PENGARUH PERSONAL BACKGROUND,POLITICAL BACKGROUNDDAN PEMAHAMAN ANGGOTA DPRA TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ACEH TERHADAP FUNGSI PENGAWASAN PELAKSANAAN ANGGARAN LEGISLATIF DI PEMERINTAH ACEH
PENGARUH PERSONAL BACKGROUND, POLITICAL BACKGROUND DAN PEMAHAMAN
ANGGOTA DPRA TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ACEH TERHADAP FUNGSI
PENGAWASAN PELAKSANAAN ANGGARAN LEGISLATIF DI PEMERINTAH ACEH
1 2 3 1)
Fenny Silfia Putri , Hasan Basri , Muhammad Arfan
Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3)
Staff Pengajar Magister Akuntansi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Personal background, Political background dan
pemahaman anggota DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh terhadap fungsi pengawasan pelaksanaan
anggaran legislatif di Pemerintah Aceh, baik secara bersama-sama maupun parsial. Penelitian ini dilatar
belakangi oleh fakta bahwa latar belakang individu berpengaruh terhadap perilaku individu dalam aktivitas
politik.
Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota DPRA Periode 2014-2019 Provinsi Aceh. Metode pengambilan
sampel adalah sensus, di mana seluruh populasi menjadi sampel penelitian. Jumlah responden yang berhasil
diperoleh adalah 76 orang. Sumber data yang digunakan adalah data primer, dengan teknik pengumpulan data
melalui penyebaran kuisioner kepada responden. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis dengan
menggunakan metode analisis regresi linear berganda yang bertujuan untuk mengukur pengaruh dua atau lebih
variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent)
Hasil penelitian baik secara bersama-sama maupun parsial mendukung hipotesis penelitian bahwa personal
background, political background , dan pemahaman anggota DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh,
berpengaruh terhadap fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran legislatif di Pemerintah Aceh.
Kata Kunci: Personal Background , Political Background, Pengelolaan Keuangan, Fungsi Pengawasan
legislatif.
Abstract: The Purpose of this study is to examine the effect of Personal background, Political background and
understanding of the members of the provincial parliament of Aceh concerning the financial management of
Aceh on the legislative budget implementation oversight function in the Government of Aceh, either
simultaniously or partially. This research was motivated by the fact that the individual's background influence
the behavior of individuals in political activity.
The population of this study were all members of provincial parliament of Aceh Province Period 2014-2019.
The sampling method was census, in which the entire population as sample. The number of respondents who
successfully obtained are as many as 76 people. Source data used are primary data, with data collection through
questionnaires to the respondents. This study is hypothesis testing using multiple linear regression analysis
method that aims to measure the impact of two or more independent variables (independent) and the dependent
variable (dependent)The results of both studies simultaniously and partially support the research hypothesis that the Personal
background, Political background, and understanding of the members of the provincial parliament of Aceh
concerning the financial management of Aceh, affect on the legislative budget implementation oversight function
in the Government of Aceh.Keywords: Personal Background, Political Background, Financial Management, legislative oversight function .
PENDAHULUAN yang sama dengan daerah lainnya pasca
Provinsi di Indonesia mengalami perubahan pelaksanaan otonomi daerah. Bahkan melalui
Undang-Undang No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus, yang selanjutnya dipertegas melalui Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, maka Aceh berstatus sebagai daerah Otonomi Khusus.
Terdapat tiga aspek utama yang mendukung keberhasilan otonomi daerah, yaitu pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan, dimana ketiga hal tersebut pada dasarnya berbeda, baik konsepsi maupun aplikasinya (Mardiasmo, 2002:219). Terkait dengan hubungan antar eksekutif (Pemerintah Aceh) dan legislatif (DPRA), maka aspek pengawasan merupakan konsep dan aplikasi yang tepat menurut Mardiasmo, karena pengawasan mengacu pada tingkatan atau kegiatan yang dilakukan diluar pihak eksekutif yaitu, masyarakat dan legislatif daerah. (kursif, penulis)
Berkaitan dengan fungsi pengawasan DPRA, khususnya pengawasan pada pelaksanaan Anggaran di Pemerintah Aceh maka dasar hukum yang mengaturnya antara lain: Undang-Undang No. 11 tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh, pada pasal 23 ayat (1) yakni, Tugas dan wewenang DPRA melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Qanun Aceh dan peraturan perundang-undangan lain; Qanun No. 1 tahun 2008 Tentang Pengelolaan keuangan Aceh, pada pasal 275 menyebutkan, DPRA melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Qanun tentang APBA. Berdasarkan ketentuan kedudukan DPRA setara dengan Pemerintah
Aceh dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, sehingga fungsi pengawasan DPRA pada pelaksanaan Anggaran di Pemerintah Aceh merupakan kewenangan yang melekat pada DPRA secara hukum dan DPRA wajib memainkan perannya secara optimal dalam mengemban fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan Anggaran di Pemerintah Aceh.
