PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG KARTU KREDIT SEBAGAI NASABAH BANK BERDASARKAN PERJANJIAN MERCHANT

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG KARTU KREDIT SEBAGAI NASABAH BANK BERDASARKAN PERJANJIAN MERCHANT

Sunarjo

Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang Jl. Terusan Raya Dieng No. 62-64 Malang E-mail: sunarjo@unmer.ac.id

Abstract

Law protection became a basic element in law relation which had justice dimension. Without law protection, law relation got imbalance which would make conflict inter party. On philosophy dimension, law protection included 3 aspects. The dimensions were ontology, epistemology, and axiology. Ontology contemplated the essence and the meaning of something. Epistemology contemplated the way or the method to reach something, and axiologyelaborated the benefit or the use of something. Law protection had a meaning as a protection using law as the medium or a protection which was accommodated by law. It was directed to a certain interest relating to the law. Technically it was by making an interest which was needed to protect into a law right. In law relation of business transaction payment using credit card, it involved 3 parties, namely issuing bank (the bank which issued the card), card holder (the one who held the card) andmerchant (the places which accepted the payment using credit card). The three parties had a different law relation. The parties, especially the card holder, had to be protected legally so they did not suffer financial loss when they did transaction and when they did payment using credit card.

Key words: Credit Card, Equality and Justice, Merchant, Law Protection

Abstrak

Perlindungan hukum menjadi elemen mendasar dalam hubungan hukum yang berdimensi keadilan. Tanpa perlindungan hukum, hubungan hukum diwarnai ketimpangan yang akan menimbulkan pertentangan antar pihak. Pada dimensi filsafat, perlindungan hukum itu menyangkut tiga aspek. Dimensi dimaksud adalah ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Ontologi berkontemplasi tentang hakekat atau makna sesuatu. Epistimologi berkontemplasi tentang cara atau metode mencapai sesuatu, dan aksiologi mengelaborasi manfaat atau kegunaan sesuatu hal. Perlindungan hukum mempunyai makna sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diakomodasikan oleh hukum, ditujukan kepada perlindungan terhadap kepentingan tertentu dalam hubungan hukum. Teknisnya adalah dengan cara menjadikan kepentingan yang perlu dilindungi tersebut ke dalam sebuah hak hukum. Pada hubungan hukum berupa pembayaran transaksi bisnis dengan kartu kredit, melibatkan tiga pihak, yaitu issuing bank (bank yang mengeluarkan kartu), card holder (pemegang kartu) dan merchant (tempat-tempat yang mau menerima pembayaran dengan kartu kredit). Antara ketiga pihak tersebut mempunyai hubungan hukum yang berbeda. Para pihak tersebut terutama pemegang kartu kredit harus dilindungi secara hukum sehingga tidak mengalami kerugian ketika bertransaksi dan melakukan pembayaran dengan kartu kredit.

Kata Kunci: Kartu Kredit, Kesetaraan dan Keadilan, Merchant, Perlindungan Hukum

Perlindungan Hukum Pemegang Kartu Kredit sebagai Nasabah Bank Berdasarkan Perjanjian Merchant

Sunarjo

Terdapat beberapa alasan mengapa orang berfilsa-

1. Melindungi: menutupi supaya tidak terlihat/ fat, yaitu pertama, heran. Ketika orang merasa tampak, menjaga, memelihara, merawat, menye- heran misalnya berkaitan dengan pertanyaan-per- lamatkan; 2. Perlindungan; proses, cara, perbuatan tanyaan mengapa ada hukum moral seperti menga- tempat berlindung, hal (perbuatan) memperlin- pa orang dilarang mencuri, membunuh, menghina, dungi (menjadikan atau menyebabkan berlin- dan merugikan orang lain, maka jawaban atas per- dung); 3. Pelindung: orang yang melindungi, alat tanyaan tersebut membuat orang berfilsafat. untuk melindungi; 4. Terlindung: tertutup oleh Kedua, merasa sangsi atau ragu. Menurut Sint sesuatu hingga tidak kelihatan; 5. Lindungan: yang Agustinus (354 SM) dan Rene Descartes (1596- dilindungi, cak tempat berlindung, cak perbuatan; 1650) kesangsian merupakan sumber utama bagi

6. Memperlindungi: menjadikan atau menyebab- pemikiran seseorang. Sedangkan Immanuel Kant kan berlindung; dan 7. Melindungkan: membuat mengatakan “Cogito Ergo Suum” atau saya berpikir diri terlindungi. maka saya ada. Dan ketiga, alasan orang berfilsafat

Pengertian perlindungan dalam ilmu hukum adalah sadar akan keterbatasan, baik keterbatasan adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilak-

dalam berpikir, melihat, mendengar, meraba, sanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat merasa, dan lain-lain.

keamanan untuk memberikan rasa aman, baik fisik Berfilsafat tidak terlepas dari tiga aspek, maupun mental, kepada korban dan saksi dari yaitu ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Bebe- ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari rapa pertanyaan dalam berfilsafat, yaitu apakah pihak manapun yang diberikan pada tahap penyeli- (ontologi), bagaimanakah (epistimologi), dan dikan, penyidikan, penuntutan, dan atas pemerik- untuk apa atau mengapa (aksiologi). Di samping saan di sidang pengadilan. itu juga 5W + 1H yang meliputi what / who (apa /

Pengertian perlindungan dalam Undang- siapa; ontologi), where (dimana/kemana), When undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapus-

(kapan/waktu), How (bagaimana/proses/ an Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah segala prosedur), dan why (mengapa/kegunaan/ fungtion). upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa

Analisis ini membahas permasalahan dalam aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak perspektif ontologi hukum. Dengan elaborasi keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, ke- demikian, secara tepat ditemukan makna tentang jaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik semen- Perlindungan Hukum Pemegang Kartu Kredit tara maupun berdasarkan penetapan pengadilan. sebagai Nasabah Bank Berdasarkan Perjanjian

Sedangkan pengertian perlindungan Merchant.

menurut Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2002 Pada dimensi ini, perlu klarifikasi tentang tentang Tata Cara Perlindungan Terhadap Korban makna perlindungan hukum sebagai mind set dan Saksi Pelanggaran HAM Berat adalah suatu permasalahan. Bahwa perlindungan hukum terdiri bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh dari dua kata yaitu perlindungan dan hukum. Dalam aparat penegak hukum atau aparat keamanan kamus besar Bahasa Indonesia perlindungan untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun berasal dari kata lindung yang memiliki arti meng- mental, kepada korban dan saksi, dari ancaman, ayomi, mencegah, mempertahankan, dan mem- gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak mana- bentengi. Sedangkan perlindungan berarti konser- pun, yang diberikan pada tahap penyelidikan, vasi, pemeliharaan, penjagaan, asilun, dan bunker. penyidikan, penuntutan, dan atau pemeriksaan di Terdapat beberapa unsur kata perlindungan, yaitu sidang pengadilan. (http//www.artikata.com/artiperlindungan.html):

Jurnal Cakrawala Hukum

Vol.5, No.2 Desember 2014: 180–196

Konsep dan Aplikasi Filsafat tentang

norma dan sanksi-sanksi itu disebut hukum dan

Ketaatan Hukum

tujuan hukum adalah mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan manusia.

