LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGR

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGINDERAAN JAUH I
ACARA I
PENGENALAN PENGINDERAAN JAUH, CITRA, DAN ALAT INTERPRETASI

Oleh:
Gilang Rama Hendrawan
NIM. A0B016027
Asisten:
Ulfi Mungiza
NIM. A0B015025

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017

I.

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Sudah merupakan hal yang wajar sampai pada akhir abad ke-20 ini, masyarakat
pengguna informasi meningkat secara tajam. Pengguna informasi ini, memerlukan data
dan atau informasi secara berkala dan data/informasi yang terbaru, secara tidak langsung,
baik dalam dunia pendidikan maupun dunia bisnis. Perkembangan ilmu/teknologi
Penginderaan Jauh yang demikian pesat mesti diimbangi juga oleh penyediaan sumber
informasi/pustaka bagi pemerhati, peneliti (instansi pemerintah / swasta), dan pemakai
Penginderaan Jauh, sehingga trend serta manfaat optimal dari ilmu/teknologi ini bisa
diapresiasikan secara tepat dan berkesinambungan.
Teknik penginderaan jauh telah berkembang sangat pesat sejak diluncurkannya
Landsat 1 pada tahun 1972 hingga peluncuran Landsat 7. Saat ini Landsat 7 masih
berfungsi namun pada Mei 2003 mengalami kegagalan pada Scan Line Corrector
sehingga sangat mengganggu dalam melakukan analisis citra (Mentari, 2013; USGS,
2016). Pada tanggal 11 Februari 2013 diluncurkan satelit generasi terbaru yaitu Landsat
Data Continuity Mission (LDCM) yang dikenal sebagai Landsat 8. Keberhasilan ini
melanjutkan misi satelit Landsat dalam pengamatan permukaan bumi (Lulla et al., 2013).
Landsat 8 mengorbit bumi setiap 99 menit, serta melakukan liputan pada area yang sama
setiap 16 hari kecuali untuk lintang kutub tertinggi. Landsat 8 mengorbit bumi pada
ketinggian ratarata 705 km dengan sudut inklinasi 98.2°. Landsat 8 memiliki 2 sensor

yaitu sensor Operasional Land Imager (OLI) terdiri dari 9 saluran (band) termasuk band
pankromatik beresolusi tinggi, dan Thermal Infra Red Sensor (TIRS) dengan 2 band

termal. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan klasifikasi tutupan lahan di Kabupaten
Sumedang menggunakan citra Landsat 8 OLI. Hasil klasifikasi diperoleh merupakan peta
tutupan lahan Kabupaten Sumedang terbaru yang dapat digunakan untuk berbagai kajian
terutama dalam investigasi calon lokasi perluasan sawah baru.

B. Tujuan
1. Memperkaya pengetahuan tentang penginderaan jauh
2. Mengetahui macam-macam citra penginderaan jauh
3. Mengetahui alat-alat interpretasi citra

C. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum pengindraan jauh acara 1 ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan pengertian teknik penginderaan jauh
2. Dapat mengetahui macam-macam citra penginderaan jauh
3. Mengenal dan memahami alat-alat interpretasi citra

II.


TINJAUAN PUSTAKA

Menurut (Lindgren,1985) Penginderaan jauh adalah bermacam-macam teknik yang
dikembangkan untuk mendapat perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi

tersebut khusus dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari
permukaan bumi.
Menurut (Sabins,1978) Penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk memperoleh, mengolah
dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang
elektromagnetik dengan suatu obyek.
Alat yang dimaksud tidak berhubungan langsung dengan objek, yaitu alat yang pada waktu
perekaman objek tidak ada di permukaan bumi, tetapi berada di angkasa maupun luar angkasa.
Oleh karena itu, dalam proses perekaman menggunakan wahana atau media pembantu seperti
satelit, pesawat udara, dan balon udara. Data hasil penginderaan jauh sering dinamakan citra.
Usia pengetahuan mengenai penginderaan jauh sebenarnya masih relatif muda. Namun,
pemakaian penginderaan jauh cukup pesat. Pemakaian penginderaan jauh itu antara lain untuk
men dapatkan data atau informasi yang tepat, singkat, dan akurat dari seluruh pelosok Indonesia.
Data dari citra sangat penting untuk pembangunan, seperti mendeteksi dan menginventarisasi
sumber daya alam, daerah banjir, kebakaran hutan, sebaran permukiman, dan landuse.

Perkembangan teknologi fotografi saat ini telah mampu menghasilkan citra dengan
kualitas tinggi dengan cara penggunaan yang jauh lebih mudah dari era yang sebelumnya. Dari
teknologi dapat digunakan untuk berbagai macam aplikasi, salah satunya untuk penginderaan
jarak jauh yang dikembangkan dari interpretasi foto udara. Teknologi penginderaan jarak jauh
mampu memberikan informasi mengenai kondisi suatu area atau vegetasi dengan cepat, tepat,
akurat, dan objektif (Suwardhi, 2013).
Penggunaan penginderaan jauh meningkat karena : letak obyek yang tergambar pada citra
mirip ujud dan letaknya dipermukaan bumi maka citra merupakan alat yang baik sekali untuk

pembuatan peta, baik sumber data maupun sebagai kerangka letak, dari jenis citra tertentu dapat
ditimbulkan gambaran 3 dimensinsional apabila pengamatannya dilakukan dengan alat yang
disebut steoroskop, karakteristik obyek yang tak tampak dapat diujudkan dalam bentuk citra,
citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara teresial,
merupakan satu- satunya cara untuk pemetaan daerah bencana, citra sering dibuat dengan
periode ulang yang pendek (Sutanto,1986)
Everett dan Simonett memberikan batasan bahwa penginderaan jauh adalah suatu ilmu
karena di dalamnya terdapat suatu sistematika tertentu untuk dapat menganalisis informasi dari
permukaan bumi. Ilmu ini harus dapat dipadukan dengan beberapa ilmu lain, seperti geologi, geo
morfologi, geodesi, meteorologi, tanah, dan perkotaan. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni
untuk mendapatkan informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data

yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena
yang dikaji( Lillesand dan Kiefer 1994).

III.

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu Dan Tempat

Tempat yang digunakan dalam praktikum acara 1 adalah Laboratorium Pedologi,
Survey dan Pemetaan tanah, Gedung B Fakulitas Pertanian Universitas Jenderal
Soedirman.
Waktu pelaksanaan praktikum yaitu hari
B. Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan adalah citra penginderaan jauh dan plastic transparan atau kertas
kalkir. Alat yang digunakan adalah stereoskopis, kaca pembesar dan spidol OHP.
C. Prosedur Kerja
1. Mencari fungsi dari masing-masing alat interpretasi yang dijelaskan asisten dan
membuat tabel.
2. Mencatat macam-macam citra penginderaan jauh dan mencari perbedaannya.


IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

N
O

NAMA ALAT

FUNGSI

FOTO

1.

Stereoskopis


Untuk mempermudah interpretasi citra
yang bertampalan

a. Binocular

Membesarkan atau memperdetail objek
yang di interpretasikan

b. Lensa Prisma

Berfungsi untuk membelah penglihatan
objek interpretasi bagian sebelah kiri &
kanan

c. Lensa Cembung

Untuk memperbesar bayangan objek
yang akan di interpretasikan

d. Cermin Perak/sayap


Untuk menangkap objek yang akan di
interpretasikan

e. Kaki penyangga

Untuk menyangga stereoskop

f.

Mengatur ketinggian dan penyangga
setereoskop

Leveling screw

2.

Loop

Untuk Perbesaran pada objek


3.

Mistar

Mengukur jarak dan posisi terbang
pesawat

4.

Kertas Kalkir

Untuk media penerapan hasil
interpretasi yang di terapkan

5.

Spidol OHP

Untuk menggambar hasil pengkajian

interpretasi pada kertas kalkir

6.

Isolasi

Untuk merekatkan objek agar tidak
bergeser

B. Pembahasan

Penginderaan jauh adalah pengumpulan informasi tentang suatu objek atau daerah dari
kejauhan, biasanya menggunakan data yang diambil dari satelit, pesawat, atau kendaraan bawah
air. Pada sistem penginderaan jauh, metode yang digunakan kebanyakan meliputi fotografi,
radar, spektroskopi, dan magnet. Pencarian lainnya yang berhubungan dengan artikel ini adalah:

komponen penginderaan jauh, pengertian penginderaan jauh, manfaat penginderaan jauh.
Komponen pengindraan jauh, pengertian pengindraan jauh, komponen komponen penginderaan
jauh, penginderaan jauh adalah. Penginderaan jauh biasa disingkat dengan "inderaja" dan dalam
bahasa Inggris biasa disebut "remote sensing". Menurut American Society of Photogrammetry,

penginderaan jauh merupakan pengukuran/perolehan informasi berupa data dari beberapa sifat
objek atau fenomena, dengan menggunakan alat perekam dan tidak terjadi kontak langsung
dengan objek atau fenomena yang dikaji. Pengambilan data dari jarak jauh biasanya dengan
menggunakan sensor buatan. Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dapat
dibedakan menjadi :
1. Foto udara pankromatik hitam putih.
Menggunakan sinar tampak mata, karena film ini peka terhadap panjang gelombang 0,36mμ
hingga 0,72mμ yang hampir sama dengan kepekaan mata. Foto udara ini memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya :



kecil.



Kesan rona obyek serupa dengan kepekaan mata manusia.
Resolusi spatialnya halus, sehingga sangat mungkin mengenali obyek yang berukuran
Stabilitas dimensional tingi.
Telah lama dikembangkan, sehingga orang sudah tebiasa mengggunakannya.

2. Foto udara infra merah (0,7 mμ – 12 mμ).
Foto udara ini dibagi menjadi dua, yaitu foto infra merah hitam putih yang peka terhadap
saluran infra merah, saluran ultaviolet, da spektrum tampak. Foto ini baik sekali untu mendeteksi
air permukaan dan membedakan batas antara air dan daratan, ini disebabkan karena air menyerap
sebagian besar infra merah sehingga air akan tampak gelap.
Dan yang kedua adalah foto udara infra merah berwarna, dirancang untuk merekam saluran
hijau, merah dan saluran infra merah. Foto ini disebut foto berwarna semu, karena dibuat
berwarna namun tidak sesuai dengan aslinya. Foto infra merah berwarna sangat baik untuk
pemetaan penggunaan lahan, karena memberikan warna yang berbeda pada setiap obyek, misal :
tumbuhan tampak merah dan bangunan tampak biru kelabu.
3. Foto udara ultraviolet.

Menggunakan spektrum ultraviolet. Foto udara ini banyak digunakan untuk memperoleh
jaringan dan data terkait dengan bidang geologi.
4. Foto udara orthokromatik.
Foto ini meliputi saluran-saluran hijau. Foto ini baik untuk studi pantai dan survey vegetasi,
karena filmnya peka terhadap obyek.
5. Foto pankromatik berwarna.
Film ini tediri dari tiga lapisan emulsi yang masing-masing emulsi peka terhadap panjang
gelombang. Lapisan paling atas peka warana biru, lapisan tengah peka terhadap hijau dan lapisan
bawah peka terhadap hiaju. Keunggulan dari foto udara ini adalah informasi yabng disadapa dari
foto berwarna lebih banyak daripada pankromati hitam-putih, karena mirip obyek aslinya. Dapat
digunakn untuk pengenalan lahan dan penutup lahan, kondisi tanaman, jenis pohon dan jenis
tanah bagi keperluan pertanian dan kehutanan.
Citra non foto Merupakan gambar atau citra tentang permukaan bumi yang dihasilkan oleh
sensor bukan sinar, tetapi oleh sensor elektronik dengan menggunakan tenaga elektrik. Dalam
pengindraan jauh non-fotografi terdapat tiga sistem yang sudah dikenal dan berkembang luas,
yaitu :
a. Citra non-foto berdasarkan spektrum elektromagnetik.
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan citra non-foto dapat dibedakan menjadi
dua:
1). Citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengankeunggulan, diantaranya pengumpulan
data dapat dilakukan pada siang dan malam hari, serta dapat merekam ujud tak tampak oleh mata
sehingga menjadi gambaran yang cukup jelas.
2). Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dapat dibuat dengan spektrum
gelombang mikro. Pengindraan jauh yang menggunakan tenaga elektromagnetik pada
gelombang mikro dapat dibedakan menjadi dua sistem, yaitu: sistem pasif (menggunakan
gelombang mikroalamiah/gelombang mikro), dan sistem aktif (dibangkitkan pada sensor/disebut
sistem radar). Keunggulan citra ini antara lain dapat beroperasi pada siang dan malam hari dan
dapat menembus awan bahkan hujan.
b. Citra non-foto berdasarkan sensor.