Pada beberapa tahun terakhir ini, fungsi pengawasan DPRA dalam pelaksanaan Anggaran di Pemerintah Aceh masih sangat lemah, indikasinya terlihat berdasarkan hasil kajian Public Expenditure Analysis and Capacity Strengthening Program (PECCAP) pada tahun 2014 tentang APBA, dimana disampaikan bahwa Perencanaan Anggaran Aceh disusun tidak sesuai data, sehingga telah mengakibatkan kekeliruan pemetaan kebutuhan pembangunan. Salah satu contohnya, ditunjukkan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Aceh yang masih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional, padahal di sisi lain belanja Provinsi Aceh untuk pendidikan, justru merupakan yang tertinggi keempat di Indonesia. Selanjutnya pada saat yang bersamaan, Parlemen Aceh justru ikut menikmati besarnya Anggaran Aceh, dimana tahun 2014 anggaran yang dikucurkan untuk mendukung kegiatan-kegiatan DPRA totalnya hingga mencapai Rp. 154 miliar. Dana itu mendapat kenaikan luar biasa dibandingkan tahun 2000 sampai 2002, yang hanya sebesar Rp. 2 miliar –5 miliar. Sehingga dalam hal ini, jawab terhadap ketimpangan pembangunan di Aceh (PECAPP, 2014).
Sementara dari hasil audit investigasi BPK Perwakilan Aceh, ditemukan adanya salah kelola pada dana otonomi khusus (otsus) Aceh selama 2008-2012. BPK Perwakilan Aceh menunjukkan sekitar Rp. 5,1 triliun (24%) dari total Rp. 21,1 triliun alokasi dana otsus yang telah diterima Aceh selama lima tahun tersebut tidak jelas keberadaannya (Kompas, 2/10 2013; Serambi, 24/10 2013). Selanjutnya dalam Laporan Hasil Pengauditan (LHP) APBA oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) Perwakilan Aceh dalam beberapa tahun terakhir banyak juga ditemukan penyimpangan yakni, temuan kasus oleh BPK pada Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) 2013 yang jumlahnya hingga mencapai Rp. 1 triliun lebih (Harian Aceh, 16 Juni 2014); Pada Laporan Hasil Pengauditan (LHP) APBA 2014 Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) Perwakilan Aceh kembali menemukan total dana hibah dan bansos senilai Rp 94,5 miliar belum bisa dipertanggungjawabkan.
Berangkat dari beberapa uraian permasalahan ini, maka untuk dapat meningkatkan fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran legislatif, mendesak dilakukan analisis lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhinya. Beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi fungsi pengawasan diantaranya adalah personal
background , dimana Willey (2002) dalam
Kartikasari (2012:13) menjelaskan bahwa penyangga, sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa, dengan dimilikinya sumber daya manusia yang berkualitas maka kinerja sebuah organisasi atau institusi dapat berjalan dengan baik, demikian halnya dengan anggota legislatif dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran.