Dalam kamus Oxford disebutkan: “All the Menurut J.C.T Simorangkir dan Woerjono rules established by authority or custom for regulating Sastropranoto hukum adalah peraturan-peraturan the behavior of members of a community or country”. yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah Artinya “Semua peraturan yang ditetapkan oleh laku dalam kehidupan manusia dalam lingkungan otoritas atau kustom (adat atau kebiasaan) untuk masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi mengatur perilaku anggota komunitas atau negara”

yang berwajib.

(kangmoes.com/artikel-definisi_hukum.html). Menurut Soetandyo Wigjosoebroto bahwa

Hans Kelsen berpendapat “Hukum adalah tidak ada konsep yang tunggal mengenai apa yang

sebuah ketentuan tentang serangkaian peraturan disebut hukum itu. Karena sebenarnya hukum

yang mengatur perilaku tertentu manusia dan hal terdiri dari 3 konsep: hukum sebagai asas moralitas,

ini berarti sebuah system norma”. Jadi hukum itu hukum sebagai kaidah-kaidah positif yang berlaku

sendiri adalah ketentuan. pada waktu dan tempat tertentu, dan yang ketiga, Menurut Utrecht “Hukum adalah himpunan hukum dikonsepkan sebagai institusi yang riil dan

peraturan (baik berupa perintah maupun larangan) fungsional dalam system kehidupan bermasyarakat. yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat

Menurut Soeroso hukum adalah himpunan dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat peraturan yang dibuat oleh yang berwenang de- yang bersangkutan”. Oleh karena itu, pelanggaran ngan tujuan untuk mengatur tata kehidupan ber- petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan masyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan tindakan dari pihak pemerintah. melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan

Selain itu Austin berpendapat “Hukum ada- menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melang- lah tiap-tiap undang-undang positif yang diten- garnya. tukan secara langsung atau tidak langsung oleh

Menurut Mochtar Kusumaatmadja pengerti- seorang pribadi atau sekelompok orang yang ber- an hukum yang memadai harus tidak hanya me- wibawa bagi seorang anggota atau anggota-anggota mandang hukum itu sebagai suatu perangkat kai- suatu masyarakat politik yang berdaulat, dimana dah dan asas-asas yang mengatur kehidupan ma- yang membentuk hukum adalah yang tertinggi”. nusia dalam masyarakat, tapi harus pula mencakup Hukum sendiri menetapkan tingkah laku mana lembaga (institusi) dan proses yang diperlukan yang dibolehkan, dilarang atau disuruh untuk dila- untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan, kukan. Hukum juga dinilai sebagai norma yang pelanggaran mana terhadap peraturan tadi ber- mengkualifikasi peristiwa atau kenyataan tertentu akibat diambilnya tindakan yaitu dengan hukuman menjadi peristiwa atau kenyataan yang memiliki

tertentu.

akibat hukum. Sedangkan negara hukum yaitu negara yang berdasarkan pada hukum dan yang

Berdasarkan berbagai pengertian hukum menjamin keadilan bagi warganya.

dari para sarjana tersebut, maka hukum terdiri dari beberapa unsur yaitu: 1. Peraturan mengenai

CST Kansil menjelaskan beberapa sarjana tingkah laku manusia dan pergaulan masyarakat; hukum di Indonesia mendefinisikan hukum sebagai

2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi berikut: yang berwajib; 3. Peraturan itu bersifat memaksa;

4. Sanksi terhadap pelanggaran tersebut adalah pulan-kumpulan peraturan yang terdiri dari norma- tegas.

Menurut S.M Amin hukum adalah kum-

Perlindungan Hukum Pemegang Kartu Kredit sebagai Nasabah Bank Berdasarkan Perjanjian Merchant

Sunarjo

Sebuah peraturan akan layak untuk disebut butkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan sebagai hukum apabila memiliki ciri-ciri sebagai yang bersifat universal dan abadi, serta antara berikut: 1. Adanya perintah / larangan; 2. Perintah hukum dan moral tidak boleh dipisahkan. Para /larangan itu harus ditaati oleh setiap orang; 3. penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan Hukum merupakan himpunan petunjuk hidup moral adalah cerminan dan aturan secara internal (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib dan eksternal dari kehidupan manusia yang diwu- dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati judkan melalui hukum dan moral. oleh seluruh anggota masyarakat oleh karena itu

Menurut Thomas Aquinas hukum alam ada- pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat me- lah ketentuan akal yang bersumber dari Tuhan yang

nimbulkan tindakan oleh pemerintah/penguasa. bertujuan untuk kebaikan dan dibuat oleh orang Menurut Utrecht ada beberapa alasan mengapa yang mengurus masyarakat untuk disebarluaskan. hukum ditaati oleh orang, yaitu: 1. Karena orang Eksistensi dan konsep hukum alam selama ini, merasakan bahwa peraturan dirasakan sebagai masih banyak dipertentangkan dan ditolak oleh hukum. Mereka benar-benar berkepentingan akan sebagian besar filosof hukum, tetapi dalam kenyata- berlakunya peraturan tersebut; 2. Karena orang an justru tulisan-tulisan pakar yang menolak itu, harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. banyak menggunakan paham hukum alam yang Penerimaan rasional itu sebagai akibat adanya kemungkinan tidak disadarinya. Salah satu alasan sanksi-sanksi hukum supaya tidak mendapatkan yang mendasari penolakan sejumlah filosof hukum kesukaran, orang memilih untuk taat saja pada terhadap hukum alam, karena mereka masih peraturan hukum karena melanggar hukum akan menganggap pencarian terhadap sesuatu yang mendapat sanksi hukum; 3. Karena masyarakat absolut dari hukum alam, hanya merupakan suatu menghendakinya. Dalam kenyataannya banyak perbuatan yang sia-sia dan tidak bermanfaat. orang yang tidak menanyakan apakah sesuatu

Terjadi perbedaan pandangan para filosof menjadi hukum/belum. Mereka tidak menghirau- tentang eksitensi hukum alam, tetapi pada aspek kan dan baru merasakan dan memikirkan apabila yang lain juga menimbulkan sejumlah harapan telah melanggar hingga merasakan akibat pelang- bahwa pencarian pada yang “absolut” merupakan garan tersebut. Mereka baru merasakan adanya kerinduan manusia akan hakikat keadilan. Hukum hukum apabila luas kepentingannya dibatasi oleh alam sebagai kaidah yang bersifat “universal,

peraturan hukum yang ada; 4. Karena adanya abadi, dan berlaku mutlak”, ternyata dalam kehi- paksaan (sanksi) sosial. Orang merasakan malu dupan modern sekalipun tetap akan eksis yang ter- atau khawatir dituduh sebagai orang yang asosial bukti dengan semakin banyaknya orang membi- apabila orang melanggar suatu kaidah sosial/ carakan masalah hak asasi manusia. hukum.

