KERANGKA ACUAN KERTAS KARYA PERORANGAN B
KERANGKA ACUAN KERTAS KARYA PERORANGAN
B.S KEPEMIMPINAN
TEMA PENDIDIKAN
KETAHANAN PANGAN DALAM RANGKA KEMANDIRIAN BANGSA
JUDUL TASKAP
IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RAHMATAN LIL ALAMIN DI
LINGKUNGAN POLRI DALAM PENEGAKAN HUKUM DIBIDANG
PANGAN GUNA MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DALAM
RANGKA
KEMANDIRIAN BANGSA
1. Latar Belakang.
Permasalahan
ketahanan
pangan
bagi
suatu
negara
bukanlah sesuatu yang cukup sederhana, tetapi sangat kompleks
dan
karena
itu
dalam
memecahkan
permasalahan
pangan
tersebut haruslah dalam kerangka berpikir dan langkah-langkah
tindakan yang komprehensip, integral dan holistik. Berdasarkan
beberapa
literatur
setidaknya
permasalahan-permasalahan
dibidang pangan ini ada pada aspek ketersediaan pangan (yang di
dalamnya juga mengandung masalah produksi pangan), distribusi
pangan, konsumsi pangan, pemberdayaan masyarakat dan aspek
manajemen.
Untuk mewujudkan ketahanan pangan khusus bagi bangsa
Indonesia
dalam
kerangka
pencapaian
tujuan
nasional
sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke
empat sudah cukup banyak peraturan perundang-undangan
dibidang
pangan
sebagai
landasan
operasionalnya.
Permasalahannya apakah substansi atau materi dari peraturan
perundang-undangan tersebut sudah baik dan sesuai dengan
kehendak
dan
keinginan
masyarakat
secara
luas
dalam
2
mewujudkan ketahanan pangan maupun kedaulatan pangan
sebagai bagian dari kemandirian bangsa itu sendiri sebagaimana
dikemukakan oleh Friedman dalam teorinya Aktualisasi Hukum.
Berkaitan dengan substansi suatu peraturan perundang-undangan
dalam teori aktulisasi hukum atau peraturan perundang-undangan
Friedman tersebut adalah masalah struktur atau dapat dikatakan
masalah aparat yang menegakkan hukum itu sendiri, baik yang
menyangkut moral maupun profesionalisme mereka.
Sehubungan dengan masalah aparat yang menegakkan
hukum ini, sesuai dengan konstitusi bangsa Indonesia yaitu UUD
1945 pasal 30 ayat (2) dan (4) tidak terlepas dari tugas pokok
Polri dan sesuai dengan undang-undang Nomor 2 tahun 2002
tentang Polri khususnya pasal 3 ayat (1) tidak terlepas dari tugas
pokok Polri dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dari berbagai
Kementerian dan Lembaga yang terkait secara komprehensif
integral sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing.
Berdasarkan pada konstitusi UUD 1945, UU Nomor 2 tahun
2002 tentang Polri, UU Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan peraturan
perundang-undangan lainnya Polri adalah bagian dari struktur
dalam aktualisasi maupun operasionalisasi peraturan perundangundangan
dibidang
pangan.
Sejalan
dengan
dengan
operasionalisasi peraturan perundang-undangan dibidang pangan
untuk mencapai ketahanan pangan tentu saja tidak dapat
dilepaskan dengan peran pemimpin di lingkungan Polri itu sendiri.
Berdasarkan berbagai teori Kepemimpinan, secara sederhana
difinisi Kepemimpinan itu adalah “Kemampuan seseorang untuk
membawa atau mengajak orang-orang lain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan memperoleh kepercayaan
dan respek dari orang-orang itu” (Soeryodiningrat, Kepemimpinan
Abri, 1996). Berkaitan dengan makna Kepemimpinan dengan
3
berbagai teorinya, maka tidak dapat kita pungkiri bahwa peran
seorang pemimpin dalam sebuah organisasi sangatlah penting
dan strategis untuk memastikan tujuan organisasi itu tercapai.