Faktor selanjutnya yang diduga mempengaruhi fungsi pengawasan adalah
Political background. Wiyana (2011:121)
menyatakan tingkat pendidikan, pengalaman di bidang politik dan pemerintahan yang memadai, memiliki pengaruh terhadap peran dan kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah, karena bagaimanapun pengalaman akan sangat menentukan tingkat kematangan anggota DPRD dalam berpolitik. Faktor penting lainnya yang diduga mempengaruhi fungsi pengawasan adalah, pemahaman anggota DPRA tentang Pengelolaan keuangan Aceh. Pada faktor ini, hendak menjelaskan tingkat kemampuan anggota DPRA tentang pengelolaan keuangan publik, baik aturan, prinsip, azas dan tujuan yang terkait dengan tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan APBD, barang inventaris daerah maupun BUMD, dalam proses penyelenggaraan Pemerintah Aceh. Indriantoro dan Supomo (1999) dalam Winarna & Murni (2006:16) menyatakan bahwa pengetahuan diperoleh dari pendidikan dan pengalaman, dimana pengetahuan akan memberikan kontribusi yang pengalaman yang memadai di bidang tugasnya. Yudono (2002:45) kian memperjelas dengan menyatakan bahwa DPRD akan mampu menggunakan haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan kewajibannya secara efektif serta menempatkan kedudukannya secara proporsional, jika setiap anggota mempunyai pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi teknis penyelenggaraan pemerintahan, kebijakan publik dan lain sebagainya. Dengan demikian, pemahaman tentang pengelolaan keuangan Aceh sangat penting dimiliki oleh anggota DPRA yang tugas dan fungsinya termasuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran di Pemerintah Aceh.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Personal background,
Political background dan pemahaman anggota
DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh terhadap fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran legislatif di Pemerintah Aceh, baik secara bersama-sama maupun parsial. Penelitian ini dimulai dengan membahas tinjauan pustaka, dilanjutkan dengan penjelasan metode penelitian dan kemudian diikuti dengan pembahasan mengenai hasil penelitian. Terakhir ditutup dengan memberikan kesimpulan dan saran.
Pengawasan merupakan bagian penting dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. Tanpa adanya fungsi pengawasan, kekuasaan dalam sebuah Negara akan berjalan sesuai (power maker). Dalam kondisi demikian, aspirasi masyarakat sebagai pemegang kedaulatan relatif terabaikan. Dengan demikian, fungsi pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan sangat diperlukan, karena melalui berjalannya fungsi pengawasan yang baik, akan memberikan jaminan tercapainya tujuan dari rencana yang telah ditetapkan serta sekaligus memberi peringatan dini jika terjadi penyimpangan.
Fungsi pengawasan pelaksanaan Anggaran legislatif di Pemerintah Aceh dapat diartikan sebagai pengawasan legislatif daerah terhadap Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Gubernur, Pelaksanaan Peraturan perundangan lain yang terkait dengan penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan laporan keuangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (Undang-undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 100). Fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh DPRA dapat dilaksanakan melalui beberapa mekanisme yaitu melalui rapat kerja, rapat dengar pendapat, rapat dengar pendapat umum, dan kunjungan kerja. Menurut Dewi (2011) Untuk melaksanakan fungsi pengawasan, DPRD dapat menggunakan hak-hak yang dimilikinya antara lain Hak Interpelasi, Hak Angket, Hak Menyatakan Pendapat. Kaho (2001) dalam Dewi (2011) menyatakan bahwa, untuk melaksanakan fungsi ketiga yaitu melakukan pengawasan, DPRD mempunyai hak antara lain: meminta laporan dan Bupati; memperoleh penjelasan dari
TINJAUAN PUSTAKA
pemerintah daerah; melakukan pemeriksaan; memberikan usulan-usulan.
Dengan demikian DPRA sebenarnya mempunyai posisi, tugas dan fungsi yang penting dalam pengawasan APBA. Pelaksanaan fungsi pengawasan keuangan daerah (APBA) oleh DPRA harus dimulai dari proses perencanaan sampai dengan prosess pelaporan. Mardiasmo (2001:13) berpendapat bahwa pengawasan merupakan tahap integral dengan keseluruhan tahap pada penyusunan dan pelaporan APBD, sehingga pengawasan diperlukan pada setiap tahap bukan hanya pada tahap evaluasi saja. Pengawasan yang dilakukan oleh dewan dimulai pada saat proses penyusunan, pengesahan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban APBD. Selanjutnya, Alamsyah (2007:7) memperjelasnya dengan menguraikan tujuan daripada pengawasan APBD yakni untuk menjaga agar: (1) anggaran yang disusun benar-benar dijalankan, (2) pelaksanaan APBD sesuai dengan anggaran yang telah digariskan, dan (3) pelaksanaan APBD benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