Menurut Von Thomas Aquinas mengatakan bahwa hukum alam adalah cerminan dari undang-

Perkembangan dan Pengertian Perlindungan undang abadi (lex naturalis). Jauh sebelum lahirnya

Hukum

aliran sejarah hukum, ternyata aliran hukum alam tidak hanya disajikan sebagai ilmu pengetahuan,

Awal mula dari munculnya teori perlindung- tetapi juga diterima sebagai prinsip-prinsip dasar an hukum ini bersumber dari teori hukum alam dalam perundang-undangan. Keseriusan umat ma- atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh nusia akan kerinduan terhadap keadilan, meru- Plato, Aristoteles (murid Plato), dan Zeno (pendiri pakan hal yang esensi yang berharap adanya suatu aliran Stoic). Menurut aliran hukum alam menye- hukum yang lebih tinggi dari hukum positif.

Jurnal Cakrawala Hukum

Vol.5, No.2 Desember 2014: 180–196

Hukum alam telah menunjukkan, bahwa se- hukum yang dibuat dalam negara pun bertugas sungguhnya hakikat kebenaran dan keadilan meru- melindungi hak-hak dasar tersebut. pakan suatu konsep yang mencakup banyak teori.

Hak-hak dasar yang biasa disebut sebagai Berbagai anggapan dan pendapat para filosof hak asasi, tanpa perbedaan antara satu dengan

hukum bermunculan dari masa ke masa. Pada lainnya. Dengan hak asasi tersebut, manusia dapat abad ke-17, substansi hukum alam telah menem- mengembangkan diri pribadi, peranan, dan sum- patkan suatu asas yang bersifat universal yang bangannya bagi kesejahteraan hidup manusia. biasa disebut hak asasi manusia. Hak asasi manusia

Pemikiran yang lebih eksplisit tentang menurut UU No. 39 Tahun 1999 adalah seperang-

hukum sebagai pelindung hak-hak asasi dan kebe- kat hak yang melekat pada hakikat dan keberada-

basan warganya, dikemukakan oleh Immanuel an manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha

Kant. Bagi Kant, manusia merupakan makhluk Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib

berakal dan berkehendak bebas. Negara bertugas dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh

menegakkan hak-hak dan kebebasan warganya. negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang

Kemakmuran dan kebahagian rakyat merupakan demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

tujuan negara dan hukum, oleh karena itu hak-hak martabat manusia.

dasar tidak boleh dihalangi oleh negara. Pada dasarnya setiap manusia terlahir se-

Hak-hak dasar yang melekat pada diri bagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa manusia secara kodrati, universal, dan abadi

(YME) yang secara kodrati mendapatkan hak sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, meliputi dasar yaitu kebebasan, hak hidup, hak untuk hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengem- dilindungi, dan hak yang lainnya. Hal ini senada bangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak dengan prinsip hukum alam pada abad ke-18 yaitu berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejah- kebebasan individu dan keutamaan rasio, salah teraan, yang oleh karena itu tidak boleh diabaikan satu penganutnya adalah Locke.

atau dirampas oleh siapapun. Menurut Locke teori hukum beranjak dari

Menyinggung hak keamanan pada diri setiap dua hal di atas yaitu kebebasan individu dan ke- individu, pada pasal-pasal Undang-Undang HAM

utamaan rasio. Ia juga mengajarkan pada kontrak menjelaskan setiap manusia di depan hukum sosial. Menurutnya manusia yang melakukan berhak untuk mendapatkan perlindungan dari kontrak sosial adalah manusia yang tertib dan hukum yang sama tanpa diskriminasi. Semua menghargai kebebasan, hak hidup dan pemilikan berhak atas perlindungan yang sama terhadap harta sebagai hak bawaan manusia. Masyarakat setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan de- yang ideal adalah masyarakat yang tidak melang- ngan pernyataan ini dan terhadap segala hasutan gar hak-hak dasar manusia. Hak-hak tersebut tidak yang mengarah pada diskriminasi semacam itu. ikut diserahkan kepada penguasa ketika kontrak

Aristoteles mengatakan bahwa manusia sosial dilakukan.

adalah “zoon politicon” atau makhluk sosial atau Berdasarkan hal di ats, bahwa kekuasaan

makhluk bermasyarakat, oleh karena tiap anggota penguasa yang diberikan lewat kontrak sosial,

masyarakat mempunyai hubungan antara satu dengan sendirinya tidak mungkin bersifat mutlak.

dengan yang lain. Sebagai makhluk sosial maka Kalau begitu, adanya kekuasaan tersebut justru

sadar atau tidak sadar manusia selalu melakukan untuk melindungi hak-hak kodrat dimaksud dari

perbuatan hukum (rechtshandeling) dan hubungan bahaya-bahaya yang mungkin mengancam, baik

hukum (rechtsbetrekkingen).

datang dari dalam maupun dari luar. Begitulah,

Perlindungan Hukum Pemegang Kartu Kredit sebagai Nasabah Bank Berdasarkan Perjanjian Merchant

Sunarjo

Perbuatan hukum (rechtshandeling) diartikan Sedangkan menurut A.V.Dicey menguraikan sebagai setiap perbuatan manusia yang dilakukan adanya 3 (tiga) ciri penting Negara hukum yang dengan sengaja/atas kehendaknya untuk menim- disebut dengan Rule of Law, yaitu: 1. Supermasi bulkan hak dan kewajiban yang akibatnya diatur hukum, artinya tidak boleh ada kesewenang-we- oleh hukum. Perbuatan hukum terdiri dari per- nangan, sehingga seseorang hanya boleh dihukum buatan hukum sepihak seperti pembuatan surat jika melanggar hukum; 2. Kedudukan yang sama wasiat atau hibah, dan perbuatan hukum dua pihak didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau seperti jual-beli, perjanjian kerja dan lain-lain.

pejabat pemerintah; 3. Terjaminnya hak-hak ma- Hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) di- nusia dalam undang-undang atau keputusan

artikan sebagai hubungan antara dua atau lebih pengadilan. subyek hukum, hubungan mana terdiri atas ikatan

