Evaluasi Pelaksanaan Program Asuransi Kesejahteraan Sosial Oleh Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia Di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ASURANSI KESEJAHTERAAN SOSIAL OLEH LEMBAGA PELAYANAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT INDONESIA DI KELURAHAN MABAR HILIR
KECAMATAN MEDAN DELI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Universitas Sumatera Utara
Disusun Oleh :
MEYCHAEL DAVID SIMANJUNTAK 090902056
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
ABSTRAK
(Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 105 Halaman, dan 29 Tabel)
Asuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos) merupakan salah satu sistem jaminan sosial untuk memberikan perlindungan/pertanggungan bagi kelompok miskin dan hampir miskin terutama di kalangan pekerja sektor informal dan pekerja mandiri. Pekerja sektor informal dan pekerja mandiri adalah pekerja yang penghidupannya miskin, berpenghasilan dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP). Askesos memberikan garansi perlindungan selama tiga tahun dengan memberikan bantuan dana pengganti dimana pencari nafkah berpotensi mengalami resiko menurunnya tingkat kesejahteraan sosial akibat meninggal dunia, menderita sakit, mengalami kecelakaan dan berada dalam kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar anggota melalui proses klaim.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli sebagai salah satu lokasi program yang diselenggarakan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan Lembaga YAKMI sebagai mitra selama tiga tahun berjalannya program. Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran situasi yang diteliti. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penelitian ini menggnakan teknik pengumpulan data studi kepustakaan dan studi lapangan yang terdiri dari penyebaran kuisioner, wawancara dan observasi.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kesejahteraan sosial di Kelurahan Mabar Hilir setelah dilaksanakannya Program Asuransi Kesejahteraan Sosial. Evaluasi program dilihat dari aspek masukan, proses, keluaran dan dampak program. Program Askesos telah berhasil memberikan perlindungan sosial kepada peserta Askesos dalam bentuk jaminan kesejahteraan sosial di Kelurahan Mabar Hilir.
(3)
ABSTRACK
(This thesis consists of 6 chapters, 105 Pages, and 29 Tables)
Social welfare insurance (Askesos) is one of gurantees system that gives protection/responsibility for people who live in low economy especially for employed informal and independent sector. Informal sector workers and self-employed workers whose livelihoods are poor, earning bellow the provincial minimum wage. Askesos provide warranty protection for the three years to provide replacement funding where the breadwinner suffered potentially decreasing the risk of social welfare due to death, illness, accident and was in a state of non-fulfillment of the basic needs of members through the claims process.
The research conducted in the Lower Village District Mabar Medan Deli as one location program organized by the government in cooperation with YAKMI institutions as partners for three years of the program. Research study using descriptive methode that aims to give a situation. To obtain necessary data, this research study used data collection technique and field study wich consists of questionnaire, interview and observation.
The result of data analysis showed that there was an increase of social welfare in the Lower Village District Mabar Medan Deli after the implementation of Insurance Social Welfare Programs. Program evaluation can be seen from the aspect of input, process, output and impact oof the program. Askesos program has succeeded in providing social protection to participants Askesos in the form of social welfare in the Lower Village District Mabar.
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat pertolongan serta kasihNya yang senantiasa melindungi, menyertai, memimpin dan menguatkan penulis dalam hingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Asuransi Kesejahteraan Sosial Oleh Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli”.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu serta mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara.
3. Ibu Mastauli Siregar, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
dengan bijaksana dan sabar membimbing penulis sejak awal penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen dan Pegawai Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP
USU yang telah membimbing dan membantu administrasi penulis.
5. Bapak H. Syahrul, S.sos selaku Kepala Kelurahan Mabar Hilir yang telah
memberikan izin penelitian di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Ddeli.
6. Orangtua yang saya banggakan dan cintai: Bapak (P. Simanjuntak S.Pd,) dan
(5)
memberikan motivasi dan doa selama perkuliahan hingga sampai ke tahap penyelesaian Skripsi ini. Kakak terbaik Magdalena Simanjuntak, Dumomdom Simanjuntak, adik Tety Simanjuntak, siapudan paling gendut Santo Brian Simanjuntak, Lae Sianipar, Lae Simanjorang dan dua bereku yang selalu membawa kebahagian Kayla Sianipar, Lyonel Ahzarel Simanjorang yang juga memotivasi penulis untuk berkarya.
7. Ibu Ester Hutabarat, AKS selaku Direktur Lembaga YAKMI, kak
Rusmawati, S.sos dan partner PKL II di YAKMI Marmen A.k.a Komeng Banjarnahor yang telah memberikan banyak bimbingan dan bantuan selama melaksanakan penelitian di Kelurahan Mabar Hilir.
8. Buat teman-teman seperjuangan khusunya yang bermukim di PT. Gantang:
Budi Tarigan (Mr.Galau), Rizky Simamora (sang petualang cinta), Exo Dams, Surya Pakpahan, Octo Gultom, Jones a.k.a Kelling, Prandani, Evan Kenbla, Rio Subur, Udin, Ojes, Evi, Novita, Rehulina, Shelly dan teman-teman 2009 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
9. Buat teman-teman CIPS SMA CAHAYA MEDAN: Nella, Siska, Nia, Gloria,
Debora, Jepri, Septian, Isay, Rael yang menjadi sahabat penulis. 10. Seluruh senior-junior Departemen Kesejahteraan Sosial.
11. Seluruh responden yang telah meluangkan waktu membantu penulis selama
mengadakan penelitian, penulis mengucapkan terima kasih banyak untuk data dan informasi yang telah diberikan.
(6)
Terimakasih atas semua dukungan dan semngat yang penulis terima selam ini. Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Desember 2013
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
ABSTRACK... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR BAGAN... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 10
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1.3.1TujuanPenelitian... 10
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10
1.4Sistematika Penulisan ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Evaluasi ... 13
2.1.1 Pengertian Evaluasi ... 13
2.1.2 Jenis-jenis Evaluasi ... 15
2.1.3 Tolak Ukur Evaluasi ... 16
2.1.4 Tujuan dan Fungsi Evaluasi ... 17
2.1.5 Teknik Evaluasi ... 18
(8)
2.2Evaluasi Program ... 19
2.3Jaminan Sosial ... 20
2.4Program Asuransi Kesejahteraan Sosial ... 27
2.4.1 Latar Belakang Askesos ... 27
2.4.2 Tujuan dan Manfaat Askesos ... 30
2.4.3 Prinsip-prinsip Pengelolaan Askesos ... 31
2.4.4 Prosedur penyelenggaraan Askesos ... 32
2.4.5 Tahapan Penyelenggaraan Program ... 40
2.4.6 Pendampingan ... 49
2.4.7 Pengelolaan Dana Askesos ... 51
2.4.8 Peranan Pekerja Sosial dalam Pelaksanaan Askesos ... 54
2.5Kesejahteraan Sosial ... 55
2.5.1Pengertian Kesejahteraan Sosial ... 55
2.5.2Kebijakan Pemerintah dalam Menanggulangi Kemiskinan... 56
2.6Pelayanan Sosial ... 57
2.7Kerangka Pemikiran ... 60
2.8Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 63
2.8.1Defenisi Konsep ... 63
2.8.2Defenisi Operasional ... 64
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Tipe Penelitian ... 67
3.2Lokasi Penelitian ... 67
(9)
3.3.1Populasi ... 68
3.3.2Sampel ... 68
3.4Teknik Pengumpulan Data ... 69
3.5Teknik Analisis Data ... 70
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1Sejarah Kelurahan Mabar Hilir ... 71
4.2Data Monografi ... 73
4.2.1Batas Wilayah ... 73
4.2.2Pemerintahan ... 73
4.3Kependudukan ... 74
4.4Prasarana/Fasilitas ... 75
4.4.1Sarana Pendidikan ... 75
4.4.2Sarana Kesehatan ... 75
4.4.3Sarana Peribadatan ... 76
4.4.4Sarana Olahraga ... 76
4.4.5Sarana Komunikasi ... 76
4.4.6Sarana Air Bersih ... 76
4.4.7Sarana Jalan ... 77
BAB V ANALISIS DATA 5.1Analisis Kharakteristik Responden ... 78
5.2Analisis Evaluasi Pelaksanaan Program Askesos ... 86
5.2.1Masukan (input) ... 86
(10)
5.2.4Pengaruh (impact) ... 99
BAB VI PENUTUP
6.1Kesimpulan ... 104 6.2Saran ...105
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 74
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 79
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 79
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 80
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 81
Tabel 5.5 Dsitribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 81
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 82
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 83
Tabel 5.8 Distribusi Respoden Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga Per Bulan ... 85
Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Seleksi Peserta Askesos Oleh Lembaga YAKMI ... 86
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Sosialisasi Program Askesos Oleh Lembaga YAKMI ... 87
Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tujuan Program Askesos ... 87
Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Sarana dan Prasarana Dalam Memahami Program Askesos Oleh Lembaga YAKMI ... 88
Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Keamampuan Pelayanan Lemabaga YAKMI Kepada Peserta Askesos ... 89
Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Askesos ... 90
(12)
Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kehadiran Peserata Dalam Rapat/Musyawarah Pelaksanaan Askesos ... 90
Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Lembaga YAKMI
Melakukakan Kegiatan Pendampingan ... 92
Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Lembaga YAKMI Dalam
Memberikan Pelayanan Kepada Peserta Askesos ... 93
Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Biaya Iuran Premi Yang
Diwajibkan Setiap Bulan ... 94 Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Pengajuan Klaim ... 94
Taebl 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Lembaga YAKMI
Dalam Proses Pengajuan Klaim ... 95
Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Azas Pengelolaan Askesos
Yang Bersifat Transparansi (Keterbukaan) ... 96
Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Keseluruhan Pelaksanaan
Program Askesos Yang Dilaksanakan Oleh Pemerintah Bekerjasama Dengan Lemabaga YAKMI ... 98
Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Keberhasilan Program Askesos
Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Program Askesos ... 99
Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Hidup Hemat dan
Kebiasaan Menabung ... 100
Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Keberhasilan Program Askesos
Memberikan Perlindungan Sosial Dalam Bentuk Jaminan Sosial Kesejahteraan ... 100
(13)
Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Keberhasilan Tujuan Pelaksanaan Program Dengan Memperkuat Ketahanan Keluarga Rentan Terhadap Resiko Menurunnya Tigkat Kesejahteraan Sosial ... 101
Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Keberhasilan Tujuan
Pelaksanaan Program Askesos Untuk Meningkatkan Partisipasi Sosial Masyarakat ... 102
Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Dana Pertanggungan
Yang di Klaim Jika Peserta Askesos Mengalami Musibah Sakit Atau Meninggal Dunia ... 101
DAFTAR BAGAN
Bagan Alir Pemikiran ... 62 Struktur Organisiasi ... 72
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Daftar Kuisioner
Lampiran II : Surat Keterangan Telah Melakukakan Penelitian
(15)
ABSTRAK
(Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 105 Halaman, dan 29 Tabel)
Asuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos) merupakan salah satu sistem jaminan sosial untuk memberikan perlindungan/pertanggungan bagi kelompok miskin dan hampir miskin terutama di kalangan pekerja sektor informal dan pekerja mandiri. Pekerja sektor informal dan pekerja mandiri adalah pekerja yang penghidupannya miskin, berpenghasilan dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP). Askesos memberikan garansi perlindungan selama tiga tahun dengan memberikan bantuan dana pengganti dimana pencari nafkah berpotensi mengalami resiko menurunnya tingkat kesejahteraan sosial akibat meninggal dunia, menderita sakit, mengalami kecelakaan dan berada dalam kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar anggota melalui proses klaim.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli sebagai salah satu lokasi program yang diselenggarakan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan Lembaga YAKMI sebagai mitra selama tiga tahun berjalannya program. Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran situasi yang diteliti. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penelitian ini menggnakan teknik pengumpulan data studi kepustakaan dan studi lapangan yang terdiri dari penyebaran kuisioner, wawancara dan observasi.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kesejahteraan sosial di Kelurahan Mabar Hilir setelah dilaksanakannya Program Asuransi Kesejahteraan Sosial. Evaluasi program dilihat dari aspek masukan, proses, keluaran dan dampak program. Program Askesos telah berhasil memberikan perlindungan sosial kepada peserta Askesos dalam bentuk jaminan kesejahteraan sosial di Kelurahan Mabar Hilir.