Berdasarkan sensor yang digunakan citra non-foto dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1). Citra tunggal, yaitu citra yang dibuat dengan sensor tunggal.
2). Citra multispektral, yaitu citra yang dibuat dengan sensor jamak.foto ini menggunakan lebih
dari satu spektrumelektromagnetik yang penginderaannya dilakuakan pada saat tempat dan
ketinggian yang sama.foto moltispektral pada umumnya terdiri dari empat buah foto yang
menggambarkan satu daerah dengan menggunakan saluran biru,hijau,merah,dan infra merah
dekat.dari foto multispektral hitam putih dapat di bentuk berbagai foto berwarna sehingga lebih
memudahkan pengenalan benda yang terdapat pada foto.Keunggulan foto multispektral terletak
pada kemampuannya untuk mempertajam perbedaan rona antara ua obyek atau lebih.
c. Sistem Wahana.
Berdasarkan sensor yang digunakan, citra non-foto dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sbb:
1). Citra dirgantara, yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara.
2). Cita satelit, yaitu citra yang dibuat dari antaiksa atau angkasa luar. Sistem ini menggunakan
tenaga elektromagnetik pada spektrum tampak, inframerah termal dan gelombang mikro
Alat yang digunakan dalam Penginderaan jauh Untuk memperoleh data atau fenomena
diperlukan alat penginderaan jauh yaitu :


Stereoskopis Untuk mempermudah interpretasi citra yang bertampalan, bagian-bagian
yang ada pada stereoskopis yaitu :
o Binocular Membesarkan atau memperdetail objek yang di interpretasikan
o Lensa Prisma Berfungsi untuk membelah penglihatan objek interpretasi bagian
sebelah kiri & kanan
o Lensa Cembung untuk memperbesar bayangan objek yang akan di interpretasikan
o Cermin Perak/sayap untuk menangkap objek yang akan di interpretasikan
o Kaki penyangga untuk menyangga stereoskop
o Leveling screw Mengatur ketinggian dan penyangga setereoskop



Loop Untuk Perbesaran pada objek



Mistar Mengukur jarak dan posisi terbang pesawat



Kertas Kalkir untuk media penerapan hasil interpretasi yang di terapkan



Spidol OHP untuk menggambar hasil pengkajian interpretasi pada kertas kalkir



Isolasi untuk merekatkan objek agar tidak bergeser

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum acara 1 adalah Menurut (Lindgren,1985) Penginderaan jauh
adalah bermacam-macam teknik yang dikembangkan untuk mendapat perolehan dan analisis
informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang
dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi. Alat yang digunakan dalam Penginderaan
jauh Untuk memperoleh data atau fenomena diperlukan alat penginderaan jauh yaitu
Stereoskopis, Loop, Mistar, Kertas Kalkir, Spidol OHP, Isolasi.

B. Saran
Dalam praktikum acara 1 seharusnya praktikan lebih memahami fungsi dari alat yang digunakan
dalam interpretasi sehingga nantinya pada saat melakukan praktikum praktikan tidak bingung.

DAFTAR PUSTAKA

Lillsand, T.M. and R.W. Kiefer,1994.Remote Sensing and Image Interpretation.Third
Edtion.John Wiley and sons ,New York.

Lindgren,D.T.,1985,

Land

Use

Planning

and

Remote

Sensing,

Martinus

Nijhoof

Publisher,Doldrecht.
Sabins,F.F.Jr.,1978,Remote Sensing, Principles and Interpretation, W.H. Freeman and Co., San
Fransisco.
Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh Jilid I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Lampiran

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGINDERAAN JAUH I
ACARA 2
INTERPRETASI VISUAL FOTO UDARA

Oleh:
Gilang Rama Hendrawan
NIM. A0B016027
Asisten:
Cikita Hemaputri
NIM. A0B015017

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017

VI.

PENDAHULUAN

D. Latar Belakang

Interpretasi (penafsiran citra) merupakan kajian sistematik terhadap data-data analog citra /
foto analog / lembar citra untuk mengungkap arti penting kenampakan obyek yang terekam pada
data analog tersebut berdasarkan bentuk, warna, posisi, sebaran, bayangan, obyek tersebut.
Interpretasi visual merupakan studi sistematis untuk tujuan tertentu mengenai pengenalan
karakteristik , jenis dan sebaran obyek yang terekam pada lembar citra. Dengan kata lain studi
yang dimaksud adalah untuk mendapatkan arti penting kenampakan obyek yang tergambar pada
lembar citra sesuai tujuannya.
Dalam interpretasi secara visual cara perolehan datanya yakni dengan melakukan rekaman
pemotretan obyek muka bumi dengan menggunakan kamera dan media yang digunakan film,
sehingga hasil perekaman atau pemotretan yang diperoleh berupa foto udara. Kemudian dari
hasil perekaman dalam bentuk foto udara ini dilakukan analisis dengan cara interpretasi foto
udara secara visual. Setelah semua obyek terinterpretasi dengan baik, kemudian dilakukan cek
lapangan untuk memberikan kebenaran dari obyek yang diinterpretasi tersebut.
Pengenalan obyek merupakan bagian vital dalam interpretasi citra. Tanpa dikenali identitas
dan jenis obyek yang tergambar pada citra, tidak mungkin dilakukan analisis untuk memecahkan
masalah yang sedang dihadapi. Unsur interpretasi citra terdiri atas rona warna, bentuk, ukuran,
tekstur, pola , situs, aosiasi serta kesimpulan akan dibahas dalam acara 2 ini.

E. Tujuan
1. Mendeteksi 6 macam obyek yang terekam pada foto udara pankromatik hitam putih, foto
udara pankromatik berwarna, dan foto udara pankromatik inframerah.

2. Mengidentifikasikan 6 macam obyek yang terekam pada foto udara berdasarkan unsur
interpretasinya.
3. Membuat simpulan sederhana obyek yang dilakukan.
F. Manfaat
1. Dapat mengetahui karakteristik visual tampilan obyek air, tanah/ bangunan, dan vegetasi
yang terekam pada citra penginderaan jauh;
2.

VII.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut

(Roscoe,1960) menyatakan bahwa interpretasi citra meliputi serangkaian

pekerjaan yang berupa interpretasi awal, pembuatan peta kerja, pekerjaan medan, tinjauan
kembali atas masalah dan metode interpretasi akhir, kesimpulan dan uji medan serta penyajian
hasil.
Unsur Interpretasi Citra menurut (Sutanto,1992) :
1.

Rona
Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra

2.

Warna
Warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih

sempit dari spektrum tampak.Genangan lumpur bisa kita kenali dengan adanya obyek yang
berwarna keabu-abuan dengan rona cerah. Titik semburan lumpur pun bisa kita kenali dengan
warna putih dan rona yang lebih cerah yang ada di tengah-tengah genangan lumpur. Daerah yang
belum tergenang oleh lumpur juga bisa kita kenali dengan adanya objek berwarna hijau, yang
menandakan masih adanya vegetasi yang hidup
3.

Bentuk
Merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek.

Kita bisa adanya objek stadion sepakbola pada suatu foto udara dari adanya bentuk persegi
panjang. demikian pula kita bisa mengenali gunung api dari bentuknya yang cembung
4.

