BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi 2.1.1 Pengertian Evaluasi - Evaluasi Pelaksanaan Program Asuransi Kesejahteraan Sosial Oleh Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia Di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi

2.1.1 Pengertian Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , evaluasi memiliki arti penilaian.

  Penilaian berarti pengukuran atau penentuan manfaat dari pada suatu kegiatan. Dalam perusahaan, evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran akan efektivitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya (http://id.wikipedia.org /wiki/Evaluasi diakses pada tanggal 16 juni 2013 pukul 21.44 WIB).

  Viviane dan Gilbert de Lansheere dalam bukunya menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan pembelajaran. Selanjutnya evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang manfaat atau efektivitas suatu program melalui indikator yang khusus, tekhnik pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan (Siagian dan Agus, 2010:117).

  Evaluasi meliputi mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan. Hubungan antara pengukuran dan penilaian saling berkaitan.

  Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran atau kriteria tertentu (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu, sedangkan menilai itu mengandung arti, mengambil keputusan terhadap sesuatu yang berdasarkan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Serta penilaian bersifat kualitatif. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (bersifat kualitatif), dan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut (Arikunto, 2009:3).

  Evaluasi sebagai salah satu fungsi manajemen berurusan dan berusaha untuk mempertanyakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu rencana sekaligus mengukur seobyektif mungkin hasil-hasil pelaksanaan itu dengan ukuran-ukuran yang dapat diterima dari pihak-pihak yang mendukung maupun tidak mendukung suatu rencana (Sirait, 1990:30).

  Dari rumusan evaluasi yang dikemukakan tersebut maka dapat diartikan bahwa evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan (efektivitas dan efisiensi) sebuah program dengan menggunakan indikator yang khusus, tekhnik pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.

2.1.2 Jenis-jenis Evaluasi

  Secara umum, evaluasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu: 1.

  Evaluasi Pada Tahap Perencanaan Kata evaluasi sering digunakan dalam tahap perencanaan dalam rangka memilihdan menentukan sebuah program dan tujuan. Untuk itu diperlukan metode-metode yang dapat dipakai oleh perencana. Satu hal yang patut dipertimbangkan dalam kaitan ini adalah bahwa metode-metode yang ditempuh dalam pemilihan prioritas tidak selalu sama untuk setiap keadaan, melainkan berbeda menurut hakekat dari permasalahannya sendiri.

2. Evaluasi Pada Tahap Pelaksanaan

  Pada tahap ini, hal-hal yang telah ditentukan sebelumnya seperti program, tujuan dan metode-metode harus dianalisa untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana dimana evaluasi juga mempertimbangkan faktor-faktor seperti sarana yang mempengaruhi keberhasilan proyek tersebut, selain itu dalam melaksanakan evaluasi pada tahap pelaksanaan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pihak- pihak yang melaksanakan evaluasi diantaranya adalah: a.

  Melakukan pengukuran kuantitatif maupun kualitatif terhadap program secara tekhnik.

  b.

  Melakukan analisa obyektif dan menghindari analisa subyektif terhadap tujuan. Dengan demikian evaluasi dapat diterapkan sebagai salah satu program yang sangat penting dalam manajemen program (Sirait, 1990:159).

3. Evaluasi Pada Tahap Pasca Pelaksanaan

  Disini pengertian evaluasi hampir sama dengan pengertian pada tahap pelaksanaan, hanya perbedaannya bahwa yang dinilai dan dianalisa bukan lagi tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai efektivitas dan efisiensi dengan tujuan yang ingin dicapai (Nugroho, 2009:537).

2.1.3 Tolak Ukur Evaluasi

  Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak ukur yang biasa dijadikan penilaian terhadap program yang telah berlangsung tersebut. Berhasil atau tidaknya suatu program berdasarkan tujuan yang dimiliki tolak ukur yang nantinya harus dicapai dengan baik oleh sumber daya yang mengelolanya, diantaranya:

  1. Tolak ukur dalam evaluasi pada tahap perencanaan adalah: a.

  Mempunyai sebuah program yang akan disosialisasikan.

  b.

  Mempunyai sebuah tujuan yang akan disosialisasikan.

  c.

  Mempunyai metode-metode yang akan digunakan untuk disosialisasikan.

  2. Tolak ukur dalam evaluasi pada tahap pelaksanaan adalah: a.

  Apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah direncanakan.

  b.

  Apakah tujuan dapat dicapai sesuai dengan yang telah direncanakan. c.

  Apakah metode-metode sesuai dengan yang telah direncanakan.

  d.

  Apakah sarana yang ada dapat mencapai tujuan yang telah direncakan.

3. Tolak ukur dalam evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan adalah: a.

  Apakah hasil yang diperoleh (efektivitas dan efisiensi) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Suwito, 2002:16).

2.1.4 Tujuan dan Fungsi Evaluasi

  Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi. Ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

  Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen (Arikunto, 2002:13).

  Menurut Crawford (2000:30), tujuan dan atau fungsi evaluasi adalah :

  1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan.

  2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil.

  3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan.

  4. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan. Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan-bahan pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis (http://repository.usu.ac.id/bitstream/

  

123456789/ 19622/4/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 16 juni 2013 pukul

23.53 WIB).

2.1.5 Teknik Evaluasi

  Untuk membuat sebuah keputusan yang merupakan tujuan akhir dari proses evaluasi diperlukan data yang akurat. Untuk memperoleh data yang akurat diperlukan teknik dan instrumen yang valid dan reliabel. Secara garis besar evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan teknik nontes (alternative test).

  Terdapat dua jenis pengelompokan tes, yaitu: 1.

  Menurut bentuknya; secara umum terdapat dua bentuk tes, yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah bentuk tes yang diskor secara objektif. Disebut objektif karena kebenaran jawaban tes tidak berdasarkan pada penilaian (judgement) dari korektor tes. Tes bentuk ini menyediakan beberapa opsi untuk dipilih peserta tes, yang setiap butir hanya memiliki satu jawaban benar. Tes subjektif adalah tes yang diskor dengan memasukkan penilaian dari korektor tes. Jenis ini antara lain: tes esai, lisan.