(16)
ABSTRACK
(This thesis consists of 6 chapters, 105 Pages, and 29 Tables)
Social welfare insurance (Askesos) is one of gurantees system that gives protection/responsibility for people who live in low economy especially for employed informal and independent sector. Informal sector workers and self-employed workers whose livelihoods are poor, earning bellow the provincial minimum wage. Askesos provide warranty protection for the three years to provide replacement funding where the breadwinner suffered potentially decreasing the risk of social welfare due to death, illness, accident and was in a state of non-fulfillment of the basic needs of members through the claims process.
The research conducted in the Lower Village District Mabar Medan Deli as one location program organized by the government in cooperation with YAKMI institutions as partners for three years of the program. Research study using descriptive methode that aims to give a situation. To obtain necessary data, this research study used data collection technique and field study wich consists of questionnaire, interview and observation.
The result of data analysis showed that there was an increase of social welfare in the Lower Village District Mabar Medan Deli after the implementation of Insurance Social Welfare Programs. Program evaluation can be seen from the aspect of input, process, output and impact oof the program. Askesos program has succeeded in providing social protection to participants Askesos in the form of social welfare in the Lower Village District Mabar.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, satu sama lain seperti: tingkat pendapatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Kemiskinan terus menjadi masalah sosial yang fenomenal sepanjang sejarah di Indonesia. Di negara ini, nampaknya tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta (16,58 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2006 yang berjumlah 39,30 juta (17,75 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,13 juta. Penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,20 juta, sementara di daerah perkotanan berkurang 0,93 juta orang. Peranan komoditi makanan terhadap Garis
(18)
(perusemahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2007, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 74,38 persen.
Data BPS menginformasikan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 sebanyak 37,17 juta (16,58 persen dari jumlah penduduk) turun menjadi 34,96 juta (15,42 persen) pada tahun 2008 (BPS, 2009). Kemudian pada tahun 2009, jumlah penduduk miskin menurut BPS tercatat sebanyak 32,5 juta jiwa (14,15 persen). Jumlah tersebut menurun pada Maret 2010 yang mencapai 31,02 juta (13,33 persen dari totatl jumlah penduduk). Penurunan jumlah penduduk miskin di tahun 2010 dikarenankan oleh rata-rata upuh buruh tani dan upah buruh bangunan yang naik sebesar 3,2 persen dan 3,86 persen selama periode 2009-2010. Penurunan jumlah penduduk kemiskinan kembali terjadi pada periode September 2011 sebesar 29,89 juta (12,36 persen). Hal ini dikarenakan pada periode tersebut terjadi inflasi umum yang relatif rendah yaitu sebesar 2,25 persen. Perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP (Nilai Tukar Petani) sebesar 1,79 persen juga menjadi faktor pengurang jumlah penduduk miskin yang yang signifikan (Menkokesra.go.id/02/01/2012 diakses pada tanggal 3 juni 2013 pukul 19.00 WIB ).
Sementara itu, keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada Agustus 2011 menunjukkan adanya sedikit perbaikan yang digambarkan dengan adanya penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja mencapai 117,4 juta orang turun sekitar 2,0 juta orang dibanding keadaan Februari 2011. Penduduk yang bekerja pada Agustus 2011 berkurang sebesar 1,6 juta orang dibanding keadaan Februari 2011,
(19)
Agustus 2011 mengalami penurunan sekitar 420 ribu orang jika dibanding keadaan Februari 2011. Selama periode satu tahun terakhir terjadi kenaikan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,62 persen.
Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2011, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2011 mengalami kenaikan terutama di Sektor Industri sebesar 840 ribu orang (6,13 persen) dan Sektor Konstruksi sebesar 750 ribu orang (13,42 persen). Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Pertanian sebesar 3,1 juta orang (7,42 persen) dan Sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi sekitar 500 ribu orang (8,96 persen), dan Sektor Jasa Kemasyarakatan sebesar 370 ribu orang (2,17 persen). Jika dibandingkan dengan Agustus 2010 hampir semua sektor mengalami kenaikan jumlah pekerja, kecuali Sektor Pertanian dan Sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, masing-masing mengalami penurunan jumlah pekerja sebesar 5,21 persen dan 9,61 persen. Sektor Pertanian, Perdagangan, Jasa Kemasyarakatan dan Sektor Industri secara berurutan menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja pada bulan Agustus 2011 (http://www.bps.go.id/brs_file/naker_07nov11 diakses pada tanggal 3 juni 2013 pukul 19.25 WIB).
Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Agustus 2011 sekitar 41,5 juta orang (37,83 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 68,2 juta orang (62,17 persen) bekerja pada kegiatan informal. Dari 109,7 juta orang yang bekerja pada Agustus 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak
(20)
sebagai buruh/karyawan sebesar 37,8 juta orang (34,44 persen), diikuti berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 19,7 juta orang (17,93 persen), dan berusaha sendiri sejumlah 19,4 juta orang (17,70 persen). Sedangkan status pekerjaan utama yang terkecil adalah berusaha dibantu buruh tetap sebesar 3,7 juta orang (3,39 persen) (http://www.bps.go.id/brs_file/naker_07nov1 diakses pada tanggal 3 juni 2013 pukul 19.30 WIB).
Kemiskinan merupakan masalah individual, masalah keluarga, masalah sosial, masalah nasional sekaligus masalah internasional. Disebut sebagai masalah individu karena setiap orang menginginkan kehidupan yang sejahtera. Tidak seorangpun yang menginginkan dirinya miskin. Sebaliknya, merupakan cita-cita setiap orang untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup dan dapat hidup secara layak sebagai seorang manusia yang memiliki harkat martabat. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri bagi setiap orang merupakan suatu masalah serius, khususnya bagi orang dewasa dan secara jasmani dan rohani (Siagian, 2011:137).
Seluruh upaya dan kebijakan afirmatif untuk mempercepat dan memperluas upaya pengurangan kemiskinan di Indonesia sejak tahun 2012 diintegrasikan ke dalam MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia). Kebijakan ini mencakup seluruh program penanggulangan kemiskinan yang selama ini telah ada, meliputi: Bantuan dan Perlindungan Sosial, Pemberdayaan Masyarakat, Pengembangan Usaha Kecil dan Mikro, dan yang terakhir Program Pro Rakyat Melalui Penyediaan Prasaran/Sarana Murah. Untuk mendukung berbagai program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan pada MP3KI, dalam RAPBN
(21)
lipat dibanding anggaran tahun 2007 (Rp53,1 T) (http://www.anggaran. depkeu.go.id /RAPBN diakes pada tanggal 4 juni 2013 pukul 20.00 WIB).
Asuransi sosial sebagai teknik jaminan sosial dasar, yang disusun menurut bentuk aslinya sebagai sebuah kontrak antara individu dan masyarakat, juga agar dapat benar-benar menjamin kondisi kehidupan minimum bagi setiap orang terutama kepada penduduk miskin di Indonesia. Negara harus terus menyediakan kerangka kerja dasar bagi asuransi sosial wajib yang membutuhkan partisipasi keuangan dari seluruh warganya dalam sebah skema, yang dapat melindungi mereka dari konsekuensi terjadinya resiko sosial yang besar.
Kemiskinan dan jaminan sosial merupakan salah satu bentuk persoalan masyarakat akibat terjadinya ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk, keterbatasan ketersediaan lapangan kerja, kebutuhan akan jaminan sosial, kebutuhan akan cara kerja yang profesional, serta berbagai tekanan yang ditimbulkan. Disamping itu, faktor keterbatasan terhadap akses informasi, akses perbankan, akses mendapatkan sumber-sumber pendapatan, akses mendapatkan sumber-sumber
kesehatan juga menjadi penyebab utama kemiskinan (depdagri.go.id/09/10/2011
diakses pada tanggal 4 juni 2013 pukul 20.20 WIB).
Sejalan dengan landasan konstitusi (UUD 1945) dalam Undang-Undang R.I. Nomor: 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (pasal 1) dijelaskan bahwa jaminan sosial merupakan salah satu perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Dalam Undang-Undang R.I. No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan Sosial (Pasal 9, ayat
(22)
dalam misi dan prioritas pembangunan nasional (2004-2009) digariskan, tentang pentingnya dikembangkan sistem perlindungan sosial nasional.