Pada saat Polri masih di lingkungan Abri (sebelum tahun
2000), Kepemimpinan di lingkungan Polri tentu saja senantiasa
berkorelasi
dengan
nilai-nilai
Kepemimpinan
yang
ada
di
lingkungan Abri pada saat itu yang cukup dikenal yaitu dengan
“11 (sebelas) asas Kepemimpinan Abri”. Walaupun tentu saja ada
nilai-nilai
secara
sebagaimana
khusus
adanya
yang
nilai-nilai
berlaku
falsafah
di
lingkungan
hidup
Polri
Polri
yang
bersumber dari Pancasila yaitu Tri Brata dan pedoman kerja Polri
yaitu
Catur
Prasetya,
yang
dengan
sendirinya
akan
mempengaruhi gaya atau style Kepemimpinan di lingkungan Polri.
Akan tetapi setelah berpisah dengan Abri, gaya atau style
kepemimpinan di lingkungan Polri belum ada secara khusus yang
dapat dikatakan sebagai ciri khas Kepemimpinan yang berlaku di
lingkungan
Polri
seperti
ketika
berlaku
11
(sebelas)
asas
Kepemimpinan Abri sebelumnya. Memang telah banyak diskusi
dan kajian-kajian khususnya di Sespimmen dan Sespimti Polri
yang membahas tentang Kepemimpinan di lingkungan Polri ini
yang pada dasarnya identik dengan pembahasan di Lemhannas
yang membahas tentang Kepemimpinan Nasional, Kepemimpinan
Negarawan, Kepemimpinan Visioner, Kepemimpinan Kontemporer,
bahkan karena salah satu tugas pokok Polri adalah pengayoman,
perlindungan dan pelayanan masyarakat maka dikemukakan juga
tentang “kepemimpinan melayani” yang pada dasarnya juga
mendasari dari teori-teori Kepemimpinan Negarawan dan Visioner.
Berkaitan dengan falsafah hidup dan pedoman kerja di atas,
seiring dengan perkembangan reformasi birokrasi Polri telah
terjadi perubahan pemaknaan tentang Tri Brata dan Catur Prasety
dengan ditandai oleh perubahan kata-kata dan pemaknaanya.
Sehingga
sesunguhnya
dengan
mencermati
perubahan
ini,
4
dimana Tri Brata sebagai falsafah hidup Polri dan Catur Prasetya
sebagai pedoman kerja Polri dengan sendirinya akan berpengaruh
pada Kepemimpinan di lingkungan Polri.
Sehubungan
dengan
kondisi
belum
adanya
“brand”
ataupun “merk” khusus yang berlaku dalam kepemimpinan Polri
dan dengan didasarkan kepada pemahaman kehadiran seorang
pemimpin ataupun fitrah dari kehadiran umat manusia yang
seharusnya membawa rahmat bagi sesama manusia maupun
alam serta seisinya (rahmatan lil alamin) sebagaimana yang
dicontohkan oleh junjungan dan panutan umat manusia Nabi
Besar Muhammad S.A.W dan didasarkan akan tujuan kehadiran
Polri ditengah-tengah masyarakat maupun kehidupan berbangsa
dan bernegara maka penulis mengemukakan dalam kaitan
dengan masalah penegakan hukum maupun pengembanan tugastugas Polri lainnya, kepemimpinan yang baik di lingkungan Polri
itu adalah “Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin”. Kepemimpinan
Rahmatan Lil Alamin ini tentu saja pada dasarnya adalah
pengejawantahanan
dari
teori-teori
kepemimpinan
nasional,
negarawan, visioner maupun kontemporer yang dikaitkan dengan
tugas
pokok
kamtibmas
Polri
dan
yaitu
selaku
penegakan
pengayom,
hukum,
pelindung
pemeliharaan
dan
pelayan
masyarakat. Kepemimpinan rahmatan lil alamin ini bila dikaitkan
dengan teori “Scanario Learning” adalah sebuah focal concern
sebagai pernyataan strategis yang menjadi obsesi dengan menitik
beratkan pada pendorong perubahan atau driving forces berupa
variabel-variabel kritikal yaitu Moral dan Profesional. Tentu saja
variabel-variabel atau driving forces yang memberikan kontribusi
kepada terujudnya kepemimpinan rahmatan lil alamin cukup
banyak, tetapi kedua driving forces Moral dan Profesionalisme
merupakan variabel pengungkit yang dapat digambarkan sebagai
garis ordinat dan aksis. Artinya kepemimpinan rahmatan lil alamin
yang diobsesikan di lingkungan Polri khususnya dalam penegakan
5
hukum itu adalah kepemimpinan yang menekankan pada moral
yang positif dan profesionalisme yang positif sebagai daya
pengungkit untuk membawa organisasi penegak hukum yang
bermamfaat bagi sesamanya umat manusia serta memberikan
kemamfaatan dan kebaikan bagi alam dan seisinya. Tidak justru
sebaliknya fenomena yang sering ditunjukkan justru aparat
penegak
hukum
atau
Polri
atas
kehadirannya
membuat
keresahan, keberpihakan dan memberikan keadilan yang tidak
proporsinal
masyarakat
sehingga
kepada
berpengaruh
institusi
Polri
itu
pada
“kepercayaan”
sendiri.