Keberadaan hukum dalam masyarakat sangat- antara individu dengan individu, antara individu lah penting, dalam kehidupan dimana hukum dengan masyarakat atau antara masyarakat yang dibangun dengan dijiwai oleh moral konstitu- satu dengan masyarakat yang lain.

sionalisme, yaitu menjamin kebebasan dan hak Di dalam hubungan hukum ini hak dan warga, maka mentaati hukum dan konstitusi pada

kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak hakekatnya mentaati imperatif yang terkandung dan kewajiban pihak yang lain”. Tiap hubungan sebagai subtansi maknawi didalamnya imferatif. hukum tentu menimbulkan hak dan kewajiban, Hak-hak asasi warga harus dihormati dan dite- selain itu masing-masing anggota masyarakat tentu gakkan oleh pengemban kekuasaan negara di- mempunyai hubungan kepentingan yang berbeda- manapun dan kapanpun, ataupun juga ketika beda dan saling berhadapan atau berlawanan, un- warga menggunakan kebebasannya untuk ikut tuk mengurangi ketegangan dan konflik maka tampil serta atau untuk mengetahui jalannya proses pem- hukum yang mengatur dan melindungi kepenting- buatan kebijakan publik (Sudikno Mertokusumo, an tersebut yang dinamakan perlindungan hukum. 2003, 22).

Perlindungan hukum selalu dikaitkan de- Negara hukum pada dasarnya bertujuan ngan konsep rechtstaat atau konsep Rule of Law untuk memberikan perlindungan hukum bagi

karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas rakyat terhadap tindakan pemerintah dilandasi dari keinginan memberikan pengakuan dan per- dua prinsip negara hukum, yaitu: 1. Perlindungan lindungan terhadap hak asasi manusia, konsep hukum yang preventif adalah perlindungan hukum rechtsctaat muncul di abad ke-19 yang pertama kali kepada rakyat yang diberikan kesempatan untuk dicetuskan oleh Julius Stahl. Pada saat hampir mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya bersamaan muncul pula konsep negara hukum (rule sebelum suatu keputusan pemerintah menjadi of Law ) yang dipelopori oleh A.V.Dicey.

bentuk yang definitive; 2. Perlindungan hukum Konsep rechtstaat menurut Julius Stahl secara yang represif adalah perlindungan hukum yang

sederhana dimaksudkan dengan negara hukum represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. adalah negara yang menyelenggarakan kekuasaan

Terdapat beberapa pendapat ahli tentang pemerintahannya didasarkan pada hukum. Konsep pengertian perlindungan hukum, yaitu: Negara hukum atau Rechtsataat menurut Julius

Menurut Fitzgerald, dia menjelaskan teori Stahl mencakup 4 elemen, yaitu: 1. Perlindungan pelindungan hukum Salmond bahwa hukum hak asasi manusia; 2. Pembagian kekuasaan; 3. bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasi- Pemerintahan berdasarkan undang-undang; 4. kan berbagai kepentingan dalam masyarakat ka- Peradilan tata usaha Negara.

rena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlin-

Jurnal Cakrawala Hukum

Vol.5, No.2 Desember 2014: 180–196

dungan terhadap kepentingan tertentu hanya Di dalam liteatur pada umumnya menunjuk- dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kan bahwa makna dan batasan-batasan mengenai kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum “perlindungan hukum” sulit ditemukan, hal ini adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, mungkin didasari pemikiran bahwa orang telah sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk dianggap tahu secara umum apa yang dimaksud menentukan kepentingan manusia yang perlu dengan perlindungan hukum sehingga tidak diatur dan dilindungi.

diperlukan lagi sebuah konsep tentang apa yang Perlindungan hukum harus melihat tahapan dimaksud “Perlindungan Hukum”. Konsekuensi

yakni perlindungan hukum lahir dari suatu keten- dari tidak adanya konsep tersebut akhirnya tuan hukum dan segala peraturan hukum yang menimbulkan keragaman dalam pemberian mak- diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya nanya, padahal perlindungan hukum selalu men- merupakan kesepakatan masyarakat tersebut jadi tema pokok dalam setiap kajian hukum. untuk mengatur hubungan perilaku antara ang-

Frasa perlindungan hukum dalam bahasa gota-anggota masyarakat dan antara perseorangan Inggris adalah “legal protection”dalam bahasa dengan pemerintah yang dianggap mewakili ke- Belanda “rechtsbecherming”. Kedua istilah tersebut pentingan masyarakat.

juga mengandung konsep atau pengertian hukum Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan yang berbeda untuk memberi makna sesungguh-

hukum adalah memberikan pengayoman terhadap nya dari “Perlindungan Hukum”. hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang

Di tengah langkanya makna perlindungan lain dan perlindungan itu diberikan kepada masya- hukum itu, Harjono membangun sebuah konsep rakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang perlindungan hukum dari perspektif keilmuan diberikan oleh hukum.

hukum, sebagai berikut: “Perlindungan hukum Menurut Lili Rasjidi dan I.B. Wysa Putra ber- mempunyai makna sebagai perlindungan dengan

pendapat bahwa hukum dapat difungsikan untuk menggunakan sarana hukum atau perlindungan mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak yang diberikan oleh hukum, ditujukan kepada sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan prediktif dan antisipatif.

tertentu, yaitu dengan cara menjadikan kepen- Pendapat Sunaryati Hartono mengatakan tingan yang perlu dilindungi tersebut ke dalam

bahwa hukum dibutuhkan untuk mereka yang sebuah hak hukum” (Harjono, 2008, 357). lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.

Macam-Macam, Sarana, dan Prinsip Menurut Harjono, (2008, 373) para pengkaji Perlindungan Hukum

hukum belum secara komprehensif mengembang- Menurut Phillipus M. Hadjon (1987, 2) bah-

kan konsep “perlindungan hukum” dari perspektif wa perlindungan hukum bagi rakyat dibedakan

keilmuan hukum. Banyak tulisan-tulisan yang menjadi dua macam, yaitu perlindungan hukum

dimaksudkan sebagai karya ilmiah ilmu hukum yang preventif dan perlindungan hukum yang

baik dalam tingkatan skripsi, tesis, maupun di- represif. Pada perlindungan hukum yang preventif,

sertasi yang mempunyai tema pokok bahasan ten- kepada rakyat diberikan kesempatan untuk

tang “Perlindungan Hukum”. Namun tidak secara mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya

spesifik mendasarkan pada konsep-konsep dasar sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat

keilmuan hukum secara cukup dalam mengem-

bentuk yang definitif.

bangkan konsep perlindungan hukum.