Ukuran
Atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Ukuran

meliputi dimensi panjang, luas, tinggi, kemirigan, dan volume suatu objek. Perhatikan gambar

lokasi semburan lumpur di atas; ada banyak objek berbentuk kotak-kotak kecil. Kita bisa
membedakan mana objek yang merupakan rumah, gedung sekolah, atau pabrik berdasarkan
ukurannya
5. Tekstur
Frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu
kecil untuk dibedakan secara individual. Untuk lebih memahami, berikut akan digambarkan
perbedaan tekstur berbagai bend
6.

Pola
Pola atau susunan keruagan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan

manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
7.

Bayangan
Bayangan sering menjadi kuci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek dengan

karakteristik tertentu, seperti cerobong asap, menara, tangki minyak, dan lain-lain. Jika objek
menara disamping diambil tegak lurus tepat dari atas, kita tidak bisa langsung mengidentifikasi
objek tersebut. Maka untuk mengenali bahwa objek tersebut berupa menara adalah dengan
melihat banyangannya.
8.

Situs
Menurut Estes (1975), Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya.

Situs juga diartikan sebagai letak obyek terhadap bentang darat, seperti situs suatu obyek di
rawa, di puncak bukit yang kering, dan sebagainya. Itulah sebabnya, site dapat untuk melakukan
penarikan kesimpulan (deduksi) terhadap spesies dari vegetasi di sekitarnya. Banyak tumbuhan

yang secara karekteristik terikat dengan site tertentu tersebut. Misalnya hutan bakau ditandai
dengan rona yang telap, atau lokasinya yang berada di tepi pantai. Kebun kopi ditandai dengan
jarak tanamannya, atau lokasinya yaitu ditanam di daerah bergradien miring/pegunungan.
9.

Asosiasi
Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Karena adanya keterkaitan ini

maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain.
Misalnya fasilitas listrik yang besar sering menjadi petunjuk bagi jenis pabrik alumunium.
gedung sekolah berbeda dengan rumah ibadah, rumah sakit, dan sebagainya karena sekolah
biasanya ditandai dengan adanya lapangan olah raga.
Di dalam pengenalan objek yang tergambar pada foto udara, ada tiga rangkaian kegiatan
yang diperlukan, yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis. Tahap deteksi ialah pengamatan atas
adanya suatu objek, misalnya pada gambaran sungai terdapat objek yang bukan air. Identifikasi
ialah upaya mencirikan objek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup.
Sehubungan dengan contoh tersebut maka berdasarkan bentuk, ukuran, dan letaknya, objek yang
tergambar pada foto udara tersebut disimpulkan sebagai perahu dayung. Pada tahap analisis
dikumpulkan keterangan lebih lanjut, misalnya dengan mengamati jumlah penumpangnya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa perahu tersebut berupa perahu dayung yang berisi tiga orang
(Lintz Jr dan Simonett, 1976 dalam Sutanto)
Deteksi berarti penentuan ada atau tidak adanya sesuatu objek pada foto udara. Ia
merupakan tahap awal dalam interpretasi foto udara. Keterangan yang diperoleh pada tahap
deteksi bersifat global. Keterangan yang diperoleh pada tahap interpretasi selanjutnya, yaitu pada

tahap identifikasi, bersifat setengah rinci. Keterangan rinci diperoleh dari tahap akhir interpretasi,
yaitu tahap analisis (Lintz Jr dan Simonett, 1976 dalam Sutanto).
Menurut (Umali,1983) interpretasi citra landsat dilaksanakan melalui 3 tahap yaitu analisis citra,
tahap interpretasi citra, dan tahap interpretasi disipliner terinci.
Menurut (Lo, 1976) pada dasarnya interpretasi citra terdiri dari dua proses yaitu proses
perumusan identitas obyek dan elemen yang dideteksi pada citra dan proses untuk menemukan
arti pentingnya obyek dan elemen tersebut. Karakteristik foto seperti ukuran, bentuk , bayangan
dan sebagainya digunakan untuk identifikasi obyek, sedang proses yang lebih rumit yaitu analisis
dan deduksi digunakan untuk menemukan hubungan yang berarti dalam proses yang kedua.
Hasilnya berupa sebuah klasifikasi dalam upaya menyajikan sejenis keteraturan dan kaitan antara
informasi kualitatif yang diperoleh. Klasifikasi ini menujuke arah teorisasi. Teorisasi ialah
penyusunan teori berdasarkan penelitian yang bersangkutan atau penggunaan teori yang ada
sebagai dasar analisis dan penarikan kesimpulan didalam penelitian itu. Dengan demikian maka
interpretasi citra pada dasarnya berupa proses klasifikasi yang bertujuan untuk memasukkan
gambaran pada citra ke dalam kelompok yang tepat sehingga diperoleh pola kelompok dan
hubungan imbaldayanya.

VIII. METODE PRAKTIKUM

D. Waktu Dan Tempat
E. Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan adalah lembar foto udara pankromatik hitam putih, foto udara
pankromatik berwarna, foto udara inframerah, dan plastik transparan, atau kertas kalkir.
Alat yang digunakan adalah spidol OHP ukuran F, kaca pembesar, stereoskop cermin,
spirtus, kapas, penggaris, dan ATK.
F. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan foto udara pankromatik hitam putih skala besar dan skala kecil, foto udara
pankromatik berwarna dan foto udara pankromatik inframerah.
2. Menutup setiap lembar foto udara dengan plastik transparan/kertas kalkir dan dilekatkan
dengan selotipe pada ke-4 sisinya.
3. Membuat garis tepi dengan spidol warna hitam, dan mencatat informasi tepinya diluar
batas tepi serta mencatat nama, NIM, nama asisiten, dan tanggal praktikum.
4. Melakukan deteksi 6 macam obyek yang terekam pada tiap-tiap lembar foto udara.
5. Memberi tanda berupa angka pada plastik transparan 6 macam obyek yang di deteksi
tersebut menggunakan spidol OHP ukuran F.
6. Melakukan identifikasi pada masing-masing obyek terdeteksi dan catat pada buku tulis
yang disediakan dengan menggunakan tabel interpretasi guna membantu identifikasi.
7. Melakukan interpretasi visual pada semua lembar foto udara yang teersedia dan membuat
simpulan sederhana dari interpretasi yang dilakukan.
8. Menentukan dua titik obyek yang teridentifikasi dan hubungkan kedua titik tersebut
dengan spidol OHP ukuran F.
9. Menghitung luas daerah liputam foto udara dan panjang jarak kedua titik tersebut pada
keadaan sebenarnya berdasarakan skala foto udaranya.

IX.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel hasil interpretasi visual pada foto udara pankromatik hitam putih skala
1:10.000 RUN 4A No.7
N
O

RONA/W
ARNA

Cokelat
Cerah
Cokelat
2.
Cerah
Abu-abu
3.
Cerah
Cokelat
4.
Cerah
Cokelat
5.
Cerah
Hitam
6.
Gelap
Perhitungan
1.