Tidak
justru
kehadiran aparat penegak hukum atau Polri berkolusi dengan para
pengusaha tambang, logging, fishing yang serba illegal sehingga
justru
membuat
kerusakan
bagi
alam
dan
lingkungannya.
Pemilihan focal concern Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin ini
juga berkaitan dengan kondisi tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap Polri, misalnya hasil survey yang dilakukan oleh Political
and Economic Risk Consultancy (PERC) dimana para investor
menempatkan Indonesia sebagai negara kedua terburuk dalam
soal
keamanan
individu
setelah
Philipina.
Penelitian
yang
dilakukan oleh team independent dari Markplus Insight (2009)
yang menyimpulkan tingkat kepuasan masyarakat atas pelayanan
Polri baru 54,33 %. Penelitian yang dilakukan oleh staf ahli Kapolri,
Biro Litbang Polri dan mahasiswa PTIK (2010) yang menyatakan
bahwa tingkat harapan masyarakat atas pelayanan Polri sebesar
86, 32 % sedangkan rata-rata transfaransi pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat baru mencapai 64,21 %, jadi ada
disparitas atau gap sebesar 22,11 %. Penelitian yang dilakukan
oleh PTIK pada tahun 2002 di 10 (sepuluh) Polda yang menyoroti
tentang pergeseran paradigma dan peningkatan kinerja Polri
ditemukan ada dua hal faktor utama yang menerangkan tentang
kinerja Polri, yaitu pemahaman personil tentang paradigma itu
sendiri dan peranan atasan atau kepemimpinan di lingkungan
6
Polri. Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya kehadiran
seorang pemimpin yang baik yang rahmatan lil alamin di
lingkungan organisasi Polri.
2. Identifikasi Masalah.
Sebagaimana diutarakan di atas dalam latar belakang
penulisan Kertas Karya Perorangan ini maka dirumuskan sebagai
identifikasi masalah dalam Taskap ini adalah, apakah dengan
diimplementasikannya Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin di
lingkungan Polri dalam penegakan hukum dibidang pangan dapat
memberikan
kontribusi
peningkatan
ketahanan
pangan
dan
peningkatan ketahanan pangan dapat memberikan kontribusi
terujudnya kemandirian bangsa ?. Identifikasi permasalahan ini
akan dijawab dalam penjelasan bab demi bab sebagai jawaban
dari pokok-pokok persoalan selanjutnya.
3. Pokok-pokok Persoalan.
Dari identifikasi masalah di atas, maka pokok-pokok
persoalan yang harus dijawab dalam Taskap ini dirumuskan antara
lain adalah :
a. Apa saja landasan pemikiran yang digunakan untuk
menjelaskan
identifikasi
masalah
dan
pokok-pokok
persoalan ?.
b. Bagaimana kondisi kepemimpinan di lingkungan Polri
dalam penegakan hukum dibidang pangan dan bagaimana
permasalahan ketahanan pangan saat ini ?.
c. Perkembangan lingkungan strategi apa saja yang dapat
mempengaruhi implementasi kepemimpinan rahmatan lil
alamin dalam penegakan hukum di bidang pangan ?.
d. Bagaimana postur kepemimpinan rahmatan lil alamim
dalam penegakan hukum dibidang pangan yang dapat
7
memberikan kontribusi ketahanan pangan dan kemandirian
bangsa ?.
e. Bagaimana konsepsi kepemimpinan rahmatan lil alamin
dalam penegakan hukum dibidang pangan ?.
