Analisis daya saing ekonomi Kabupaten Asahan

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daya Saing

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses, mendefenisikan daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil yang lebih baik, lebih cepat atau lebihbermakna. Kemampuan yang dimaksud adalah (1) kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya, (2) kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti, (4) kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan.

Daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atau antar daerah menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional. Oleh karena itu dalam konteks kabupaten/kota sebagai sebuah organisasi, daya saing diartikan sebagai kemampuan kabupaten/kota untuk mengembangkan kemampuan ekonomi sosial wilayahnya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayahnya.

Persoalan penciptaan daya saing di Indonesia khususnya di Kabupaten Asahan bukanlah persoalan mudah. Berbagai hambatan yang dihadapi bukanlah permasalahan di tataran satu sektor saja, akan tetapi bersifat sangat multi dimensi.

Dalam tataran penciptaan stabilitas makro, hambatan muncul dari adanya permasalahan seperti inflasi, suku bunga tinggi, nilai rupiah yang tidak stabil, serta pengeluaran pemerintah yang defisit. Investasi mulai membaik namun masih


(2)

rendah dan pertumbuhan ekspor lebih rendah dari impor. Kemampuan penguasaan iptek yang masih lemah juga tidak mendukung daya saing perekonomian.

2.1.1 Teori Daya Saing

Menurut Porter (1995) dapat di defenisikan sebagai kemampuan usaha suatu perusahaan dalam industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang di hadapi. Daya saing ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan dan sangat bergantung pada tingkat sumber daya relatif yang dimilikinya atau biasa kita sebut keunggulan kompetitif. Selanjutnya, Porter menjelaskan pentingnya daya saing karena tiga hal berikut : (1) mendorong produktivitas dan meningkatkan kemampuan mandiri, (2) dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam konteks regional ekonomi maupun kuantitas pelaku ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat, (3) kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih menciptakan efisiensi.

2.1.2 Cara Menetukan Daya Saing

Berbagai cara dapat dilakukan untuk menentukan daya saing, antara lain : 1. Harga yang murah

Harga murah artinya tidak sekedar murah, namun tetap mempertahankan kualitas. Kualitas sama tapi harga yang lebih murah tentu saja lebih menguntungkan kosumen. Akan lebih baik lagi bila harga murah tetapi mampu memberikan kualitas yang lebih baik dibandingkan pesaing. Umumnya perusahaan yang menawarkan produk yang lebih murah adalah perusahaan yang umumnya dapat melakukan efisinsi. Dalam istilah Michael Potter perusahaan mempunyai keunggulan dari segi biaya (cost leadership).


(3)

Dengan efisiensi ini, perusahaan memperoleh margin yang sama atau lebih besar meskipun menetapkan harga yang murah karena biaya yang lebih kecil.

2. Diferensiasi

Melakukan diferensiasi berarti bahwa menawarkan atau melakukan hal yang berbeda dibandingkan dengan pesaing. Sesuatu yang di tawarkan berbeda, akan memberikan perhatian bagi konsumen. Berbeda, maksudnya bukan hanya sekedar berbeda, misalnya berbeda hanya dalam kemasan, tetapi perbedaan tersebut haruslah unik, atau bisa memberikan nilai tambah yang tidak bisa diberikan produk pesaing.

3. Pelayanan

Pelayanan juga dapat dijadikan suatu keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Perusahaan yang dapat memberikan service excellence dapat memuaskan pelanggan dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Perusahaan-perusahaan bersaing terutama dalam memanjakan pelanggannya, yaitu dengan memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya.

2.2 Konsep Daya Saing Daerah

Daya saing daerah menjadi salah satu isu utama dalam pembangunan daerah. Konsep daya saing umumnya dikaitkan dengan kemampuan suatu perusahaan, kota, daerah, wilayah atau negara dalam mempertahankan atau meningkatkan keunggulan kompetitif secara berkelanjutan (Porter, 2000). Menurut Departemen perdagangan dan industri Inggris (UK-DTI & Regional Competitieveness Indicators & Center For Urban And Regional Students, 1998)


(4)

mendefenisikan daya saing daerah sebagai kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan domestik maupun internasional. Center For Urban and

Regional Studies (CURDS) mendefenisikan daya saing daerah sebagai

kemampuan sektor bisnis atau perusahaan dalam suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata untuk penduduknya.