BENTUK

UKURAN

TEKSTUR

POLA

SITUS

ASOSIASI

SIMPULAN

Persegi

Besar

Halus

Teratur

Jalan

Padi

Sawah

Persegi

Kecil

Halus

Teratur

Pemuk
iman

-

Lapangan

Menggero
mbol

Besar

Kasar

Tidak
teratur

Sawah

Rumah

Pemukiman

Lurus

Kecil

Halus

Teratur

Mobil

Jalan

Kecil

Kasar

Jembatan

Sungai

Besar

Kasar

Pohon

Hutan

Bergaris
Lurus
Menggero
mbol

Jarak Terjauh

=2

Jarak Sebenarnya

= Jarak Pada peta x skala

Beratur
an
Tidak
Teratur

6 = 20,7 cm

= 2,07 Km
Luas wilayah
= Sisi x Sisi (Panjang x Lebar)
= 22,22 cm x 22,22 cm
= 493,7 cm2
Luas Sebenarnya

= (Sisi x Skala) x (Sisi x Skala)
= (22,55 x 10.000) x (22,55 x 10.000)
= 225.000 x 225.000
= 50850250.000 cm2 = 508,5025 ha

B. Pembahasan

Sungai

Skala 1:10.000

= 20,7 cm x 10.000 = 207.000 cm

Pada Gambar

Lapang
an
Pemuk
iman

Objek yang ada dalam citra menampilkan interpretasi yang berbeda-beda. Interpretasi citra
tersebut mengikuti karakteristik objek pada foto udara. Unsur yang dapat membedakan antara
lain, rona warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, tinggi, bayangan, situs dan asosiasi. Unsur
tersebut yang menjadi dasar penginterpretasian citra foto udara. Unsur Interpretasi Citra
menurut (Sutanto,1992) :
1. Rona
Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra
2. Warna
warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih
sempit dari spektrum tampak.Genangan lumpur bisa kita kenali dengan adanya obyek yang
berwarna keabu-abuan dengan rona cerah. Titik semburan lumpur pun bisa kita kenali dengan
warna putih dan rona yang lebih cerah yang ada di tengah-tengah genangan lumpur. Daerah
yang belum tergenang oleh lumpur juga bisa kita kenali dengan adanya objek berwarna hijau,
yang menandakan masih adanya vegetasi yang hidup
3. Bentuk
Merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Kita
bisa adanya objek stadion sepakbola pada suatu foto udara dari adanya bentuk persegi
panjang. demikian pula kita bisa mengenali gunung api dari bentuknya yang cembung
4. Ukuran
Atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Ukuran meliputi
dimensi panjang, luas, tinggi, kemirigan, dan volume suatu objek. Perhatikan gambar lokasi
semburan lumpur di atas; ada banyak objek berbentuk kotak-kotak kecil. Kita bisa
membedakan mana objek yang merupakan rumah, gedung sekolah, atau pabrik berdasarkan
ukurannya
5. Tekstur
Frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu

kecil untuk dibedakan secara individual. Untuk lebih memahami, berikut akan digambarkan
perbedaan tekstur berbagai bend
6. Pola
Pola atau susunan keruagan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan
manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
7. Bayangan
Bayangan sering menjadi kuci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek dengan
karakteristik tertentu, seperti cerobong asap, menara, tangki minyak, dan lain-lain. Jika objek
menara disamping diambil tegak lurus tepat dari atas, kita tidak bisa langsung
mengidentifikasi objek tersebut. Maka untuk mengenali bahwa objek tersebut berupa menara
adalah dengan melihat banyangannya.
8. Situs
Menurut Estes (1975), Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Situs
juga diartikan sebagai letak obyek terhadap bentang darat, seperti situs suatu obyek di rawa,
di puncak bukit yang kering, dan sebagainya. Itulah sebabnya, site dapat untuk melakukan
penarikan kesimpulan (deduksi) terhadap spesies dari vegetasi di sekitarnya. Banyak
tumbuhan yang secara karekteristik terikat dengan site tertentu tersebut. Misalnya hutan
bakau ditandai dengan rona yang telap, atau lokasinya yang berada di tepi pantai. Kebun kopi
ditandai dengan jarak tanamannya, atau lokasinya yaitu ditanam di daerah bergradien
miring/pegunungan.
9. Asosiasi
Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Karena adanya keterkaitan ini
maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain.
Misalnya fasilitas listrik yang besar sering menjadi petunjuk bagi jenis pabrik alumunium.

gedung sekolah berbeda dengan rumah ibadah, rumah sakit, dan sebagainya karena sekolah
biasanya ditandai dengan adanya lapangan olah raga.
Dari setiap obyek dapat diambil kesimpulan bahwa hutan dicirikan dengan teksturnya yang
kasar, warna yang gelap, dan vegetasi yang terlihat homogen, bentuk dan pola tidak teratur,
ukurannya relatif luas. Sungai dicirikan dari pola yang menunjukan lekukan tidak teratur,
permukaannya pun lebih rendah daripada permukaan tanah yang ada disekelilingnya, warna
lebih gelap karena banyak menyerap cahaya, bentuk dan ukuran relatif panjang. Sawah dicirikan
dengan tekstur yang halus, warna agak gelap hingga ke terang, bentuk berupa kotak-kotak.
Pembukaan lahan berupa perkebunan dicirikan dengan warnanya yang terang, kasar, dan terdapat
pembatas yang diprediksi jalan khusus untuk berjalan kaki. Jalan dicirikan dengan warna yang
terang, bentuknya memanjang, serta tekstur yang halus. Permukiman dicirikan dengan warna
terang , bentuknya kotak-kotak, ukuran relatif luas, polanya teratur. Sekolah dicirikan berwarna
terang, bentuknya kotak, tekstur halus, ukurannya relatif sempit. Pantai dicirikan dengan warna
terang (biru), bentuknya memanjang, ukuran relatif luas, tekstur halus , pola teratur. Industri
dicirikan dengan warna yang cerah , bentuknya bulat, ukuran relatif luas, tekstur kasar, pola
teratur. Lahan kosong dicirikan berwarna terang , bentuk dan pola tidak beraturan, ukuran relatif
sempit , tekstur halus.
X.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari setiap obyek dapat diambil kesimpulan bahwa hutan dicirikan dengan teksturnya
yang kasar, warna yang gelap, dan vegetasi yang terlihat homogen, bentuk dan pola tidak
teratur, ukurannya relatif luas. Sungai dicirikan dari pola yang menunjukan lekukan tidak
teratur, permukaannya pun lebih rendah daripada permukaan tanah yang ada disekelilingnya,
warna lebih gelap karena banyak menyerap cahaya, bentuk dan ukuran relatif panjang.
Sawah dicirikan dengan tekstur yang halus, warna agak gelap hingga ke terang, bentuk
berupa kotak-kotak. Pembukaan lahan berupa perkebunan dicirikan dengan warnanya yang
terang, kasar, dan terdapat pembatas yang diprediksi jalan khusus untuk berjalan kaki. Jalan
dicirikan dengan warna yang terang, bentuknya memanjang, serta tekstur yang halus.
Permukiman dicirikan dengan warna terang , bentuknya kotak-kotak, ukuran relatif luas,
polanya teratur. Sekolah dicirikan berwarna terang, bentuknya kotak, tekstur halus,
ukurannya relatif sempit. Pantai dicirikan dengan warna terang (biru), bentuknya
memanjang, ukuran relatif luas, tekstur halus , pola teratur. Industri dicirikan dengan warna
yang cerah , bentuknya bulat, ukuran relatif luas, tekstur kasar, pola teratur. Lahan kosong
dicirikan berwarna terang , bentuk dan pola tidak beraturan, ukuran relatif sempit , tekstur
halus.