4. Kerangka Pikir Awal.
a. Alur Pikir.
Sebagai
sebuah
persyaratan
untuk
memudahkan
penulisan Kertas Karya Perorangan (Taskap) di Lemhannas
ini diusulkan Alur Pikir sebagaimana terlampir.
b. Pola Pikir.
Demikian juga untuk mewadahi cara berpikir dalam
penulisan
Kertas
Karya
Perorangan
ini
yang
sering
digambarkan siapa melakukan apa, dengan cara bagaimana
yang sering disebut dalam black box sistem (Subyek –
Obyek – Metode) divisualisasikan dalam pola pikir. Black box
sistem
ini
akan
menguraikan
bagaimana
perumusan
kebijakan yang diambil secara konprehensif integral dan
holistik
khusus
dalam
implementasi
Kepemimpinan
rahmatan lil alamin, kemudian strategi dan upayanya.
Performance kebijakan, strategi dan upaya ini senantiasa
akan
dipengaruhi
oleh
paradigma
nasional
dan
perkembangan lingkungan strategis. Untuk lebih jelasnya
Pola
Pikir
Kertas
Karya
Perorangan
yang
diusulkan
sebagaimana terlampir.
5. Kerangka Awal Sitimatika.
Setelah memperhatikan latar belakang penulisan Taskap
dengan judul Implementasi Kepemimpian Rahmatan Lil Alamin
di Lingkungan Polri Dalam Penegakan Hukum Dibidang Pangan
Guna
Peningkatan
Ketahanan
Pangan
Dalam
Rangka
Kemandirian Bangsa, alur pikir dan pola pikir serta pedoman
8
dalam membuat Taskap di lingkungan Lemhannas, maka
sistimatika penulisan direncanakan sebagai berikut :
Bab I
Bab II
Bab III
Pendahuluan.
1
Umum
2
Maksud dan Tujuan
3
Ruang Lingkup dan Sistimatika
4
Metode dan Pendekatan
5
Pengertian
Landasan Pemikiran.
6
Umum
7
Paradigma Nasional
8
Peraturan Perundang-undangan
9
Landasan Teori
10
Tinjauan Pustaka
Kondisi Kepemimpinan di Lingkungan Polri Dalam
Penegakan Hukum Dibidang Pangan Saat Ini dan
Permasalahan Ketahan Pangan.
11
Umum
12
Kepemimpinan di Lingkungan Polri Saat Ini
dan Persepsi Masyarakat Terhadap Polri
13
Serta Permasalahan Ketahanan Pangan.
Implikasi
Penerapan
Kepemimpinan
Rahmatan Lil Alamin di Lingkungan Polri
Pada Penegakan Hukum Dibidang Pangan
Terhadap Ketahanan Pangan dan Implikasi
Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap
Bab IV
Bab V
Kemandirian Bangsa.
14
Permasalahan yang Ditemukan.
Pengaruh Perkembangan Lingkungan Strategis
15
Umum
16
Pengaruh Perkembangan Global.
17
Pengaruh Perkembangan Regional.
18
Pengaruh Perkembangan Nasional.
19
Peluang dan Kendala
Postur Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin di
Lingkungan
Dibidang
Polri
Pangan
Dalam
yang
Penegakan
Dapat
Hukum
Mendukung
Ketahanan Pangan dan Kemandirian Bangsa.
20
Umum
21
Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin yang
9
22
Diharapakan.
Kontribusi Impelementasi Kepemimpinan
Rahmatan Lil Alamin Dalam Penegakan
Hukum
Dibidang
Peningkatan
Pangan
Ketahanan
Terhadap
Pangan
dan
Kontribusi Peningkatan Ketahanan Pangan
Bab VI
Terhadap Kemandirian Bangsa.
23
Indikator Keberhasilan
Konsepsi Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin
Dalam Penegakan Hukum Dibidang Pangan yang
Mampu
Bab VII
Mendukung
Ketahanan
Pangan
dan
Kemandirian Bangsa.
24
Umum.
25
Kebijakan.
26
Strategi.
27
Upaya.
Penutup.
28
Kesimpulan.
29
Saran.
Jakarta,
Mei 2012
Peserta PPRA XLVIII/ 2012
Zulkarnain.