Fungsi pengawasan legislatif terhadap pelaksanaan APBA faktanya masih sangat lemah. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh adalah Personal background, Political
background dan pemahaman anggota DPRA
tentang pengelolaan anggaran, hal ini dikarenakan bahwa latar belakang individu berpengaruh terhadap perilaku individu dalam menyebutkan bahwa, “ada dua tingkat orientasi politik yang mempengaruhi perilaku politik yaitu sistem dan individu, Sehingga kelemahan yang terjadi atas peranan legislatif dalam pengawasan keuangan daerah dapat mungkin terjadi, karena kelemahan sistem politiknya ataupun individunya sebagai pelaku politik (Sastroatmodjo dalam Winarna dan Murni, 2007:4). Sedangkan melalui pendekatan
behaviorisme
, individulah yang dipandang secara aktual melakukan kegiatan politik, sedangkan perilaku lembaga politik pada dasarnya merupakan perilaku individu dengan pola tertentu. Oleh karena itu, maka untuk menjelaskan perilaku suatu lembaga yang perlu ditelaah bukan lembaganya, melainkan individu yang berada di dalamnya yang secara aktual mengendalikan lembaga (Subakti, 1977:38)
Faktor Personal background merupakan latar belakang diri yang melekat pada seorang individu, atau yang biasa dipahami sebagai identitas diri. Di dalamnya meliputi banyak aspek, antara lain seperti nama, jenis kelamin, usia, agama, latar belakang pendidikan dan lain sebagainya. Penjelasan umum tentang Personal background atau latar belakang diri, cenderung dijelaskan berdasarkan keterkaitannya dengan isi sebuah tulisan. Berbeda halnya dengan penjelasan umum tentang identitas, dimana relatif lebih mudah diperoleh, meskipun dijelaskan melalui pendekatan ilmu psikologi. Beberapa penjelasan tentang identitas antara lain: secara psikologis, definisi identitas diri secara umum yang tunggal dan pribadi yang sama, yang dikenali oleh orang lain; selanjutnya dalam perspektif psikologi kepribadian, identitas diri merupakan suatu konsep yang digunakan untuk membedakan individu satu dengan individu lainnya (Tajfel, Turner, 1986). Dengan demikian, identitas adalah sebuah informasi spesifik tentang individu tertentu, agar dapat mudah dikenali.
Personal background
berkaitan erat juga dengan kualitas sumber daya manusia. Wiley (2002) menegaskan bahwa sumber daya manusia merupakan pilar utama penyangga sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan organisasi (Kartikasari, 2012:13). Sejalan dengan uraian yang telah disampaikan sebelumnya, maka Personal background merupakan latar belakang diri yang melekat pada seorang individu dan berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia (Kartikasari, 2012:13). Personal background anggota DPRA periode 2014-2019 adalah berdasarkan pada penelitian yang dikembangkan oleh Winarna & Murni (2006), dimana aspek atau dimensi Personal
background dibatasi pada lima dimensi yakni,
jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, bidang pendidikan, latar belakang pekerjaan.
Faktor lain yang diduga berpengaruh adalah Political background, yang diartikan sebagai latar belakang dari nilai, pengalaman dan pengetahuan seseorang di ranah politik (Sari, 2010:21). Kerja-kerja politik anggota menyampaikan suara rakyat, merebut kekuasaan, hingga meraih kontrol atas negara untuk kepentingan rakyat diperoleh melalui aktivitasnya di organisasi dan institusi politik, terutama melalui partai politik dan legislatif. Semua kerja-kerja itu telah membentuk nilai, memberikan pengalaman dan pengetahuan tersendiri bagi anggota legislatif di ranah politik.
Wiyana (2011:121) menyatakan tingkat pendidikan, pengalaman di bidang politik dan pemerintahan yang memadai, memiliki pengaruh terhadap peran dan kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah, karena bagaimanapun pengalaman akan sangat menentukan tingkat kematangan anggota DPRD dalam berpolitik. Ini sejalan juga dengan pendapat La Palombara (1994) dalam Winarna & Murni (2006:4) yang menyatakan bahwa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap, perilaku dan peran legislatif yaitu, institusi politik, partai politik, karakteristik personal, pengalaman politik.