  2. Menurut ragamnya; tes esay dapat diklasifikasikan menjadi tes esay terbatas (resricted esay), dan tes esay bebas (extented esay). Butir tes objektif menurut ragamnya dapat dibagi menjadi tiga , yaitu: tes benar- salah (true-falses), tes menjodohkan (matching), dan tes pilih ganda

  (mulitiple choice) . Tekhnik notes dalam evaluasi banyak macamnya,

  beberapa diantaranya adalah: angket (quesionaire), wawancara (interviev), pengamatan (observation), skala bertingkat (rating scale), sosiometri, paper, portofolio, kehadiran (presence), penyajian (presentation), partisipasi (participation), riwayat hidup, dan sebagainya.

2.1.6 Standar Evaluasi

  Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama yaitu;

  1. Utility (manfaat) Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusanatas program yang sedang berjalan.

  2. Accuracy (akurat) Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan tinggi.

  3. Feasibility (layak) Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak (Umar, 2002 : 40).

2.2 Evaluasi Program

  Evaluasi program merupakan suatu langkah, yaitu awal dalam supervisi yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Jika ditinjau dari aspek tingkat pelaksanaannya, secara umum evaluasi terhadap suatu program dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis, yaitu:

  1. Penilain atas perencanaan, yaitu mencoba memilih dan menetapkan prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan atas cara mencapai tujuan yang yang telah ditetapkan sebelumnya

  2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melakukan analisis tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, di dalamnya meliputi apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya drencanakan

2.3 Jaminan Sosial

  Kata “jaminan sosial” berasal dari social dan security. Security diambil dari Bahasa Latin “ se-curus” yang bermakna“se” (pembebasan atau liberation) dan

  

“curus” yang berarti (kesulitan atau uneasiness). Sementara itu, kata “social”

  menunjuk pada istilah masyarakat atau orang banyak (society). Dengan demikian, jaminan sosial secara harafiah adalah “pembebasan kesulitan masyarakat” atau “suatu upaya untuk membebaskan masyarakat dari kesulitan” (Suharto, 2009).

  Sementara itu, Jaminan sosial menurut ILO (1998) yang mengacu pada Konvensi ILO No. 102 (1952) dalam UU SJSN (2006: 33), adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat untuk masyarakat melalui seperangkat kebijaksanaan publik terhadap tekanan ekonomi sosial bahwa jika tidak diadakan sistem Jaminan Sosial akan menimbulkan hilangnya sebagian pendapatan sebagai akibat sakit, persalinan, kecelakaan kerja, sementara tidak bekerja, cacat, hari tua dan kematian dini, perawatan medis termasuk pemberian subsidi bagi anggota keluarga yang membutuhkan.

  Dalam Undang-undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasca putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia ditegaskan, jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak, yang dimaksudkan adalah kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup layak demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selanjutnya, sistem jaminan sosial dirancang untuk mampu menyinkronisasikan penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi seluruh peserta. Program jaminan sosial diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi sosial, bantuan sosial, dan atau tabungan wajib yang bertujuan untuk dapat memberikan jaminan sosial bagi seluruh penduduk, guna memenuhi kebutuhan dasar hidup layak (UU. No. 40:11-12).

  Jaminan kesejahteraan sosisal dikelompokkan kedalam tiga model,yaitu: a.

  Jaminan kesejahteraan sosial dalam bentuk bantuan sosial (social

  assistance) , yakni skema publik yang diberikan oleh negara terutama

  kepada warganya yang sangat rentan dan tidak termasuk angkatan kerja (anak-anak, jompo, penyandang cacat yang tidak dapat bekerja) b. Jaminan kesejahteraan sosial dalam bentuk asuransi sosial dalam bentuk asuransi sosial (social insurance), jika bantuan sosial didanai dari pihak pajak dan diberikan tanpa memperhatikan apakah si penerima memberikan kontribusi (premi). Asuransi sosial secara umum menyaratkan bahwa peserta memiliki sumber penghasilan yang relatif tetap sebagiannya dapat disisihkan untuk membayar premi c.

  Jaminan kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (micro and area based

  schemes) yang dikembangkan untuk merespon beberapa kekurangan yang

  ada pada skema formal (bantuan sosial dan asuransi sosial), yang sasarannya adalah komunitas pedesaan dan perkotaan yang tidak memeliki atau belum tercakup oleh mekanisme perlindungan sosial formal (Suharto, 2007:18-20).

  Jaminan sosial mengenal beberapa pendekatan yang saling melengkapi. Pendekatan pertama adalah asuransi sosial (compulsory social insurance) yang dibiayai dari kontribusi/premi tersebut harus dikaitkan dengan tingkat pendapatan/upah yang dibayarkan oleh pemberi kerja. Pendekatan kedua berupa bantuan sosial (insurance assistance) baik dalam bentuk pemberian bantuan uang tunai maupun pelayanan dari sumber pemberian negara dan bantuan sosial dari masyarakat lainnya. Jaminan sosial diberikan kepada seluruh warga negara baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja namun demikian tetap mengacu pada pilar jaminan sosial yang ada, yaitu:

  1. Pilar pertama yang terbawa adalah pilar bantuan sosial (social assitance) bagi mereka yang miskin dan tidak mampu atau tidak memiliki penghasilan tetap yang memadai untuk meemenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Dalam praktiknya, bantuan sosial ini diwujudkan dengan bantuan iuran oleh Pemerintah agar mereka yang miskin dan tidak mamapu dapat tetap menjadi peserta SJSN. Bantuan sosial diberikan kepada perorangan, keluarga, kelompok atau komunitas sebagai pengganti atas kehilangan fungsi-fungsi sosial ekonominya, baik secara permanen maupun untuk sementara waktu. Bantuan sosial permanen diberikan kepada lanjut usia terlantar dan penyandang cacat ganda sedangkan bantuan sementara diberikan kepada mereka yang ditimpa bencana alam dan bencana sosial.

