Perkembangan Televisi Sebagai Budaya Aud

Perkembangan Televisi Sebagai Budaya Audio-Visual
Oleh : Paulina Damayanti
NIM : 00000012663

Sebagian dari kita pasti pernah melihat pementasan drama, pagelaran wayang,
ketoprak ataupun pertunjukan opera di gedung pertunjukan secara langsung. Pertunjukan
tersebut bukan hanya berisi humor dan bersifat hiburan, namun juga meliki pesan moral yang
disampaikan melalui seni pertunjukan. Isi cerita, make-up dan kostum, tata panggung,
gerakan yang ditampilkan pemain, dan suara (audio) yang dihasilkan merupakan satu paket
komponen yang harus ada di setiap pertunjukan. Untuk dapat menikmati seni pertunjukan
tersebut kita harus menggunakan dua indra yaitu pendengaran untuk menangkap suara
(audio), dan indera penglihatan untuk melihat (visual), sehingga biasa disebut seni
pertunjukan audiovisual.
Media audiovisual menurut Straubhaar (2011) yaitu media yang bisa didengar dan
dilihat secara bersamaan. Media ini menggunakan indra pendengaran dan penglihatan secara
bersamaan dengan tujuan untuk berkomunikasi dan menangkap informasi yang disampaikan.
Media audiovisual, dalam bekerja menyampaikan informasi, menggunakan konsep
komunikasi menurut Lasswell yaitu, who (siapa), says what (berkata apa), in which channel
(dengan media apa), to whom (kepada siapa), with what effect (dampak media tersebut apa),
komponen-komponen tersebut menjadi dasar dari aktifitas komunikasi dengan media apapun
(Littlejohn, 2008). Bahwa semakin bagus teknologi media untuk menyampaikan informasi,

maka semakin efektif dan efisien informasi yang diterimanya dan semakin besar efek yang
ditimbulkannya.
Seperti halnya teknologi yang lain, teknologi media audiovisual juga mengalami
perkembangan. Diambil dari konsep dasar media audiovisual, yaitu media yang bisa didengar
dan dilihat secara bersama, maka muncullah berbagai perkembangan teknologi audiovisual
yang mengadopsi fungsi dasar tersebut, yang semula hanya pertunjukan panggung langsung,
berkembang menggunakan teknologi media audiovisual yang bersifat analog, menggunakan
media rekam dan media televisi dan film analog, hingga berkembang ke teknologi media
audiovisual yang bersifat digital, yang dapat direkam, disebarluaskan secara massal tanpa
batasan jarak.

Sekitar tahun 1920, radio berkembang semakin pesat, dan menjadi media penyiaran
utama. Khalayak waktu itu masih akrab dengan pertunjukan opera ataupun drama di gedunggedung pertunjukan, sekaligus mereka masih menyukai radio. Ketika itu para ilmuan mulai
berfikir tentang menggabungkan ke duanya, ‘suara dan gambar’ yang bisa disatukan.
Menggunakan konsep George Carey yang berhasil mentransmisikan gambar bergerak
menggunakan tenaga listrik (alat faksimile). Konsep tersebut kemudian mengembangkan ide,
bahwa cahaya juga dapat ditansmisikan melalui kabel dan gelombang elektromaknetik, yang
dapat merubah gambar visual menjadi arus gelombang elektrik. Tahun 1920 John Logie Baird
mulai mengembang televisi menggunakan teknologi optic, mekanik dan elektronik untuk
memproduksi siaran gambar visual, mulai dari tahap merekam, menampilkan dan menyiarkan

gambar.
Sejak tahun 1920 hingga 1930 televisi semakin berkembang pesat dan mulai diputar
di seluruh dunia. Kata ‘televisi’ pertama kali sebenarnya sudah diperkenalkan dan populer
sejak tahun 1900, pelopornya adalah Constatin Perskyl saat acara International Congress of
Electricity, namun teknologi audiovisual yang ditampilkan belum sempurna, hingga pada
tahun 1920 menjadi awal dari perkembangan media televisi yang berbentuk tabung. Menurut
Straubhaar (2011), televisi berarti media komunikasi jarak jauh penerima siaran suara (audio)
dan gambar (visual).
Konsep komunikasi audiovisual yang dapat menampilkan suara (audio) dan gambar
(visual), semakin dikembangkan dan disempurnakan sedemikian rupa sehingga semakin
mirip dengan teknik komunikasi audiovisual yang dilakukan manusia secara langsung tanpa
perangkat teknologi. Dalam hal ini, dengan kecanggihan teknologi, media televisi menjadi
teknologi yang dapat menjembatani tercapainya konsep komunikasi audio dan visual ini
secara massal, tanpa batasan jarak dan dapat diputar ulang tanpa batasan waktu.
Televisi (TV) mengalami perkembangan pada akhir tahun 1970 dan awal tahun 1980
TV hitam putih telah berubah menjadi televisi warna dan muncul TV digital. Konsep TV
digital yaitu TV yaitu menggunakan modulasi digital dalam pemrosesan datanya dan
melakukan pendistribusian video, audio dan signal ke perangkat TV. Sehingga TV digital
memiliki gambar dan warna yang lebih jernih daripada TV analog.
Siaran TV digital kemudian mulai berkembang seiring dengan berkembangnya