B. Saran

Adapun saran yang ingin saya sampaikan pada acara 2 ini adalah praktikan harus benarbenar mengikuti setiap langkah atau metode kerja pada saat praktikum sehingga hasil praktikum
menjadi bagus.

DAFTAR PUSTAKA

Estes J.E et al.1983. Fundamentals Of Image Analysis: Analysis Of Visible and Thermal Infared
Data, In : Manual Of Remote Sensing, vol.1 , Second Edition, R.N. Colwell : ed. –inchief , American Society Of Photogrammetry , Falls Church, Virginia.
Estes J.E. and D.S.Simonett , 1975, Fundamentals of Image Interpretation. In : Manual of
Remote Sensing , Vol.1 , First edition, R.G. Revees: ed.-in-chief, American Society of
Photogrammetry, Falls Church, Virginia.
Lintz,J.Jr. and D.S.Simonett ,1976, Remote Sensing of Environtment, Addison – Wesley
Publishing Company , London.
Lo, C.P.1976.Geographical Application of Remote Sensing, David and Charles, London.
Roscoe, J.E.1960.Photo Interpretation in Geography, In : Manual of Photograpic Interpretation,
American Society of Photogrammetry , Fall Church, Virginia.
Umali, R.M. 1983.Satelite Remote Sensing for Natural System Management , In : Natural System
For Development: What Planners Need to Know, R.A. Carpenter : ed. McMillan
Publishing Company,New York.
Sutanto., 1992. Pengetahuan Dasar Interpretasi Citra. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.

Lampiran

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGINDERAAN JAUH I
ACARA 3
INTERPRETASI VISUAL PADA CITRA NON-FOTO

Oleh:
Gilang Rama Hendrawan
NIM. A0B016027
Asisten:
Agus Dianto Ryandi
NIM. A0B015029

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penginderaan jauh merupakan salah satu teknik interpretasi citra yang memiliki pengertian
pengambilan atau pengukuran data / informasi mengenai sifat dari sebuah fenomena, obyek atau
benda dengan menggunakan sebuah alat perekam tanpa berhubungan langsung dengan bahan
studi. Terdapat empat komponen dasar dari sistem penginderaan jauh yaitu target, sumber energi,
alur transmisi, dan sensor. Citra yang didapatkan nantinya akan diinterpretasi untuk menyajikan
informasi mengenai target. Proses interpretasi biasanya berupa gabungan antara visual dan
automatic dengan bantuan komputer dan perangkat lunak pengolah citra.
Penginderaan

jauh

banyak

digunakan

karena

beberapa

alasan

yaitu

(1).

Citra

menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan bumi dengan : (a) wujud dan letak
obyek yang mirip wujud dan letaknya di permukan bumi, (b) relatif lengkap, (c) meliputi daerah
luas, (d) permanen; (2). Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional
apabila pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop; (3). Karakteristik obyek
yang tak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra sehingga dimungkinkan pengenalan
obyeknya; (4). Citra dapat dibuat ssecara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi
secara terestrial; (5). Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana; (6). Citra
sering dibuat dengan periode ulang yang pendek.
Citra satelit yang didapatkan memiliki berbagai kegunaan misalnya untuk pemetaan
tematik, kenampakan batuan yang berbeda dapat dilacak oleh satelit, untuk mengidentifikasi
jenis hutan dan ladang berpindah, mengetahui kebocoran atau tumpahan minyak di laut,
penentuan lokasi penangkapan ikan di laut, serta memberikan informasi yang akurat tentang
kondisi wilayah, batas-batas teritorial, dan lain sebagainya. Penginderaan jauh maupun citra yang
dihasilkan banyak sekali dimanfaatkn oleh berbagai bidang pekerjaan manusia, terutama pada

bidang militer. Oleh karena itu, ilmu mengenai penginderaan jauh, teknik interpretasi dan
kegunaannya ini sangat penting untuk dipelajari.

B.TUJUAN
1. Mendeteksi 6 macam obyek yang terekam pada citra satelit (Landsat, alos,ikonos, dan
SPOT)
2. Mengidentifikasi 6 macam obyek yang terekam pada citra satelit berdasarkan unsur
interpretasinya.
3. Membuat simpulan sederhana interpretasi obyek yang dilakukan

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud
untuk mengidentifikasi obyek

dan menilai arti pentingnya obyek tesebut. Terdapat tiga

rangkaian utama dalam interpretasi citra yaitu :

1. Deteksi, merupakan pengamatan obyek pada citra yang bersifat global dengan melihat
ciri khas obyek berdasarkan unsur rona atau warna.
2. Identifikasi, merupakan upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi menggunakan
keterangan yang cukup.
3. Analisis, merupakan tahap pengumpulan keterangan lebih lanjut.

Terdapat dua metode untuk menginterpretasi citra, yaitu sebagai berikut :
1. Interpretasi secara manual, yaitu pengenalan karakteristik obyek secara spasial
berdasarkan pada unsur-unsur interpretasi citra penginderaan jauh.
2. Interpretasi secara digital, yaitu interpretai yang menggunakan bantuan hardware dan
software komputer mulai dari koreksi citra, penajaman citra dan klasifikasi citra.