Nomor Absen : 82
B.S KEPEMIMPINAN
TEMA PENDIDIKAN
KETAHANAN PANGAN DALAM RANGKA KEMANDIRIAN BANGSA
JUDUL TASKAP
IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RAHMATAN LIL ALAMIN DI
LINGKUNGAN POLRI DALAM PENEGAKAN HUKUM DIBIDANG
PANGAN GUNA MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DALAM
RANGKA
KEMANDIRIAN BANGSA
1. Latar Belakang.
Permasalahan
ketahanan
pangan
bagi
suatu
negara
bukanlah sesuatu yang cukup sederhana, tetapi sangat kompleks
dan
karena
itu
dalam
memecahkan
permasalahan
pangan
tersebut haruslah dalam kerangka berpikir dan langkah-langkah
tindakan yang komprehensip, integral dan holistik. Berdasarkan
beberapa
literatur
setidaknya
permasalahan-permasalahan
dibidang pangan ini ada pada aspek ketersediaan pangan (yang di
dalamnya juga mengandung masalah produksi pangan), distribusi
pangan, konsumsi pangan, pemberdayaan masyarakat dan aspek
manajemen.
Untuk mewujudkan ketahanan pangan khusus bagi bangsa
Indonesia
dalam
kerangka
pencapaian
tujuan
nasional
sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke
empat sudah cukup banyak peraturan perundang-undangan
dibidang
pangan
sebagai
landasan
operasionalnya.
Permasalahannya apakah substansi atau materi dari peraturan
perundang-undangan tersebut sudah baik dan sesuai dengan
kehendak
dan
keinginan
masyarakat
secara
luas
dalam
2
mewujudkan ketahanan pangan maupun kedaulatan pangan
sebagai bagian dari kemandirian bangsa itu sendiri sebagaimana
dikemukakan oleh Friedman dalam teorinya Aktualisasi Hukum.
Berkaitan dengan substansi suatu peraturan perundang-undangan
dalam teori aktulisasi hukum atau peraturan perundang-undangan
Friedman tersebut adalah masalah struktur atau dapat dikatakan
masalah aparat yang menegakkan hukum itu sendiri, baik yang
menyangkut moral maupun profesionalisme mereka.
Sehubungan dengan masalah aparat yang menegakkan
hukum ini, sesuai dengan konstitusi bangsa Indonesia yaitu UUD
1945 pasal 30 ayat (2) dan (4) tidak terlepas dari tugas pokok
Polri dan sesuai dengan undang-undang Nomor 2 tahun 2002
tentang Polri khususnya pasal 3 ayat (1) tidak terlepas dari tugas
pokok Polri dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dari berbagai
Kementerian dan Lembaga yang terkait secara komprehensif
integral sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing.
Berdasarkan pada konstitusi UUD 1945, UU Nomor 2 tahun
2002 tentang Polri, UU Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan peraturan
perundang-undangan lainnya Polri adalah bagian dari struktur
dalam aktualisasi maupun operasionalisasi peraturan perundangundangan
dibidang
pangan.
Sejalan
dengan
dengan
operasionalisasi peraturan perundang-undangan dibidang pangan
untuk mencapai ketahanan pangan tentu saja tidak dapat
dilepaskan dengan peran pemimpin di lingkungan Polri itu sendiri.
Berdasarkan berbagai teori Kepemimpinan, secara sederhana
difinisi Kepemimpinan itu adalah “Kemampuan seseorang untuk
membawa atau mengajak orang-orang lain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan memperoleh kepercayaan
dan respek dari orang-orang itu” (Soeryodiningrat, Kepemimpinan
Abri, 1996). Berkaitan dengan makna Kepemimpinan dengan
3
berbagai teorinya, maka tidak dapat kita pungkiri bahwa peran
seorang pemimpin dalam sebuah organisasi sangatlah penting
dan strategis untuk memastikan tujuan organisasi itu tercapai.