Pemerintah dan masyarakat memiliki peran strategis dalam mewujudkan Sistem Jaminan Sosial sesuai dengan amanat UUD 1945 Pasal 27 Ayat (2) yang menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerajaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Pasal 28 Ayat (1) menyatakan bahwa “setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindugan dan kepastian hukum yagn adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum” (Dit. Jamkesos, 2010:1).
Di Indonesia, pentingnya jaminan sosial telah menjadi perhatian mendasar dan telah menjadi hak konstitusional setiap warga negara. Sejak beberapa dekade yang lalu, Indonesia telah menjalankan berbagai program jaminan sosial melalui berbagai peraturan perundang-undangan. Kenyataan menunjukkan, sistem jaminan sosial di Indonesia masih menjangkau kelompok masyarakat tertentu saja, yang pada umumnya bekerja di sektor formal. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) diperuntukan bagi pekerja di sektor industri, Asuransi kesehatan (Askes), Tabungan Pensiun (Taspen), dan Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) yang diperuntukan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan angggota Tentara Nasional Indonesia (TNI). Hal itu diperkuat dengan kajian Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial (SPJS) yang dilakukan oleh Deputi bidang SDM dan Kebudayaan Badan perancang Pembangunanan Nasional (2003) bahwa asuransi sosial masih terbatas bagi pekerja sektor formal (PNS, TNI/POLRI, dan perusahaan). Bahkan menurut Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Bidang Koordinasi Kesejahteraan
(23)
yakni sekitar 20% dibanding dengan negara lainnya (http://puslit.kemsos.go.id/ download/pdf/evaluasi-program-jaminan-kesejahteraan-sosial.pdf diakses pada tanggal 5 juni 2013 pukul 15.30 WIB ).
Pada umumnya jaminan sosial itu adalah jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua dan jaminan kematian dan
diselenggarakan berdasarkan kontribusi peserta (contributory basis). Namun pada
kenyataannya berbagai program tersebut baru mencakup sebagian kecil masyarakat saja. Dari 95 juta angkatan kerja baru 24,6 juta jiwa yang memperoleh jaminan sosial atau baru 12% dari jumlah penduduk. Sedangkan bila kita banding dengan negara lain, seperti Thailand dan Malaysia mereka mencapai masing-masing 50% dan 40% dari total penduduk (Achir, Yaumil Ch. Agoes, 2008).
Pemerintah, dalam mengupayakan kesejahteraan sosial rakyat terutama masyarakat tergolong rentan seperti penduduk miskin, lajut usia, anak penyandang cacat ganda (fisik dan mental), seta penduduk yang tinggal di kawasan terpencil, telah menyelenggarakan beberapa bentuk perlindungan sosial. Namun hingga saat ini penduduk rentan serta yang bekerja di sektor informal pada umumnya belum tersentuh oleh skema-skema tersebut sehingga mereka pada posisi sangat rentan terhadap ketidakstabilan perekonomian yang terjadi baik di lingkungannya mapun di Indonesia secara umum. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang dapat memberikan perlindungan dan jaminan sosial bagi mereka dalam menghadapi ketidakstabilan ekonomi maupun sosial.
(24)
Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut, dan sebagai bentuk perwujudan dari amanat UUD 1945 Pasal 34 ayat (2), Pemerintah bermitra dengan masyarakat dalam memberikan jaminan sosial bagi msayarakat berisiko tersebut melalui program Asuransi Kesejahteraan Sosial (ASKESOS). Resiko dan ketidakpastian yang mungkin terjadi dapat diminimalisir melalui program ini. Askesos sebagai program substitutif bagi penurunan dan atau kehilangan pendapatan keluarga diharapkan dapat memberi jaminan, baik dalam arti mencegah, mempertahankan, maupun mengembangkan usaha masyarakat peserta dapat dipertahankan dan sekaligus mencegah terjadinya kemiskinan (depsos.go.id/11/06/2013).
Asuransi Kesejahteraan sosial (Askesos) diterapkan secara nasional sejak tahun 2007, yang uji cobanya sudah dilakukan sejak tahun 1997. Hingga september 2008 Askesos telah menjangkau 144.600 kepala keluarga (KK) dengan 671 lembaga pelaksana (depsos.go.id/07/11/2011).
Dalam situasi krisis yang memungkinkan terjadinya perubahan kondisi pencari nafkah utama dalam keluarga baik karena sakit, kecelakaan, kematian, maka Askesos adalah salah satu sistem jaminan kesejahteraan sosial yang mampu memberikan bantuan atau perlindungan terhadap kondisi tersebut. Askesos menjadi harapan masyarakat terutama pekerja sektor informal. Melalui Askesos diharapkan mampu mengganti, memelihara dan mengembangkan tingkat pendapatan dan kesejahteraan sosial yang ada (Dit. Jamkesos, 2010:12).
(25)
Kementerian Sosial untuk menyelenggarakan program Asuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos). Wilayah Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli merupakan wilayah yang terdaftar sebagai wilayah program Askesos. Mayoritas penduduk di kelurahan ini berprofesi di sektor informal yang rentan akan kemiskinan.
Program Askesos ini tentunya sangat penting untuk diikuti oleh seluruh masyarakat pekerja sektor informal di wilayah Kelurahan Mabar Hilir. Selain mengajak masyarakat untuk terbiasa menabung, program ini bertujuan untuk memberikan rasa aman bagi peserta Askesos yang bekerja di sektor informal yang karena suatu hal tidak dapat bekerja. Melalui program ini, peserta yang mengalami musibah dapat menerima pertanggungan dalam bentuk dan pengganti penghasilan selama tidak bekerja sehingga keluarga tetap dapat terbantu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selama pencari nafkah utama sakit. Menurut data yang diperoleh dari lembaga pengelola Askesos, sampai pada saat ini tercatat sebanyak 146 orang pekerja informal yang telah menajadi peserta Askesos di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli.
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti Bagaimana Evaluasi Program Asuransi Kesejahteraan Sosial Oleh Lembaga Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli. Maka penulis menyusun penelitian ini dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Program Asuransi Kesejahteraan Sosial Oleh Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli”.
(26)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Program Asuransi Kesejahteraan Sosial Oleh Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli?”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Evaluasi Pelaksanaan Program Asuransi Kesejahteraan Sosial Oleh Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli.
1.3.2 Manfaat penelitian
1. Bagi penulis sendiri menambah wawasan dan pengetahuan tentang Program Asuransi Kesejahteraan Sosial yang dilaksanakan oleh pemerintah
2. Bagi FISIP USU, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan sebagai bahan kajian perbandingan bagi mahasiswa yang tertarik terhadap masalah Evaluasi Program Askesos
3. Memberikan masukan dalam pelaksanaan program yang akan datang dan tindakan koreksi bagi pemerintah
(27)
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat peneltian serta sistematika penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian.
(28)
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini bersikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran sehubungan dengan penelitian yang dilakukan
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaluasi
2.1.1 Pengertian Evaluasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , evaluasi memiliki arti penilaian. Penilaian berarti pengukuran atau penentuan manfaat dari pada suatu kegiatan. Dalam perusahaan, evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran akan efektivitas
strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Data yang
diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya (http://id.wikipedia.org /wiki/Evaluasi diakses pada tanggal 16 juni 2013 pukul 21.44 WIB).
Viviane dan Gilbert de Lansheere dalam bukunya menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan pembelajaran. Selanjutnya evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang manfaat atau efektivitas suatu program melalui indikator yang khusus,
tekhnik pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan (Siagian dan Agus,
(30)
Evaluasi meliputi mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan. Hubungan antara pengukuran dan penilaian saling berkaitan. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran atau kriteria tertentu (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu, sedangkan menilai itu mengandung arti, mengambil keputusan terhadap sesuatu yang berdasarkan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Serta penilaian bersifat kualitatif. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (bersifat kualitatif), dan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut (Arikunto, 2009:3).
Evaluasi sebagai salah satu fungsi manajemen berurusan dan berusaha untuk mempertanyakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu rencana sekaligus mengukur seobyektif mungkin hasil-hasil pelaksanaan itu dengan ukuran-ukuran yang dapat diterima dari pihak-pihak yang mendukung maupun tidak mendukung suatu rencana (Sirait, 1990:30).
Dari rumusan evaluasi yang dikemukakan tersebut maka dapat diartikan bahwa evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan (efektivitas dan efisiensi) sebuah program dengan menggunakan indikator yang khusus, tekhnik pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.
(31)
2.1.2 Jenis-jenis Evaluasi
Secara umum, evaluasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Evaluasi Pada Tahap Perencanaan
Kata evaluasi sering digunakan dalam tahap perencanaan dalam rangka memilihdan menentukan sebuah program dan tujuan. Untuk itu diperlukan metode-metode yang dapat dipakai oleh perencana. Satu hal yang patut dipertimbangkan dalam kaitan ini adalah bahwa metode-metode yang ditempuh dalam pemilihan prioritas tidak selalu sama untuk setiap keadaan, melainkan berbeda menurut hakekat dari permasalahannya sendiri.
2. Evaluasi Pada Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, hal-hal yang telah ditentukan sebelumnya seperti program, tujuan dan metode-metode harus dianalisa untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana dimana evaluasi juga mempertimbangkan faktor-faktor seperti sarana yang mempengaruhi keberhasilan proyek tersebut, selain itu dalam melaksanakan evaluasi pada tahap pelaksanaan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang melaksanakan evaluasi diantaranya adalah:
a. Melakukan pengukuran kuantitatif maupun kualitatif terhadap
program secara tekhnik.
b. Melakukan analisa obyektif dan menghindari analisa subyektif
(32)
sebagai salah satu program yang sangat penting dalam manajemen program (Sirait, 1990:159).
3. Evaluasi Pada Tahap Pasca Pelaksanaan
Disini pengertian evaluasi hampir sama dengan pengertian pada tahap pelaksanaan, hanya perbedaannya bahwa yang dinilai dan dianalisa bukan lagi tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai
efektivitas dan efisiensi dengan tujuan yang ingin dicapai (Nugroho,
2009:537).
2.1.3 Tolak Ukur Evaluasi
Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak ukur yang biasa dijadikan penilaian terhadap program yang telah berlangsung tersebut. Berhasil atau tidaknya suatu program berdasarkan tujuan yang dimiliki tolak ukur yang nantinya harus dicapai dengan baik oleh sumber daya yang mengelolanya, diantaranya:
1. Tolak ukur dalam evaluasi pada tahap perencanaan adalah:
a. Mempunyai sebuah program yang akan disosialisasikan.
b. Mempunyai sebuah tujuan yang akan disosialisasikan.
c. Mempunyai metode-metode yang akan digunakan untuk
disosialisasikan.