infrastruktur teknologi berupa kabel serat optic, munculah TV kabel. TV kabel disalurkan
melalui frekuensi radio menggunakan perangkat serat optic, sehingga siaran acara TV kabel

dapat ditangkap tanpa menggunakan antena dengan jangkauan siaran lebih luas dan chanel
program lebih banyak dan berfariasi. Sejak perkembangan TV kabel, industri film mulai
mendistribusikan produksinya melalui Home Box Office (HBO).
Media

teknologi

audiovisual

televisi

semakin

berkembang

ketika


Charles

Ginsburg dan Ray Dolby (1956) menemukan teknologi Video Cassette Recorder (VCR),
yaitu alat perekam suara dan gambar (audiovisual) yang dilengkapi rangkaian TV-tuner yang
bisa menerima siaran TV secara langsung. VCR ini digunakan untuk merekam dan memutar
siaran TV, sehingga khalayak dapat memutar ulang acara siaran TV kapanpun juga sesuai
keinginan. Format VCR ini menggunakan VHS dengan menggunakan pita kaset (tape).
Selain untuk menyimpan program siaran televisi, VCR juga memudahkan kita untuk
memproduksi dan menyimpan pesan atau informasi dalam bentuk video, suara dan gambar
yang bergerak (audiovisual) dengan cara menyimpannya dalam pita kaset.
Televisi sebagai perkembangan media teknologi audiovisual, merupakan salah satu
bentuk teknologi media komunikasi, yang berfungsi untuk mencari informasi, media
pendidikan, ataupun hiburan. Bagi masyarakat modern saat ini yang memiliki karakter
dinamis dan mobile. Televisi sebagai media komunikasi dengan berbagai fungsi yang
disebutkan diatas, menjawab kebutuhan masyarakat dengan perkembangan TV online.
Seiring dengan perkembangan internet, TV pun dapat hadir dengan konsep online TV.
Sehingga dengan koneksi internet, masyarakat dapat mengakses siaran TV dimanapun dan
kapanpun juga dengan berbagai perangkat, mulai dari PC dan smartphone.
Jika dulu televisi hanya dapat dilihat di rumah, sulit untuk dibawa-bawa, dan harus
menggunakan kabel, namun sekarang televisi lebih fleksibel, acara televisi dapat dilihat

dimanapun dan kapapun juga dengan perangkat PC ataupun smartphone dengan media
internet. Sehingga kita bisa melihat program acara televisi kesayangan kita kapanpun dan
dimanapun juga tanpa terpancang jarak dan waktu.
Ditengah kesibukan dan kepenatan, televisi dapat digunakan sebagai media pelepasan
beban dan hiburan yang dapat kita nikmati kapanpun dan dimanapun juga dengan media
internet, dan program acara yang kita sukai atau penting bagi kita juga dapat kita
dokumentasikan dengan media VCR. Teknologi media audiovisual ini sangat memudahkan
manusia dalam mengakses dan menyimpan informasi, dan tidak menutup kemungkinan kita
pun dimudahkan untuk memproduksi ataupun menyebarkan informasi secara audio dan
visual (gambar yang bergerak).

Teknologi media audiovisual televisi yang kini tengah kita nikmati, tidak menutup
kemungkian akan terus berkembang mengikuti perkembangan jaman dan kebutuhan
masyarakat. Karena fungsi teknologi komunikasi sendiri adalah untuk memudahkan
komunikasi manusia, agar dapat menyampaikan dan menerima pesan dengan lebih efektif
dan efisien. Sehingga televisi sebagai salah satu teknologi komunikasi pun akan berkembang
untuk menjawab kebutuhan manusia, selama manusia hidup, selama itu pula manusia masih
berkomunikasi, dan selama itu pulalah teknologi komunikasi akan terus berkembang.

Buku Acuan

Grant, A. E. & Meadows, J. H. (2010). Communication Technology Update and
Fundamentals. 12th Edition. Focal Press
Littlejohn, Stephen W. &Foss, Karen A. . (2008) . Teori Komunikasi :Theories of Human
Communication. Ed 9. Terj. Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta : Salemba Humanika
Rousydiy TAL. (1985). Dasar-Dasar Rhetorica Komunikasi dan Informasi. Medan: Firma
Rainbow Medan
Straubhaar, J., LaRose, R. & Davenport R., (2011). Media Now: Understanding Media,
Culture, and Technology, 2011 Update Seventh Edition. Thomson-Wadsworth
Wibowo, Fred. 1997. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Dokumen yang terkait

Analisis Komposisi Struktur Modal Yang Optimal Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Operasional Pada PT Telagamas Pertiwi Di Surabaya

1 65 76

Kajian Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Edible Film dari Tiga Jenis Pati (Kimpul, Ubi Jalar Putih dan Singkong) dengan Penambahan Filtrat Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Penghambat Bakteri Salmonella.

16 119 21

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

PENGEMBANGAN PROGRAM ACARA CHATZONE(Studi Terhadap Manajemen Program Acara di Stasiun Televisi Lokal Agropolitan Televisi Kota Batu)

0 39 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Pengelolaan Publikasi MelaluiMedia Sosial Sebagai sarana Pengenalan Kegiatan Nandur Dulur( Studi deskriptif pada tim publikasi Nandur Dulur)

0 66 19

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Peranan Deposito Sebagai Sumber Dana Pada PT. Bank X,Tbk. Cabang Buah Batu Bandung

3 47 1

Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 19 17