Faktor terakhir yang diduga berpengaruh adalah pemahaman anggota DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh, yang merupakan pengetahuan anggota DPRA tentang keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, pengawasan dan pemeriksaan keuangan Aceh (Qanun No. 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh). Melalui penjelasan ini maka pemahaman anggota DPRA, terkait dengan pengetahuan mereka terhadap aturan, prinsip, azas dan tujuan pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan APBD, barang inventaris daerah maupun
Personal
BUMD, dalam proses penyelenggaraan
background Fungsi Pemerintah Aceh. Pengawasan
Jika merujuk pada pendapat Indriantoro Political
Pelaksanaan background
Anggaran
dan Supomo (1999) dalam Winarna & Murni
Legislatif di Pemerintah Aceh Pemahaman
(2006:16) disebutkan bahwa, pengetahuan akan
Anggota DPRA tentang
memberikan kontribusi yang lebih baik apabila
Pengelolaan
didukung pendidikan dan pengalaman yang keuangan Aceh memadai di bidang tugasnya. Yudono (2002:45)
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiranmemperjelasnya dengan menyatakan bahwa DPRD akan mampu menggunakan haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan
METODE PENELITIAN
kewajibannya secara efektif serta menempatkan Penelitian ini merupakan pengujian kedudukannya secara proporsional, jika setiap hipotesis. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota mempunyai pengetahuan yang cukup seluruh anggota DPRA di Pemerintah Aceh. dalam hal konsepsi teknis penyelenggaraan Dengan jumlah responden sebanyak 76 orang. pemerintahan, kebijakan publik dan lain
Horizon waktu yang digunakan bersifat cross- sebagainya. Dengan demikian, pemahaman
sectional studies yaitu data dikumpulkan
tentang pengelolaan keuangan Aceh sangat sekaligus atau satu tahap. Sumber data yang penting dimiliki oleh anggota DPRA yang tugas digunakan adalah data primer, sedangkan teknik dan fungsinya termasuk melakukan pengawasan pengumpulan data dilakukan dengan terhadap pelaksanaan anggaran di Pemerintah penyebaran kuisioner. Setelah kuisioner Aceh. terkumpul maka dilakukan uji validitas dan uji
Berdasarkan kajian pustaka yang telah reliabilitas. Setelah uji validitas dan reliabilitas, dikemukakan sebelumnya, hipotesis dalam maka dilakukan analisis data. Metode analisis penelitian ini adalah Personal background, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Political background dan pemahaman anggota
regresi linier berganda yang diolah dengan DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh, menggunakan software SPSS versi 20. Model baik secara bersama-sama maupun parsial persamaan dari regresi linier berganda adalah berpengaruh terhadap fungsi pengawasan sebagai berikut: pelaksanaan anggaran legislatif di Pemerintah
Y = 1 X 1 + + + 2 X 2 3 X 3
+
ε
Aceh. Berdasarkan uraian tersebut, skema kerangka pemikiran dapat dijelaskan dalam Dimana Y adalah Fungsi Pengawasan
Pelaksanaan Anggaran Legislatif di Pemerintah Aceh
adalah konstanta, 1,2,3 adalah Koefisien Regresi Personal background (X1), Political background (X2), Pemahaman Anggota DPRA tentang Pengelolaan keuangan Aceh (X3), ε adalah error term.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Validitas dan Realibilitas
0, 157
background , political background dan
Koefisien korelasi (R) sebesar 0,691 menunjukkan kekuatan (keeratan) hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen sebesar 69,1% artinya personal
tentang pengelolaan keuangan Aceh sama dengan nol, maka besarnya fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran legislatif di Pemerintah Aceh bernilai positif sebesar 0,181.
background, dan pemahaman anggota DPRA
) sebesar 0,181 mempunyai arti apabila variabel personal background, political
3= 0,419). Konstanta (
0,391); political background ( 2= 157); pemahaman anggota DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh (
background ( 1=
Berdasarkan hasil uji regresi dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi ( β) masing- masing variabel independen yaitu personal
Y = 0,181+ 0,391X 1 + 0,157 X 2 + 0,419X 3 + ε
(2016) Berdasarkan tabel 1, persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
419 Sumber: Data primer diolah
X3 0,
X2
Pengujian validitas dan realibilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Package For Sosial Science) versi
0, 391
XI
0, 478
0, 691
0, 181
Tabel 1 Hasil Uji Regresi Variabe l Β R R² Konsta nta
Uji hipotesis dilakukan untuk menguji apakah hipotesis penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya diterima atau ditolak. Hasil uji regresi dapat dilihat pada tabel 1.