2. Tolak ukur dalam evaluasi pada tahap pelaksanaan adalah:
(33)
c. Apakah metode-metode sesuai dengan yang telah direncanakan. d. Apakah sarana yang ada dapat mencapai tujuan yang telah direncakan. 3. Tolak ukur dalam evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan adalah:
a. Apakah hasil yang diperoleh (efektivitas dan efisiensi) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Suwito, 2002:16).
2.1.4 Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi. Ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen (Arikunto, 2002:13).
Menurut Crawford (2000:30), tujuan dan atau fungsi evaluasi adalah : 1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan.
2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil. 3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan.
4. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.
Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan-bahan pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis (http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/ 19622/4/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 16 juni 2013 pukul 23.53 WIB).
(34)
2.1.5 Teknik Evaluasi
Untuk membuat sebuah keputusan yang merupakan tujuan akhir dari proses evaluasi diperlukan data yang akurat. Untuk memperoleh data yang akurat diperlukan teknik dan instrumen yang valid dan reliabel. Secara garis besar evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan teknik nontes (alternative test). Terdapat dua jenis pengelompokan tes, yaitu:
1. Menurut bentuknya; secara umum terdapat dua bentuk tes, yaitu tes
objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah bentuk tes yang diskor secara objektif. Disebut objektif karena kebenaran jawaban tes tidak berdasarkan pada penilaian (judgement) dari korektor tes. Tes bentuk ini menyediakan beberapa opsi untuk dipilih peserta tes, yang setiap butir hanya memiliki satu jawaban benar. Tes subjektif adalah tes yang diskor dengan memasukkan penilaian dari korektor tes. Jenis ini antara lain: tes esai, lisan.
2. Menurut ragamnya; tes esay dapat diklasifikasikan menjadi tes esay
terbatas (resricted esay), dan tes esay bebas (extented esay). Butir tes objektif menurut ragamnya dapat dibagi menjadi tiga , yaitu: tes benar-salah (true-falses), tes menjodohkan (matching), dan tes pilih ganda (mulitiple choice). Tekhnik notes dalam evaluasi banyak macamnya, beberapa diantaranya adalah: angket (quesionaire), wawancara (interviev), pengamatan (observation), skala bertingkat (rating scale), sosiometri, paper, portofolio, kehadiran (presence), penyajian (presentation),
(35)
2.1.6 Standar Evaluasi
Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama yaitu;
1. Utility (manfaat)
Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusanatas program yang sedang berjalan.
2. Accuracy (akurat)
Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan tinggi. 3. Feasibility (layak)
Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak (Umar, 2002 : 40).
2.2 Evaluasi Program
Evaluasi program merupakan suatu langkah, yaitu awal dalam supervisi yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Jika ditinjau dari aspek tingkat pelaksanaannya, secara umum evaluasi terhadap suatu program dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis, yaitu:
1. Penilain atas perencanaan, yaitu mencoba memilih dan menetapkan
prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan atas cara mencapai tujuan yang yang telah ditetapkan sebelumnya
(36)
2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melakukan analisis tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, di dalamnya meliputi apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya drencanakan
2.3 Jaminan Sosial
Kata “jaminan sosial” berasal dari social dan security. Security diambil dari Bahasa Latin “ se-curus” yang bermakna“se” (pembebasan atau liberation) dan “curus” yang berarti (kesulitan atau uneasiness). Sementara itu, kata “social”
menunjuk pada istilah masyarakat atau orang banyak (society). Dengan demikian,
jaminan sosial secara harafiah adalah “pembebasan kesulitan masyarakat” atau “suatu upaya untuk membebaskan masyarakat dari kesulitan” (Suharto, 2009).
Sementara itu, Jaminan sosial menurut ILO (1998) yang mengacu pada Konvensi ILO No. 102 (1952) dalam UU SJSN (2006: 33), adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat untuk masyarakat melalui seperangkat kebijaksanaan publik terhadap tekanan ekonomi sosial bahwa jika tidak diadakan sistem Jaminan Sosial akan menimbulkan hilangnya sebagian pendapatan sebagai akibat sakit, persalinan, kecelakaan kerja, sementara tidak bekerja, cacat, hari tua dan kematian dini, perawatan medis termasuk pemberian subsidi bagi anggota keluarga yang membutuhkan.
(37)
Dalam Undang-undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasca putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia ditegaskan, jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak, yang dimaksudkan adalah kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup layak demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selanjutnya, sistem jaminan sosial dirancang untuk mampu menyinkronisasikan penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi seluruh peserta. Program jaminan sosial diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi sosial, bantuan sosial, dan atau tabungan wajib yang bertujuan untuk dapat memberikan jaminan sosial bagi seluruh penduduk, guna memenuhi kebutuhan dasar hidup layak (UU. No. 40:11-12).
Jaminan kesejahteraan sosisal dikelompokkan kedalam tiga model,yaitu:
a. Jaminan kesejahteraan sosial dalam bentuk bantuan sosial (social
assistance), yakni skema publik yang diberikan oleh negara terutama kepada warganya yang sangat rentan dan tidak termasuk angkatan kerja (anak-anak, jompo, penyandang cacat yang tidak dapat bekerja)
b. Jaminan kesejahteraan sosial dalam bentuk asuransi sosial dalam bentuk
asuransi sosial (social insurance), jika bantuan sosial didanai dari pihak pajak dan diberikan tanpa memperhatikan apakah si penerima memberikan kontribusi (premi). Asuransi sosial secara umum menyaratkan bahwa peserta memiliki sumber penghasilan yang relatif
(38)
c. Jaminan kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (micro and area based schemes) yang dikembangkan untuk merespon beberapa kekurangan yang ada pada skema formal (bantuan sosial dan asuransi sosial), yang sasarannya adalah komunitas pedesaan dan perkotaan yang tidak memeliki atau belum tercakup oleh mekanisme perlindungan sosial formal (Suharto, 2007:18-20).
Jaminan sosial mengenal beberapa pendekatan yang saling melengkapi.
Pendekatan pertama adalah asuransi sosial (compulsory social insurance) yang
dibiayai dari kontribusi/premi tersebut harus dikaitkan dengan tingkat pendapatan/upah yang dibayarkan oleh pemberi kerja. Pendekatan kedua berupa
bantuan sosial (insurance assistance) baik dalam bentuk pemberian bantuan uang
tunai maupun pelayanan dari sumber pemberian negara dan bantuan sosial dari masyarakat lainnya. Jaminan sosial diberikan kepada seluruh warga negara baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja namun demikian tetap mengacu pada pilar jaminan sosial yang ada, yaitu:
1. Pilar pertama yang terbawa adalah pilar bantuan sosial (social assitance) bagi mereka yang miskin dan tidak mampu atau tidak memiliki
penghasilantetap yang memadai untuk meemenuhi kebutuhan dasar hidup
yang layak. Dalam praktiknya, bantuan sosial ini diwujudkan dengan bantuan iuran oleh Pemerintah agar mereka yang miskin dan tidak mamapu dapat tetap menjadi peserta SJSN. Bantuan sosial diberikan kepada perorangan, keluarga, kelompok atau komunitas sebagai pengganti
(39)
atas kehilangan fungsi-fungsi sosial ekonominya, baik secara permanen maupun untuk sementara waktu. Bantuan sosial permanen diberikan kepada lanjut usia terlantar dan penyandang cacat ganda sedangkan bantuan sementara diberikan kepada mereka yang ditimpa bencana alam dan bencana sosial.
2. Pilar kedua adalah pilar asuransi sosial yang mempunyai penghasilan
(diatas garis kemiskinan) dengan membayar iuran yang proporsional terhadap penghasilannya/upahnya. Pendekatan ini merupakan upaya negara untuk mensejahterakan masyarakat dengan mengikutsertakan secara aktif tanggung jawab dalam bentuk iuran. Asuransi sosial diberikan kepada:
a. Mereka yang bekerja pada sektor formal dijamin dalam program
Jamsostek bagi tenaga kerja swasta yang diatur dengan Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang mencakup program jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan kematian. Kemudian, untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS), telah dikembangkan program dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN), yang secara khusus diatur dalam UU No.11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Kemudian, untuk program Asuransi Kesehatan (ASKES) secara khusus diatur dalam UU No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
(40)
Tahun 1999, dan UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Sedangkan untuk prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dan PNS Departemen pertahanan/TNI/POLRI beserta keluarganya telah dilaksanakan program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI) yang secara khusus diatur dalam UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI.
b. Bagi mereka yang bekerja pada sektor informal/mandiri, untuk
memberikan perlindungan bagi pekerja sektor informal/mandiri maka Departemen Sosial mengembangkan Asuransi Kesejahteraan Sosial (ASKESOS). Askesos didefenisikan sebagai suatu sistem asuransi sosial untuk memberikan perlindungan/pertanggungan bagi warga masyarakat terhadap resiko menurunnya tingkat kesejahteraan sosial akibat pencari nafkah utama meninggal, mendertia sakit, mengalami kecelakaan, dan berada dalam kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar anggota keluarga (Dit.Jamkesos, 2007 :13).
c. Pilar ketiga adalah pilar tambahan atau suplemen bagi mereka yang
menginginkan jaminan yang lebih besar dari jaminan kebutuhan standar hidup yang layak dan mereka yang mampu membeli jaminan tersebut (pilar jaminan swasta/privat yang berbasis sukarela/dagang). Pilar ini dapat diisi dengan membeli asuransi komersial (baik asuransi kesehatan, pensiun, atau asuransi jiwa), tabungan sendiri, atau
(41)
kelompok seperti investasi saham, reksa dana, atau membeli properti
sebagai tabungan bagi dirinya atau keluarganya (http://
kebijakansosial.wordpress.com/2010/02/09/jaminan-sosial-merupakan tanggung-jawab-kita-semua/ diakses pada tanggal 17 juni 2013 pukul 16.33 WIB).