Persaingan yang semakin tajam menuntut pemerintah daerah untuk menyiapkan daerahnya sedemikian rupa sehingga mampu menarik investasi, orang dan industri.Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap investasi tergantung dari kemampuan daerah dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan investasi (Kuncoro dan Anggi, 2005).Selain itu, kemampuan daerah untuk menentukan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai alat ukur daya saing perekonomian daerah relatif terhadap daerah lainnya juga penting terkait dengan pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur fisik sebagai upaya untuk meningkatkan daya tariknya dan memenangkan daya saing global (KPPOD, 2003).

Sedangkan Huggins (2003) dalam publikasi “UKCompetitiveness Index” mendefenisikan daya saing daerah sebagai kemampuan perekonomian untuk menarik dan mempertahankan perusahaan-perusahaan dengan kondisi yang stabil atau dengan pangsa pasar yang meningkatkan dalam aktivitasnya, dengan tetap mempertahankan atau meningkatkan standar kehidupan bagi semua yang terlibat didalamnya. Selanjutnya Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI (PPSK


(5)

BI) menggunakan defenisi daya saing daerah dalam penelitiannya sebagai kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional.

2.3 Indikator Utama Daya Saing Ekonomi Daerah

Penentuan indikator utama daya saing ekonomi daerah merupakan bagian terpenting dalam analisis daya saing ekonomi daerah. Pemahaman indikator utama daya saing ekonomi daerah yang terbatas dan tidak secara komprehensif

menjadikan tidak adanya keseragaman pemahaman yang benar olehstakeholders

ditingkat pemerintahan daerah dan pada gilirannya akan dapat menyebabkan adanya perbedaan analisis dan kesimpulan terhadap tingkat daya saing yang dimiliki oleh suatu daerah.

Keunggulan daya saing suatu daerah ditentukan oleh 4 faktor pokok dan 2 faktor penunjang (Porter, 1990).Empat faktor pokok yang dimaksud adalah faktor produksi (factor condition), kondisi permintaan pasar (demand condition),

industri-industri terkait dan industri-industri pendukung (relatied and supporting

industries) serta strategi perusahaan, sturktur dan persaingan (firm strategy,

stucture and rivalary).Sedangkan faktor penunjangnya adalah peluang (chance)

dan peranan pemerintah (role of government).

Penelitian yang dilakukan PPSK BI dan UNPAD (2008) menggunakan 9 indikator utama penentu daya saing ekonomi daerah , yang meliputi :


(6)

Perekonomian daerah merupakan ukuran knerja secara umum dari perekonomian makro (daerah) yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulsi kapital, tingkat konsumsi, kinerja sektoral perekonomian, serta biaya hidup. Indikator kinerja ekonomi makro mempengaruhi daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Nilai tambah merefleksikan produktivitas perekonomian setidaknya dalam jangka pendek.

2. Akumulasi modal mutlak di perlukan untuk meningkatkan daya saing dalam jangka panjang.

3. Kemakmuran suatu daerah mencerminkan kinerja ekonomi di masa lalu.

4. Kompetisi yang di dorong mekanisme pasar akan meningkatkan kinerja ekonomi suatu daerah. Semakin ketat kompetisi pada suatu perekonomian daerah, maka akan semakin kompetitif perusahaan yang akan bersaing secara internasional maupun domestik.

2. Keterbukaan

Keterbukaan merupakan ukuran seberapa jauh perekonomian suatu daerah berhubungan dengan daerah lain yang tercermin dari perdagangan daerah tersebut dengan daerah lain dalam cakupan nasional maupun internasional. Indikator ini menentukan daya saing melalui prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Keberhasilan suatu daerah dalam perdagangan internasional merefleksikan daya saing perekonomian daerah tersebut.

2. Keterbukaan suatu daerah baik dalam perdagangan domestik maupun internasional meningkatkan kinerja perekonomiannya.


(7)

3. Investasi internasional mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien ke seluruh penjuru dunia.

4. Daya saing yang di dorong oleh ekspor terkait dengan orientasi pertumbuhan perekonomian daerah.

5. Mempertahankan standar hidup yang tinggi mengharuskan integrasi dengan ekonomi internasional.

3. Sistem Keuangan

Indikator sistem keuangan merefleksikan kemampuan sistem finanasial perbankan dan non perbankan di daerah untuk memfasilitasi aktivitas perekonomian yang memberikan nilai tambah. Sistem keungan suatu daerah akan mempengaruhi alokasi faktor produksi yang terjadi di perekonomiandaerah tersebut. Indikator sistem keuangan ini mempengaruhi daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Sistem keuangan yang baik mutlak diperlukan dalam memfasilitasi aktivitas perekonomian daerah.

