruhi fungsi sendi temporomandibula dan perubahan pada jaringan lunak.

  20,22

  Penelitian Kadharmestan dkk., menyatakan bahwa pada asimetri fungsional dengan arah anteroposterior, umumnya mengalami gigi berjejal dan gigitan silang anterior. Sebaliknya, pada asimetri fungsional arah transversal, tidak ditemukan gigitan silang anterior. Sedangkan pada asimetri fungsional arah anteroposterior dan transversal, juga mengalami gigi berjejal dan gigitan silang. Hal tersebut menyatakan bahwa tiap-tiap arah asimetri fungsional mempunyai ciri khas masing-masing.

  22 A B C Gambar 7. (A) Fotografi intraoral saat oklusi sentrik, pada pasien masa gigi

  bercampur dengan crossbite posterior lateral kanan. Perhatikan

  midline dental yang berhimpitan. (B) Gambaran intraoral pada

  pasien yang sama saat relasi sentrik. Perhatikan perubahan pada midline rahang bawah. Oklusi posterior tonjol ke tonjol dalam arah bukolingual. (C) Fotografi intraoral setelah ekspansi lengkung maksila dan penjajaran insisivus mandibula dengan lingual arch.

  

2

2.4 Diagnosis Asimetri

  Ada beberapa cara mendiagnosis asimetri dental dan wajah untuk menentukan perluasan jaringan lunak, skeletal dan dental yang terlibat.

2.4.1 Pemeriksaan klinis

  Pemeriksaan klinis dapat menentukan asimetri dalam dimensi vertikal, sagital atau transversal.

  a. Pemeriksaan kesimetrisan wajah dilakukan pada pasien dengan posisi

  

natural head , mandibula dalam keadaan relasi sentrik, dan jaringan lunak dalam

  3 keadaan istirahat.

  b. Evaluasi midline dental dilakukan dalam posisi mulut terbuka, pada relasi

  3

  sentrik, pada kontak insisal, dan pada oklusi sentrik. Asimetri dental dan skeletal dapat menyebabkan diskrepansi midline yang sama pada saat relasi sentrik, dan pada

  2 saat oklusi sentrik.

  c. Evaluasi pergeseran anteroposterior unilateral untuk mengetahui kelainan yang terjadi karena perbedaan dalam ukuran, bentuk, posisi dari kedua sisi wajah

  3 dalam jurusan anteroposterior horizontal.

  d. Evaluasi pergeseran vertikal untuk mengetahui asimetri yang diakibatkan perbedaan tinggi dalam ukuran, bentuk, posisi bagian-bagian dentokraniofasial pada

  3 kedua sisi wajah.

  e. Evaluasi pergeseran lateral untuk melihat asimetri yang diakibatkan karena adanya perbedaan pada jurusan lateral horizontal dalam ukuran, bentuk, posisi

  3 bagian-bagian dentokraniofasial pada sisi kiri dan kanan.

  f. Evaluasi pergeseran rotasi untuk melihat asimetri yang disebabkan

  3

  pergeseran seluruh bagian maksila atau mandibula. Asimetri mandibula dapat diobservasi secara klinis dari pandangan frontal, dengan mengobservasi titik dagu

  

2,7

  yang berhubungan dengan struktur fasial. Evaluasi klinis berperan penting dalam

  7 prosedur diagnosis asimetri (gambar 8).

   Gambar 8. Garis referensi vertikal digunakan untuk evaluasi

23

asimetri.

2.4.2 Pemeriksaan Radiografi

  Sebagai tambahan pemeriksaan klinis, perbedaan berbagai tipe asimetri dapat

  2

  ditentukan melalui pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan radiografi memeberikan

  1

  gambaran mengenai gigi dan tulang pendukung gigi. Beberapa proyeksi tersedia untuk mengidentifikasi lokasi dan penyebab asimetri secara tepat, diantaranya :

  • Radiografi panoramik

  Proyeksi yang berguna untuk memeriksa struktur dental serta tulang maksila dan mandibula. Adanya suatu kondisi patologis, kehilangan gigi atau supernumerari dapat ditentukan. Bentuk ramus mandibula dan kondilus pada kedua sisi dapat

  2

  dibandingkan dengan jelas. Radiografi panoramik mempunyai kelemahan yaitu distorsi geometrik karena karakteristik dari proyeksinya membuat pembesaran yang

  3 terjadi tidak merata.

  • Sefalogram postero-anterior Sefalogram postero-anterior berguna untuk mempelajari stuktur bagian kiri dan kanan wajah, dan dapat digunakan dengan oklusi sentrik maupun dengan mulut

  2,3

  yang terbuka untuk melihat adanya deviasi fungsional. Perbandingan antar sisi

  2

  lebih akurat karena midline gigi dan wajah dapat dicatat dan dievaluasi. Sefalogram postero-anterior mempunyai kelebihan dibandingkan panoramik yaitu pembesarannya lebih merata karena jarak dari sumber sinar relatif sama, lebih akurat membandingkan bagian kiri dan kanan wajah karena dapat dibuat garis tengah wajah dan gigi geligi. Sefalogram antero-posterior juga dapat mengukur bermacam-macam lebar dental dan

  3 skeletal serta asimetri skeletal.