Pada pilar pertama tanggung jawab jaminan sosial lebih mengutamakan tanggung jawab pemerintah, pilar kedua berupa asuransi sosial tanggung jawab relatif lebih berimbang untuk program Jamsostek tanggung jawab berupa premi dibebankan kepada pekerja dan perusahaan. Pada program Askes pegawai negeri, Taspen dan Asabri tanggung jawab dibebankan kepada negara sebagai pemberi kerja bagi PNS/TNI dan PNS/TNI itu sendiri. Sedangkan pada pilar ketiga tanggung jawab penuh perorangan atau kelompok.
Pilar satu dan pilar kedua ini merupakan fondasi Sistem Jaminan Sosial Nasional untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak yang harus diikuti dan diterima oleh seluruh rakyat (pilar jaminan sosial publik). Kedua pilar ini juga terakomodasi dalam Undang-Undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang menyatakan bahwa Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak (pasal 1 ayat 11). Kemudian diatur lagi pada pasal 9 ayat 1,2 dan 3 Jaminan Sosial yang dimaksud untuk:
a. Menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita
(42)
penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi.
b. Menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga pahlawan atas
jasa-jasanya.
c. Jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan
dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung berkelanjutan.
d. Jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan
dalam bentuk tunjangan berkelanjutan (http://kebijakansosial. wordpress.
com/2010/02/09/jaminan-sosialmerupakan-tanggung-jawab-kita-semua/diakses pada tanggal 17 juni 2013 pukul 16.50 WIB).
Asuransi sosial memiliki kelebihan dan sekaligus kekurangan, diantara kelebihannya antara lain: peserta memiliki hak untuk menerima manfaat (mengajukan klaim) sebagai balasan atas premi yang dia bayar, dimana hak tersebut lebih kuat daripada hak yang diberikan oleh sistem bantuan sosial. Berkaitan dengan sumber-sumber pendanaan, beban pembiayaan lebih mudah diterima secara logis, karena beban asuransi dan tingkat manfaat (pertanggungan) berhubungan erat. Hal ini berbeda dengan sistem bantuan sosial yang mengandalkan pajak dengan mana antara pembayar dan penerima seringkali tidak berkaitan tuntutan-tuntutan yang bersifat mementingkan diri sendiri, seperti: “saya ingin lebih banyak manfaat, tetapi tidak ingin lebih banyak menanggung beban premi” dapat dihindari. Sedangkan kekurangannya adalah kecenderungan terhadap keseragaman, bentuk-bentuk manfaat
(43)
yang tetap (fixed), dan kemungkinan terjadinya penyalahgunaan manfaat (the abuse of benefits) (http://puslit.kemsos.go.id/download/pdf/evaluasi-program-jaminan-kesejahteraan-sosial.pdf diakses pada tanggal 17 juni 2013 pukul 17.18 WIB).
Terkait konsep Asuransi Sosial, terdapat konsep asuransi mikro (micro
insurance), yang seolah-olah ada asuransi makro dan asuransi mikro. Asuransi mikro adalah bentuk jaminan sosial berbasis komunitas dimana anggotanya yang berjumlah terbatas secara sukarela memusatkan sumber dana berupa premi ke dalam wadah kelompok untuk kemudian mendapat manfaat dari kontribusi itu (Gaol, 2008:13).
2.4Program Asuransi Kesejahteraan Sosial 2.4.1 Latar Belakang Askesos
Askesos adalah salah satu sistem jaminan sosial untuk memberikan perlindungan/pertanggungan bagi kelompok miskin dan hampir miskin terutama di kalangan pekerja sektor informal dan pekerja sektor informal dan pekerja mandiri dimana pencari nafkah berpotensi mengalami resiko menurunnya tingkat kesejahteraan sosial akibat meninggal dunia, menderita sakit, mengalami kecelakaan dan berada dalam kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar anggota keluarga. Dana klaim peserta Askesos di bayar oleh pemerintah melalui Kementerian Sosial RI. Sasaran program Askesos adalah Pekerja informal yaitu pekerja yang penghidupannya miskin dan hampir miskin, berpenghasilan dibawah Upah Minimal Provinsi (UMP), terdiri atas:
(44)
1. Pekerja yang menjalankan sendiri modalnya yang sangat kecil, misalnya pedagang kaki lima, pedagang asongan, pedagang pasar dan pedagang keliling
2. Pekerja informal yang bekerja pada orang lain
3. Pemilik suatu usaha kecil yang mempekerjakan satu dua orang pekerja Dalam melaksanakan program Askesos maka kementerian Sosial mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak diantaranya:
1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dibina oleh Kementerian Sosial
maupun yang tidak.
2. Orsos, Yayasan, Lembaga Sosial yang memenuhi syarat.
3. Instansi pemerintah terkait, diantaranya dengan Kementerian Koperasi dan UKM.
Sasaran lokasi yang akan dioperasikanlkan program Askesos adalah wilayah yang memiliki data populasi pekerja sektor informal di wilayah perkotaan, sub urban, pesisir, dan perbatasan amtara negara. Sasaran lokasi Askesos untuk pengembangan lokasi selanjutnya bisa diarahkan ke lokasi yang mempunyai kriteria kemiskinan
termasuk sekitar industri, daerah terpencil dan pinggiran hutan (Dit. Jamkesos,
2010:5-6).
Program Askesos ini berbeda dari asuransi sosial lainnya. Dalam pelaksanaannya, lebih memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat. Dalam hal ini, Pemerintah bertindak sebagai fasilisator dan motivator, karena masyarakat lebih sadar pada masalah sosial dan kondisi di lapangan. Askesos telah mencapai 33 provinsi,
(45)
peserta. Besaran dana Askesos ini dialokasikan sekitar Rp 22 miliar, termasuk juga untuk program Bantuan Kesejahteraan Sosial Permaen (BKSP), bagi anggota masyarakat miskin yang termasuk kategori Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), seperti lanjut usia, penyandang cacat mental dan fisik, dan penyandang psikotik atau eks penyakit kronis yang terlantar.
Lembaga pelaksana Askesos adalah lembaga yang memiliki legalitas dan berpengalaman memberikan pelayanan sosial dan memiliki usaha ekonomis produktif, dengan legalitas sebagai berikut:
1. Lembaga Sosial yang berbadan hukum dan terdaftar pada Instansi Sosial
Provinsi/Kabupaten/Kota.
2. Kelompok Usaha Bersama (Kube), Lembaga Keuangan Mikro (LKM),
Lembaga Perkreditan Desa (LPD), koperasi, dan kelompok sosial masyarakat lain yang dibentuk dan dibina oleh Kementerian Sosial RI.
3. Lembaga Sosial Lokal yang legalitas diakui oleh pemerintah
desa/kelurahan setempat.
4. Lembaga Sosial yang ditunjuk sebagai Pelaksana Askesos:
a. Untuk kegiatan yang didukung dana subsidi cadangan klaim APBN
ditetapkan dengan Keputusan Dirjen Bantuan dan Jaminan Sosial b. Untuk kegiatan yang didanai dari subsidi dana cadangan klaim melalui
dana dekonsentrasi dan/atau APBD I maka ditetapkan oleh Kepala Instansi Sosial Provinsi atas nama Gubernur Kepala Daerah
(46)
c. Untuk kegiatan yang didukung subsidi dana cadangan klaim APBD II ditetapkan oleh Kepala Instansi Sosial Kabupaten/Kota/ atas nama Bupati/Walikota.
d. Untuk kegiatan yang didanai swadaya masyarakat, maka legalitasnya
ditetapkan dengan keputusan Kepala Instansi Sosial Kabupaten/Kota atas ama Bupati/Walikota setempat (Dit. Jamkeos, 2010:15-16).
2.4.2 Tujuan dan Manfaat Askesos
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan program Askesos ini adalah:
1. Memberikan perlindungan sosial dalam bentuk jaminan kesejahteraaan
sosial kepada pekerja mandiri dan pekerja di sektor informal dari kemungkinan risiko menurunnya tingkat kesejahteraan sosial akibat
pencari nafkah utama mengalami sakit, kecelakaan,dan meninggal
dunia.
2. Memperkuat ketahanan keluarga rentan terhadap risiko menurunnya
tingkat kesejahteraan sosial melalui pemeliharaan pendapatan (income
maintenance).
3. Meningkatkan partisipasi sosial masyarakat dalam menyediakan
perlindungan sosial berbasis masyarakat. Manfaaat program Askesos yag diharapkan adalah:
1. Sebagai pengganti pendapatan keluarga apabila mengalami risiko atau
(47)
3. Mempertahankan pendapatan apabila pencari nafkah utama mengalami musibah.
4. Mendorong pola hidup hemat dan membiasakan menabung
(http://puslit.kemsos.go.id/download/pdf/evaluasi-program-jaminan-kesejahteraan-sosial.pdf diakses pada tanggal 17 juni 2013 pukul 22.18 WIB).
2.4.3 Prinsip-prinsip Pengelolaan Askesos
Pengelolaan Askesos dilaksanakan berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Legalitas, yakni pengelolaan Askesos dilaksanakan berdasarkan azas
yuridis-formal atau mengacu pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku
2. Berbasis masyarakat dan sumber daya lokal, yakni pengelolaan Askesos
dilakukan dengan kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat potensi sumber-sumber yang tersedia di lingkungan sekitarnya
3. Transparansi, yakni pengelolaan Askesos dilaksanakan berdasarkan azas
keterbukaan
4. Objektif, yakni bersikap adil dan tidak menunjukkan keberpihakan
5. Partisipatif, yakni pengelolaan Askesos melibatkan berbagai lapisan dalam komponen masyarakat
(48)
7. Profesional dan akuntabel, yakni pengelolaan Askesos dilaksanakan berdasarkan kompetensi dan dapat dipertanggung jawabkan
8. Kemandirian, yakni pengelolaan Askesos diarahkan pada peningkatan
kemampuan swakelola dan swadana
9. Keberlanjutan, yakni pengelolaan Askesos harus mampu menumbuhkan
peranserta masyarakat untuk memanfaatkan, memelihara, melestarikan, menguatkan dan mengembangkan program secara terus menerus
10. Pelaksanaan sesuai prosedur (panduan Dit. Jamkesos, 2010:21-22).
2.4.4 Prosedur Penyelenggaraan Askesos
Secara kelembagaan, pelaksanaan Askesos didukung oleh keorganisasian yang memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai fungsinya. Pada tingkat pelaksana, masing-masing memiliki struktur organisasi yang berbeda sesuai jenis, bentuk dan karkteristik/keunikan lembaga. Mengacu pada pedoman dan ketentuan yang berlaku, maka setiap lembaga pelaksana berkewajiban untuk membentuk Tim pengelola. Tim pengelola tidak diperkenankan merangkap jabatan dalam struktur organsisasi lembaga pelaksana Askesos.