2. Sektor keuangan yang efisien dan terintegrasi secara internasional mendukung daya saing daerah.

4. Infrastruktur dan Sumber Daya Alam

Infrastruktur dalam hal ini merupakan indikator seberapa besar sumber daya seperti modal fisik, geografis, dan sumber daya alam dapat mendukung aktivitas perekonomian daerah yang bernilai tambah. Indikator ini mendukung daya saing daerah melalui prinip-prinsip sebagai berikut :


(8)

1. Modal fisik berupa infrastruktur baik ketersediaan maupun kualitasnya mendukung aktivitas ekonomi daerah.

2. Modal alamiah baik berupa kondisi geografis maupun kekayaan alam yang terkandung di dalamnya juga mendorong aktivitas perekonomian daerah.

5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ilmu pengetahuan dan teknologi mengukur kemampuan daerah dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapannya dalam aktivitas ekonomi yang meningkatkan nilai tambah. Indikator ini mempengaruhi daya saing daerah melalui beberapa prinsip di bawah ini :

1. Keunggulan kompetitif dapat dibangun melalui aplikasi teknologi yang sudah ada secara efisien dan inovatif.

2. Investasi pada penelitian dasar dan aktivitas yang inovatif yang menciptakan pengetahuan baru sangat krusial bagi daerah ketika melalui tahapan pembangunan ekonomi yang lebih maju.

3. Investasi jangka panjang berupa R & D akan meningkatkan daya saing sektor bisnis.

6. Sumber Daya Manusia

Indikator sumber daya manusia dalam hal ini ditunjukan untuk mengukur ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia. Faktor sumber daya manusia ini mempengaruhi daya saing daerah berdasarkan prinsip-prinsip berikut :

1. Angkatan kerja dalam jumlah besar dan berkualitas akan meningkatkan daya saing suatu daerah.


(9)

2. Pelatihan dan pendidikan adalah cara yang paling baik dalam meningkatkan tenaga kerja yang berkualitas.

3. Sikap dan nilai yang dianut oleh tenaga kerja juga menentukan daya saing suatu daerah.

4. Kualitas hidup masyarakat suatu daerah menentukan daya saing daerah tersebut begitu juga sebaliknya.

7. Kelembagaan

Kelembagaan merupakan indikator yang mengukur seberapa jauh iklim sosial, politik, hukum dan aspek keamanan mampu mempengaruhi secara positif aktivitas perekonomian di daerah. Pengaruh faktor kelembagaan terhadap daya saing daerah didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut :

1. Stabilitas sosial dan politik melalui sistem demokrasi yang berfungsi dengan baik merupakan iklim yang kondusif dalam mendorong aktivitas ekonomi daerah yang berdaya saing.

2. Peningkatan daya saing ekonomi suatu daerah tidak akan tercapai tanpa adanya sistem hukum yang baik serta penegakan hukum yang independen.

3. Aktivitas perekonomin suatu daerah tidak akan dapat berjalan secara optimal tanpa didukung oleh situasi keamanan yang kondusif.

8. Governance dan Kebijakan Pemerintah

IndikatorGovernance dan kebijakan pemerintah dimaksudkan sebagai ukuran dari kualitas administrasi pemerintah daerah, khususnya dalam rangka menyediakan infrastruktur fisik dan peraturan-peraturan daerah. Secara umum


(10)

pengaruh faktor Governance dan Kebijakan Pemerintah bagi daya saing daerah dapat didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut ini :

1. Dengan tujuan menciptakan iklim persaingan yang sehat intervensi pemerintah dalam perekonomian sebaliknya diminimalkan.

2. Pemerintah daerah berperan dalam menciptakan kondisi sosial yang terprediksi serta berperan pula dalam meminimalkan.

3. Efektivitas administrasi pemerintahan daerah dalam menyediakan infrastruktur dan aturan-aturan berpengaruh terhadap daya saing ekonomi suatu daerah. 4. Efektivitas pemerintah daerah dalam melakukan koordinasi dan menyediakan

informasi tertentu pada sektor swasta dan mendukung daya saing ekonomi kabupaten Asahan.

