Hubungan Strategi Belajar Dan Gaya Belajar Dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada Mahasiswi D-Iii Kebidanan Poltekkes Kemenkes Ri Medan Tahun 2015

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Belajar

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa disekolah dan lingkungan sekitar (Jihad dan Haris, 2013).

Belajar adalah Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar (Trianto, 2010).

Menurut Hilgard (dalam Sanjaya, 2011) : learning is the process by which an activity originates or changed through training procedures (wether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training (belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah).

B. Teori Belajar 1. Teori Gestalt

Menurut aliran ini jiwa manusia adalah suatu keseluruhan ynag berstruktur. Suatu keseluruh bukan terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Unsur-unsur itu berada dalamkeseluruhan menurut struktur yang telah terbentuk dan salin berinterelasi satu sama lain (Shoimatul, 2013).


(2)

Teori psikologi gestalt sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Tingkah laku terjadi berkat interaksi antar individu dan lingkungannya.

b. Individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis, adanya ganguan terhadapkeseimbangan itu akan mendorong terjadinya tingkah laku.

c. Belajar mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi problematis.

d. Belajar menitikberatkan pada situasi sekarang, dalam situasi tersebut menemukan dirinya.

e. Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna dalam keseluruhan itu.

2. Teori R. Gagne

Teori ini didasari oleh asumsi bahwa belajar adalah proses yang sangat penting dalam perkembangan. Sementara perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.

Terkait dengan belajar R. Gagne Mendefenisikan:

a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

b. Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.


(3)

3. Teori Behaviourisme

Teori belajar behaviourisme ini menekankan pada perunbahan tingkah laku. Menurut teori ini, belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret, yang merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungan dan berdasarkan pengalamannya. Belajar merupakan akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Teori ini mengemukakan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah “input” yang berupa stimulus dan “output” yang berupa respons.

4. Teori Kognitivisme

Teori belajar kognitivisme adalah teori yang menekankan pada proses pengolahan informasi. Menurut teori ini, belajar adalah proses interaksi antara individu dengan lingkungannya yang berlangsung secara terus menerus. Perspektif yang dimiliki teori kognitivisme adalah seseorang yang sedang belajar atau peserta didik memproses informasi atau bahan pelajaran dengan cara menerima, mengorganisasi, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuannya yang telah ada. Dengan demikian, teori belajar kognitivisme ini lebih menekankan pada bagaimana informasi di proses.

5. Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme ini merupakan kelanjutan dari teori kognitivisme yang pernah dikembangkan oleh Jean Piaget. Melalui berbagai


(4)

analisis, dan pendapatnya dalam teori kognitivisme. Piaget pun sejatinya melahirkan teori konstruktivisme.

Teori konstruktivisme didefenisikan sebagai pembelajaran yang bersikap generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Berbeda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respons, konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.

C. Strategi Belajar

Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang meliputi mengajar siswa tentang bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. Pembelajaran strategi lebih menekankan pada kognitif, sehingga pembelajaran ini dapat disebut dengan strategi kognitif.

Kartono (1985) dan Rooijakkers (1997) mengemukakan bahwa strategi belajar yang dapat digunakan dalam belajar di perguruan tinggi, antara lain:

a. Mengikuti kuliah

Mahasiswa dalam perkuliahan harus aktif dan kritis sehingga mahasiswa tidak hanya mendapat materi dari dosen saja. Dengan bersikap kritis maka mahasiswa belajar untuk mengemukakan pendapatnya. Mahasiswa juga harus bisa menangkap dan mau memahami materi dari dosen.


(5)

b. Membaca buku

Belajar di perguruan tinggi selain mengikuti kuliah juga harus membaca banyak buku-buku. Mahasiswa dituntut untuk mencari literatur lain sehingga mereka tidak terpaku dengan materi yang diberikan oleh dosen. c. Cara belajar

Bahan kuliah yang diperoleh harus dipelajari kembali dengan baik. Mahasiswa harus mau meluangkan waktunya untuk mengulang pelajaran yang sudah didapatkan, selain itu catatan yang ada harus lengkap sehingga dapat betul-betul membantu mahasiswa dalam belajar.

d. Mempergunakan perpustakaan

Mahasiswa harus pandai mempergunakan fasilitas yang ada, khususnya perpustakaan. Mahasiswa dapat menambah wawasan pengetahuannya dengan banyak membaca buku-buku yang ada di perpustakaan.

e. Menghadapi tentamen (ujian)

Mahasiswa harus siap dalam menghadapi ujian. Dengan adanya ujian maka mahasiswa dapat mengukur sampai sejauh mana kemampuan atau materi yang diserap.