Kelembagaan Askesos
a. Lembaga pelaksana
1. Fungsi:
Lembaga pelaksana mengemban fungsinya sebagai penanggung jawab pelaksana Askesos.
(49)
2. Tugas pokok
a. Membentuk dan menetapkan Tim Pengelola
b. Menunjuk dan menetapkan Pendamping
c. Bersama Tim Pengelola menyeleksi dan menetapkan peserta
Askesos
d. Menghimpun data dan melakukan pemetaan populasi pekerja
di sektor informal
e. Melaksanakan kegiatan sosialisasi
f. Memberikan bimbangan motivasi
g. Melaksanakan operasional kegiatan Askesos
h. Menyediakan sarana/prasarana pendukung pelaksanaan
Askesos (kantor, perlengkapan administrasi, peralatan komunikasi dan transportasi)
i. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan Askesos secara berjenjang.
a. Tim pengelola dan pelaksana terdiri dari:
1. Ketua
a. Fungsi: Ketua Tim Pengelola berfungsi sebagai koordinator dalam pengelolaan Askesos.
b. Tugas Pokok:
1. Mempertanggung jawabkan pengelolaan Askesos
(50)
3. Memelihara dan mengembangkan hubungan baik serta kerjasama dengan jajaran Instansi Sosial Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan dan RW/RT, tokoh masyarakat serta Lembaga Sosial/LSm setempat
4. Bersama lembaga pelaksana menyeleksi calon peserta
Askesos. 2. Sekretaris
a. Fungsi: berfungsi sebagai pelaksana tata kegiatan administrasi perkantoran dalam pengelolaan Askesos.
b. Tugas pokok:
1. Melaksanakan surat-menyurat kegiatan Askesos
2. Melaksanakan administrasi kegiatan Askesos
3. Melaporkan kegiatannya kepada Ketua Tim
3. Bendahara
a. Fungsi: berfungsi sebagai pengatur penerimaan dan pengeluaran keuangan Askesos.
b. Tugas Pokok:
1. Menerima dan menjaga dana subsidi cadangan klaim untuk
kemudian dicatat dan dibukukan
2. Membuat buku kas umum dana Askesos
3. Melaksanakan administrasi keuangan Askesos
(51)
6. Menyetorkan premi ke bank dan melakukan pembayaran kalim
7. Membuat laporan keuangan secara berkala sesuai
keputusan tim
8. Melaporkan kegiatannya kepada ketua tim.
4. Urusan Pemasaran dan Pembina Peserta
a. Fungsi: berfungsi sebagai perekrutan dan pemberdayaan peserta Askesos.
b. Tugas Pokok:
1. Melaksanakan kegiatan sosialisasi/pemasaran sosial Askesos
2. Merekrut calon peserta Askesos
3. Memberikan bimbingan motivasi
4. Melaporkan kegiatannya kepada ketua tim.
5. Urusan Premi dan Keuangan
a. Fungsi: berfungsi sebagai pengelola keuangan premi Askesos.
b. Tugas Pokok:
1. Melaksanakan kegiatan administrasi keuangan premi
2. Melakukan pembukuan keuangan premi
3. Melakukan pembukuan bukti setoran premi
4. Menerima setoran premi dari peugas lapangan
(52)
6. Melakukan pengisian dan penyerahan polis Askesos kepada peserta yang berhak menerimanya
7. Melaporkan kegiatannya kepada ketua tim.
6. Urusan klaim dan Pertanggungan
a. Fungsi: berfungsi untuk mengelola klaim dan
pertanggungan Askesos
b. Tugas Pokok:
1. Melaksanakan kegiatan administrasi klaim dan
pertanggungan Askesos
2. Menerima ajuan klaim dan pertanggungan dari peserta
Askesos
3. Memeriksa serta memverifikasi ajuan klaim dan
pertanggungan dari peserta Askesos
4. Memberikan persetujuan atau penolakan ajuan klaim
dan pertanggungan dari peserta Askesos
5. Menyalurkan dana klaim dan pertanggungan kepada
yang berhak sesuai ketentuan
6. Melaporkan kegiatannya kepada ketua tim.
7. Petugas lapangan
a. Fungsi: berfungsi sebagai ujung tombak dalam pengelolaan
(53)
b. Tugas Pokok:
1. Mengadakan kegiatan Komunikasi Informasi dan
Edukasi (KIE) pada calon peserta tentang manfaat Askesos dengan pendekatan individu, home visit dan melalui media tradisional secara berkala
2. Melakukan pendekatan dan koordinasi dengan jajajran
Pemerintah Kecamatan, Desa/Kelurahan, RW/RT, tokoh masyarakat dan Lembaga Swadaya Sosial/LSM guna mendapat dukungan bagi pelaksana Askesos 3. Membantu pelaksanaan kegiatan sosialisasi Askesos
4. Memberikan pelayanan, cepat tanggap terhadap calon
peserta yang berminat dan peserta yang bertanya atau mengajukan kalim
5. Mengisi formulir daftar kolektif peserta 6. Menerima uang premi dari peserta tepat waktu
7. Menyetorkan uang premi/iuran kepada urusan premi
dan keuangan
8. Mendorong peserta Askesos untuk memebentuk
kelompok
9. Mendorong upaya pengembangan usaha peserta
Askesos
(54)
c. Peserta Askesos
a. Fungsi: berfungsi sebagai penerima pelayanan sosial Askesos
b. Tugas Pokok:
1. Mendaftarkan diri sebagai calon peserta Askesos
2. Mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku
3. Membayar premi
4. Menerima dan menyimpan polis
5. Mengajukan klaim/dana pertanggungan sesuai ketentuan
6. Menerima dan memanfaatkan dana klaim sesuai
keperuntukannya.
d. Pendamping
a. Fungsi: berfungsi sebagai fasilisator, mediator, advokator dan
motivator bagi peserta dalam mengakses pelayanan sosial Askesos.
b. Tugas Pokok:
1. Mengadakan kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE) pada calon peserta dan peserta Askesos
2. Melakukan pendekatan dan koordinasi dengan jajajaran
Pemerintah Kecamatan, Desa/Kelurahan, RW/RT, tokoh masyarakat, Lembaga Sosial/LSM dan sistem sumber lainnya guna mendapat dukungan bagi peserta Askesos dalam memperoleh pelayanan sosial
(55)
5. Mendorong upaya pengembangan usaha peserta Askesos
6. Melaporkan kegiatannya kepada Lembaga Pelaksana Askesos
(Dit. Jamkesos, 2010:11-18). Tanggung jawab Lembaga Pelaksana:
1. Melaksanakan keg iatan Askesos sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: a. Membuat data dan pemetaan populasi pekerja di sektor informal
b. Memebentuk tim pengelola
c. Melaksanakan kegiatan sosialisasi
d. Memberikan bimbangan motivasi
2. Melaksanakan operasional kegiatan Askesos
3. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan Askesos secara berjenjang. Kriteria Lembaga Pelaksana Askesos:
1. Memiliki legalitas
2. Berpengalaman memebrikan pelayanan sosial 3 tiga tahun berturut-turut
3. Memiliki kelengkapan program
4. Memiliki kelengkapan Sistm Manajemen
5. Melengkapi kelengkapan sarana dan prasarana
6. Memiliki kelengkapan SDM/pelaksana (berpengalaman, pendidikan
minimal SLTA)
7. Sanggup memebentuk tim pengelola Askesos
8. Memiliki jaringan kerja yang baik dengan pemerintah, dunia usaha dan
(56)
9. Mempunyai target rencana sasaran peserta di lingkungan minimal 200 peserta.
2.4.5 Tahapan Penyelenggaran Program
Tahap persiapan sebagai langkah perencanaan dalam pengelolaan Askesos dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan yang meliputi:
1. Persiapan
a. Penjajakan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi awal
yang terkait dengan pengelolaan Askesos, terutama dari segi kelayakan lokasi. Penjajakan dilakukan oleh petugas dari Lembaga Pelaksana agar memenuhi kelayakan lokasi Askesos tersebut. Kelayakan lokasi harus memenuhi syarat yaitu: memiliki data populasi pekerja sektor informal pada lokasi setempat dengan penghasilan pencari nafkah utama minimal sebesar Rp 300.000 dan atau dibawah upah minimum regional (UMR), kemudian Lingkungan setempat mendukung pelaksanaan Askesos, dan yang terakhir kemampuan masyarakat dalam membayar premi
b. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi dimaksudkan sebagai pendekatan awal dalam memperkenalkan atau menginformasikan kegiatan Askesos kepada calon peserta. Sosialisasi dilakukan oleh petugas dari lembaga pelaksana (Orsos) agar masyarakat yang bekerja pada Sektor Informal
(57)
sosial yang bermanfaat bagi mereka. Pelaksanaan sosialisasi disesuaikan situasi dan kondisi setempat
c. Identifikasi dan Seleksi
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menginvetarisasi dan menyeleksi calon peserta Askesos serta sumber lain sebagai pendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan Askesos
d. Pemantapan Tim Pengelola dan Pendamping
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan dan membangun pemhaman, kesepakatan serta kesatuan kerangka pikir dalam pelaksanaan kegiatan Askesos. Pemantapan Tim Pengelola dilakukan oleh pusat dan untuk Pendamping pelaksanaannya dikoordinasikan dengan Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota setempat
e. Pembekalan Kemampuan Manajerial Tim Pengelola dan Pendamping
Tahap ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan tekhnis yang berkaitan dengan pengelolaan Askesos. Pembekalan kemampuan Manejerian tim pengelola dilakukan oleh pusat dan untuk pendamping pelaksanaannya dikoordinasikan dengan Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota setempat
f. Bimbingan Motivasi
Tahap ini bertujuan meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kesediaan untuk menjadi peserta Askesos. Waktu dan tempat pelaksanaan disesuaikan dengan ketepatan waktu masyarakat dan
(58)
g. Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Askesos
Penyediaan sarana dan prasaran pengelolaan Askesos meliputi:
1. Menyediakan kelengkapan kantor, yaitu ruang kantor, peralatan
kantor, peralatan informasi dan komunikasi dan yang terakhir peralatan transportasi.
2. Kelengkapan administrasi berupa formulir sesuai dengan
kebutuhan.