Hasil Uji Hipotesis
X3. Dengan demikian semua pernyataan dapat dikatakan reliable karena nilai alpha berada di atas 0,6.
variabel yaitu 0,854 untuk variabel Y, sebesar 0,886 untuk X1, 924 untuk X2 dan 0,828 untuk
Cronbach’s Alpha. Nilai Cronbach’s Alpha untuk masing-masing
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
20. Seluruh pernyataan yang diajukan pada kuisioner dinyatakan valid, karena memiliki nilai koefisien korelasi diatas nilai kritis korelasi product moment yaitu 0,223
pemahaman anggota DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh terhadap fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran legislatif di Pemerintah Aceh. Koefisien determinasi (R²) sebesar 0,478, menunjukkan bahwa ada variasi (perubahan-perubahan) yang terjadi pada variabel fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran legislatif di Pemerintah Aceh (Y) sebesar 47,8% disebabkan oleh perubahan yang terjadi secara bersama-sama pada variabel
personal background , political background, dan
Pengaruh Personal Background terhadap fungsi pengawasan Anggaran Legislatif di Pemerintah Aceh.
fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran meningkat sebesar 0,391 satuan pada skala interval. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin baik personal background anggota DPRA maka akan semakin baik juga fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran legislatif di Pemerintah Aceh.
background (X 1 ) sebesar 0,391. Artinya setiap personal background naik 1 satuan maka
terhadap fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran. Koefisien regresi personal
personal background berpengaruh positif
β 1 ≠ 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (H ) ditolak dan menerima hipotesis alternatif (Ha), artinya
koefisien regresi β 1 sebesar 0,391. Hal ini menunjukkan bahwa
personal background diperoleh nilai
Hasil pengujian terhadap variabel
anggaran, berpengaruh terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah/APBD.
pemahaman anggota DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh, sedangkan selebihnya yaitu sebesar 52,2% disebabkan oleh factor-faktor lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.
background, dan
pemahaman anggota DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh secara bersamaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sari (2010), yang menyatakan bahwa personal background , political
background , political background dan
1= 0,391); political background ( 2= 157); pemahaman anggota DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh ( 3= 0,419). Berdasarkan kriteria penerimaan hipotesis jika i (i= 1,2,3) ≠ 0 maka hipotesis pertama diterima. Ini berarti bahwa secara simultan ketiga variabel independen tersebut berpengaruh secara bersama-sama terhadap fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran legislatif di Pemerintah Aceh. Untuk meningkatkan fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran legislatif maka dibutuhkan personal
pemahaman anggota DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh menunjukkan nilai masing-masing koefisien regresi ( β) variabel independen yaitu: personal background (
background , political background, dan
Hasil penelitian terkait personal
Pembahasan Pengaruh Personal Background, Political Background, dan Pemahaman Anggota DPRA tentang Pengelolaan Keuangan Aceh terhadap fungsi pengawasan Anggaran Legislatif di Pemerintah Aceh.
Pengaruh Political Background terhadap fungsi pengawasan Anggaran Legislatif di
Pemerintah Aceh.
semakin baik juga fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran legislatif di Pemerintah Aceh.
political background dan pemahaman anggota
Setelah dilakukan pengujian dan analisis data, secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa personal background,
KESIMPULAN
β 3 sebesar 0,419. Hal ini menunjukkan bahwa β 3 ≠ 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (H ) ditolak dan menerima hipotesis alternatif (Ha), artinya pemahaman anggota DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh berpengaruh positif terhadap fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran di Pemerintah Aceh. Koefisien regresi pemahaman anggota DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh (X 3 ) sebesar 0,419. Artinya semakin meningkatnya pemahaman anggota DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh maka akan meningkatkan fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran di Pemerintah Aceh sebesar 0,419 satuan pada skala interval, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pemahaman anggota DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh maka akan semakin meningkat fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran di Pemerintah Aceh.
Hasil pengujian terhadap variabel pemahaman anggota DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh, diperoleh nilai koefisien regresi
Pengaruh Pemahaman Anggota DPRA tentang Pengelolaan Keuangan Aceh terhadap fungsi pengawasan Anggaran Legislatif di Pemerintah Aceh.
background anggota DPRA maka akan
Hasil pengujian terhadap variabel
peningkatan political background anggota DPRA sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran legislatif di Pemerintah Aceh sebesar 0,157 satuan pada skala interval, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin baik political
background (X 2 ) sebesar 0,157. Artinya setiap
terhadap fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran. Koefisien regresi political
political background berpengaruh positif
β 2 ≠ 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (H ) ditolak dan menerima hipotesis alternatif (Ha), artinya
koefisien regresi β 2 sebesar 0,157. Hal ini menunjukkan bahwa
political background diperoleh nilai
DPRA tentang pengelolaan keuangan Aceh baik secara bersama-sama maupun parsial berpengaruh terhadap fungsi pengawasan pelaksanaan anggaran legislatif di Pemerintah Aceh. Penelitian ini memiliki keterbatasan yakni: Pertama, penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner sehingga kesimpulan yang diambil hanya berdasarkan data yang dikumpulkan melalui kuesioner. Hal tersebut berpotensi menimbulkan masalah jika jawaban responden berbeda dengan keadaan sesungguhnya. Namun demikian, keadaan dimaksud tidak dapat dikendalikan karena penelitian adalah anggota DPRA di Pemerintah
Aceh sehingga kesimpulan yang diambil hanya Pengelolaan Keuangan Daerah .