2. Pilar kedua adalah pilar asuransi sosial yang mempunyai penghasilan

  (diatas garis kemiskinan) dengan membayar iuran yang proporsional terhadap penghasilannya/upahnya. Pendekatan ini merupakan upaya negara untuk mensejahterakan masyarakat dengan mengikutsertakan secara aktif tanggung jawab dalam bentuk iuran. Asuransi sosial diberikan kepada: a.

  Mereka yang bekerja pada sektor formal dijamin dalam program Jamsostek bagi tenaga kerja swasta yang diatur dengan Undang- Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang mencakup program jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan kematian. Kemudian, untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS), telah dikembangkan program dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN), yang secara khusus diatur dalam UU No.11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.

  Kemudian, untuk program Asuransi Kesehatan (ASKES) secara khusus diatur dalam UU No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan UU No. 43

  Tahun 1999, dan UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Sedangkan untuk prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dan PNS Departemen pertahanan/TNI/POLRI beserta keluarganya telah dilaksanakan program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI) yang secara khusus diatur dalam UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI.

  b.

  Bagi mereka yang bekerja pada sektor informal/mandiri, untuk memberikan perlindungan bagi pekerja sektor informal/mandiri maka Departemen Sosial mengembangkan Asuransi Kesejahteraan Sosial (ASKESOS). Askesos didefenisikan sebagai suatu sistem asuransi sosial untuk memberikan perlindungan/pertanggungan bagi warga masyarakat terhadap resiko menurunnya tingkat kesejahteraan sosial akibat pencari nafkah utama meninggal, mendertia sakit, mengalami kecelakaan, dan berada dalam kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar anggota keluarga (Dit.Jamkesos, 2007 :13).

  c.

  Pilar ketiga adalah pilar tambahan atau suplemen bagi mereka yang menginginkan jaminan yang lebih besar dari jaminan kebutuhan standar hidup yang layak dan mereka yang mampu membeli jaminan tersebut (pilar jaminan swasta/privat yang berbasis sukarela/dagang).

  Pilar ini dapat diisi dengan membeli asuransi komersial (baik asuransi kesehatan, pensiun, atau asuransi jiwa), tabungan sendiri, atau program-program lain yang dapat dilakukan oleh perorangan atau kelompok seperti investasi saham, reksa dana, atau membeli properti sebagai tabungan bagi dirinya atau keluarganya (http://

  kebijakansosial.wordpress.com/2010/02/09/jaminan-sosial-merupakan tanggung-jawab-kita-semua/ diakses pada tanggal 17 juni 2013 pukul

16.33 WIB).

  Pada pilar pertama tanggung jawab jaminan sosial lebih mengutamakan tanggung jawab pemerintah, pilar kedua berupa asuransi sosial tanggung jawab relatif lebih berimbang untuk program Jamsostek tanggung jawab berupa premi dibebankan kepada pekerja dan perusahaan. Pada program Askes pegawai negeri, Taspen dan Asabri tanggung jawab dibebankan kepada negara sebagai pemberi kerja bagi PNS/TNI dan PNS/TNI itu sendiri. Sedangkan pada pilar ketiga tanggung jawab penuh perorangan atau kelompok.

  Pilar satu dan pilar kedua ini merupakan fondasi Sistem Jaminan Sosial Nasional untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak yang harus diikuti dan diterima oleh seluruh rakyat (pilar jaminan sosial publik). Kedua pilar ini juga terakomodasi dalam Undang-Undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang menyatakan bahwa Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak (pasal 1 ayat 11). Kemudian diatur lagi pada pasal 9 ayat 1,2 dan 3 Jaminan Sosial yang dimaksud untuk: a.

  Menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial- ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi.

  b.

  Menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga pahlawan atas jasa-jasanya.

  c.

  Jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung berkelanjutan.

  d.

  Jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan dalam bentuk tunjangan berkelanjutan (http://kebijakansosial. wordpress.

  

com/2010/02/09/jaminan-sosialmerupakan-tanggung-jawab-kita-

semua/diakses pada tanggal 17 juni 2013 pukul 16.50 WIB).

  Asuransi sosial memiliki kelebihan dan sekaligus kekurangan, diantara kelebihannya antara lain: peserta memiliki hak untuk menerima manfaat (mengajukan klaim) sebagai balasan atas premi yang dia bayar, dimana hak tersebut lebih kuat daripada hak yang diberikan oleh sistem bantuan sosial. Berkaitan dengan sumber- sumber pendanaan, beban pembiayaan lebih mudah diterima secara logis, karena beban asuransi dan tingkat manfaat (pertanggungan) berhubungan erat. Hal ini berbeda dengan sistem bantuan sosial yang mengandalkan pajak dengan mana antara pembayar dan penerima seringkali tidak berkaitan tuntutan-tuntutan yang bersifat mementingkan diri sendiri, seperti: “saya ingin lebih banyak manfaat, tetapi tidak ingin lebih banyak menanggung beban premi” dapat dihindari. Sedangkan kekurangannya adalah kecenderungan terhadap keseragaman, bentuk-bentuk manfaat yang tetap (fixed), dan kemungkinan terjadinya penyalahgunaan manfaat (the abuse

  of benefits) (http://puslit.kemsos.go.id/download/pdf/evaluasi-program-jaminan- kesejahteraan-sosial.pdf diakses pada tanggal 17 juni 2013 pukul 17.18 WIB).