Macam-macam strategi belajar yang dapat diterapkan oleh mahasiswa meliputi (Frender, 2003):

a. Strategi Mengorganisasi dan Memanajemen Waktu

Kesuksesan dalam banyak hal seringkali tergantung pada manajemen waktu yang efektif. Kemampuan mengelola waktu merupakan hal yang


(6)

penting bagi mahasiswa. Kualitas waktu belajar yang digunakan lebih baik daripada kuantitas waktu belajar. Mahasiswa yang dapat menggunakan waktu dengan baik dapat memilah prioritas tugas untuk menghemat waktu. Keluhan yang selama ini sering didengar dalam kalangan mahasiswa adalah kurang tersedianya waktu untuk menyelesaikan semua tugas dan kurang cukupnya waktu untuk menyiapkan diri menghadapi ujian, sehingga hal tesebut berakibat pada rendahnya prestasi belajar mahasiswa dan akhirnya menjadi kendala utama terhambatnya proses masa studi mahasiswa.

Fenomena ini menunjukkan bahwa manajemen waktu merupakan salah satu hal yang besar nilainya dalam belajar maupun dalam seluruh kehidupan seorang mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa pasti memiliki tujuan belajar dan untuk mencapai tujuan tersebut maka setiap mahasiswa membutuhkan keterampilan pengaturan waktu, keahlian dalam memprioritaskan tugas, kedisiplinan dalam mematuhi setiap jadwal yang dibuat dan kesediaan menyiapkan waktu untuk belajar.

Menurut Macan (1990), manajemen waktu adalah pengaturan diri dalam menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin dengan melakukan perencanaan, penjadwalan, sikap kontrol atas waktu dan keinginan untuk terorganisasi. Sedangkan Lakien (1997) menjelaskan manajemen waktu sebagai langkah-langkah kebutuhan dan keinginan individu dalam urutan tingkat dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan atau prioritasnya, kemudian mengalokasikan waktu dan sarana yang diperlukan secara tepat.

Aspek-aspek manajemen waktu menurut Macan (1990) adalah sebagai berikut:


(7)

1) Menetapkan tujuan dan prioritas

Tujuan atau sasaran berisi pernyataan tentang apa yang penting dan ingin dilakukan seseoang. Penetapan tujuan harus dilakukan sebelum membuat prioritas karena aktivitas akan dilakukan bila termasuk dalam prioritas mendukung tujuan atau sasaran. Prioritas adalah suatu aktivitas yang diberi perhatian utama atau dengan kata lain sesuatu yang dilakukan sebelum yang lain.

Prioritas dibuat berdasarkan skala kepentingan, dapat juga digunakan sebagai sistem prioritas ABC yang dikemukakan oleh Lakien (1997). Aktivitas dengan prioritas A adalah harus mendapatkan perhatian utama untuk dicapai terlebih dahulu. Smith (2002) menjelaskan, dalam menyusun prioritas, manusia harus menetukan kriteria urgent (mendesak) adalah tugas yang harus diselesaikan dalam batas waktu yang sudah pasti dan important (penting) adalah tugas yang dimiliki pengaruh luas atau jangka panjang terhadap sesuatu yang kita hargai. Hal yang harus diutamakan adalah kegiatan yang berkriteria penting dan meendesak sedangkan kegiatan mendesak tidak penting dapat didelegasikan untuk menghindari tumpukan kegiatan.

Dalam menentukan tujuan dan prioritas, siswa dapat menuliskan beberapa aktivitas kegiatan sehari-hari, misalnya menetapkan dan meninjau kembali tujuan jangka panjang ataupun tujuan jangka pendek, menetapkan prioritas kegiatan melaksanakannya, membuat dan mengevaluasi jadwal harian, menentukan batas waktu pengerjaan tugas, memanfaatkan waktu menunggu dan membagi tugas menjadi bagian-bagian kecil agar mudah dikerjakan.


(8)

Tujuan jangka pendek dapat diwujudkan dalam tujuan harian, biasanya berisi tujuan yang lebih spesifik sehingga memudahkan dalam pencapaian tujuan jangka panjang. Penetapan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek dapat digambarkan dengan bentuk pyramid yang harus berkaitan satu sama yang lain dimana tujuan jangka panjang sebagai dasarnya dan pendek sebagai puncaknya. Penetapan tujuan dan sasaran ini dapat berubah dan harus direvisi secara periodik karena manusia berubah, berkembang dan menyesuaikan diri dengan keadaan. 2) Merencanakan dan menjadwalkan

Setelah menentukan tujuan dan prioritas, langkah selanjutnya adalah melakukan perencanaan dan penjadwalan. Perencanaan dapat disebut juga sebagai daftar harian, yang berisi keterangan tentang aktivitas dan perkiraan waktu yang dibutuhkan. Penyusunan perencanaan dan penjadwalan harus memperhitungkan waktu yang digunakan untuk aktivitas rutin setiap hari karena aktivitas rutin tersebut biasanya banyak menyita waktu.