Unsur interpretasi citra memiliki sembilan komponen, yaitu :
I. Rona dan warna
Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra.
Sedangkan warna merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan
spektrum yang lebih sempit dari spektrum tampak. Rona dapat diukur dengan dua
cara yaitu dengan cara relatif menggunakan mata biasa yang dapat dibedakan atas
lima tingkat yaitu putih, kelabu-putih, kelabu, kelabu-hitam, dan hitam, serta dengan
cara kuantitatif menggunakan alat yang ronanya dapat dibedakan lebih pasti dan
dengan tingkat pembedaan yang lebih banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi
rona yaitu karakteristik obyek, bahan yang digunakan, pemrosesan emulsi, cuaca dan
letak obyek.
Estes et al dalam Sutanto (1994) menyatakan bahwa ada dua cara untuk
mengukur warna yaitu dengan cara integral yang merupakan pengukuran warna
gabungan yang dibuahkan oleh lapis-lapis zat warna, tanpa memisahkan satu persatu,

serta dengan cara analitik yang merupakan pengukuran densiti pada tiap gelombang
bagi tiap lapis zat warna. Salah satu faktor yang mempengaruhi warna adalah panjang
gelombang sinar yang membentuk warna atau disebut hue, dan fakor lainnya adalah
saturasi dan intensitas.
II. Bentuk
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau
kerangka suatu obyek. Terdapat dua istilah dalam bentuk yaitu shape yang merupakan
bentuk luar atau bentuk umum dan form yang merupakan struktur yang bentuknya
lebih rinci.
3) Ukuran
kuran adalah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume.
4) Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona
kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.
5) Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak
obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
6) Bayangan
Bayangan bersifat menyembuyikan detail atau obyek yang berada di daerah
gelap.
7) Situs
Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lainnya.
8) Asosiasi
Asosiasi merupakan keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek lain.
Karena adanya keterkaitan itulah maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering
merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain.
9) Kovergensi bukti
Konvergensi bukti yaitu bukti-bukti yang mengarah pada satu titik simpul.
Teknik interpretasi citra diantaranya adalah seperti dibawah ini :
a) Data acuan
Data lain masih diperlukan untuk lebih meyakinkan hasil interpretasi dan untuk
menambah data yang diperlukan dan tidak diperoleh dari citra. Data acuan dapat

berupa pustaka, pengukuran, analisis laboratorium, peta, kerja lapangan, foto
tersetrial, maupun foto udara selain udara selain citra yang digunakan. Penggunaan
data acuan akan meningkatkan ketelitian dan akurasi citra.
b) Kunci interpretasi citra
Kunci interpretasi cira umumnya berupa poogan citra yang telah diinterpetasi
set diyakinkan kbenarannya. Serta dibei keterangan meliputi jenis obyek yang
digambarkan, unsur interpetasi , dan kterangan tentang ciitra menyyangkut jenis
skala, waktu prekamana, dan lokasi citra.
c) Penanganan data
Data dapat berupa kertas cetakan maupun transparansi. Dalam menangani data
tersebut perlu berhati-hati agar tidak menimbulkan goresan pada citra.
d) Pengamatan stereoskopik
Pengamatan stereoskopik pada citra yang bertampalan dapat menimbulkan
gambaran tiga dimensi bagi jenis citra tertentu.
e) Metode pengkajian
Terdapat dua metode pengkajian secara umum yaitu fishing expedition dimana
dilakukan pengamatan terhadap seluruh obyek yang tergambar pada citra. Serta
logical search dimana penafsir citra secara selektif hanya mengambil data yang
relevan terhadap tujuan interpretasinya.
f)
Konsep multi
Terdapat enam cara perolehan dan analisis data yaitu mutispektral, multitingkat,
multitemporal, multiarah, multipolarisasi dan multidisiplin.
III.

METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu
B. Bahan dan alat

Bahan yang digunakan adalah lembar citra satelit (Landsat, alos,ikonos, dan SPOT) dan
plastic transparan atau kertas kalkir. Alat yang digunakan adalah spidol OHP ukuran F, Kaca
pembesar, stereoskop cermin, spirtus, kapas, penggaris, dan ATK.
C. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan lembar citra satelit yang tersedia.
2. Menutup setiap lembar citra satelit dengan plastik transparan/kertas kalkir dan
lekatkanlah dengan selotipe pada ke – 4 sisinya.
3. Membuat garis tepi dengan spidol warna hitam, dan mencatat informasi tepinya diluar
batas tepi serta mencatat nama, NIM, nama asisten, dan tanggal praktikum.
4. Melakukan deteksi 6 macam obyek yang terekam pada tiap-tiap lembar citra satelit.
5. Menggunakan spidol OHP ukuran F, memberi tanda berupa angka pada plastik
transparan/kertas kalkir tersebut, dan deteksi 6 macam objek pada citra satelit.
6. Melakukan identifikasi pada masing-masing obyek yang terdeteksi dan mencatat pada
buku tulis yang disediakan dengan menggunakan tabel konvergensi bukti.
7. Melakukan interpretasi visual pada semua lembar citra satelit yang tersedia dan membuat
simpulan sederhana dari interpretasi yang dilakukan.
8. Menentukan dua titik obyek yang teridentifikasi dan menghubungkan kedua titik tersebut
dengan spidol OHP ukuran F
9. Menghitung luas daerah liputan citra satelit dan panjang jarak kedua titik tersebut pada
keadaan sebenarnya berdasarkan skala foto udaranya.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Tabel Hasil Interpretasi Visual Citra non foto
N
O
1.
2.
3.
4.
5.

RONA/
WARNA
Putih
cerah
Hijau
Gelap
Cokelat
Cerah
Cokelat
Cerah
Cokelat

BENTUK

UKURAN

TEKSTUR POLA

L

Kecil

Halus

Beraturan Pemukiman Parkiran

Gedung

Besar

Kasar

Tidak
Sungai
Beraturan

Hutan

Kecil

Halus

Beraturan Pemukiman Kendaraan

Besar

Kasar

Kecil

Halus

Mengger
ombol
Memanja
Ng
Menggero
mbol
Segi

SITUS

Tidak
Jalan
Beraturan
Beraturan Kebun

ASOSIASI SIMPULAN

Pepohonan

Jalan

Rumah

Pemukiman

Rumput

Lahan

6.

cerah
Hitam
Gelap

empat
Memanjan
g

campur
Kecil

Halus

Beraturan Pemukiman Jembatan

Perhitungan:


Jarak Terjauh
Pada Gambar

= 2 - 5 = 21,1 cm

Skala = 1 : 50.000

Jarak Sebenarnya

= Jarak pada gambar x skala
= 21,1 cm x 50.000 = 1.055.000 cm
= 10,55 km



Luas wilayah
Pada Gambar

= Sisi x sisi
= 20,5 cm x 20,3 cm = 416,15 cm 2

Luas Sebenarnya

= (Sisi x skala) x (sisixskala)
= (20,5 cm x 50.000) x (20,5 cm x 50.000)
= 1.025.000 cm x 1.015.000 cm
= 10.250 m x 10.150 m
= 104.037.500 m2 = 10.403,75 ha