  Terkait konsep Asuransi Sosial, terdapat konsep asuransi mikro (micro

  

insurance) , yang seolah-olah ada asuransi makro dan asuransi mikro. Asuransi mikro

  adalah bentuk jaminan sosial berbasis komunitas dimana anggotanya yang berjumlah terbatas secara sukarela memusatkan sumber dana berupa premi ke dalam wadah kelompok untuk kemudian mendapat manfaat dari kontribusi itu (Gaol, 2008:13).

2.4 Program Asuransi Kesejahteraan Sosial

2.4.1 Latar Belakang Askesos

  Askesos adalah salah satu sistem jaminan sosial untuk memberikan perlindungan/pertanggungan bagi kelompok miskin dan hampir miskin terutama di kalangan pekerja sektor informal dan pekerja sektor informal dan pekerja mandiri dimana pencari nafkah berpotensi mengalami resiko menurunnya tingkat kesejahteraan sosial akibat meninggal dunia, menderita sakit, mengalami kecelakaan dan berada dalam kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar anggota keluarga. Dana klaim peserta Askesos di bayar oleh pemerintah melalui Kementerian Sosial RI. Sasaran program Askesos adalah Pekerja informal yaitu pekerja yang penghidupannya miskin dan hampir miskin, berpenghasilan dibawah Upah Minimal Provinsi (UMP), terdiri atas:

  1. Pekerja yang menjalankan sendiri modalnya yang sangat kecil, misalnya pedagang kaki lima, pedagang asongan, pedagang pasar dan pedagang keliling 2. Pekerja informal yang bekerja pada orang lain 3. Pemilik suatu usaha kecil yang mempekerjakan satu dua orang pekerja

  Dalam melaksanakan program Askesos maka kementerian Sosial mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak diantaranya:

  1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dibina oleh Kementerian Sosial maupun yang tidak.

  2. Orsos, Yayasan, Lembaga Sosial yang memenuhi syarat.

  3. Instansi pemerintah terkait, diantaranya dengan Kementerian Koperasi dan UKM.

  Sasaran lokasi yang akan dioperasikanlkan program Askesos adalah wilayah yang memiliki data populasi pekerja sektor informal di wilayah perkotaan, sub urban, pesisir, dan perbatasan amtara negara. Sasaran lokasi Askesos untuk pengembangan lokasi selanjutnya bisa diarahkan ke lokasi yang mempunyai kriteria kemiskinan termasuk sekitar industri, daerah terpencil dan pinggiran hutan (Dit. Jamkesos, 2010:5-6).

  Program Askesos ini berbeda dari asuransi sosial lainnya. Dalam pelaksanaannya, lebih memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat. Dalam hal ini, Pemerintah bertindak sebagai fasilisator dan motivator, karena masyarakat lebih sadar pada masalah sosial dan kondisi di lapangan. Askesos telah mencapai 33 provinsi, 314 kabupaten/kota, 1378 lembaga sosial/organisasi mitra kinerja dan 275.600 peserta. Besaran dana Askesos ini dialokasikan sekitar Rp 22 miliar, termasuk juga untuk program Bantuan Kesejahteraan Sosial Permaen (BKSP), bagi anggota masyarakat miskin yang termasuk kategori Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), seperti lanjut usia, penyandang cacat mental dan fisik, dan penyandang psikotik atau eks penyakit kronis yang terlantar.

  Lembaga pelaksana Askesos adalah lembaga yang memiliki legalitas dan berpengalaman memberikan pelayanan sosial dan memiliki usaha ekonomis produktif, dengan legalitas sebagai berikut: 1.

  Lembaga Sosial yang berbadan hukum dan terdaftar pada Instansi Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota.

  2. Kelompok Usaha Bersama (Kube), Lembaga Keuangan Mikro (LKM), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), koperasi, dan kelompok sosial masyarakat lain yang dibentuk dan dibina oleh Kementerian Sosial RI.

  3. Lembaga Sosial Lokal yang legalitas diakui oleh pemerintah desa/kelurahan setempat.

  4. Lembaga Sosial yang ditunjuk sebagai Pelaksana Askesos: a.

  Untuk kegiatan yang didukung dana subsidi cadangan klaim APBN ditetapkan dengan Keputusan Dirjen Bantuan dan Jaminan Sosial b.

  Untuk kegiatan yang didanai dari subsidi dana cadangan klaim melalui dana dekonsentrasi dan/atau APBD I maka ditetapkan oleh Kepala Instansi Sosial Provinsi atas nama Gubernur Kepala Daerah c.

  Untuk kegiatan yang didukung subsidi dana cadangan klaim APBD II ditetapkan oleh Kepala Instansi Sosial Kabupaten/Kota/ atas nama Bupati/Walikota.

  d.

  Untuk kegiatan yang didanai swadaya masyarakat, maka legalitasnya ditetapkan dengan keputusan Kepala Instansi Sosial Kabupaten/Kota atas ama Bupati/Walikota setempat (Dit. Jamkeos, 2010:15-16).

2.4.2 Tujuan dan Manfaat Askesos

  Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan program Askesos ini adalah: 1.

  Memberikan perlindungan sosial dalam bentuk jaminan kesejahteraaan sosial kepada pekerja mandiri dan pekerja di sektor informal dari kemungkinan risiko menurunnya tingkat kesejahteraan sosial akibat pencari nafkah utama mengalami sakit, kecelakaan,dan meninggal

  .

  dunia 2. Memperkuat ketahanan keluarga rentan terhadap risiko menurunnya tingkat kesejahteraan sosial melalui pemeliharaan pendapatan (income

  maintenance ).

  3. Meningkatkan partisipasi sosial masyarakat dalam menyediakan perlindungan sosial berbasis masyarakat.

  Manfaaat program Askesos yag diharapkan adalah: 1.

  Sebagai pengganti pendapatan keluarga apabila mengalami risiko atau musibah akibat sakit, kecelakaan, dan meninggal dunia.