Pemerintah Aceh, 2008. Qanun No. 1 Tahun berlaku pada DPRA di Pemerintah Aceh dan 2008 tentang Pengelolaan keuangan tidak bisa digeneralisasi untuk DPRD Provinsi
Aceh yang lain.
Pramita & Andriyani. 2010. Determinasi
Hubungan Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dengan Pengawasan Dewan pada Keuangan Daerah . Simposium
DAFTAR PUSTAKA Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto.
Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang No. Alamsyah, 1997. Mekanisme Pengawasan
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
APBD di Kabupaten Sleman, Tesis, Daerah
Yogjakarta: MAP Universitas Gajah Mada.
- , 2004. Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Dewi, Mustika Indah dan Kawedar Warsito.
Keuangan Antara Pemerintah Pusat
2011. Analisis Faktor-faktor yang dan Daerah , Bandung: Citra Umbara.
Mempengaruhi Kapabilitas Anggota DPRD Dalam Pengawasan Keuangan
- , 2004. Undang-Undang No. 15
Daerah (APBD). Artikel, Semarang:
tahun 2004 tentang Pemeriksaan Universitas Diponegoro.
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara, Jakarta: Cipta Jaya.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999.
Metodologi Penelitian Bisnis untuk
- , 2006. Undang-Undang No. 11
Akuntansi dan Manajemen, Yogyakarta:
tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh BPFF.
- --------------------, 2014. Undang-Undang No. 23
Kartikasari, Dewi. 2012. Pengaruh Personal tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,
background, Political background, Jakarta: Sinar Grafika. pemahaman regulasi terhadap peran
- --------------------, 2005. Peraturan Pemerintah anggota DPRD dalam pengawasan
No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
keuangan daerah (studi kasus pada Keuangan Daerah . DPRD Kabupaten Boyolali) , Jurnal
Akutansi, Semarang: Universitas
- , 2001. Keppres No. 74 tahun Negeri Semarang.
2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah . La Palombara, J. 1974. Politics with in Nation, Englewood Cliffs: Prentice-Hall Inc.
Sari, Imelda. 2010. Pengaruh Personal
background, Political background, dan
Mardiasmo, 2001. Pengawasan, Pengendalian,
Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dan Pemeriksaan Kinerja Pemerintah Terhadap Kinerja DPRD dalam Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Pengawasan Keuangan Daerah , Yogjakarta: Andi Offset. Daerah .(APBD). Tesis Program Pasca
Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Keuangan Daerah, Yogyakarta: Andi Tidak dipublikasikan.
Offset.
Surbakti A., Ramlan. 1977. Beberapa Faktor Mardiasmo, 2002. Reformasi Pengelolaan
yang Memengaruhi Kemampuan DPRD Keuangan Daerah: Implementasi Value Tingkat II dalam Menjalankan Fungsi- for Money Audit sebagai Antisipasi fungsinya, Yogyakarta: Fisipol UGM. terhadap Tuntutan Akuntabilitas Publik.
Werimon, Simson. 2005. Pengaruh Partisipasi Jurnal. AAL, Vol. 5 No. 4, Hlm 74 -78
Masyarakat dan Transparansi
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Kebijakan Publik terhadap hubungan
Tahun 2006 tentang Pedoman
antara Pengetahuan Dewan tentaang
Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) . Tesis,
Universitas Diponegoro. Winarna, Jaka, dan Sri Murni. 2006. Pengaruh
Personal background, Political background, dan Pengetahuan Dewan tentang Anggaran Terhadap Peranan DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah . Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar.
Wiyana, Anim. 2011. Pengaruh Personal
background dan Political culture terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah ,
Artikel, Makasar: STIEM Bongaya. Yudono, Bambang. 2002. Optimalisasi Peran
DPRD dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Zarkasi, 2012. Pengawasan Terhadap
Peraturan Daerah , Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Jambi.