Perlindungan Hukum Pemegang Kartu Kredit sebagai Nasabah Bank Berdasarkan Perjanjian Merchant

Sunarjo

Dengan demikian, perlindungan hukum dan perlindungan terhadap harkat dan martabat yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadi- manusia dikatakan bersumber pada Pancasila, nya sengketa sedangkan sebaliknya perlindungan karena pengakuan dan perlindungan terhadapnya hukum yang represif bertujuan untuk menyele- secara instrinsik melekat pada Pancasila dan seyog- saikan sengketa. Perlindungan hukum yang yanya memberi warna dan corak serta isi negara preventif besar artinya bagi tindak pemerintahan hukum yang berdasarkan Pancasila (Phillipus M. yang didasarkan kepada kebebasan bertindak ka- Hadjon, 1987, 20). rena dengan adanya perlindungan hukum yang

preventif pemerintah terdorong untuk berhati-hati Refleksi pada Perjanjian

dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi. Dengan pengertian yang demikian,

Di dalam kehidupan kita sehari-hari sering penanganan perlindungan hukum bagi rakyat oleh dijumpai kata-kata perjanjian. Perjanjian ini ter-

peradilan umum termasuk kategori perlindungan dapat dalam Kitab Undang-Undang Perdata Pasal hukum yang represif, demikian juga halnya 1313, yaitu menyatakan bahwa”perjanjian adalah peradilan administrasi negara.

suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

atau lebih”.

sarana bagi perlindungan hukum yang preventif berupa keberatan (inspraak) atau menyatakan pen-

Istilah perjanjian ini mempunyai beberapa dapatnya mengenai rencana keputusan pemerin- pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu

tah, sedangkan sarana bagi perlindungan hukum sebagai berikut: yang represif adalah pengadilan umum dan peng-

Menurut Wiryono Projodikoro, mengartikan adilan administrasi (untuk negara-negara dengan perjanjian suatu perhubungan hukum mengenai Civil Law System ) serta ordinary court untuk negara- harta benda antara dua pihak, dimana suatu pihak negara dengan Common Law System. Di samping berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan kedua system tersebut, negara-negara Skandi- sesuatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut navia mengembangkan sendiri suatu lembaga pelaksanaan perjanjian itu. perlindungan hukum bagi rakyat yang dinamakan

Menurut M.Yahya Harahap, mengartikan “Ombudsman”.

perjanjian suatu hubungan hukum harta kekayaan Menurut Rochmat Soemitro (dalam Phillipus atau harta benda antara dua orang atau lebih yang M. Hadjon, 1987, 10) di Indonesia terdapat ber- memberikan kenikmatan hak pada suatu pihak bagai badan yang secara partial menangani untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajib- perlindungan hukum bagi rakyat, yaitu: 1. Peradil- kan para pihak lain menunaikan prestasi. an dalam lingkungan peradilan umum; 2. Instansi

Suatu perjanjian terjadi melalui suatu rang- pemerintah yang merupakan lembaga banding kaian proses tertentu dan pada umumnya dida-

administrasi; 3. Badan-badan khusus, seperti hului oleh suatu perundingan untuk memusya- kantor urusan perumahan, peradilan kepegawaian, warahkan segala hal yang akan dilaksanakan peradilan pajak dan lain-lain.

dalam perjanjian itu terdiri baik yang menyangkut Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat In- isi maupun pelaksanaan dari perjanjian tersebut. donesia adalah prinsip pengakuan dan perlin-

Suatu perjanjian dapat dilakukan dengan dua dungan terhadap harkat dan martabat manusia cara, yaitu secara lisan atau tertulis. Secara lisan,

yang bersumber pada Pancasila dan prinsip Negara apabila perjanjian tersebut berupa rangkaian hukum yang berdasarkan Pancasila. Pengakuan perkataan yang mengandung janji atau kesanggup-

Jurnal Cakrawala Hukum

Vol.5, No.2 Desember 2014: 180–196

an yang diucapkan secara lisan, masing-masing bertentangan dengan kepatutan, kebiasaan, dan pihak berhadapan dan bertemu muka untuk meng- undang-undang. adakan pembicaraan tentang maksud para pihak.

Hal khusus tersebut biasanya tidak diatur Sedangkan perjanjian yang dilakukan secara ter- dalam peraturan perundang-undangan, sehingga

tulis, yaitu terjadinya kesepakatan masing-masing apabila para pihak tidak mengatur dalam perjanjian- pihak yang dituangkan dalam suatu tulisan ter- nya, maka hal yang diinginkan tersebut juga tidak tentu atau akta perjanjian dan ditandatangani ber- mengikat para pihak karena memang tidak ada di sama. Perjanjian tertulis ini bertujuan, bila terjadi dalam undang-undang. Jadi bila tidak dimuat ber- hal-hal yang tidak diinginkan para pihak, misalnya arti tidak mengikat. saja adanya pengingkaran, maka tulisan atau akta

Selain unsur-unsur yang telah diuraikan di ini dapat dipakai sebagai bukti adanya suatu atas maka suatu perjanjian juga berlaku beberapa

perjanjian yang telah disepakati bersama.

asas yaitu:

Di dalam suatu perjanjian kalau kita amati

dan uraikan, terdapat unsur-unsur perjanjian yang Asas Kebebasan Membuat Perjanjian

dapat kita kelompokkan sebagai berikut (J. Satrio,

(Berkontrak)

1992): Setiap orang bebas untuk membuat dan

Unsur Esensialia

menyepakati perjanjian (berkontrak) dan mengatur sendiri isi perjanjian yang akan mengikat pem-

Unsur Esensialia adalah unsur yang selalu buatnya. Asas kebebasan membuat perjanjian (ber- harus ada didalam suatu perjanjian atau unsur yang kontrak) itu ada pembatasannya seperti yang ter- mutlak, dimana tanpa adanya unsur tersebut, per- dapat dalam pasal 1337 KUH Perdata, bahwa per- janjian tidak mungkin ada. Misalnya: dalam per- janjian tidak boleh bertentangan dengan kesusila- janjian jual beli harga dan barang yang disepakati an, ketertiban umum dan undang-undang. kedua belah pihak harus ada unsur essensialianya.