5. Flektbilitas pemerintah daerah dalam menyesuaikan kebijakan ekonomi merupakan faktor yang kondusif dalam mendukung dalam mendukung peningkatan daya saing daerah.

9. Manajemen dan Ekonomi Mikro

Dalam indikator manajemen dan ekonomi mikro pengukuran yang dilakukan dengan pertanyaan seberapa jauh perusahaan di daerah dikelola dengan inovatif, menguntungkan dan bertanggung-jawab. Prinsip-prinsip yang relevan terhadap daya saing daerah di antaranya adalah :

1. Rasio harga/kualitas yang kompetitif dari suatu produk mencerminkan kemampuan managerial perusahaan – perusahaan yang berada di suatu daerah.


(11)

2. Orientasi jangka panjang manajemen perusahaan akan meningkatkan daya saing daerah dimana perusahaan tersebut berada.

3. Efisiensi dalam aktivitas perekonomian ditambah dengan kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan adalah keharusan bagi perusahaan yang kompetitif.

4. Kewirausahaan sangat krusial bagi aktivitas ekonomi pasa masa-masa awal. 5. Dalam usaha yang sudah mapan, manajemen perusahaan memerlukan keahlian

dalam mengintegrasikan serta membedakan kegiatan-kegiatan usaha.

Sementara itu, hasil penelitian KPPOD (2005) yang meneliti daya tarik investasi kabupaten/kota di Indonesia dengan menggunakan variabel kelembagaan, sosial politik, ekonomi daerah, tenaga kerja, produktivitas, dan variabel infrastruktur fisik.

2.4 Penelitian Terdahulu

KKPOD (2005) dengan judul penelitiannya “Analisis daya tarik investasi 214 kabupaten/kota di Indonesia” dalam penelitian ini KPPOD menyatakan bahwa beberapa kabupaten/kota di Indonesia hanya mengedepankan upaya-upaya meningkatkan PAD dan relative mengabaikan aspek-aspek yang mampu menarik investasi.

Mudrajat Kuncoro (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya Tarik Investasi dan Pungli di DIY” berdasarkan hasil penelitian ini bahwa

menurut presepsi pelaku usaha di DIY, faktor kelembagaan memiliki bobot terbesar dalam menentukan daya tarik investasi/kegiatan usaha di DIY. Lalu di ikuti oleh faktor Infrastruktur Fisik, dan Sosial Politik.


(12)

Ira irawati, dkk (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengukuran Tingkat Daya Saing Daerah berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Variabel Infrastruktur dan Sumber Daya Alam serta Variabel Sumber Daya Manusia di Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara” daya saing terbaik berdasarkan perekonomian daerah,infrastruktur,sumber daya alam dan sumber daya manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara turut mendukung kabupaten/kota tersebut menjadi peringkat terbaik secara umum.

Paidi Hidayat (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya Saing Ekonomi Kota Medan”.Dengan menggunakan metode AHP dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam meningkatkan daya saing adalah faktor infrastruktur dengan nilai bobot (0,252), diikuti faktor perekonomian daerah dan selanjutnya faktor sistem keuangan yang masing-masing bobot nilainya (0,243) dan (0,219).Skala prioritas untuk faktor infrastruktur adalah ketersediaan infrastruktur dan kualitasnya,seperti kualitas pelabuhan laut dan udara serta kualitas jalan.Selain itu, skala prioritas perekonomian daerah adalah tingkat daya beli masyarakat.Sementara, untuk skala prioritas sistem keuangan adalah kinerja lembaga keuangan.

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan indikator penentu daya saing ekonomi di Kabupaten Asahan (Gambar 1). Dimana variabel-variabel yang menjadi indikator utama dalam penelitian ini berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai daya saing yang di lakukan oleh KPPOD (2005), Mudrajat Kuncoro (2005), Ira Irawati (2008), dan Paidi Hidayat (2012).