Pada saat Polri masih di lingkungan Abri (sebelum tahun
2000), Kepemimpinan di lingkungan Polri tentu saja senantiasa
berkorelasi
dengan
nilai-nilai
Kepemimpinan
yang
ada
di
lingkungan Abri pada saat itu yang cukup dikenal yaitu dengan
“11 (sebelas) asas Kepemimpinan Abri”. Walaupun tentu saja ada
nilai-nilai
secara
sebagaimana
khusus
adanya
yang
nilai-nilai
berlaku
falsafah
di
lingkungan
hidup
Polri
Polri
yang
bersumber dari Pancasila yaitu Tri Brata dan pedoman kerja Polri
yaitu
Catur
Prasetya,
yang
dengan
sendirinya
akan
mempengaruhi gaya atau style Kepemimpinan di lingkungan Polri.
Akan tetapi setelah berpisah dengan Abri, gaya atau style
kepemimpinan di lingkungan Polri belum ada secara khusus yang
dapat dikatakan sebagai ciri khas Kepemimpinan yang berlaku di
lingkungan
Polri
seperti
ketika
berlaku
11
(sebelas)
asas
Kepemimpinan Abri sebelumnya. Memang telah banyak diskusi
dan kajian-kajian khususnya di Sespimmen dan Sespimti Polri
yang membahas tentang Kepemimpinan di lingkungan Polri ini
yang pada dasarnya identik dengan pembahasan di Lemhannas
yang membahas tentang Kepemimpinan Nasional, Kepemimpinan
Negarawan, Kepemimpinan Visioner, Kepemimpinan Kontemporer,
bahkan karena salah satu tugas pokok Polri adalah pengayoman,
perlindungan dan pelayanan masyarakat maka dikemukakan juga
tentang “kepemimpinan melayani” yang pada dasarnya juga
mendasari dari teori-teori Kepemimpinan Negarawan dan Visioner.
Berkaitan dengan falsafah hidup dan pedoman kerja di atas,
seiring dengan perkembangan reformasi birokrasi Polri telah
terjadi perubahan pemaknaan tentang Tri Brata dan Catur Prasety
dengan ditandai oleh perubahan kata-kata dan pemaknaanya.
Sehingga
sesunguhnya
dengan
mencermati
perubahan
ini,
4
dimana Tri Brata sebagai falsafah hidup Polri dan Catur Prasetya
sebagai pedoman kerja Polri dengan sendirinya akan berpengaruh
pada Kepemimpinan di lingkungan Polri.
Sehubungan
dengan
kondisi
belum
adanya
“brand”
ataupun “merk” khusus yang berlaku dalam kepemimpinan Polri
dan dengan didasarkan kepada pemahaman kehadiran seorang
pemimpin ataupun fitrah dari kehadiran umat manusia yang
seharusnya membawa rahmat bagi sesama manusia maupun
alam serta seisinya (rahmatan lil alamin) sebagaimana yang
dicontohkan oleh junjungan dan panutan umat manusia Nabi
Besar Muhammad S.A.W dan didasarkan akan tujuan kehadiran
Polri ditengah-tengah masyarakat maupun kehidupan berbangsa
dan bernegara maka penulis mengemukakan dalam kaitan
dengan masalah penegakan hukum maupun pengembanan tugastugas Polri lainnya, kepemimpinan yang baik di lingkungan Polri
itu adalah “Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin”. Kepemimpinan
Rahmatan Lil Alamin ini tentu saja pada dasarnya adalah
pengejawantahanan
dari
teori-teori
kepemimpinan
nasional,
negarawan, visioner maupun kontemporer yang dikaitkan dengan
tugas
pokok
kamtibmas
Polri
dan
yaitu
selaku
penegakan
pengayom,
hukum,
pelindung
pemeliharaan
dan
pelayan
masyarakat. Kepemimpinan rahmatan lil alamin ini bila dikaitkan
dengan teori “Scanario Learning” adalah sebuah focal concern
sebagai pernyataan strategis yang menjadi obsesi dengan menitik
beratkan pada pendorong perubahan atau driving forces berupa
variabel-variabel kritikal yaitu Moral dan Profesional. Tentu saja
variabel-variabel atau driving forces yang memberikan kontribusi
kepada terujudnya kepemimpinan rahmatan lil alamin cukup
banyak, tetapi kedua driving forces Moral dan Profesionalisme
merupakan variabel pengungkit yang dapat digambarkan sebagai
garis ordinat dan aksis. Artinya kepemimpinan rahmatan lil alamin
yang diobsesikan di lingkungan Polri khususnya dalam penegakan
5
hukum itu adalah kepemimpinan yang menekankan pada moral
yang positif dan profesionalisme yang positif sebagai daya
pengungkit untuk membawa organisasi penegak hukum yang
bermamfaat bagi sesamanya umat manusia serta memberikan
kemamfaatan dan kebaikan bagi alam dan seisinya. Tidak justru
sebaliknya fenomena yang sering ditunjukkan justru aparat
penegak
hukum
atau
Polri
atas
kehadirannya
membuat
keresahan, keberpihakan dan memberikan keadilan yang tidak
proporsinal
masyarakat
sehingga
kepada
berpengaruh
institusi
Polri
itu
pada
“kepercayaan”
sendiri.