Kosong
Sungai

B. PEMBAHASAN

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Unsur dan teknik menginterpretasi citra memiliki fungsi untuk mempermudah
proses interpretasi dan identifikasi obyek bagi para pengguna citra penginderaan jauh.
Jenis, macam obyek, cara membedakan karakteristik masing-masing obyek, serta cara
mengklasifikasi obyek pada citra dapat dilakukan dengan mempelajari unsur dan teknik
menginterpretasi citra dan hasil klasifikasinya akan kurang lebih seperti tabel pada bab
pembahasan

Lampiran

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGINDERAAN JAUH I
ACARA 4
DELINIASI TUTUPAN LAHAN PADA FOTO UDARA

Oleh:
Gilang Rama Hendrawan
NIM. A0B016027
Asisten:
Ulfi Mungiza
NIM. A0B015025

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tutupan lahan adalah kondisi kenampakan biofisik permukaan bumi yang diamati.
Penggunaan lahan adalah pengaturan, kegiatan dan input terhadap jenis tutupan lahan tertentu
untuk menghasilkan sesuatu, mengubah atau mempertahankannya. Analisis akan lebih efektif
jika data yang dihasilkan dari kedua istilah tersebut digabungkan karena memungkin mendeteksi
lokasi perubahan terjadi, perubahan tipe dan bagaimana suatu lahan berubah
Digitasi merupakan proses pembentukan data yang berasal dari data raster menjadi data
vektor. Dalam sistem informasi geografis dan pemetaan digital, data vektor banyak digunakan
sebagai dasar analisis dan berbagai proses,ada dua cara untuk mendigitasi yang pertama
digitasi manual pada lembar cetak menggunakan meja digitasi dan digitasi secara numerical
menggunakan computer.

Tutupan lahan adalah kondisi kenampakan biofisik permukaan bumi yang diamati.
Penggunaan lahan adalah pengaturan, kegiatan dan input terhadap jenis tutupan lahan tertentu
untuk menghasilkan sesuatu, mengubah atau mempertahankannya. Analisis akan lebih efektif
jika data yang dihasilkan dari kedua istilah tersebut digabungkan karena memungkin mendeteksi
lokasi perubahan terjadi, perubahan tipe dan bagaimana suatu lahan berubah

B. TUJUAN

1. Mendigitasi secara manual obyek tutupan yang terekam pada foto udara
2. Mengidentifikasi spasial objek yang didigitasi berdasarkan koordinat dan skala foto udara
yang digunakan.
3. Membuat simpulan sederhana terhadap hasil digitasi/deliniasi yang dilakukan.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah penggunaan lahan (land use), berbeda dengan istilah penutup lahan (land cover).
Penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan
aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis
kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu. Penggunaan lahan
merupakan aspek penting karena penggunaan lahan mencerminkan tingkat peradaban manusia
yang menghuninya (Rizki Oktaviani).
Townshend dan Justice (1981) juga memiliki pendapat mengenai penutupan lahan,
yaitu penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan
unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia
terhadap obyek tersebut. Sedangkan Barret dan Curtis, tahun 1982, mengatakan bahwa
permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan lahan) seperti vegetasi,
salju, dan lain sebagainya. Dan sebagian lagi berupa kenampakan hasil aktivitas manusia
(penggunaan lahan).
Interpretasi penggunaan lahan dari foto udara ini dimaksudkan untuk memudahkan
deliniasi. Untuk dapat mempercepat hasil inventarisasi dengan hasil yang cukup baik, digunakan
pemanfaatan data penginderaan jauh, karena dari data penginderaan jauh memungkinkan
diperoleh informasi tentang penggunaan lahan secara rinci.selain itu, adanya perrubahan
pemanfaatan lahan kota yang cepat dapat pula dimonitor dari data penginderaan jauh.

Penggunaan lahan mencerminkan sejauh mana usaha atau campur tangan manusia
dalam memanfaatkan dan mengelola lingkungannya. Data penggunaan/tutupan lahan ini dapat
disadap dari foto udara secara relatif mudah, dan perubahannya dapat diketahui dari foto udara
multitemporal. Teknik interpretasi foto udara termasuk di dalam sistem penginderaan jauh.
(Lillesand dan Kiefer, 1997).
Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan
maksud untuk menidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut (Estes dan
Simonett, 1975). Interpretasi citra dan fotogametri berhubungan sangat erat, meskipun keduanya
tidaklah sama. Bedanya fotogametri berkepentingan dengan geometri obyek, sedangkan
interpretasi citra berurusan dengan manfaat, penggunaan, asal-usul, ataupun identitas obyek yang
bersangkutan (Glossary of the Mapping Sciences, 1994).
Proses di dalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra sekaligus berupaya
melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti pentingnya obyek
yang tergambar pada citra. Sehingga penafsir citra berupaya untuk mengenali obyek yang
tergambar pada citra dan menterjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geologi,
geografi, ekologi, dan disiplin ilmu lainnya (Sutanto, 1986).
Rangkaian kegiatan yang diperlukan di dalam pengenalan obyek yang tergambar pada
citra yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis....(Lintz Jr. dan Simonett,1976). Deteksi berarti
penentuan ada atau tidak adanya sesuatu obyek pada citra. Ia merupakan tahap awal dalam
interpretasi citra. Keterangan yang didapat pada tahap deteksi bersfat global. Keterangan yang
didapat pada tahap interpretasi selanjutnya, yaitu pada tahap identifikasi, bersifat setengah rinci.
Keterangan rinci diperoleh dari tahap akhir interpretasi, yaitu tahap analisis (Lintz dan Simonett,
1976).
Pengenalan obyek adalah bagian penting dalam upaya untuk menginterpretasikan citra.
Tidak mungkin dilakukan analisis memecahkan masalah yang sedang dihadapi, jika tidak
mengenali identitas dan jenis obyek yang tergambar pada citra. Prinsip pengenalan obyek pada
citra mendasarkan atas penyidikan karakteristiknya atau atributnya pada citra. Karakteristik
obyek yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali
interpretasi citra (Sutanto, 1986).

obyek disebut unsur

Menurut Sutanto (1986), karakteristik penting dari obyek pada citra yang digunakan
sebagai interpretasi citra terdiri dari delapan unsur. Kedelapan unsur tersebut ialah warna
(color)/rona (tone), bentuk (shape), ukuran (size), bayangan (shadow), tekstur (texture), pola
(pattern), situs (site), dan asosiasi (association). Di antara kedelapan unsur tersebut, warna/rona
merupakan hal yang paling dominan, dan langsung mempengaruhi pengguna citra dalam
memulai interpretasi. Sebenarnya, seluruh unsur interpretasi tersebut dapat dikelompokkan ke
dalam tiga jenjang dalam piramida unsur-unsur interpretasi. Jenjang paling bawa