(13)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Daerah

KELEMBAGAA N Regulation & Government services SOSIAL POLITIK Socio-Political Factors EKONOMI DAERAH Regional Economic Dynamism

TENAGA KERJA & PRODUKTIVITAS Labor& productivity INFRASTRUKTUR FISIK Physical Infrastructure Kepastian Hukum Legal Certainty Biaya Tenaga Kerja Labor Cost Potensi Ekonomi Economic Potential Sosial Politik Socio Political Ketersediaan Infrastruktur Fisik Availability of Physical Infrastructure Ketersediaan Tenaga Kerja Availability of Manpower Produktivitas Tenaga Kerja Productivity of Labor Struktur Ekonomi Economic Structure Budaya Cultural Keamanan security Perda / IndikatorPerda

Region Policy / Regulation

Aparatur

Quality Of Civil Service Keuangan Daerah Kualitas Infrastruktur Fisik Quality of Physical Infrastructure


(1)

1. Modal fisik berupa infrastruktur baik ketersediaan maupun kualitasnya mendukung aktivitas ekonomi daerah.

2. Modal alamiah baik berupa kondisi geografis maupun kekayaan alam yang terkandung di dalamnya juga mendorong aktivitas perekonomian daerah.

5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ilmu pengetahuan dan teknologi mengukur kemampuan daerah dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapannya dalam aktivitas ekonomi yang meningkatkan nilai tambah. Indikator ini mempengaruhi daya saing daerah melalui beberapa prinsip di bawah ini :

1. Keunggulan kompetitif dapat dibangun melalui aplikasi teknologi yang sudah ada secara efisien dan inovatif.

2. Investasi pada penelitian dasar dan aktivitas yang inovatif yang menciptakan pengetahuan baru sangat krusial bagi daerah ketika melalui tahapan pembangunan ekonomi yang lebih maju.

3. Investasi jangka panjang berupa R & D akan meningkatkan daya saing sektor bisnis.

6. Sumber Daya Manusia

Indikator sumber daya manusia dalam hal ini ditunjukan untuk mengukur ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia. Faktor sumber daya manusia ini mempengaruhi daya saing daerah berdasarkan prinsip-prinsip berikut :

1. Angkatan kerja dalam jumlah besar dan berkualitas akan meningkatkan daya saing suatu daerah.


(2)

2. Pelatihan dan pendidikan adalah cara yang paling baik dalam meningkatkan tenaga kerja yang berkualitas.

3. Sikap dan nilai yang dianut oleh tenaga kerja juga menentukan daya saing suatu daerah.

4. Kualitas hidup masyarakat suatu daerah menentukan daya saing daerah tersebut begitu juga sebaliknya.

7. Kelembagaan

Kelembagaan merupakan indikator yang mengukur seberapa jauh iklim sosial, politik, hukum dan aspek keamanan mampu mempengaruhi secara positif aktivitas perekonomian di daerah. Pengaruh faktor kelembagaan terhadap daya saing daerah didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut :

1. Stabilitas sosial dan politik melalui sistem demokrasi yang berfungsi dengan baik merupakan iklim yang kondusif dalam mendorong aktivitas ekonomi daerah yang berdaya saing.

2. Peningkatan daya saing ekonomi suatu daerah tidak akan tercapai tanpa adanya sistem hukum yang baik serta penegakan hukum yang independen.

3. Aktivitas perekonomin suatu daerah tidak akan dapat berjalan secara optimal tanpa didukung oleh situasi keamanan yang kondusif.

8. Governance dan Kebijakan Pemerintah

IndikatorGovernance dan kebijakan pemerintah dimaksudkan sebagai ukuran dari kualitas administrasi pemerintah daerah, khususnya dalam rangka menyediakan infrastruktur fisik dan peraturan-peraturan daerah. Secara umum


(3)

pengaruh faktor Governance dan Kebijakan Pemerintah bagi daya saing daerah dapat didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut ini :

1. Dengan tujuan menciptakan iklim persaingan yang sehat intervensi pemerintah dalam perekonomian sebaliknya diminimalkan.

2. Pemerintah daerah berperan dalam menciptakan kondisi sosial yang terprediksi serta berperan pula dalam meminimalkan.

3. Efektivitas administrasi pemerintahan daerah dalam menyediakan infrastruktur dan aturan-aturan berpengaruh terhadap daya saing ekonomi suatu daerah. 4. Efektivitas pemerintah daerah dalam melakukan koordinasi dan menyediakan

informasi tertentu pada sektor swasta dan mendukung daya saing ekonomi kabupaten Asahan.

5. Flektbilitas pemerintah daerah dalam menyesuaikan kebijakan ekonomi merupakan faktor yang kondusif dalam mendukung dalam mendukung peningkatan daya saing daerah.