Hal ini penting yang harus diperhatikan dalam penyusun dan perencanaan adalah “waktu prima” yang terdiri dari “waktu prima internal” dan “waktu prima external”. Aktivitas yang penting dan menjadi prioritas harus dilaksanakan pada waktu prima internal masing-masing individu karena pada saat itulah seseorang dapat berkonsentrasi secara maksimal sehingga dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan dengan tepat. Sedangkan waktu prima external adalah waktu yang paling baik bagi individu untuk menjalin hubungan dengan orang lain yang berkaitan dengan kegiatan atau teman.


(9)

Perencanaan dan penjadwalan biasanya berisi beberapa aktivitas yang berkaitan dengan pengaturan waktu, yaitu membuat daftar hal-hal yang harus dikerjakan, membuat jadwal mingguan, menggunakan buku agenda atau sarana reminder yang lain Setiap perencanaan dan penjadwalan harus bersifat flexibel agar tidak menimbulkan kesan yang kaku atau selalu tegang. Untuk menghindar hal-hal yang tidak terduga sebaiknya dalam perencanaan dan penjadwalan disediakan kira-kira 1 jam sebagai waktu cadangan sebagai ada waktu longgar.

3) Mempunyai sikap kontrol terhadap waktu

Mempunyai sikap kontrol terhadap waktu lebih mengarah kepada keyakinan pandangan individu tentang bagaimana kemampuannya dalam mengendalikan waktu atau bagaimana individu menggunakan waktu yang ada, misalnya dapat melaksanakan jadwal kegiatan karena selalu tidak menunda-nunda, tidak terbelenggu dalam tugas-tugas sehingga ada waktu untuk istirahat dan mampu bersikap asertif kepada orang lain, misalnya berkata “tidak”.

Menunda-nunda pekerjaan adalah contoh umum masalah yang terkait dengan sikap kontrol terhadap waktu yang dimiliki oleh manusia. Penundaan mungkin terjadi karena beberapa hal yaitu tugas yang dianggap sulit sehingga seseorang tidak tahu bagaimana cara untuk mengerjakan tugas tersebut, takut gagal atau dirinya ingin tampil sempurna. Beberapa orang merasa yakin dapat bekerja dengan baik bila berada pada saat-saat terakhir namun secara umum penundaan tidak bisa memberikan hasil kerja maksimal, kurang bermutu, perasaan tertekan dan waktu yang berlaku tanpa hasil.


(10)

Masalah yang terpenting dengan sikap kontrol terhadap waktu adalah kebiasaan penundaan, kadang penundaan ini mempengaruhi sebagian besar orang. Mereka tahu apa yang harus dilakukan tetapi tidak dapat mewujudkannya. Untuk sebagian orang ini adalah kebiasaan yang berakar dari dalam tetapi dapat diatasi. Biasanya penundaan terjadi bila dihadapkan pada sesuatu hal yang tidak menyenangkan, adanya keraguan, keinginan tampil sempurna, maupun adanya tugas yang sulit.

4) Pilihan untuk terorganisasi

Hal ini melihat bagaimana keiginan individu untuk terorganisir serta menekankan pada pendekatkan yang dilakukan individu dalam menyelesaikan tugas seperti merapikan ruang belajar sehingga individu dengan mudah menyimpan dan menentukan sesuatu yang dibutuhkan, membuat arsip dan cara cepat untuk menangani tugas dengan baik.

b. Strategi Mencatat

Mencatat adalah bagian yang penting dari aktivitas belajar. Madden (2000) menjelaskan bahwa catatan memberikan rekaman informasi tertulis yang dapat dipergunakan siswa untuk membaca kembali dan menganalisis. Membuat catatan yang efektif dan efisien akan lebih mendorong siswa untuk menjadi seorang pembelajar yang aktif. Tahap-tahap yang dilakukan dalam mencatat terdiri dari (Frender, 2003):

1) Persiapan

Persiapan dilakukan sebelum kelas di mulai, pertama-tama siswa perlu melakukan persiapan dengan datang lebih awal sehingga memiliki waktu untuk mempersiapkan diri, menyediakan semua barang yang


(11)

diperlukan untuk mencatat (seperti bolpen, kertas dan handout), menyempatkan diri untuk melakukan skim atau review pada catatan yang lalu, mempersiapkan pikiran untuk menjadi seorang pendengar dan pencatat yang aktif serta memilih tempat duduk yang strategis.

2) Strategi saat di dalam kelas

Berikut ini adalah beberapa strategi mencatat yang dapat diterapkan di dalam kelas untuk menghasilkan catatan yang efektif yaitu:

a) Metode Personal Short Hand

Metode ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam mencatat secara praktis dengan cara menggunakan simbol atau singkatan tertentu yang sering muncul.

b) Mempersiapkan format catatan yang tepat

Siswa dapat mulai mencatat dengan menggunakan lembar baru, pertama siswa menuliskan referensi singkat di bagian kanan atas seperti nama mata kuliah dan nama pengajar. Siswa dapat menggunakan sepertiga lembar kertas dari kiri (berbentuk kolom) untuk mencatat kata-kata yang bertujuan untuk mereview (kata-kata kunci, sejumlah pertanyaan, dan topik). Sementara itu dua pertiga bagian lainnya (dalam bentuk kolom) dapat dipergunakan untuk mencatat materi perkuliahan.

c) Membuat skema

Membuat skema berguna untuk mengorganisasi catatan dengan menyediakan ide-ide utama, ide-ide pendukung serta detail-detail tambahan.