  • Sefalogram lateral Proyeksi sefalogram ini, meskipun banyak tersedia di klinisi, memberikan sedikit informasi mengenai tinggi ramus, panjang mandibula dan sudut gonial. Proyeksi ini memiliki kelemahan bahwa sisi kanan dan kiri saling berhimpit satu sama lain sehingga menghasilkan jarak yang berbeda. Interpretasi sefalogram lateral

  2,23 dalam menegakkan diagnosa asimetri nilainya terbatas.

2.4.3 Pemeriksaan Model Studi

  Analisis model studi merupakan penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi pada rahang yang berlawanan dinilai dalam arah sagital, transversal dan vertikal

  24,25 (gambar 9).

  18 Gambar 9. Studi Model.

  Analisis pada geligi tetap antara lain untuk melihat hubungan geligi atas dan

  2,7

  untuk melihat perbedaan ukuran antara lengkung gigi dengan rahang. Lengkung gigi harus dievaluasi terpisah secara klinis dengan menggunakan cetakan gigi untuk

  2 menentukan simetri bilateral posisi molar dan kaninus secara akurat (gambar 10).

  Pemeriksaan keseluruhan lengkung maksila dan mandibula dari pandangan oklusal tidak hanya melihat asimetri sisi ke sisi namun juga perbedaan angulasi

  2,7

  buko-lingual gigi. Dalam melakukan diagnosis ortodonti, model studi harus

  21 dipersiapkan dengan baik dan hasil cetakan harus akurat.

   Gambar 10. Evaluasi kesimetrisan

  2 lengkung gigi.

2.4.4 Fotografi Intraoral dan Ekstraoral

  Fotografi intraoral dan ekstraoral merupakan catatan yang sangat penting untuk dipertimbangkan. Sebaiknya dilakukan pengambilan foto sebelum dan sesudah

  25

  perawatan. Evaluasi dari penampilan intraoral dan ekstraoral berperan dalam

  23

  menentukan diagnosis dan rencana perawatan. Salah satu kegunaan foto ekstraoral

  1 adalah dalam mendiagnosis asimetri wajah (gambar 11).

   Gambar 11. (A) Fotografi ekstraoral. (B) Fotografi intraoral.

  19

  Ada beberapa metode pengukuran kesimetrisan lengkung gigi, yaitu:

  Scanavini dkk., mengukur asimetri lengkung pada model gigi menggunakan alat pengukuran khusus (gambar 12).

  penggaris dan busur terbuat dari logam yang disesuaikan pada lengkung gigi. Model studi diposisikan pada basis delineator. Midline pada maksila ditandai dengan membuat titik sepanjang sutura mid palatal yang diukur dari papila insisivum sampai posterior dari model gigi. Dengan menghubungkan semua titik diperoleh aksis simetri pada maksila. Kemudian titik tersebut diproyeksikan ke mandibula untuk

   (A) (B)

2.5 Pengukuran Kesimetrisan Lengkung Gigi

2.5.1 Analisis Scanavini

4 Alat pengukuran tersebut berupa sebuah

  mendapatkan garis midline pada mandibula. Busur logam digunakan untuk melihat posisi gigi kaninus dan deviasi midline pada lengkung gigi.

  4 Gambar 12. Pengukuran kesimetrisan lengkung gigi.

2.5.2 Symmetograph

  Lengkung gigi tidak simetris, biasanya dapat terlihat saat pemeriksaan estetika wajah, namun bentuk lengkung yang tidak simetris dapat juga dijumpai pada wajah yang simetris. Pada beberapa kasus, dapat dijumpai keadaan asimetri hanya

  24 pada lengkung giginya saja, sementara lengkung rahangnya normal.

  Cara lain mengukur kesimetrisan lengkung gigi adalah dengan menggunakan

  

symmetograph yang diletakkan di atas permukaan oklusal gigi dengan bidang

  24

  orientasi mid palatal raphae (gambar 13). Kemudian kedudukan gigi di kuadran kiri dan kanan dibandingkan dalam arah sagital dan transversal. Berdasarkan hasil analisis ini dapat diketahui gigi geligi di kuadran mana yang perlu dilakukan pencabutan

  2 untuk mengembalikan kesimetrisan lengkung gigi.

  

Gambar 13. Pengukuran kesimetrisan lengkung gigi menggunakan

Symmetograph. Kedua jarum penunjuk diletakkan pada

  24 median palatal raphae.

2.5.3 Metode Tiga Jarak Titik Referensi

  Ada tiga titik referensi yang digunakan pada model studi (gambar 14), antara

  8

  lain: 1.

  Titik IN adalah titik pada pertengahan insisivus sentralis kanan dan kiri.

  2. Titik C adalah titik pada cusp kaninus.

  3. Titik MD adalah titik pada cusp distobukal molar satu permanen. Kesimetrisan lengkung gigi dihitung dengan membandingkan jarak linear dua

  

3

  titik pada sisi kanan dan kiri lengkung gigi. Jarak yang diukur antara lain : a.