  2. Sebagai tabungan sesuai jumlah premi atau iuran yang dibayarkan.

3. Mempertahankan pendapatan apabila pencari nafkah utama mengalami musibah.

  4. Mendorong pola hidup hemat dan membiasakan menabung

(http://puslit.kemsos.go.id/download/pdf/evaluasi-program-jaminan-

kesejahteraan-sosial.pdf diakses pada tanggal 17 juni 2013 pukul 22.18 WIB).

2.4.3 Prinsip-prinsip Pengelolaan Askesos

  Pengelolaan Askesos dilaksanakan berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

  1. Legalitas, yakni pengelolaan Askesos dilaksanakan berdasarkan azas yuridis-formal atau mengacu pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku 2. Berbasis masyarakat dan sumber daya lokal, yakni pengelolaan Askesos dilakukan dengan kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat potensi sumber-sumber yang tersedia di lingkungan sekitarnya 3. Transparansi, yakni pengelolaan Askesos dilaksanakan berdasarkan azas keterbukaan

  4. Objektif, yakni bersikap adil dan tidak menunjukkan keberpihakan 5.

  Partisipatif, yakni pengelolaan Askesos melibatkan berbagai lapisan dalam komponen masyarakat

  6. Keterpaduan, yakni pengelolaan Askesos merupakan program lintas sektor

  7. Profesional dan akuntabel, yakni pengelolaan Askesos dilaksanakan berdasarkan kompetensi dan dapat dipertanggung jawabkan

  8. Kemandirian, yakni pengelolaan Askesos diarahkan pada peningkatan kemampuan swakelola dan swadana

  9. Keberlanjutan, yakni pengelolaan Askesos harus mampu menumbuhkan peranserta masyarakat untuk memanfaatkan, memelihara, melestarikan, menguatkan dan mengembangkan program secara terus menerus 10. Pelaksanaan sesuai prosedur (panduan Dit. Jamkesos, 2010:21-22).

2.4.4 Prosedur Penyelenggaraan Askesos

  Secara kelembagaan, pelaksanaan Askesos didukung oleh keorganisasian yang memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai fungsinya. Pada tingkat pelaksana, masing-masing memiliki struktur organisasi yang berbeda sesuai jenis, bentuk dan karkteristik/keunikan lembaga. Mengacu pada pedoman dan ketentuan yang berlaku, maka setiap lembaga pelaksana berkewajiban untuk membentuk Tim pengelola. Tim pengelola tidak diperkenankan merangkap jabatan dalam struktur organsisasi lembaga pelaksana Askesos.

  Kelembagaan Askesos a.

  Lembaga pelaksana 1.

  Fungsi: Lembaga pelaksana mengemban fungsinya sebagai penanggung jawab pelaksana Askesos.

2. Tugas pokok a.

  Membentuk dan menetapkan Tim Pengelola b. Menunjuk dan menetapkan Pendamping c. Bersama Tim Pengelola menyeleksi dan menetapkan peserta

  Askesos d. Menghimpun data dan melakukan pemetaan populasi pekerja di sektor informal e.

  Melaksanakan kegiatan sosialisasi f. Memberikan bimbangan motivasi g.

  Melaksanakan operasional kegiatan Askesos h. Menyediakan sarana/prasarana pendukung pelaksanaan

  Askesos (kantor, perlengkapan administrasi, peralatan komunikasi dan transportasi) i.

  Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan Askesos secara berjenjang.

  a.

  Tim pengelola dan pelaksana terdiri dari: 1.

  Ketua a.

  Fungsi: Ketua Tim Pengelola berfungsi sebagai koordinator dalam pengelolaan Askesos.

  b.

  Tugas Pokok: 1.

  Mempertanggung jawabkan pengelolaan Askesos 2. Mengkoordinasikan penyusunan rencana, pengorganisasian pelaksanaan dan pengendalian dalam pengelolaan Askesos

  3. Memelihara dan mengembangkan hubungan baik serta kerjasama dengan jajaran Instansi Sosial Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan dan RW/RT, tokoh masyarakat serta Lembaga Sosial/LSm setempat

  4. Bersama lembaga pelaksana menyeleksi calon peserta Askesos.

  2. Sekretaris a.

  Fungsi: berfungsi sebagai pelaksana tata kegiatan administrasi perkantoran dalam pengelolaan Askesos.

  b.

  Tugas pokok: 1.

  Melaksanakan surat-menyurat kegiatan Askesos 2. Melaksanakan administrasi kegiatan Askesos 3. Melaporkan kegiatannya kepada Ketua Tim 3. Bendahara a.

  Fungsi: berfungsi sebagai pengatur penerimaan dan pengeluaran keuangan Askesos.

  b.

  Tugas Pokok: 1.

  Menerima dan menjaga dana subsidi cadangan klaim untuk kemudian dicatat dan dibukukan

2. Membuat buku kas umum dana Askesos 3.

  Melaksanakan administrasi keuangan Askesos 4. Melakukan pembukuan bukti setoran premi 5. Menerima setoran premi dari urusan premi dan keuangan

  6. Menyetorkan premi ke bank dan melakukan pembayaran kalim

  7. Membuat laporan keuangan secara berkala sesuai keputusan tim

  8. Melaporkan kegiatannya kepada ketua tim.

  4. Urusan Pemasaran dan Pembina Peserta a.

  Fungsi: berfungsi sebagai perekrutan dan pemberdayaan peserta Askesos.

  b.

  Tugas Pokok: 1.

  Melaksanakan kegiatan sosialisasi/pemasaran sosial Askesos 2. Merekrut calon peserta Askesos 3. Memberikan bimbingan motivasi 4. Melaporkan kegiatannya kepada ketua tim.

5. Urusan Premi dan Keuangan a.

  Fungsi: berfungsi sebagai pengelola keuangan premi Askesos.

  b.

  Tugas Pokok: 1.