(12)

3) Perbaikan catatan

Revisi atau perbaikan catatan dilakukan bersamaan dengan review atau meninjau ulang dengan tujuan memperjelas informasi yang dicatat, mengidentifikasi ide-ide utama serta pertanyaan yang muncul. Dengan melakukan revisi serta peninjauan ulang maka catatan akan menjadi utuh dan siap dipergunakan.

c. Strategi Membaca

Hal lain yang perlu dilakukan siswa setelah mencatat adalah membaca catatan. Membaca merupakan salah satu cara untuk belajar dan mendapatkan informasi. Strategi membaca menurut Abita (2002) adalah mengidentifikasikan kata-kata yang menuntun pembaca dalam menentukan struktur organisasi dan memfokuskan isi pada tulisan teks. Seseorang harus mampu mendapatkan beberapa urutan tersebut dalam proses membaca. Beberapa macam strategi belajar yang dapat diterapkan secara umum menurut Frender (2003), antara lain:

1) Membaca secara cepat, yang terdiri dari:

a) Scanning

Scanning berupa strategi membaca secara sekilas, yang bertujuan untuk mengetahui topik atau ide utama dan mendapatkan gambaran materi secara garis besar. Menurut Subagja (2002), scanning adalah melihat secara sekilas keseluruhan isi dari buku yang akan dibaca. Sedangkan Soedarso (2004) menjelaskan scanning sebagai suatu teknik membaca untuk mendapatkan info tanpa membaca yang lain-lain jadi langsung ke masalah yang dicari yaitu


(13)

fakta khusus informasi tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran topik atau ide, organisasi bacaan keseluruhan, dan mencari detail secara spesifik (nama, kota, jawaban pertanyaan). Mahasiswa biasanya menggunakan teknik ini pada saat mencari kata pada kamus dan mencari pada indeks.

b) Skimming

Merupakan strategi membaca yang bertujuan untuk menemukan ide-ide utama dan sebab akibat, mensurvei ide-ide umum, mengenali serta memahami urutan-urutan dan hubungan antara judul dan sub judul, mengidentifikasi topik dan mencari kata-kata atau frase yang dicetak miring pada bacaan.

Subagja (2002) menjelaskan skimming yaitu suatu kondisi saat pembaca memahami bagian-bagian tentang informasi tersebut

dengan mencerna secara mendalam. Sedangkan Soedarso (2004) menjelaskan skimming sebagai tindakan untuk mengambil intisari atau saripati dari suatu hal. Skimming bacaan berarti mancapai hal-hal yang penting dari bacaan itu, yaitu ide pokok dan detail yang penting.

c) Rapid Reading

Strategi rapid reading mirip dengan skimming tetapi lebih memfokuskan untuk membacakan ide-ide utama yang ada beserta seluruh detail yang dimiliki. Dengan tujuan individu dapat menemukan informasi yang dibutuhkan dengan cara membaca seluruh tulisan yang terdapat pada bacaan secara cepat (fast rate). Rapid reading biasanya digunakan saat membaca majalah, fiksi atau brosur. Rapid reading tidak digunakan saat sedang membaca untuk belajar.


(14)

2) Membaca secara perlahan, yang terdiri dari:

a) Slow Reading

Strategi ini seringkali digunakan mahasiswa saat membaca textbooks atau untuk segala jenis buku yang bersifat teknis yang banyak detail yang perlu untuk dibaca. Tujuan slow reading adalah untuk menemukan semua informasi yang bisa diperoleh yang dilakukan dengan cara menuliskan catatan-catatan atau menggarisbawahi informasi. Informasi-informasi tersebut digunakan mahasiswa untuk lebih mendalami bidang yang sedang dipelajarinya.

b) Careful Reading

Strategi ini bertujuan untuk menemukan prosedur, mengikuti instruksi selangkah demi selangkah, dan menganalisis serta mengevaluasi isi bacaan. Individu dapat membuat outline atau catatan rinci. Careful reading lebih mendalam daripada slow reading karena menuntut sikap yang kritis dari pembacanya. Mahasiswa menggunakan carefull reading untuk menemukan keseluruhan mekna bacaan, baik yang tersurat maupun tersirat. Materi bacaan antara lain berupa laporan penelitian, teks atau data ilmiah.

d. Strategi Mengingat

Hal berikutnya yang perlu dimiliki oleh mahasiswa dalam belajar efektif adalah dengan memiliki ingatan yang efektif. Ingatan yang efektif berguna untuk daya kreativitas dan adaptasi, menghubungkan informasi yang baru dengan informasi lama, meningkatkan kemampuan ingatan serta sangat


(15)

bermanfaat dalam proses belajar. Ada tiga proses yang terjadi dalam mengingat sesuatu:

1) Encoding (proses mempersiapakan informasi yang di dapat untuk disimpan).