Asas Kepribadian

Unsur Naturalia

Asas kepribadian artinya setiap perjanjian itu Unsur Naturalia adalah ketentuan hukum tidak akan mengikat orang lain atau pihak lain jika umum, suatu syarat yang biasanya dicantumkan tidak diberi kuasa. Terhadap asas kepribadian ini dalam perjanjian. Namun, tanpa pencantuman juga ada pengecualiannya, yaitu terhadap: 1) Per- syarat yang dimaksud itu pun, suatu perjanjian janjian yang dibuat oleh seorang istri mengenai tetap sah dan tidak mengakibatkan suatu perjanjian pengeluaran untuk keperluan rumah tangga akan menjadi tidak mengikat.

mengikat suaminya juga; 2) Janji untuk pihak ketiga, misalnya: Perjanjian asuransi; 3) Perjanjian

Unsur Accidentalia

garansi, misalnya perjanjian wesel. Unsur Accidentalia adalah suatu syarat yang

Asas Itikad Baik

tidak harus ada, tetapi dicantumkan juga oleh para pihak untuk keperluan tertentu dengan maksud

Dalam hukum perjanjian dikenal asas itikad khusus sebagai suatu kepastian. Dan hal ini di- baik, yang artinya bahwa setiap orang yang mungkinkan oleh undang-undang atas dasar “asas membuat suatu perjanjian harus dilakukan dengan kebebasan berkontrak” asalkan hal tersebut tidak itikad baik. Asas itikad baik ini dapat dibedakan

Perlindungan Hukum Pemegang Kartu Kredit sebagai Nasabah Bank Berdasarkan Perjanjian Merchant

Sunarjo

atas itikad baik yang subyektif maupun obyektif. Itikad baik dalam pengertian yang subyektif dapat diartikan sebagai kejujuran seseorang dalam melakukan suatu perbuatan hukum yaitu apa yang terletak pada sikap batin seseorang pada saat diadakan suatu perbuatan hukum. Sedang itikad baik dalam pengertian yang obyektif adalah pelak- sanaan suatu perjanjian yang harus didasarkan pada norma kepatutan atau apa yang dirasakan patut dalam masyarakat.

Asas Pacta Sunt Servanda

Asas pacta sunt servanda adalah suatu asas dalam hukum perjanjian yang berhubungan de- ngan mengikatnya suatu perjanjian. Perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak adalah mengikat bagi mereka yang membuat seperti kekuatan mengikat suatu undang-undang, artinya bahwa perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak akan mengikat mereka seperti undang-undang. Dengan demikian, maka pihak ketiga bisa mene- rima kerugian karena perbuatan mereka dan juga pihak ketiga tidak menerima keuntungan karena perbuatan mereka, kecuali kalau perjanjian itu dimaksudkan untuk pihak ketiga. Asas ini dalam suatu perjanjian dimaksudkan tidak lain adalah un- tuk mendapatkan kepastian hukum bagi para pihak yang telah membuat perjanjian itu.

Asas Konsensual

Maksud dari asas ini ialah bahwa suatu per- janjian cukup ada kata sepakat dari mereka yang membuat perjanjian tanpa diikuti oleh perbuatan hukum lain, kecuali perjanjian yang bersifat formil. Jelas sekali terlihat pada syarat sahnya perjanjian dimana harus ada kata sepakat dari mereka yang membuat perjanjian (pasal 1320 KUHPerdata). Per- janjian itu sudah ada dalam arti telah mempunyai akibat hukum atau sudah mengikat sejak ter- capainya kata sepakat. Sedangkan dalam pasal 1329 KUHPerdata tidak disebutkan suatu formalitas ter-

tentu di samping kata sepakat yang telah tercapai itu, maka disimpulkan bahwa setiap perjanjian itu adalah sah. Artinya mengikat apabila sudah ter- capai kata sepakat mengenai hal-hal pokok dari apa yang diperjanjikan.

Asas Berlakunya Suatu Perjanjian

Asas ini dimaksudkan bahwa suatu perjan- jian hanya berlaku bagi para pihak yang membuat- nya. Pada asasnya semua perjanjian itu hanya berlaku bagi para pihak, pihak ketiga pun tidak bisa mendapat keuntungan karena adanya suatu perjanjian tersebut, kecuali yang telah diatur dalam undang-undang. Asas berlakunya suatu perjanjian ini diatur dalam pasal yaitu: pasal 1315 KUH Perdata yang berbunyi “Umumnya tidak seorang- pun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji daripada untuk dirinya sendiri”. Pasal 1340 KUH Perdata berbunyi “Persetujuan-persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya”. Persetujuan-per- setujuan ini tidak dapat membawa rugi kepada pihak-pihak ketiga; pihak ketiga tidak dapat mem- peroleh manfaat karenanya; selain dalam hal yang diatur dalam pasal 1317 KUHPerdata.

Perjanjian yang sah adalah perjanjian yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam pasal 1320 BW. Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:

Sepakat Mereka yang Mengikatkan Dirinya

Adanya kata sepakat, berarti terdapat suatu persesuian kehendak diantara para pihak yang mengadakan perjanjian. Perjanjian sudah lahir pada saat tercapainya kata sepakat diantara para pihak, dikenal dengan kata konsensualisme yang meru- pakan asas pokok dalam hubungan perjanjian.

Pernyataan kehendak atau persetujuan ke- hendak harus merupakan persetujuan kehendak yang bebas, artinya tidak ada paksaan dan tekanan

Jurnal Cakrawala Hukum

Vol.5, No.2 Desember 2014: 180–196

dari pihak manapun juga, harus betul-betul atas oleh undang-undang atau tidak, apakah berten- kemauan sukarela pihak-pihak. Kata sepakat di- tangan dengan ketertiban umum atau kesusilaan nyatakan tidak pernah ada apabila kesepakatan itu atau tidak (1337 BW). diberikan karena paksaan, kekhilafan, atau peni-

Keempat syarat tersebut di atas merupakan puan.

unsur atau syarat yang esensial (pokok) dari suatu perjanjian, artinya merupakan unsur atau syarat

Kecakapan untuk Membuat Suatu Perikatan

dalam perjanjian yang harus ada, unsur mutlak, dimana tanpa ada unsur tersebut perjanjian itu

Pada prinsipnya dalam perjanjian disyarat- tidak mungkin ada atau terjadi. kan kedua belah pihak harus cakap menurut hukum

Empat syarat tersebut dibedakan menjadi untuk bertindak sendiri. Prinsip itu dimaksudkan

dua kelompok, yaitu: syarat subyektif dan syarat untuk melindungi pihak-pihak yang tidak cakap

obyektif. Syarat subyektif menyangkut subyek per- dalam hukum dari akibat-akibat yang merugikan.

janjian. Bila syarat ini tidak terpenuhi maka perjan- jian tersebut batal demi hukum. Yang termasuk

Suatu Hal Tertentu

syarat subyektif adalah: kata sepakat dari orang Suatu hal tertentu maksudnya adalah paling yang mengikatkan dirinya dan kecakapan untuk

sedikit atau jenis benda dalam perjanjian itu sudah membuat perjanjian. ditentukan, artinya yang diperjanjikan dalam suatu

Sedangkan syarat obyektif menyangkut perjanjian haruslah suatu hal atau suatu barang obyek perjanjian. Bila syarat ini tidak terpenuhi yang cukup jelas atau tertentu.

maka perjanjian tersebut batal demi hukum atau dianggap tidak pernah ada suatu perjanjian. Tujuan

Suatu hal merupakan pokok perjanjian, para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut

obyek perjanjian, prestasi yang harus dipenuhi. untuk melahirkan suatu hukum adalah gagal.