Tidak
justru
kehadiran aparat penegak hukum atau Polri berkolusi dengan para
pengusaha tambang, logging, fishing yang serba illegal sehingga
justru
membuat
kerusakan
bagi
alam
dan
lingkungannya.
Pemilihan focal concern Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin ini
juga berkaitan dengan kondisi tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap Polri, misalnya hasil survey yang dilakukan oleh Political
and Economic Risk Consultancy (PERC) dimana para investor
menempatkan Indonesia sebagai negara kedua terburuk dalam
soal
keamanan
individu
setelah
Philipina.
Penelitian
yang
dilakukan oleh team independent dari Markplus Insight (2009)
yang menyimpulkan tingkat kepuasan masyarakat atas pelayanan
Polri baru 54,33 %. Penelitian yang dilakukan oleh staf ahli Kapolri,
Biro Litbang Polri dan mahasiswa PTIK (2010) yang menyatakan
bahwa tingkat harapan masyarakat atas pelayanan Polri sebesar
86, 32 % sedangkan rata-rata transfaransi pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat baru mencapai 64,21 %, jadi ada
disparitas atau gap sebesar 22,11 %. Penelitian yang dilakukan
oleh PTIK pada tahun 2002 di 10 (sepuluh) Polda yang menyoroti
tentang pergeseran paradigma dan peningkatan kinerja Polri
ditemukan ada dua hal faktor utama yang menerangkan tentang
kinerja Polri, yaitu pemahaman personil tentang paradigma itu
sendiri dan peranan atasan atau kepemimpinan di lingkungan
6
Polri. Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya kehadiran
seorang pemimpin yang baik yang rahmatan lil alamin di
lingkungan organisasi Polri.
2. Identifikasi Masalah.
Sebagaimana diutarakan di atas dalam latar belakang
penulisan Kertas Karya Perorangan ini maka dirumuskan sebagai
identifikasi masalah dalam Taskap ini adalah, apakah dengan
diimplementasikannya Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin di
lingkungan Polri dalam penegakan hukum dibidang pangan dapat
memberikan
kontribusi
peningkatan
ketahanan
pangan
dan
peningkatan ketahanan pangan dapat memberikan kontribusi
terujudnya kemandirian bangsa ?. Identifikasi permasalahan ini
akan dijawab dalam penjelasan bab demi bab sebagai jawaban
dari pokok-pokok persoalan selanjutnya.
3. Pokok-pokok Persoalan.
Dari identifikasi masalah di atas, maka pokok-pokok
persoalan yang harus dijawab dalam Taskap ini dirumuskan antara
lain adalah :
a. Apa saja landasan pemikiran yang digunakan untuk
menjelaskan
identifikasi
masalah
dan
pokok-pokok
persoalan ?.
b. Bagaimana kondisi kepemimpinan di lingkungan Polri
dalam penegakan hukum dibidang pangan dan bagaimana
permasalahan ketahanan pangan saat ini ?.
c. Perkembangan lingkungan strategi apa saja yang dapat
mempengaruhi implementasi kepemimpinan rahmatan lil
alamin dalam penegakan hukum di bidang pangan ?.
d. Bagaimana postur kepemimpinan rahmatan lil alamim
dalam penegakan hukum dibidang pangan yang dapat
7
memberikan kontribusi ketahanan pangan dan kemandirian
bangsa ?.
e. Bagaimana konsepsi kepemimpinan rahmatan lil alamin
dalam penegakan hukum dibidang pangan ?.
