Pola Keterkaitan Antara Variabel Sosial (1)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Menurut World Bank, jumlah populasi Indonesia merupakan yang ke-4
terbesar di dunia dengan tren selalu meningkat setiap tahun. Dari data Badan Pusat
Statistik (BPS) disebutkan pula bahwa jumlah penduduk Indonesia pada masingmasing propinsi cenderung mengalami kenaikan tiap tahun, dimana laju
pertumbuhan penduduk Indonesia pada tahun 2010-2014 rata-rata mencapai 1,4
persen. Seiring dengan peningkatan tersebut, maka angka kebutuhan pokok yakni
sandang, pangan, dan papan semakin meningkat. Kebutuhan energi untuk
kehidupan sehari-hari pun turut meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk
ini.
Berdasarkan publikasi Outlook Energi Indonesia 2014 dari Badan Penelitian
dan Pengembangan Teknologi (BPPT) menyatakan, konsumsi energi final di
Indonesia pada periode 2000-2012 meningkat rata-rata sebesar 2,9 persen per
tahun. Jenis energi yang paling dominan adalah penggunaan bahan bakar minyak
(BBM) yang meliputi avtur, avgas, bensin, minyak tanah, minyak solar, minyak
diesel, dan minyak bakar. Sektor transportasi merupakan sektor pengguna BBM

yang paling besar. Apabila sumber energi BBM yang bersifat tak terbaharukan ini
habis, maka akan menyebabkan terganggunya aktifitas masyarakat di Indonesia,
baik dalam bidang industri maupun rumah tangga.
Masih menurut Outlook Energi Indonesia 2014, pada tahun 2012 pangsa
terbesar penggunaan energi adalah sektor industri sebesar 34,8 persen diikuti oleh

1

sektor rumah tangga di urutan kedua dengan 30,7 persen, lalu transportasi (28,8
persen), komersial (3,3 persen), dan lainnya (2,4 persen). Selain itu, juga terjadi
penurunan cadangan bahan bakar fosil yaitu antara 2011-2012 terjadi penurunan
sumber daya batubara dari 120 milliar ton menjadi 119 milliar ton. Pada tahun
2011, total cadangan minyak Indonesia sebesar 7,73 milyar barel yang terdiri atas
sekitar 4,04 miliar barel cadangan terbukti (proven) dan 3,69 miliar barel cadangan
potensial. Pada 2012, total cadangan minyak tersebut menurun menjadi 7,41
milyar barel yang terdiri atas 3,74 milyar barel cadangan terbukti dan 3,67 milyar
barel cadangan potensial.
Dengan rasio cadangan produksi sumber energi fosil yang ada, diperkirakan
potensi pemanfaatan batubara akan habis 75 tahun lagi, potensi gas akan bertahan
hampir 33 tahun dan potensi minyak bumi hanya dapat dimanfaatkan dalam 12

tahun lagi jika tidak ditemukan sumber cadangan yang baru. Hingga saat ini sudah
banyak usaha pencarian energi terbaharukan yang dilakukan. Potensi energi
terbaharukan seperti tenaga air, angin, panas bumi, surya, samudra, dan biomassa
jumlahnya cukup memadai namun tersebar. Beberapa potensi energi terbaharukan
tersebut telah diteliti dan dipersiapkan proyek pengelolaannya.
Langkah penghematan energi perlu dilakukan mengingat potensi cadangan
energi dari bahan bakar fosil yang ada sudah mulai menipis dan belum
beroperasinya potensi energi terbaharukan. Beberapa contoh langkah yang
sederhana bisa dilakukan dengan cara mematikan lampu atau peralatan elektronik
apabila tidak digunakan, menggunakan lampu hemat energi, menutup panci atau
wajan saat memasak, dan menggunakan BBM (premium, solar, dan pertamax)
dengan bijak yang berarti alat transportasi digunakan saat benar-benar diperlukan,