2. Pelaksanaan dan Pengelolaan
a. Pemasaran
Bertujuan memperkenalkan Askesos kepada para pekerja sektor informal, sehingga mereka memahami manfaat Askesos serta hak dan kewajibannya sebagai peserta. Adapun kewajiban dan hak peserta Askesos sebagai berikut:
1) Kewajiban Peserta adalah:
a) Mendaftarkan diri kepada lembaga yang telah ditetapkan
sebagai pelaksana Askesos.
b) Membayar premi/iuran Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) per bulan selama masa pertanggungan 3 tahun
c) Mematuhi peraturan dan ketentuan Askesos.
2) Hak Peserta adalah:
a) Mendapatkan Polis Askesos dan Kartu Tanda Peserta
(59)
1. Tertanggung sakit atau kecelakaan yang mengakibatkan tidak dapat mencari nafkah akan di berikan dana pertanggungan sebesar Rp. 250.000,-, hanya 1(satu) kali per-tahun dengan ketentuan: Minimal 10 (sepuluh) hari berturut-turut yang dibuktikan dengan surat dari ketua RT dan RW serta Kelurahan, dan yang terakhir 3 (tiga) hari rawat inap yang dibuktikan dengan surat keterangan Rumah Sakit.
2. Tertanggung meninggal dunia akan diberikan dana
pertanggungan sebesar:
• Rp. 400.000,- jika tertanggung meninggal dunia
di tahun pertama
• Rp. 600.000,- jika tertanggung meninggal dunia
di tahun kedua
• Rp. 800.000,- jika tertanggung meninggal dunia
di tahun ketiga.
3. Setelah masa pertanggungan (3tahun) berakhir, maka:
• Seluruh dana premi peseta baik yang mengalami
atau tidak mengalami resiko akan dibayarkan sesuai dana yang disetor
(60)
• Bersamaan dengan waktu tersebut peserta berhak mendapatkan polis untuk masa pertanggungan 3 (tiga) tahun berikutnya.
4. Bila peserta mengundurkan diri sebelum masa
pertanggungan berakhir, maka premi dibayarkan sebesar jumlah yang disetorkan.
b. Perekrutan Peserta
Bertujuan menjaring pekerja disektor informal untuk menjadi peserta Askesos. Persyaratan untuk menjadi peserta Askesos yaitu:
1) Pekerja sektor informal
2) Pencari nafkah utama dengan penghasilan dibawah atau setara
UMP (Upah Minimum Provinsi)
3) Umur 21 s/d 60 tahun dan atau telah menikah
4) Memiliki identitas diri atau surat keterangan domisili dari
pemerintah setempat
5) Mengisi formulir peserta yang telah disediakan
6) Bersedia membayar premi sebesar Rp. 5.000,- perbulan atau sesuai selama masa pertanggungan selama 3 (tiga) tahun.
c. Penyaluran Dana Cadangan Klaim
Dana cadangan klaim disediakan oleh Pemerintah (Kementerian Sosial RI). Penyaluran dana klaim dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
(61)
1) Lembaga Pelaksana Askesos yang telah ditetapkan mengajukan penyaluran dana cadangan klaim kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) di daerah (dana dekon Provinsi) dilengkapi dengan dokumen yang dibutuhkan (Surat Keputusan, kuitansi, dsb)
2) KPA di Provinsi yang bersangkutan menerbitkan Surat
Permintaan Pembayaran (SPM) kepada Kantor Pelayanan Pembendaharaan Negara (KPPN) setempat
3) KPPN menerbitkan Surat Perintah Pembayaran Dana (SP2D)
kepada Bank Persepsi yang telah ditunjuk.
4) Bak Persepsi melakukan transfer dana ke rekening Lembaga
Pelaksana Askesoso yang telah ditentukan.
d. Pengumpulan Dana premi
Pengumpulan dana premi sebagai bentuk partisipasi peserta dalam mengakumulasi dana pertanggungan atas dana cadangan klaim yang disediakan Pemerintah. Pengumpulan dana premi dilakukan oleh Petugas Lapangan yang telah ditetapkan oleh Lembaga Pelaksana. Hasil pengumpulan premi dibukukan dan dananya disimpan pada rekening tersendiri atas nama Lembaga Pelaksana Askesos dengan pecimen tandatangan oleh Ketua dan Bendahara. Proses pengumpulan dana premi dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
(62)
1) Petugas Lapangan melakukan penagihan premi kepada peserta setiap bulan. Besarnya dana premi setiap peserta sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) setiap bulan
2) Petgas Lapangan melakukan pencatatan terhadap pembayaran
premi oleh peserta
3) Uang tagihan premi yang telah diterima dari peserta disetor
kepada Kepala Urusan Premi/Iuran dan Keuangan paling lama 1 (satu) hari kerja
4) Kepala Urusan Premi/Iuran dan Keuangan setelah menerima
dan mencatat setoran premi seegera menyetor uang premi kepada Bendahara paling lama 1 (satu) hari kerja
5) Bendahara menerima uang setoran dari Kepala Urusan
Premi/Iuran dan Keuangan dan membukukannya dalam Buku Premi kemudian menyetor uang premi tersebut ke rekening khusus pada Bank yang telah dibuka paling lambat 1 (satu) hari kerja dan membukukannya pada Buku Bank.
e. Pembayaran dana klaim
Bertujuan menyediakan dan membayarkan dana klaim untuk peserta Askesos yang mengalami resiko alamiah seperti sakit, kecelakaan dan meninggal dunia sesuai dengan prosedur.
1) Jenis pertanggungan yang diberikan meliputi:
(63)
Peserta yang menderita sakit dan kecelakaan hanya diberikan sekali dalam 1 (satu) tahun dan besarnya sesuai ketentuan yang diatur pada hak peserta
b) Pertanggungan Santunan Kematian.
Pertanggungan santunan kematian hanya diberikan kepada ahli warisnya dan besarnya nilai pertanggungan santunan seperti diatur pada hak peserta.
2) Pembayaran Dana Klaim dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Peserta mengalami resiko (sakit, kecelakaan dan
meninggal dunia) yang dibuktikan dengan surat keterangan sebagaimana ketentuan yang tercantum dalam Polis Askesos
b) Peserta mengisi dan mengajukan Surat Permitaan
Pembayaran Klaim sesuai formulir yang telah disediakan sekretariat
c) Kepala urusan klaim dan pertanggungan melakukan
verifikasi Surat Permintaan Pembayaran Klaim dari peserta Askesos beserta lampiran dokumen yang dipersyaratkan, kemudian diteruskan kepada sekretaris.
d) Sekretaris memeriksa kembali kelengkapan berkas
(64)
Ketua Tim Pengelola Askesos untk mendapatkan persetujuan pembayaran klaim sesuai ketentuan
e) Pembayaran Klaim dilaksanakan oleh Bendahara
melalui Kepala Urusan Klaim dan Pertanggungan
7. Proses pembayaran klaim selambat-lambatnya dilakukan
selama 2 (dua) hari kerja (Dit. Jamkesos, 2010:22-31).
3. Kemitraan
Bertujuan untuk: meningkatkan hubungan kerjasama lintas pelaku Askesos, membangun kolaborasi dan koordinasi pada tingkat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan melibatkan peserta Askesos. Sasarannya yaitu: Instansi terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Lembaga Sosial yang terkait dan yang terakhir Dunia Usaha (berupa pemberian pelatihan, pemasaran, pendampingan, bantuan modal, dan lain-lain) (http://puslit.kemsos.go.id /download/pdf/evaluasi-program-jaminan-kesejahteraan-sosial.pdf diakses pada tanggal 19 juni 2013 pukul 21.15 WIB).
4. Pengendalian
a. Pemantauan: perkembangan, keberhasilan, penyimpangan dan
permasalahan pelaksanaan di lapangan, dan langkah-langkah perbaikan yang dilakukan
b. Penyeliaan: bimbangan tekhnis dalam rangka peningkatan kualitas
(65)
d. Pelaporan: bahan informasi keberhasilan pelayanan Askesos pada setiap tahap kegiatan.
Kelayakan lokasi
1. Memiliki data populasi pekerja mandiri di sektor informal baik di
pedesaan maupun di perkotaan
2. Lingkungan setempat mendukung pelaksanaan Askesos
3. Adanya Orsos sesuai dengan kriteria dan dapat dijadikan sebagai
pelaksana Askesos
4. Adanay kesanggupan dari Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk
membentuk Tim Pengendali kabupaten/Kota.
2.4.6 Pendampingan
Sejalan dengan permasalahan dan tantangan di lapangan, perlu dilakukan pendampingan dalam pelaksanaan Askesos. Kegiatan pendampingan diarahkan untuk memfasilitasi peserta Askesos dalam rangka pelayanan sosial.
a. Hakekat Pendampingan
Pendampingan dilakukan agar kegiatan Askesos terlaksana dengan baik dan berkesinambungan. Pendampingan dalam hal ini adalah suatu proses menjalin relasi sosial antara pendamping dengan peserta Askesos dalam rangka memperkuat dukungan, memecahkan masalah, memotivasi, memfasilitasi dan menjembatani kebutuhannya dalam melaksanakan kegiatan Askesos.
(66)
b. Tujuan Pendampingan
1) Meningkatkan kemampuan peserta Askesos dalam menemukenali
permasalahan, potensi dan sumber daya sosial ekonomi yang ada di lingkungannya
2) Meningkatkan kemampuan peserta Askesos dalam merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan
3) Meningkatkan akses peserta Askesos dalam mengembangkan kegiatan
usaha
c. Prinsip-prinsip Pendamping
Yaitu: kesetaraan dan berkeadilan, kepercayaan, penghargaan dan harkat martabat, disiplin dan yang terakhir konsistensi
d. Peranan Pendamping
1) Konsultan, memberikan masukan-masukan dalam rangka
meningkatkan pelaksanaan kegiatan Askesos
2) Motivator, memotivasi dan menumbuhkan kesadaran berusaha dalam
rangka kesejahteraan sosial sasaran pelayanan, kerja sama dan akses pelayanan sosial
3) Fasilisator, memfasilitasi peserta Askesos dalam rangka
mengoptimalkan kegiatan pengelolaan usaha ekonomi produktif dan kegiatan lainnya
4) Kualisator, menjembatani dan mendorong hubungan antara peserta
(67)
e. Kriteria Pendamping
Pendampingan dilaksanakan oleh Petugas Pendamping lokal yang berasal dari Lembaga Pelaksana Askesos. Pendamping diangkat dengan surat
keputusan pimpinan Lembaga Pelaksana Askesos (Dit. Jamkesos,
2010:37-39).