2) Storage (proses menyimpan informasi untuk digunakan dalam

mengingat ketika dibutuhkan kelak).

3) Retrieval (recall atau memanggil keluar informasi dari tempat penyimpanan).

Langkah-langkah untuk mengingat menurut Frender (2003) adalah sebagai berikut:

1) Memotivasi yaitu mempunyai niat untuk belajar, mengingat dan berkonsentrasi pada informasi yang baru, mengembangkan suatu tujuan realistis yang kuat, dan dengan jelas memilih untuk mengingat. 2) Mengelompokkan, yang terdiri dari:

a) Mengorganisir yaitu mengelompokan informasi sehingga detail dan gagasan utama berhubungan serta menghubungkan informasi baru untuk mengenal materi bacaan.

b) Mengkategorikan yaitu menggambarkan informasi untuk dipelajari dan tujuan yang diharapkan serta memilih umtuk mengingat antara memori jangka panjang atau memori jangka pendek.

c) Mengklarifikasi atau memperjelas yaitu secara penuh memahami apa yang ingin dipelajari dan diingat.


(16)

3) Merencanakan yaitu memilih teknik atau strategi terbaik yang sesuai dengan materi bacaan dan kebutuhan mengingat materi tersebut. 4) Mengulang kembali yaitu mengulang informasi, mengkombinasikan

sebanyak mungkin dengan panca indera dan menjadikannya sebagai suatu kebiasaan.

e. Strategi Menghadapi Ujian

Strategi menghadapi ujian merupakan hal terakhir yang perlu dipersiapkan oleh setiap siswa. Beberapa strategi menghadapi ujian menurut Frender (2003) adalah sebagai berikut :

1) Strategi menghadapi kecemasan saat menghadapi ujian

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi siswa untuk mendapatkan hasil ujian yang kurang memuaskan adalah disebabkan oleh kecemasan yang muncul saat menghadapi ujian. Kecemasan yang berlebihan dapat menghambat ingatan dan mengurangi keberhasilan dalam menyelesaikan ujian. Yang terpenting di sini siswa tahu akan dirinya serta dapat memilih strategi apa yang efektif untuk menyadarkan dirinya bahwa siswa itu sendiri yang memegang kendali atas perasaan terhadap situasi yang sedang dihadapi.

2) Persiapan sebelum ujian

Persiapan yang dapat dilakukan antara lain dengan memprediksikan pertanyaan yang akan muncul di ujian dengan sumber catatan perkuliahan serta bahan bacaan, selain itu siswa juga harus banyak berlatih menjawab pertanyaan ujian tersebut untuk dapat membantu siswa dalam menggali kembali informasi dan ingatannya. Dengan dua hal


(17)

tersebut diharapkan siswa dapat lebih siap untuk menghadapi ujian. Persiapan ujian juga dapat dilakukan dengan membaca silabus untuk mengetahui kapan ujian akan berlangsung.

3) Strategi saat ujian berlangsung

Siswa dapat menggunakan langkah-langkah yaitu pertama-tama mengerjakan sesuai perintah, kemudian meninjau isi lembar ujian, membuat perencanaan dalam mengerjakan ujian, dan menerapkan strategi yang cocok. Siswa lebih baik mengerjakan soal yang paling mudah terlebih dahulu.

4) Strategi menerka dengan cerdik

Strategi ini dilakukan pada saat siswa tidak mengetahui jawaban yang tepat atas pertanyaan ujian, sehingga harus menebak jawaban apa yang kira-kira tepat dan tidak terjadi pengurangan nilai jika tebakan siswa ternyata salah. Strategi ini hanya untuk tipe-tipe ujian tertentu.

5) Strategi belajar kilat untuk ujian atau craming atau sistem kebut semalam

Strategi ini hanya boleh dilakukan dalam keadaan mendesak sebagai alternatif terakhir, karena siswa akan mendapatkan hasil yang lebih sedikit disebabkan waktu.

D. Gaya Belajar

Gaya belajar menurut Anita E. Woolfolk adalah pendekatan individu dalam belajar. Biasanya melibatkan proses menerima informasi secara mendalam (deep) atau tidak (surface). Kemudian Borich dan Tombari


(18)

mengatakan “gaya belajar sebagai kebiasaan yang dipilih oleh siswa dalam belajar, baik dalam kelas atau dilingkungan terbuka.

Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkosentrasi pada proses dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui presepsi yang berbeda (Ghufron & Risnawita, 2012).