2

bukan untuk kegiatan hura-hura begitu saja. Hal ini juga perlu dilakukan agar
terciptanya kestabilan aktivitas masyarakat jika suatu ketika terjadi krisis energi.
Langkah penghematan dan mencari sumber energi yang terbaharukan
adalah kunci dari permasalahan ini, sesuai dengan capaian yang tertuang dalam
Universal Sustainable Development Goals (SDG) tahun 2015 pada point 7, yaitu


menjamin masyarakat mendapatkan energi yang terjangkau, dapat diandalkan,
dapat berkelanjutan dan bersifat modern, yang mana pencapaian tujuan ini
menempati posisi ke -2 sebagai pencapaian tersulit dalam laporan tersebut.
Di berbagai belahan dunia, isu penghematan energi sudah mendapat
perhatian khusus. Di Jepang misalnya, setsuden atau hemat listrik adalah solusi
yang diberlakukan oleh pemerintah Jepang ketika mengalami kondisi krisis energi
sejak Pembangkit Tenaga Listrik Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi terpaksa
berhenti karena guncangan gempa tahun 2011 lalu. Propaganda untuk melakukan
setsuden di semua sektor dari rumah tangga, bisnis hingga industri diberlakukan

sejak Juli 2011 secara gencar di media cetak dan elektronik. Langkah tersebut
efektif menyelamatkan Jepang dari kekurangan energi hingga akhirnya kebijakkan
tersebut dicabut pada September 2011.
Di Indonesia sendiri, gerakan penghematan energi sudah sering terdengar.
Sudah banyak peraturan pemerintah yang menghimbau penghematan energi
misalnya Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 2013 tentang Penghematan Energi
dan Air, Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hemat Energi, dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2012
tentang Penghematan Energi Listrik.


3

Namun, bagaimana penghematan energi di rumah tangga telah dilakukan
belum dapat diukur secara pasti sehingga untuk melihat perilaku hemat energi
dilakukan pendekatan terhadap beberapa indikator yang dapat memperlihatkan
kondisi penghematan energi. Selain itu, perilaku hemat energi ini pun tentu tidak
dapat berdiri sendiri. Diduga, keadaan perilaku hemat energi di rumah tangga
memiliki keterkaitan dengan kondisi sosial demografinya. Untuk itulah penelitian
ini bermaksud untuk melihat keterkaitan perilaku hemat energi melalui beberapa
indikatornya terhadap variabel-variabel sosial demografi dan pengetahuan tentang
peduli lingkungan hidup untuk dapat menjelaskan lebih dalam bagaimana perilaku
hemat energi rumah tangga di Indonesia.

1.2

Identifikasi dan Batasan Masalah

Penghematan energi sudah lama bergaung di berbagai media massa terkait
dengan semakin menipisnya cadangan energi di Indonesia. Hal ini sudah

disosialisasikan

ke

berbagai

lapisan

masyarakat

dengan

menggalakkan

penghematan energi di berbagai tempat misalnya rumah tangga, tempat kerja,
sekolah dan banyak lagi. Di Indonesia, pangsa yang memiliki penggunaan energi
terbesar kedua adalah rumah tangga yaitu 30 persen. Rumah tangga menjadi unit
terkecil dalam penggunaan energi, namun jumlah rumah tangga yang besar
membuat jumlah konsumsinya menjadi besar pula. Rumah tangga juga merupakan
lingkup terdekat bagi kita untuk menerapkan prinsip-prinsip penghematan energi

secara mudah.
Sayangnya hingga saat ini, belum terdapat pengukuran bagaimana dan
seberapa jauh perilaku hemat energi telah dilakukan oleh rumah tangga di

4

Indonesia. Perilaku hemat energi di rumah tangga yang dimaksud disini adalah
perilaku hemat energi di dalam rumah tangga, yaitu energi untuk memasak dan
energi listrik.
Untuk memperluas gambaran kondisi perilaku hemat energi rumah tangga
di Indonesia, peneliti ingin melihat apakah perilaku hemat energi di rumah tangga
berkaitan dengan keadaan sosial demografi dan pengetahuan perilaku peduli
lingkungan hidup di rumah tangga. Selain itu, peneliti juga melihat bagaimanakah
hubungan diantara variabel-variabel ini sehingga dapat

memperlihatkan

karakteristik rumah tangga yang telah melakukan perilaku hemat energi dengan
baik.
Indonesia yang merupakan negara sedang berkembang. Dengan jumlah

pulau yang sangat banyak dan kondisi wilayah yang beragam, membuat terjadinya
perbedaan keadaan ekonomi, sosial dan demografi antara perkotaan dan perdesaan.
Hal ini membuat peneliti juga tertarik untuk melihat perilaku hemat energi antara
rumah tangga perdesaan dan perkotaan.
Penelitian ini tidak memasukkan penggunaan energi untuk transportasi
seperti bensin, solar dan lain-lain karena penghitungan jumlah dan penggunaan
bahan bakar tersebut masih sulit dilakukan. Selain itu, di Indonesia distribusi BBM
yang masih tergolong rumit terutama untuk daerah timur Indonesia akan berdampak
kompleks pada harga dan jumlah penggunaan bahan bakarnya.