  Melaksanakan kegiatan administrasi keuangan premi 2. Melakukan pembukuan keuangan premi 3. Melakukan pembukuan bukti setoran premi 4. Menerima setoran premi dari peugas lapangan 5. Membuat laporan pertanggung jawaban setoran premi

  6. Melakukan pengisian dan penyerahan polis Askesos kepada peserta yang berhak menerimanya

  7. Melaporkan kegiatannya kepada ketua tim.

  6. Urusan klaim dan Pertanggungan a.

  Fungsi: berfungsi untuk mengelola klaim dan pertanggungan Askesos b.

  Tugas Pokok: 1.

  Melaksanakan kegiatan administrasi klaim dan pertanggungan Askesos

  2. Menerima ajuan klaim dan pertanggungan dari peserta Askesos 3. Memeriksa serta memverifikasi ajuan klaim dan pertanggungan dari peserta Askesos

  4. Memberikan persetujuan atau penolakan ajuan klaim dan pertanggungan dari peserta Askesos

  5. Menyalurkan dana klaim dan pertanggungan kepada yang berhak sesuai ketentuan

  6. Melaporkan kegiatannya kepada ketua tim.

  7. Petugas lapangan a.

  Fungsi: berfungsi sebagai ujung tombak dalam pengelolaan Askesos b.

  Tugas Pokok: 1.

  Mengadakan kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) pada calon peserta tentang manfaat Askesos dengan pendekatan individu, home visit dan melalui media tradisional secara berkala

  2. Melakukan pendekatan dan koordinasi dengan jajajran Pemerintah Kecamatan, Desa/Kelurahan, RW/RT, tokoh masyarakat dan Lembaga Swadaya Sosial/LSM guna mendapat dukungan bagi pelaksana Askesos 3. Membantu pelaksanaan kegiatan sosialisasi Askesos 4. Memberikan pelayanan, cepat tanggap terhadap calon peserta yang berminat dan peserta yang bertanya atau mengajukan kalim 5. Mengisi formulir daftar kolektif peserta 6. Menerima uang premi dari peserta tepat waktu 7. Menyetorkan uang premi/iuran kepada urusan premi dan keuangan

  8. Mendorong peserta Askesos untuk memebentuk kelompok

  9. Mendorong upaya pengembangan usaha peserta Askesos 10. Melaporkan kegiatannya kepada ketua tim. c.

  Peserta Askesos a.

  Fungsi: berfungsi sebagai penerima pelayanan sosial Askesos b. Tugas Pokok: 1.

  Mendaftarkan diri sebagai calon peserta Askesos 2. Mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku 3. Membayar premi 4. Menerima dan menyimpan polis 5. Mengajukan klaim/dana pertanggungan sesuai ketentuan 6. Menerima dan memanfaatkan dana klaim sesuai keperuntukannya.

  d.

  Pendamping a.

  Fungsi: berfungsi sebagai fasilisator, mediator, advokator dan motivator bagi peserta dalam mengakses pelayanan sosial Askesos.

  b.

  Tugas Pokok: 1.

  Mengadakan kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) pada calon peserta dan peserta Askesos 2. Melakukan pendekatan dan koordinasi dengan jajajaran

  Pemerintah Kecamatan, Desa/Kelurahan, RW/RT, tokoh masyarakat, Lembaga Sosial/LSM dan sistem sumber lainnya guna mendapat dukungan bagi peserta Askesos dalam memperoleh pelayanan sosial

3. Membantu pelaksanaan kegiatan sosialisasi Askesos 4.

  Mendorong peserta Askesos untuk memebentuk kelompok

5. Mendorong upaya pengembangan usaha peserta Askesos 6.

   Melaporkan kegiatannya kepada Lembaga Pelaksana Askesos (Dit. Jamkesos, 2010:11-18).

  Tanggung jawab Lembaga Pelaksana: 1.

  Melaksanakan keg iatan Askesos sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: a.

  Membuat data dan pemetaan populasi pekerja di sektor informal b. Memebentuk tim pengelola c. Melaksanakan kegiatan sosialisasi d. Memberikan bimbangan motivasi 2. Melaksanakan operasional kegiatan Askesos 3. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan Askesos secara berjenjang.

  Kriteria Lembaga Pelaksana Askesos: 1.

  Memiliki legalitas 2. Berpengalaman memebrikan pelayanan sosial 3 tiga tahun berturut-turut 3. Memiliki kelengkapan program 4. Memiliki kelengkapan Sistm Manajemen 5. Melengkapi kelengkapan sarana dan prasarana 6. Memiliki kelengkapan SDM/pelaksana (berpengalaman, pendidikan minimal SLTA)

7. Sanggup memebentuk tim pengelola Askesos 8.

  Memiliki jaringan kerja yang baik dengan pemerintah, dunia usaha dan badan sosial lainnya

9. Mempunyai target rencana sasaran peserta di lingkungan minimal 200 peserta.

2.4.5 Tahapan Penyelenggaran Program

  Tahap persiapan sebagai langkah perencanaan dalam pengelolaan Askesos dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan yang meliputi:

1. Persiapan a.

  Penjajakan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi awal yang terkait dengan pengelolaan Askesos, terutama dari segi kelayakan lokasi. Penjajakan dilakukan oleh petugas dari Lembaga Pelaksana agar memenuhi kelayakan lokasi Askesos tersebut.

  Kelayakan lokasi harus memenuhi syarat yaitu: memiliki data populasi pekerja sektor informal pada lokasi setempat dengan penghasilan pencari nafkah utama minimal sebesar Rp 300.000 dan atau dibawah upah minimum regional (UMR), kemudian Lingkungan setempat mendukung pelaksanaan Askesos, dan yang terakhir kemampuan masyarakat dalam membayar premi b.

  Sosialisasi Kegiatan sosialisasi dimaksudkan sebagai pendekatan awal dalam memperkenalkan atau menginformasikan kegiatan Askesos kepada calon peserta. Sosialisasi dilakukan oleh petugas dari lembaga pelaksana (Orsos) agar masyarakat yang bekerja pada Sektor Informal di lokasi tersebut memahami Askesos sebagai bentuk perlindungan sosial yang bermanfaat bagi mereka. Pelaksanaan sosialisasi disesuaikan situasi dan kondisi setempat c.