Menurut Howard Gardner modalitas belajar tersebut dapat dikarakteristik sebagai berikut:

1. Visual (Visual Learners)

Tipe belajar visual adalah belajar melalui melihat, memandangi, mengamati, dan sejenisnya. Lebih tepatnya, tipe belajar visual adalah belajar dengan melihat sesuatu, baik berupa gambar atau diagram, pertunjukan, peragaan atau video. Orang-orang dengan tipe ini lebih menyukai belajar ataupun menerima informasi dengan melihat atau membaca. Setelah melihat atau membaca, orang-orang ini akan lebih mudah dan cepat dalam mencerna serta mengolah informasi baru yang diterima. Mereka bahkan lebih suka membaca dibanding mencerna informasi dengan mendengarnya langsung. Bagi orang-orang dengan tipe visual, membaca akan lebih mengasyikkan.

Kekuatan gaya belajar visual ini terletak pada indra penglihatan. Bagi orang-orang dengan gaya belajar ini, mata adalah alat yang paling peka untuk menangkap setiap gejala atau stimulus (rangsangan) belajar. Lebih dari itu, orang-orang dengan gaya belajar visual lebih cenderung senang mengikuti instruksi, mengamati gambar-gambar dan meninjau kejadian secara langsung.

Seseorang yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik biasanya ditandai dengan ciri-ciri perilaku antara lain:


(19)

a. Rapi dan teratur

b. Berbicara dengan cepat

c. Mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik d. Teliti dan rinci

e. Mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual

f. Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik g. Merupakan pembaca yang cepat dan tekun

h. Lebih suka membaca daripada dibacakan

i. Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar

j. Sulit menerima instruksi verbal karena itu sering kali ia meminta instruksi secara tertulis

k. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain

l. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “Ya” atau “Tidak”

m. Lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik

n. Dapat membayangkan kata-kata

o. Sering kali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata.

Media atau bahan yang cocok untuk mempermudah proses belajar anak visual adalah sebagai berikut:

a. Dosen yang menggunakan bahasa tubuh atau gambar dalam keadaan menerangkan


(20)

b. Media gambar, video, poster dan sebagainya

c. Buku yang banyak mencantumkan diagram atau gambar d. Flow chart

e. Grafik

f. Menandai bagian-bagian yang penting dari bahan ajar dengan menggunakan warna yang berbeda

Strategi belajar untuk tipe visual:

a. Gunakan materi visual seperti gambar, diagram dan peta b. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting

c. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi d. Gunakan multimedia, contohnya: komputer dan video

e. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya kedalam gambar

2. Auditori (Auditory Learners)

Auditori adalah tipe belajar yang mengedepankan indra pendengar. Belajar melalui mendengar sesuatu, bisa dengan mendengarkan kaset audio, kuliah-ceramah, diskusi, debat, dan instruksi (perintah) verbal. Orang-orang dengan tipe belajar auditori lebih mudah mencerna, mengolah dan menyampaikan informasi dengan jalan mendengarkan secara langsung. Mereka cenderung belajar atau menerima informasi dengan mendengarkan atau secara lisan. Orang dengan gaya belajar auditori ini memiliki kekuatan pada kemampuannya untuk mendengar.


(21)

Peserta didik atau individu yang memiliki kemampuan belajar auditori yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

a. Lebih senang belajar dengan cara mendengarkan

b. Lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca c. Mudah terganggu oleh keributan atau suara berbisik

d. Jika membaca, lebih senang membaca dengan suara keras

e. Kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tapi sangat pandai dalam bercerita

f. Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja atau beraktifitas g. Berbicara dengan irama yang terpola dengan baik

h. Berbicara dengan sangat fasih

i. Lebih menyukai seni musik dibanding seni lainnya

j. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang di diskusikan daripada apa yang dilihat

k. Senang berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar

l. Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi

m. Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya

n. Lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik

Media atau bahan yang cocok untuk mempermudah proses belajar anak visual adalah sebagai berikut:


(22)

a. Menghadiri kelas b. Diskusi

c. Membahas suatu topik bersama dengan teman dan guru d. Menjelaskan ide-ide baru kepada orang lain

e. Menggunakan perekam

f. Mengingat cerita, contoh atau lelucon yang menarik

g. Menjelaskan bahan yang didapat secara visual (gambar, power point, dan sebagainya)

Strategi belajar untuk tipe auditori:

a. Catatan yang dibuat mungkin sangat tidak memadai. Tambahkan informasi yang didapat dengan cara berbicara dengan orang lain dan mengumpulkan catatan dari buku.

b. Rekam ringkasan dari catatan yang dibuat dan dengarkan rekaman tersebut

c. Minta orang lain untuk mendengar pemahaman yang diterima mengenai suatu topik

d. Baca buku atau catatan dengan keras

3. Kinestetik (Kinesthetic Learners)

Tipe kinestetik adalah belajar melalui aktifitas fisik dan keterlibatan langsung yang bisa berupa “menangani”, bergerak, menyentuh dan merasakan/mengalami sendiri. Seseorang atau peserta didik yang memiliki kecenderungan belajar dengan tipe kinestetik lebih menyukai belajar atau menerima informasi melalui gerakan atau sentuhan. Mereka akan lebih


(23)

mudah menangkap pelajaran apabila mereka bergerak, meraba atau mengambil tindakan. Misalnya, ia akan memahami makna halus jika indra perasanya telah merasakan benda yang halus.