1.3

Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, masalah yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah belum diketahuinya gambaran perilaku hemat energi rumah

5

tangga di Indonesia dengan kondisi cadangan energi yang terus menurun dari tahun

ke tahun sehingga dikhawatirkan akan terjadi krisis energi jika masyarakat tidak
segera menyadari keadaan ini. Berdasarkan penelitian sebelumnya, faktor sosial
demografi diketahui berkaitan dengan perilaku hemat energi di rumah tangga.
Dengan demikian permasalahan perilaku hemat energi rumah tangga ini
dapat dirumuskan menjadi berbagai pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran perilaku hemat energi di rumah tangga di Indonesia
melalui indikator-indikator yang ada?
2. Bagaimana keterkaitan antara variabel–variabel sosial demografi dengan
perilaku hemat energi di rumah tangga di Indonesia?
3. Apakah pengetahuan perilaku peduli lingkungan hidup juga terkait dengan
perilaku hemat energi di rumah tangga di Indonesia ?
4. Apakah pola keterkaitan antara variabel sosial demografi dan pengetahuan
perilaku peduli lingkungan hidup pada rumah tangga berbeda di perkotaan
dan perdesaan Indonesia ?

1.4

Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan melihat bagaimana gambaran

perilaku hemat energi di Indonesia. Beberapa tujuan lebih khusus dari penelitian ini
adalah :
1. Mendapatkan gambaran perilaku hemat energi di rumah tangga di Indonesia
melalui beberapa indikator seperti penggunaan lampu, perilaku memasak
dan penggunaan televisi.

6

2. Mengetahui variabel–variabel sosial demografi apa saja yang terkait dan
bagaimana keterkaitannya dengan perilaku hemat energi di rumah tangga di
Indonesia.
3. Melihat keterkaitan antara pengetahuan perilaku peduli lingkungan dengan
perilaku hemat energi di rumah tangga di Indonesia.
4. Melihat pola keterkaitan variabel sosial demografi dan pengetahuan
perilaku peduli lingkungan hidup terhadap perilaku hemat energi
berdasarkan perkotaan dan perdesaan.

1.5

Manfaat Penelitian


Bagi pemerintah dan BPS, dapat mengetahui seberapa besar penghematan
energi yang dilakukan masyarakat Indonesia melalui indikator-indikator yang ada
dan melihat keterkaitannya dengan beberapa variabel sosial demografi.
Diharapkan, pemerintah dapat menentukan kebijakkan-kebijakkan terkait langkah
penghematan energi secara nasional yang sesuai dengan keadaan sosial demografis
masyarakat.
Bagi peneliti, bermanfaat sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang
telah diperoleh. Bagi peneliti lain, sebagai salah satu literatur untuk meneliti perihal
penghematan energi di Indonesia.
Bagi masyarakat, dapat mengetahui dan menyadari kondisi variabelvariabel yang berkaitan dengan tingkat perilaku hemat energi yang rendah. Maka
diharapkan masyarakat dapat memperbaiki perilakunya dan mulai menggalakkan
perilaku hemat energi mulai dari rumah sendiri.

7

1.6

Sistematika Penulisan


Secara garis besar, penulisan skripsi ini didasarkan pada sistematika bab
yang terdiri atas 5 bab dan dapat dijabarkan sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Bagian ini berisi latar belakang, identifikasi dan batasan masalah yang
ada dalam penelitian ini, menentukan rumusan masalah, tujuan, dan
manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, serta sistematika
penulisan yang digunakan .

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
Bagian ini berisi landasan teori dan penelitian sebelumnya yang terkait
dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu memuat kerangka pikir
dan hipotesis yang digunakan dalam penelitian.

BAB III

METODOLOGI
Berisi ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data dan metode
analisis yang akan digunakan dalam penelitian.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi hasil analisis dan pembahasannya yang didapatkan dari hasil
penerapan metode dari bab tiga untuk mencapai tujuan penelitian.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan yang berkaitan dengan tujuan yang terdapat pada bab
satu dan saran yang diperoleh berdasarkan hasil dari penelitian yang
dilakukan.

8