9. Manajemen dan Ekonomi Mikro

Dalam indikator manajemen dan ekonomi mikro pengukuran yang dilakukan dengan pertanyaan seberapa jauh perusahaan di daerah dikelola dengan inovatif, menguntungkan dan bertanggung-jawab. Prinsip-prinsip yang relevan terhadap daya saing daerah di antaranya adalah :

1. Rasio harga/kualitas yang kompetitif dari suatu produk mencerminkan kemampuan managerial perusahaan – perusahaan yang berada di suatu daerah.


(4)

2. Orientasi jangka panjang manajemen perusahaan akan meningkatkan daya saing daerah dimana perusahaan tersebut berada.

3. Efisiensi dalam aktivitas perekonomian ditambah dengan kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan adalah keharusan bagi perusahaan yang kompetitif.

4. Kewirausahaan sangat krusial bagi aktivitas ekonomi pasa masa-masa awal. 5. Dalam usaha yang sudah mapan, manajemen perusahaan memerlukan keahlian

dalam mengintegrasikan serta membedakan kegiatan-kegiatan usaha.

Sementara itu, hasil penelitian KPPOD (2005) yang meneliti daya tarik investasi kabupaten/kota di Indonesia dengan menggunakan variabel kelembagaan, sosial politik, ekonomi daerah, tenaga kerja, produktivitas, dan variabel infrastruktur fisik.

2.4 Penelitian Terdahulu

KKPOD (2005) dengan judul penelitiannya “Analisis daya tarik investasi 214 kabupaten/kota di Indonesia” dalam penelitian ini KPPOD menyatakan bahwa beberapa kabupaten/kota di Indonesia hanya mengedepankan upaya-upaya meningkatkan PAD dan relative mengabaikan aspek-aspek yang mampu menarik investasi.

Mudrajat Kuncoro (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya Tarik Investasi dan Pungli di DIY” berdasarkan hasil penelitian ini bahwa

menurut presepsi pelaku usaha di DIY, faktor kelembagaan memiliki bobot terbesar dalam menentukan daya tarik investasi/kegiatan usaha di DIY. Lalu di ikuti oleh faktor Infrastruktur Fisik, dan Sosial Politik.


(5)

Ira irawati, dkk (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengukuran Tingkat Daya Saing Daerah berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Variabel Infrastruktur dan Sumber Daya Alam serta Variabel Sumber Daya Manusia di Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara” daya saing terbaik berdasarkan perekonomian daerah,infrastruktur,sumber daya alam dan sumber daya manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara turut mendukung kabupaten/kota tersebut menjadi peringkat terbaik secara umum.

Paidi Hidayat (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya Saing Ekonomi Kota Medan”.Dengan menggunakan metode AHP dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam meningkatkan daya saing adalah faktor infrastruktur dengan nilai bobot (0,252), diikuti faktor perekonomian daerah dan selanjutnya faktor sistem keuangan yang masing-masing bobot nilainya (0,243) dan (0,219).Skala prioritas untuk faktor infrastruktur adalah ketersediaan infrastruktur dan kualitasnya,seperti kualitas pelabuhan laut dan udara serta kualitas jalan.Selain itu, skala prioritas perekonomian daerah adalah tingkat daya beli masyarakat.Sementara, untuk skala prioritas sistem keuangan adalah kinerja lembaga keuangan.

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan indikator penentu daya saing ekonomi di Kabupaten Asahan (Gambar 1). Dimana variabel-variabel yang menjadi indikator utama dalam penelitian ini berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai daya saing yang di lakukan oleh KPPOD (2005), Mudrajat Kuncoro (2005), Ira Irawati (2008), dan Paidi Hidayat (2012).


(6)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Daerah

KELEMBAGAA N Regulation & Government services SOSIAL POLITIK Socio-Political Factors EKONOMI DAERAH Regional Economic Dynamism

TENAGA KERJA & PRODUKTIVITAS Labor& productivity INFRASTRUKTUR FISIK Physical Infrastructure Kepastian Hukum Legal Certainty Biaya Tenaga Kerja Labor Cost Potensi Ekonomi Economic Potential Sosial Politik Socio Political Ketersediaan Infrastruktur Fisik Availability of Physical Infrastructure Ketersediaan Tenaga Kerja Availability of Manpower Produktivitas Tenaga Kerja Productivity of Labor Struktur Ekonomi Economic Structure Budaya Cultural Keamanan security Perda / IndikatorPerda Region Policy / Regulation

Aparatur Quality Of Civil

Service Keuangan Daerah Kualitas Infrastruktur Fisik Quality of Physical Infrastructure