2.4.7 Pengelolaan Dana Askesos
Bertujuan meyediakan dana klaim bagi peserta yang mengalami sakit, kecelakaan dan meninggal dunia sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Pengelolaan dana Askesos menggunakan aturan yang telah ditetapkan dengan melakukan penatausahaan sesuai berbagai formulir yang disediakan. Pengelolaan dana Askesos meliputi kegiatan:
a. Pembukaan rekening di Bank atas nama Lembaga Sosial dan harus
ditandatangani oleh 2 orang pengurus (Ketua dan Bendahara) dan atau penanggung jawab yang ditunjuk telah membuat surat pernyataan di atas materai untuk tidak menyalahgunakan dana program.
b. Lima puluh persen (50%) dana cadangan klaim wajib disimpan dalam
rekening bank, atas nama Askesos. Sedangkan lima puluh persen (50%) lainnya dapat dikelola dengan status dipinjamkan untuk mendukung kegiatan usaha ekonomi produktif dalam rangka meningkatkan pendapatan peserta (mekanisme tekhnis peminjaman melalui MOU antara Direktorat Jamkesos dengan Lembaga Pelaksana Askesos).
(68)
c. Hasil usaha yang diperoleh dari jasa pinjaman 50% dana cadangan klaim tersebut, sebesar enam puluh persen (60%) disetorkan ke rekening bank untuk mengakumulasi cadangan dana klaim dan empat puluh persen (40%) sisanya dapat dipergunakan untuk mendukung operasional Askesos
d. Premi yang diterima dari peserta wajib disetorkan dan di simpan pada
bank
e. Lembaga Pengelola Askesos berkewajiban menjaga kemanan dana yang
ada (Dit. Jamkesos, 2010:31-32).
Adapun Indikator keberhasilan Askesos antara lain:
1. Kelembagaan Pengelola Askesos
a. Sumber Daya Manusia: SDM memadai dan memiliki kemampuan
pelaksana asuransi kesejahteraan sosial
b. Struktur Organisasi / Pengurus: pembagian tugas dan tanggung jawab
dilaksanakan dalam setiap unsur atau komponen kegiatan asuransi. 2. Kesejahteraan Sosial
a. Administrasi: pengadministrasian yang lengkap, jelas terhadap
kegiatan ASKESOS secara berkelanjutan dengan data, dokumentasi (foto / gambar)
b. Perlengkapan: tersedianya peralatan (gedung, kantor, komputer, mesin tik, lemari, ATK, sarana komunikasi)
c. Sumber dana memiliki modal dan sumber dana lain untuk kegiatan
(69)
3. Kepesertaan
a. Memiliki sumber penghasilan
b. Diutamakan yang telah berkeluarga
c. Mampu membayar premi
d. Sebagai pencari nafkah utama dan keluarga e. Memiliki kartu anggota dan polis
Aspek berkelanjutan Askesos meliputi:
1. Kemandirian
a. Meningkatnya kepercayaan para peserta kepada pelaksana Askesos
b. Mengembangkan hasil kerja Askesos yang terukur
c. Cara pengelolaan yang transparan 2. Kemitraan
Kesetaraan, keterbukaan, kejujuran, saling menguntungkan,
berkesinambungan dan berkolaborasi. 3. Jejaring
Untuk mengembangkan dan memperluas jangkauan kegiatan Askesos dengan: Instalasi Pemerintah, dunia usaha, lembaga donor nasional maupun Internasional dan yang terakhir masyarakat.
Bentuk jaringan yang perlu dikembangkan: a. Pertukaran Informasi
(1)
Dari tabel 5.28 dapat disimpulkan bahwa dana pertanggungan yang di klaim jika peserta Askesos mengalami musibah sakit atau meninggal dunia sangat membantu mereka. Sebanyak 28 orang responden (96,5%) menjawab berpengaruh dan sisanya 1 orang responden (3,5%) menjawab tidak berpengaruh sama sekali. Ini dikarenakan karena responden tersebut tidak pernah melakukan klaim kepada petugas dari lembaga YAKMI karena kurangnya informasi dan sosialisasi mengenai manfaat dari program tersebut.
Tertanggung sakit atau kecelakaan yang mengakibatkan tidak dapat mencari nafkah akan di berikan dana pertanggungan sebesar Rp. 250.000,-, hanya 1(satu) kali
per-tahun. Tertanggung meninggal dunia akan diberikan dana pertanggungan sebesar: Rp. 400.000,- jika tertanggung meninggal dunia di tahun pertama, Rp. 600.000,- jika
tertanggung meninggal dunia di tahun kedua, dan Rp. 800.000,- jika tertanggung meninggal dunia di tahun ketiga
(2)
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, peneliti akan memberikan kesimpulan mengenai Evaluasi Pelaksanaan Program Asuransi Kesejahteraan Sosial Oleh Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli, sebagai berikut:
1. Program Asuransi Kesejahteraan Sosial yang dilaksanakan selama tiga tahun oleh Pemerintah yang bekerjsama dengan Lembaga YAKMI telah dilaksanakan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli. Pelaksanaan program dilakukan melalui tahap persiapan, pelaksanaan/ penyelenggaraan hingga pemutusan hubungan dengan peserta Askesos. Tahap persiapan dan pelaksanaan telah dilaksanakan dengan baik
2. Program Asuransi Kesejahteraan Sosial telah mampu membawa para pekerja sektor informal yang menjadi peserta Askesos pada peningkatan kondisi kesejahteraan sosial yang lebih baik dibandingkan saat belum diadakannya program.
3. Program Askesos telah berhasil memberikan perlindungan sosial kepada peserta Askesos dalam bentuk jaminan kesejahteraan sosial di Kelurahan Mabar Hilir, melalui dana pengganti yang diberikan oleh pemerintah.
(3)
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan, peneliti mencoba memberikan masukan atau beberapa saran yang ditujukan kepada semua pihak yang mempunyai kepentingan. Adapun saran dari peneliti antara lain:
1. Partisipasi aktif dari seluruh pekerja informal di Kelurahan Mabar Hilir dalam mengikuti seluruh kegiatan yang menjadi lingkup program Askesos akan membantu pemerintah menyukseskan program ini. Program Askesos ini tidak akan berhasil tanpa bantuan partisipasi aktif warga, karena peserta Askesos bukan hanya sebagai objek melainkan juga sebagai subjek (pelaku).
2. Saran dari seluruh responden yang menginginkan lembaga YAKMI untuk melanjutkan kembali Program Askesos di Kelurahan Mabar Hilir, dan jika akhirnya dilanjutkan lagi intensitas sosialisasi program yang dilaksanakan harus ditingkatkan lagi dan staf dari lembaga pelaksana diperbanyak untuk lebih memudahkan para warga bertanya dan mengetahui informasi mengenai program Askesos yang baik dari mereka.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: PT. Bhineka Cipta
Departemen sosial R.I. Panduan Manajemen Program Jaminan Kesejahteraan
Sosial Asuransi Kesejahteraan Sosial. Dit. Jamkesos, Ditjen. Banjamsos.
Departemen Sosial R.I Panduan Pelaksanaan Asuransi Kesejahteraan Sosial. Dit. Jamkesos. Banjamsos.
Departemen Sosial R.I Panduan Umum Asuransi Kesejahteraan Sosial. Dit. Jamkesos. Banjamsos.
Nugroho, Riant. 2009. Public Policy. Jakarta: PT.Elex Kamputindo
Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi. Medan: PT. Grasindo Manoratama Siagian, Matias. 2012. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT. Grasindo Manoratama Siagian, Matias: Suraidi, Agus. 2012. CSR Perspektif Pekerjaan Sosial. Medan:
PT. Grasindo Manoratama
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Utama Sirait, S. 1990. Perencanaan dan Evaluasi (PDE). Jakarta: LP3ES
Suharto, Edi. 2009. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia. Bandung: PT. Alfabeta
Suwito, dkk. 2002. Monitoring dan Evaluasi: Sebagai Media Belajar Bersama
dari Pengalaman. Bogor: Gramedia
(5)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 40/2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Sumber-sumber Lain:
http://www.bps.go.id/aboutus.php? news=1023 dikses pada tanggal 3 juni 2013 pukul 22.00 WIB
http://sumut.bps.go.id/?qw=brs&no=423 diakses pada tanggal 3 juni 2013 pukul 22.30 WIB
http://www.anggaran. depkeu.go.id /RAPBN diakes pada tanggal 4 juni 2013 pukul 20.00 WIB
depdagri.go.id/09/10/2011 diakses pada tanggal 4 juni 2013 pukul 20.20 WIB http://puslit.kemsos.go.id/download/pdf/evaluasi-program-jaminan-kesejahteraan-
sosial.pdf diakses pada tanggal 5 juni 2013 pukul 15.30 WIB
http://id.wikipedia.org /wiki/Evaluasi diakses pada tanggal 16 juni 2013 pukul 21.44 WIB
http://kebijakansosial.wordpress.com/2010/02/09/jaminan-sosial-merupakan tanggung-jawab-kita-semua/ diakses pada tanggal 17 juni 2013 pukul 16.33 WIB
http://kebijakansosial. wordpress. com/2010/02/09/jaminan-sosialmerupakan- tanggung-jawab-kita-semua/diakses pada tanggal 17 juni 2013 pukul 16.50 WIB
http://puslit.kemsos.go.id/download/pdf/evaluasi-program-jaminan-kesejahteraan- sosial.pdf diakses pada tanggal 17 juni 2013 pukul 17.18 WIB
(6)
http://www.kemsos.go.id/unduh/UU-Kesos-No11-2009.pdf diakses pada tanggal 20 juni 2013 pukul 00.55 WIB
http://erizco.wordpress.com/2010/04/18/kebijakan-sosial-dalam-menanggulangi- masalah-kemiskinan/ diakses pada tanggal 20 juni 2013 pukul 01.46 WIB http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789 /35599/3/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 20 juni 2013 pukul 21.50 WIB
http://puslit.kemsos.go.id/download/pdf/persiapan-pemberdayaan-sosial- masyarakat.pdf diakses pada tanggal 20 juni 2013 pukul 22.05 WIB