  INCD : Jarak dari titik tengah insisivus sentralis kanan dan kiri ke cusp kaninus.

  b.

  CMD : Jarak dari cusp kaninus ke cusp distobukal molar satu permanen.

  c.

  INMD : Jarak dari titik tengah insisivus sentralis kanan dan kiri ke cusp

  8 distobukal molar satu permanen.

  

Gambar 14. Pengukuran jarak linear. (a) Insisal- kaninus.

  8 (b) kaninus molar, (c) insisal-molar.

2.5.4 Analisis Maurice

  Maurice menggunakan metode analisis asimetri lengkung gigi dengan menggunakan fotometri model studi yang menggunakan beberapa landmark yaitu gigi insisivus sentralis, kaninus, premolar dua dan molar satu permanen

  11,26

  (gambar15). Penggunaan landmark ini dipilih karena bisa dievaluasi secara klinis dan mudah diidentifikasi pada model gigi. Pada foto model gigi yang dicetak ditentukan median palatal plane (MPP) menggunakan dua titik sepanjang median

  palatal raphe melalui dua landmark. Titik pertama adalah titik pertemuan rugae

  palatina kedua kiri dan kanan, titik kedua adalah satu cm lebih distal dari titik pertama pada median palatal raphe. Angulasi tersebut diproyeksikan ke mandibula untuk mendapatkan median palatal plane (MPP) mandibula. Landmark yang ada pada gigi insisivus sentralis, kaninus, premolar dua dan molar satu permanen, ditarik garis lurus sampai median palatal plane, dan kemudian dilakukan pengukuran untuk melihat apakah lengkung gigi tersebut simetri atau tidak dengan cara mengurangi

  11,26 jarak sisi kiri dengan kanan.

  11 Gambar 15 . Pengukuran landmark pada model studi

2.6 Jenis Kelamin

  Secara umum, laki-laki memiliki ukuran lengkung gigi yang lebih panjang dan lebih lebar jika dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan karena umumnya pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi dan jangka waktunya lebih panjang pada laki-laki dibandingkan perempuan. Namun hal ini tidak menunjukkan perbedaan

  8 yang signifikan.

  Dimensi lengkung gigi akan mengalami perubahan secara sistematis selama periode pertumbuhan dan perkembangan. Selama periode pertumbuhan dan perkembangan tersebut ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh, diantaranya faktor lingkungan, nutrisi, variasi etnis, kondisi sistemik, kesehatan, dan variasi

  16 individu juga dapat terjadi.

  Perkembangan lengkung gigi tergantung dari pertumbuhan dan perkembangan rahang. Bishara (1998) menyatakan bahwa lengkung maksila akan terus berkembang sampai umur 13 tahun dan lengkung mandibula sampai umur 8 tahun. Pada wanita pertumbuhan maksila akan berhenti pada usia sekitar 15 tahun, sedangkan pada pria pertumbuhan maksila berhenti sekitar usia 17 tahun. Hasil penelitian Paramesthi dkk., juga menyatakan bahwa perbedaan panjang lengkung gigi antara pria dan wanita di

  16 suku Jawa tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

2.7 Kerangka Teori

  Diagnosis Ortodonti Asimetri

  Dentokraniofasial Asimetri Asimetri Asimetri Asimetri

  Dental Skeletal Jaringan Fungsional Lunak

  Pemeriksaan Pemeriksaan Analisis Fotografi Klinis Radiografi Model

  Studi Jenis Kelamin

2.8 Kerangka Konsep

  Analisis Model Studi Asimetri Lengkung Gigi Jenis

  Kelamin

Dokumen yang terkait

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Personalitas Tokoh Utama Dalam Novel Kinanthi Karya Tasaro Gk: Analisis Struktural

0 0 5

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas – Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian - Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit antara Hutagodang Estate d

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN - Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit antara Hutagodang Estate degan PT. Sari Sawit Kencana Labuhan Batu

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Promosi Penjualan terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Bisnis pada Depot Air Minum Isi Ulang Faqih Water Kelurahan Sei Putih Baru Medan)

0 0 7

B. Identitas Responden - Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Perbankan di Kota Medan

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank - Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Perbankan di Kota Medan

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit - Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan terhadap Kehilangan Minyak (Losses) pada Air Kondensat di Stasiun Sterilizer dengan Sistem Tiga Puncak (Triple Peak) di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV (Persero) Pulu Raja

0 1 24

PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU PEREBUSAN TERHADAP KEHILANGAN MINYAK (LOSSES) PADA AIR KONDENSAT DI STASIUN STERILIZER DENGAN SISTEM TIGA PUNCAK (TRIPLE PEAK) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN IV (Persero) PULU RAJA TUGAS AKHIR - Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan

0 1 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak dan Lemak - Penentuan Stabilitas Panas (Heat Stability) dari FAH (Triple Pressed Stearic Acid) pada PT. Socimas Medan

0 1 18

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Upacara Adat Kematian Masyarakat Tionghoa di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo

0 1 11