Kejelasan mengenai pokok perjanjian atau obyek Dengan demikin tidak ada dasar untuk menuntut

perjanjian adalah untuk memungkinkan pelaksana- di depan hakim. Yang termasuk dalam syarat

an dan menekan hak dan kewajiban para pihak obyektif adalah suatu hal tertentu dan suatu sebab

jika timbul perselisihan dalam pelaksanaan per-

yang halal.

janjian.

Suatu Sebab yang Halal Hubungan Hukum dan Perlindungan Hukum Para Pihak dalam Perjanjian Merchant

Sebab adalah suatu yang menyebabkan seorang membuat perjanjian, yang mendorong

Perjanjian merchant merupakan perjanjian orang membuat perjanjian. Hukum pada asasnya antara bank penerbit kartu kredit dan kartu debit

tidak menghiraukan apa yang berada dalam (issuer bank) dengan pihak merchant yaitu orang gagasan seseorang tetapi hanya tindakan orang perorangan, badan usaha atau badan hukum yang dalam masyarakat yang diperhatikan. Oleh sebab menjalankan usaha di bidang penjualan barang itu yang dimaksud dengan sebab yang halal dalam dan/atau jasa yang dapat menerima pembayaran ketentuan pasal 1320 BW bukanlah sebab dalam dengan menggunakan kartu kredit atau kartu arti yang mendorong atau menyebabkan orang debit. membuat perjanjian melainkan sebab dalam arti

Kartu kredit merupakan kartu plastik yang isi perjanjian yang menggambarkan tujuan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi hendak dicapai oleh para pihak, apakah dilarang yang dananya merupakan pinjaman dari pihak

Perlindungan Hukum Pemegang Kartu Kredit sebagai Nasabah Bank Berdasarkan Perjanjian Merchant

Sunarjo

bank. Sedangkan Kartu debit merupakan kartu merchant . Hubungan hukum antara card horlder de- plastik yang dapat digunakan sebagai alat pem- ngan merchant adalah hubungan hukum jual beli bayaran transaksi, yang dananya merupakan milik barang dan atau jasa yang mengharuskan card holder pemegang kartu sendiri. Berdasarkan perjanjian melakukan pembayaran kepada merchant dengan kerjasama merchant ini maka pihak merchant menggunakan kartu kredit atau kartu debit. mempunyai hak untuk melakukan pendebetan

Pada dimensi perlindungan hukum, bahwa dana nasabah pemegang kartu kredit dan kartu fungsi lembaga perbankan sebagai perantara pihak-

debit yang membeli barang atau jasa dari merchant. pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak- Terdapat tiga pihak yang terlibat dalam pihak yang memerlukan dana membawa

penggunaan kartu kredit dan kartu debit sebagai konsekuensi pada timbulnya interaksi yang intensif alat pembayaran dalam transaksi pembelian barang antara bank sebagai pelaku usaha dengan nasabah atau jasa, yaitu pihak bank sebagai penerbit kartu sebagai konsumen pengguna jasa perbankan. debit (issuer bank), pihak pemegang kartu (Card

Di dalam interaksi yang demikian intensif Holder ), dan pihak yang mau menerima pembayar- antara bank dengan nasabah tersebut, bukan suatu

an dengan menggunakan kartu kredit dan kartu hal yang tidak mungkin apabila terjadi friksi yang debit (Merchant).

apabila tidak segera diselesaikan dapat berubah Di antara tiga pihak tersebut terdapat hu- menjadi sengketa antara nasabah dengan bank. bungan hukum yang berbeda-beda. Hubungan hu- Dari berbagai pengalaman yang ada, timbulnya kum antara bank sebagai penerbit kartu debit (is- friksi tersebut terutama disebabkan oleh empat hal suer bank ) dengan pemegang kartu (card holder) ada- yaitu 1. Informasi yang kurang memadai mengenai lah hubungan hukum penyimpanan dana ataupun karakteristik produk atau jasa yang ditawarkan perjanjian kredit. Dalam hal ini card holder bisa seba- bank; 2. Pemahaman nasabah terhadap aktivitas gai nasabah bank, yaitu orang yang biasa berhu- dan produk atau jasa perbankan yang masih ku- bungan atau menjadi pelanggan bank, baik nasabah rang; 3. Ketimpangan hubungan antara nasabah deposan yang menyimpan dananya pada bank pe- dengan bank, khususnya bagi nasabah peminjam nerbit kartu debit maupun sebagai nasabah debitur dana; dan 4. Tidak adanya saluran yang memadai yang memperoleh fasilitas kredit lewat kartu untuk memfasilitasi penyelesaian awal friksi yang kredit.

terjadi antara nasabah dengan bank (Hadad, 2006). Pada dimensi hubungan hukum antara bank

Untuk menyikapi permasalahan tersebut, penerbit kartu kredit dan kartu debit (issuer bank) maka Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas dengan merchant adalah hubungan hukum yang industri perbankan berkepentingan untuk mening- timbul dari perjanjian yang sifatnya khusus yaitu katkan perlindungan terhadap kepentingan nasa- perjanjian penerimaan pembayaran dengan meng- bah dalam berhubungan dengan bank. Mengingat gunakan kartu debit dimana merchant akan menjual pentingnya permasalahan tersebut, Bank Indone- barang dan atau jasa kepada card holder dan sia telah menetapkan upaya perlindungan nasabah pembayarannya dengan menggunakan kartu debit. sebagai salah satu pilar dalam Arsitektur Perbank-

Di samping hal di atas, juga ada hubungan an Indonesia (API) yang diluncurkan oleh Gubenur pemberian kuasa sebagaimana diatur dalam pasal Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004. API 1792 KUH Perdata dimana bank penerbit kartu sendiri merupakan suatu cetak biru sistem per- debit (issuer bank) sebagai pemberi kuasa dan mer- bankan nasional yang terdiri dari enam pilar untuk chant sebagai penerima kuasa untuk mendebet dana mewujudkan visi sistem perbankan yang sehat, card holder yang membeli barang atau jasa pada kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan

Jurnal Cakrawala Hukum

Vol.5, No.2 Desember 2014: 180–196

sistem keuangan dalam rangka membantu mendo- nasional yang salah satu aspek didalamnya ter- rong pertumbuhan ekonomi nasional. Enam pilar cakup upaya untuk melindungi dan memberda- dalam API adalah 1. Struktur perbankan yang yakan nasabah. sehat; 2. Sistem pengaturan yang efektif; 3. Sistem

Upaya di atas kemudian berlanjut dan pengawasan yang independen dan efektif; 4. dituangkan menjadi Pilar ke VI dalam API yang

Industri perbankan yang kuat; 5. Infrastruktur mencakup empat aspek, yaitu mekanisme pengadu- yang mencukupi; dan 6. Perlindungan nasabah an nasabah, pembentukan lembaga mediasi (Bank Indonesia, 2005).

independen, transparansi informasi produk, dan edukasi nasabah. Keempat aspek tersebut dituang-

Norma Program dan Aplikasi Perlindungan

kan kedalam empat program API, yaitu: 1.