Peserta didik atau seseorang yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku antara lain:

a. Banyak gerak fisik

b. Menanggapi perhatian fisik

c. Belajar melalui praktek langsung atau manipulasi d. Banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal) e. Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi f. Tidak bisa diam saat belajar

g. Menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca

h. Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka i. Berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain

j. Menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung k. Tidak bisa duduk diam pada suatu tempat untuk waktu yang lama l. Menyukai kegiatan yang menyibukkan secara fisik

m. Berbicara dengan perlahan n. Menyukai bahasa isyarat o. Menyukai seni tari

Media atau bahan yang cocok untuk mempermudah proses belajar anak visual adalah sebagai berikut:


(24)

a. Menggunakan seluruh panca indera: penglihatan, sentuhan, pengecap, penciuman dan pendengaran

b. Laboratorium

c. Kunjungan lapangan

d. Pembicara yang memberikan contoh kehidupan nyata e. Pengaplikasian

f. Pameran, sampel dan fotografi

g. Koleksi berbagai macam tumbuhan, serangga dan sebagainya

Stratetegi belajar untuk tipe kinestetik: a. Mengingat kejadian nyata yang terjadi

b. Masukan berbagai macam contoh untuk memudahkan dalam mengingat konsep

c. Gunakan benda-benda untuk mengilustrasikan ide

d. Kembali ke laboratorium atau tempat belajar dapat melakukan eksperimen

e. Mengingat kembali mengenai eksperimen, kunjungan lapangan dan sebagainya

Setelah mengetahui ragam tipe serta gaya belajar, kemudian seseorang tentunya dapat menganalisis kecenderungan tipe belajar yang dimiliki. Pengetahuan akan kecenderungan tipe belajar yang dimiliki ini tentunya akan mempermudah proses dan hasil belajar seseorang ataupun peserta didik saat belajar. Jika seseorang atau peserta didik mengetahui kemampuan belajar


(25)

yang dimilikinya, tentunya ia dapat mudah memilih dan menentukan bagaimana kemudian ia akan belajar.

Sama demikian halnya dengan dosen, orang tua, trainer, tutor, mentor atau pembimbing. Setelah mengetahui kecenderungan tipe belajar anak atau peserta didik, mereka akan lebih mudah memilih metode pembelajaran yang akan dipakai dengan menyesuaikan pada tipe/gaya belajar sang anak atau peserta didik. Hal ini tentu akan memengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Peserta didik yang belajar dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya atau tipe belajarnya tentu akan lebih mudah menyerap bahan pelajaran tersebut.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar a. Faktor Endogen

1. Faktor Fisik: Faktor fisik ini misalnya faktor kesehatan pada individu, bisa juga faktor cacat karena bawaan sejak lahir.

2. Faktor Psikis: Banyak faktor yang termasuk aspek psikis yanhg bisa mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran. Di antara begitu banyak faktor psikis, yang peling sering dibahas adalah:

a. Faktor Intelegensi atau kemampuan: Kenyataan menunjukkan bahwa ada seseorang yang memiliki kemampuan tinggi sehingga mudah untuk mempelajari sesuatu. Namun sebaliknya ada pula orang yang memiliki kemampuan rendah sehingga menngalami kesulitan untuk mempelajari sesuatu.


(26)

Dengan demikian perbedaan dalam mempelajari sesuatu dapat disebabkan pada perbedaan taraf kemampuannya.

b. Faktor Perhatian dan Minat: Keinginan atau minat dan kemauan atau kehendak sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang itu mampu mempelajari sesuatu, tetapi jika tidak mampunyai minat, tidak mau, atau tidak ada kehendak untuk mempelajari maka ia tidak akan bisa mengikuti proses belajar. c. Faktor Bakat: Pada dasarnya bakat itu mirip dengan

intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang memiliki intelegemsi sangat cerdas disebut juga anak berbakat. Bakat pada setiap individu berbeda-beda, namun kadang orang tua tidak mempedulikan hal ini bahakan mereka sering memaksakan kehendak pada anak. Pemaksaan kehendak pada anak tentu saja kan berpengaruh buruk terhadap prestasi anak yang bersnagkutan.

d. Faktor Motivasi: Motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Karena belajar merupakan suatu proses yang timbul dari dalam, faktor motivasi memegang peranan pula. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya individu dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran.