4. Kerangka Pikir Awal.
a. Alur Pikir.
Sebagai
sebuah
persyaratan
untuk
memudahkan
penulisan Kertas Karya Perorangan (Taskap) di Lemhannas
ini diusulkan Alur Pikir sebagaimana terlampir.
b. Pola Pikir.
Demikian juga untuk mewadahi cara berpikir dalam
penulisan
Kertas
Karya
Perorangan
ini
yang
sering
digambarkan siapa melakukan apa, dengan cara bagaimana
yang sering disebut dalam black box sistem (Subyek –
Obyek – Metode) divisualisasikan dalam pola pikir. Black box
sistem
ini
akan
menguraikan
bagaimana
perumusan
kebijakan yang diambil secara konprehensif integral dan
holistik
khusus
dalam
implementasi
Kepemimpinan
rahmatan lil alamin, kemudian strategi dan upayanya.
Performance kebijakan, strategi dan upaya ini senantiasa
akan
dipengaruhi
oleh
paradigma
nasional
dan
perkembangan lingkungan strategis. Untuk lebih jelasnya
Pola
Pikir
Kertas
Karya
Perorangan
yang
diusulkan
sebagaimana terlampir.
5. Kerangka Awal Sitimatika.
Setelah memperhatikan latar belakang penulisan Taskap
dengan judul Implementasi Kepemimpian Rahmatan Lil Alamin
di Lingkungan Polri Dalam Penegakan Hukum Dibidang Pangan
Guna
Peningkatan
Ketahanan
Pangan
Dalam
Rangka
Kemandirian Bangsa, alur pikir dan pola pikir serta pedoman
8
dalam membuat Taskap di lingkungan Lemhannas, maka
sistimatika penulisan direncanakan sebagai berikut :
Bab I
Bab II
Bab III
Pendahuluan.
1
Umum
2
Maksud dan Tujuan
3
Ruang Lingkup dan Sistimatika
4
Metode dan Pendekatan
5
Pengertian
Landasan Pemikiran.
6
Umum
7
Paradigma Nasional
8
Peraturan Perundang-undangan
9
Landasan Teori
10
Tinjauan Pustaka
Kondisi Kepemimpinan di Lingkungan Polri Dalam
Penegakan Hukum Dibidang Pangan Saat Ini dan
Permasalahan Ketahan Pangan.
11
Umum
12
Kepemimpinan di Lingkungan Polri Saat Ini
dan Persepsi Masyarakat Terhadap Polri
13
Serta Permasalahan Ketahanan Pangan.
Implikasi
Penerapan
Kepemimpinan
Rahmatan Lil Alamin di Lingkungan Polri
Pada Penegakan Hukum Dibidang Pangan
Terhadap Ketahanan Pangan dan Implikasi
Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap
Bab IV
Bab V
Kemandirian Bangsa.
14
Permasalahan yang Ditemukan.
Pengaruh Perkembangan Lingkungan Strategis
15
Umum
16
Pengaruh Perkembangan Global.
17
Pengaruh Perkembangan Regional.
18
Pengaruh Perkembangan Nasional.
19
Peluang dan Kendala
Postur Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin di
Lingkungan
Dibidang
Polri
Pangan
Dalam
yang
Penegakan
Dapat
Hukum
Mendukung
Ketahanan Pangan dan Kemandirian Bangsa.
20
Umum
21
Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin yang
9
22
Diharapakan.
Kontribusi Impelementasi Kepemimpinan
Rahmatan Lil Alamin Dalam Penegakan
Hukum
Dibidang
Peningkatan
Pangan
Ketahanan
Terhadap
Pangan
dan
Kontribusi Peningkatan Ketahanan Pangan
Bab VI
Terhadap Kemandirian Bangsa.
23
Indikator Keberhasilan
Konsepsi Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin
Dalam Penegakan Hukum Dibidang Pangan yang
Mampu
Bab VII
Mendukung
Ketahanan
Pangan
dan
Kemandirian Bangsa.
24
Umum.
25
Kebijakan.
26
Strategi.
27
Upaya.
Penutup.
28
Kesimpulan.
29
Saran.
Jakarta,
Mei 2012
Peserta PPRA XLVIII/ 2012
Zulkarnain.
Nomor Absen : 82