Hukum Nasabah Bank

Penyusunan standar mekanisme pengaduan nasa- bah; 2. Pembentukan lembaga mediasi perbankan

Pijakan dari Bank Indonesia selalu regula- independen; 3. Penyusunan standar transparansi tor dan eksekutork pada UU No. 7/1992 tentang informasi produk; 4. Peningkatan edukasi untuk Perbankan sebagaimana diubah dengan UU No. nasabah. 10/1998 dan UU No. 23/1999 tentang Bank Indo-

Keempat program tersebut saling terkait nesia sebagaimana diubah dengan UU No. 3/2004.

satu sama lain dan secara bersama-sama akan dapat Diantara pengaturan penting sekaitan dengan per-

meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan lindungan hukum adalah pengaturan aspek kehati-

hak-hak nasabah. Secara ideal, implementasi pro- hatian bank.

gram di atas seharusnya dimulai dengan memberi- Rujukan juntuk perlindungan hukum bagi kan edukasi kepada masyarakat mengenai kegiatan

nasabah adalaha UU No. 8/1999 tentang Perlin- usaha dan produk-produk keuangan dan perbank- dungan Konsumen, yang membawa akibat pada an. Edukasi ini selain untuk memperluas wawasan diperluasnya peraturan tentang perbankan dengan masyarakat mengenai industri perbankan juga di- aspek perlindungan dan pemberdayaan nasabah tujukan untuk mendorong peningkatan taraf hidup sebagai konsumen pengguna jasa bank. Apabila masyarakat melalui pengenalan perencanaan ke- dilihat dari masa berlaku efektifnya UU Perlin- uangan. dungan Konsumen yaitu tahun 2001, maka sepintas

Langkah selanjutnya setelah edukasi adalah terlihat bahwa Bank Indonesia kurang merespons dilaksanakannya transparansi mengenai karak-

pemberlakuan undang-undang tersebut. Namun teristik produk-produk keuangan dan perbankan. demikian hal ini bukan berarti perlindungan dan Transparansi ini penting dilakukan agar masya- pemberdayaan nasabah tidak diperhatikan oleh rakat yang berkeinginan untuk menjadi nasabah Bank Indonesia.

(calon nasabah) bank mendapatkan informasi yang Pada satu sisi, UU Perlindungan Konsumen cukup memadai mengenai manfaat, risiko, dan

tersebut diberlakukan pada saat Bank Indonesia biaya-biaya yang terkait dengan suatu proses sedang berupaya keras untuk melakukan per- untuk memanfaatkan produk tersebut sudah me- baikan-perbaikan pada sistem perbankan, ter- lalui pertimbangan yang matang dan sesuai dengan masuk didalamnya rekapitalisasi perbankan dan kebutuhan calon nasabah. penyempurnaan berbagai ketentuan yang menyang-

Tidak kalah pentingnya dalam upaya pening- kut aspek kehati-hatian. Sementara itu pada sisi katan dan pemberdayaan nasabah ini adalah ke-

lainnya Bank Indonesia sejak awal tahun 2002 beradaan infrastruktur di bank untuk menangani mulai menyusun cetak biru sistem perbankan dan menyelesaikan berbagai keluhan dan pengadu-

Perlindungan Hukum Pemegang Kartu Kredit sebagai Nasabah Bank Berdasarkan Perjanjian Merchant

Sunarjo

an nasabah. Dalam hal ini, bank harus merespons Pada tataran implemenasi, dapat diklarifi- setiap keluhan dan pengaduan yang diajukan nasa- kasi berdasarkan PBI No. 7/7/PBI/2005 tentang bah, khususnya yang terkait dengan transaksi Penyelesaian Pengaduan Nasabah, Bank Indone- keuangan yang dilakukan nasabah melalui bank sia mewajibkan seluruh bank untuk menyelesaikan tersebut. Untuk menghindari berlarut-larutnya pe- setiap pengaduan nasabah yang terkait dengan nanganan pengaduan nasabah, diperlukan standar adanya potensi kerugian finansial pada sisi nasabah. waktu yang jelas dan berlaku secara umum di setiap Dalam PBI ini diatur mengenai tatacara penerima- bank dalam menyelesaikan setiap pengaduan an, penanganan, dan juga pemantauan penyelesaian nasabah. Standar waktu ini harus ditentukan sede- pengaduan. Selain itu, bank diwajibkan pula untuk mikian rupa sehingga dapat dipenuhi dengan baik memberikan laporan triwulanan kepada Bank oleh bank dan tidak menimbulkan kesan bahwa Indonesia mengenai pelaksanaan penyelesaian pengaduan tidak ditangani dengan semestinya pengaduan nasabah tersebut. oleh bank.

Pada prinsipnya, PBI diatas mengatur bahwa Apabila nasabah tidak puas dengan hasil bank tidak diperkenankan menolak setiap peng- penyelesaian pengaduan yang dilakukan bank, aduan yang diajukan secara lisan maupun tertulis. maka perlu pula disediakan media yang dapat Untuk pengaduan lisan, bank wajib menyelesaikan- menampung penyelesaian sengketa antara nasabah nya dalam waktu 2 hari kerja sedangkan untuk dengan bank. Mengingat sebagian besar nasabah pengaduan tertulis wajib diselesaikan dalam waktu bank adalah nasabah kecil, maka media penye-

20 hari kerja dan dapat diperpanjang hingga 20 lesaian sengketa nasabah dengan bank haruslah hari kerja berikutnya apabila terdapat kondisi-kon- dapat memenuhi unsur sederhana, murah, dan disi tertentu. cepat. Sederhana dalam arti proses penyelesaian

Untuk memastikan bahwa bank telah melak- sengketa dilaksanakan tanpa melalui proses yang sanakan ketentuan penyelesaian pengaduan

berkepanjangan, murah dalam arti tidak menim- nasabah, maka setiap triwulan bank diwajibkan bulkan beban tambahan yang memberatkan nasa- menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia bah, dan cepat dalam arti penyelesaian sengketa mengenai kasus-kasus pengaduan yang sedang dilaksanakan dalam jangka waktu relatif singkat. dan telah diselesaikan oleh bank. Laporan ini nanti-