  Identifikasi dan Seleksi Kegiatan ini dimaksudkan untuk menginvetarisasi dan menyeleksi calon peserta Askesos serta sumber lain sebagai pendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan Askesos d. Pemantapan Tim Pengelola dan Pendamping

  Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan dan membangun pemhaman, kesepakatan serta kesatuan kerangka pikir dalam pelaksanaan kegiatan Askesos. Pemantapan Tim Pengelola dilakukan oleh pusat dan untuk Pendamping pelaksanaannya dikoordinasikan dengan Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota setempat e. Pembekalan Kemampuan Manajerial Tim Pengelola dan Pendamping

  Tahap ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan tekhnis yang berkaitan dengan pengelolaan Askesos.

  Pembekalan kemampuan Manejerian tim pengelola dilakukan oleh pusat dan untuk pendamping pelaksanaannya dikoordinasikan dengan Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota setempat f. Bimbingan Motivasi

  Tahap ini bertujuan meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kesediaan untuk menjadi peserta Askesos. Waktu dan tempat pelaksanaan disesuaikan dengan ketepatan waktu masyarakat dan memanfaatkan momentum kegiatan kemasyarakatan yang ada g.

  Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Askesos Penyediaan sarana dan prasaran pengelolaan Askesos meliputi: 1.

  Menyediakan kelengkapan kantor, yaitu ruang kantor, peralatan kantor, peralatan informasi dan komunikasi dan yang terakhir peralatan transportasi.

  2. Kelengkapan administrasi berupa formulir sesuai dengan kebutuhan.

  2. Pelaksanaan dan Pengelolaan a.

  Pemasaran Bertujuan memperkenalkan Askesos kepada para pekerja sektor informal, sehingga mereka memahami manfaat Askesos serta hak dan kewajibannya sebagai peserta. Adapun kewajiban dan hak peserta Askesos sebagai berikut: 1)

  Kewajiban Peserta adalah:

  a) Mendaftarkan diri kepada lembaga yang telah ditetapkan sebagai pelaksana Askesos.

  b) Membayar premi/iuran Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) per bulan selama masa pertanggungan 3 tahun

c) Mematuhi peraturan dan ketentuan Askesos.

  2) Hak Peserta adalah:

  a) Mendapatkan Polis Askesos dan Kartu Tanda Peserta

  b) Mendapatkan klaim/dana pertanggungan sebagai berikut:

  1. Tertanggung sakit atau kecelakaan yang mengakibatkan tidak dapat mencari nafkah akan di berikan dana pertanggungan sebesar Rp. 250.000,-, hanya 1(satu) kali per-tahun dengan ketentuan: Minimal 10 (sepuluh) hari berturut-turut yang dibuktikan dengan surat dari ketua RT dan RW serta Kelurahan, dan yang terakhir 3 (tiga) hari rawat inap yang dibuktikan dengan surat keterangan Rumah Sakit.

  2. Tertanggung meninggal dunia akan diberikan dana pertanggungan sebesar:

  • Rp. 400.000,- jika tertanggung meninggal dunia di tahun pertama
  • Rp. 600.000,- jika tertanggung meninggal dunia di tahun kedua
  • Rp. 800.000,- jika tertanggung meninggal dunia di tahun ketiga.

3. Setelah masa pertanggungan (3tahun) berakhir, maka:

  • Seluruh dana premi peseta baik yang mengalami atau tidak mengalami resiko akan dibayarkan sesuai dana yang disetor
  • Bersamaan dengan waktu tersebut peserta berhak mendapatkan polis untuk masa pertanggungan 3 (tiga) tahun berikutnya.

  4. Bila peserta mengundurkan diri sebelum masa pertanggungan berakhir, maka premi dibayarkan sebesar jumlah yang disetorkan.

  b.

  Perekrutan Peserta Bertujuan menjaring pekerja disektor informal untuk menjadi peserta Askesos. Persyaratan untuk menjadi peserta Askesos yaitu: 1)

  Pekerja sektor informal 2)

  Pencari nafkah utama dengan penghasilan dibawah atau setara UMP (Upah Minimum Provinsi)

  3) Umur 21 s/d 60 tahun dan atau telah menikah

  4) Memiliki identitas diri atau surat keterangan domisili dari pemerintah setempat

  5) Mengisi formulir peserta yang telah disediakan

  6) Bersedia membayar premi sebesar Rp. 5.000,- perbulan atau sesuai selama masa pertanggungan selama 3 (tiga) tahun.

  c.

  Penyaluran Dana Cadangan Klaim Dana cadangan klaim disediakan oleh Pemerintah (Kementerian Sosial RI). Penyaluran dana klaim dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:

  1) Lembaga Pelaksana Askesos yang telah ditetapkan mengajukan penyaluran dana cadangan klaim kepada Kuasa

  Pengguna Anggaran (KPA) di daerah (dana dekon Provinsi) dilengkapi dengan dokumen yang dibutuhkan (Surat Keputusan, kuitansi, dsb)

  2) KPA di Provinsi yang bersangkutan menerbitkan Surat

  Permintaan Pembayaran (SPM) kepada Kantor Pelayanan Pembendaharaan Negara (KPPN) setempat

  3) KPPN menerbitkan Surat Perintah Pembayaran Dana (SP2D) kepada Bank Persepsi yang telah ditunjuk.

  4) Bak Persepsi melakukan transfer dana ke rekening Lembaga Pelaksana Askesoso yang telah ditentukan.

  d.

  Pengumpulan Dana premi Pengumpulan dana premi sebagai bentuk partisipasi peserta dalam mengakumulasi dana pertanggungan atas dana cadangan klaim yang disediakan Pemerintah. Pengumpulan dana premi dilakukan oleh Petugas Lapangan yang telah ditetapkan oleh Lembaga Pelaksana.

  Hasil pengumpulan premi dibukukan dan dananya disimpan pada rekening tersendiri atas nama Lembaga Pelaksana Askesos dengan pecimen tandatangan oleh Ketua dan Bendahara. Proses pengumpulan dana premi dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

  1) Petugas Lapangan melakukan penagihan premi kepada peserta setiap bulan. Besarnya dana premi setiap peserta sebesar Rp.

  5.000,- (lima ribu rupiah) setiap bulan 2)

  Petgas Lapangan melakukan pencatatan terhadap pembayaran premi oleh peserta 3)

  Uang tagihan premi yang telah diterima dari peserta disetor kepada Kepala Urusan Premi/Iuran dan Keuangan paling lama 1 (satu) hari kerja

  4) Kepala Urusan Premi/Iuran dan Keuangan setelah menerima dan mencatat setoran premi seegera menyetor uang premi kepada Bendahara paling lama 1 (satu) hari kerja

  5) Bendahara menerima uang setoran dari Kepala Urusan

  Premi/Iuran dan Keuangan dan membukukannya dalam Buku Premi kemudian menyetor uang premi tersebut ke rekening khusus pada Bank yang telah dibuka paling lambat 1 (satu) hari kerja dan membukukannya pada Buku Bank.

  e.

  Pembayaran dana klaim Bertujuan menyediakan dan membayarkan dana klaim untuk peserta Askesos yang mengalami resiko alamiah seperti sakit, kecelakaan dan meninggal dunia sesuai dengan prosedur.

  1) Jenis pertanggungan yang diberikan meliputi:

a) Pertanggungan Pengganti Penghasilan.

  Peserta yang menderita sakit dan kecelakaan hanya diberikan sekali dalam 1 (satu) tahun dan besarnya sesuai ketentuan yang diatur pada hak peserta

b) Pertanggungan Santunan Kematian.

  Pertanggungan santunan kematian hanya diberikan kepada ahli warisnya dan besarnya nilai pertanggungan santunan seperti diatur pada hak peserta. 2)

  Pembayaran Dana Klaim dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a)

  Peserta mengalami resiko (sakit, kecelakaan dan meninggal dunia) yang dibuktikan dengan surat keterangan sebagaimana ketentuan yang tercantum dalam Polis Askesos b)

  Peserta mengisi dan mengajukan Surat Permitaan Pembayaran Klaim sesuai formulir yang telah disediakan sekretariat c)

  Kepala urusan klaim dan pertanggungan melakukan verifikasi Surat Permintaan Pembayaran Klaim dari peserta Askesos beserta lampiran dokumen yang dipersyaratkan, kemudian diteruskan kepada sekretaris.

  d) Sekretaris memeriksa kembali kelengkapan berkas

  Klaim peserta Askesos kemudian diajukan kepada

  Ketua Tim Pengelola Askesos untk mendapatkan persetujuan pembayaran klaim sesuai ketentuan e)

  Pembayaran Klaim dilaksanakan oleh Bendahara melalui Kepala Urusan Klaim dan Pertanggungan

  7. Proses pembayaran klaim selambat-lambatnya dilakukan selama 2 (dua) hari kerja (Dit. Jamkesos, 2010:22-31).

  3. Kemitraan Bertujuan untuk: meningkatkan hubungan kerjasama lintas pelaku Askesos, membangun kolaborasi dan koordinasi pada tingkat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan melibatkan peserta Askesos. Sasarannya yaitu: Instansi terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Lembaga Sosial yang terkait dan yang terakhir Dunia Usaha (berupa pemberian pelatihan, pemasaran, pendampingan, bantuan modal, dan lain-lain) (http://puslit.kemsos.go.id /download/pdf/evaluasi-

  

program-jaminan-kesejahteraan-sosial.pdf diakses pada tanggal 19 juni

2013 pukul 21.15 WIB).

  4. Pengendalian a.

  Pemantauan: perkembangan, keberhasilan, penyimpangan dan permasalahan pelaksanaan di lapangan, dan langkah-langkah perbaikan yang dilakukan b. Penyeliaan: bimbangan tekhnis dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan Askesos c.

  Evaluasi: tingkat keberhasilan dan dampak pelaksanaan Askesos d.

  Pelaporan: bahan informasi keberhasilan pelayanan Askesos pada setiap tahap kegiatan.

  Kelayakan lokasi 1.

  Memiliki data populasi pekerja mandiri di sektor informal baik di pedesaan maupun di perkotaan

  2. Lingkungan setempat mendukung pelaksanaan Askesos 3.

  Adanya Orsos sesuai dengan kriteria dan dapat dijadikan sebagai pelaksana Askesos

  4. Adanay kesanggupan dari Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk membentuk Tim Pengendali kabupaten/Kota.

2.4.6 Pendampingan

Dokumen yang terkait

Evaluasi Pelaksanaan Program Asuransi Kesejahteraan Sosial Oleh Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia Di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli

1 45 124

Evaluasi Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan Di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli

18 188 124

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Evaluasi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian - Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Ko

0 0 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi 2.1.1 Pengertian Evaluasi - Evaluasi Pelaksanaan Program Pensiun Iuran Pasti Dana Pensiun Lembaga Keuangan Bank Negara Indonesia (PPIP DPLK BNI) bagi Karyawan PT.Perkebunan Nusantara III di Medan

0 0 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.1.1 Pengertian Diare - Evaluasi Pengelolaan Obat Program Diare di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Program - Pelaksanaan Program Kota Layak Anak Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anak Oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

0 0 41

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Program Pelayanan Kesejahteraan Karyawan - Pengaruh Pelaksanaan Program Pelayanan Kesejahteraan dan Lingkungan Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Med

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi - Evaluasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Tetehosi Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias

0 0 39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas - Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor

1 0 46