(27)

e. Faktor Kematangan: Kematangan adalah tingkat perkembangan individu atau organ-organnya sehingga berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan. Oleh karena itu, setiap usaha belajar akan lebih berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu.

f. Faktor Kepribadian: Faktor kepribadian seseorang turut memegang peranan dalam belajar. Orang tua terkadang melupakan faktor ini, yaitu anak adalah makhluk kecil yang memiliki kepribadian sendiri. Fase perkembangan seorang anak tidak selalu sama.

b. Faktor Eksogen

1. Faktor Keluarga: Individu-individu yang baru berkembang, yang dilahirkan dalam suatu keluarga, harus mengalami proses belajar sehingga akan mengambil alih nilai-nilai yang umum berlaku pada kelompoknya. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan seseorang tempat ia belajar menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.

2. Faktor Sekolah: Dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan guru dan bagaimana cara


(28)

mengajarkan pengetahuan itu pada siswa bisa turut menentukan hasil belajar yang dapat dicapai sang anak. Selain itu faktor hubungan baik antara guru dan siswa juga ada pengaruhnya.

3. Faktor Lingkungan Lain: Faktor teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat dapat pula mempengeruhi kegiatan belajar anak. Aktivitas di luar sekolah memang baik untuk membantu perkembangan anak. Namun tidak semua aktivitas dapat membantu anak. Jika seorang anak terlalu banyak melakukan aktivitas di luar rumah dan di luar sekoah, sementara ia kurang mampu membagi waktu belajar, dengan sendirinya aktivitas tersebut akan sangat merugikan anak karena kegiatan belajarnya terganggu.

F. Hasil Evaluasi Belajar

Hasil evaluasi belajar merupakan suatu proses untuk mengumpulkan informasi, mengadakan pertimbangan-pertimbangan mengenai informasi tadi, serta mengambil keputusan-keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah dilakukan. Dalam proses kegiatan belajar mengajar diperlukan adanya evaluasi untuk menentukan sejauh mana peserta pendidikan dan pelatihan telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Hasil belajar tersebut dapat diukur dengan menggunakan bermacam-macam instrumen tergantung dari apa yang diukur.


(29)

a. Tujuan Evaluasi

Evaluasi pembelajaran bertujuan antara lain untuk:

1. Menilai keterlaksanaan dan hasil pembelajaran

2. Memotret kinerja peserta pendidikan dan pelatihan dan pengajarnya

3. Memotret perilaku kerja kegiatan pembelajaran

4. Mengukur tingkat keberhasilan pengelolaan pembelajaran

5. Menilai ketercapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran

6. Memperoleh masukan untuk melakukan pembinaan dan pengembangan pembelajaran

7. Memetakan kinerja peserta pendidikan dan pelatihan dan pengajarnya

b. Pengelolaan Evaluasi

Pendekatan evaluasi pembelajaran yang digunakan di universitas adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP). Pelaksanaan evaluasi harus dilakukan secara sistematik, terprogram, terpadu bertahap dan berkesinambungan. Sedangkan perangkat yang harus disiapkan dalam merencanakan evaluasi adalah:

1. Kisi-kisi 2. Soal

3. Kunci jawaban 4. Pengolahan nilai


(30)

c. Jenis dan Teknik Evaluasi

Ada beberapa jenis evaluasi yang bisa dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:

1. Evaluasi Formatif 2. Evaluasi Sumatif 3. Uji Kompetensi 4. Uji Profesi

Bentuk evaluasi pada umumnya terdiri dari: 1. Tertulis

2. Lisan

3. Perbuatan/praktik

Teknik evaluasi yang bisa dilakukan dalam kegiatan pembelajaran antara lain:

1. Observasi/survey 2. Kuesioner

3. Wawancara 4. Eksperimen 5. Study kasus

d. Sistem Pelaporan

Pelaporan kemajuan proses dan hasil belajar peserta pendidikan dan pelatihan kepada orang tua masing-masing dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu pada semester ganjil dan genap. Pelaporan tersebut dituliskan dalam bentuk KHS. Laporan persemester dimaksudkan untuk memperlihatkan dan melaporkan posisi peserta pendidikan dan


(31)

pelatihan dalam mencapai program diklat yang dicanangkan atau diformulasikan.


(1)

Dengan demikian perbedaan dalam mempelajari sesuatu dapat disebabkan pada perbedaan taraf kemampuannya.

b. Faktor Perhatian dan Minat: Keinginan atau minat dan kemauan atau kehendak sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang itu mampu mempelajari sesuatu, tetapi jika tidak mampunyai minat, tidak mau, atau tidak ada kehendak untuk mempelajari maka ia tidak akan bisa mengikuti proses belajar.

c. Faktor Bakat: Pada dasarnya bakat itu mirip dengan

intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang memiliki intelegemsi sangat cerdas disebut juga anak berbakat. Bakat pada setiap individu berbeda-beda, namun kadang orang tua tidak mempedulikan hal ini bahakan mereka sering memaksakan kehendak pada anak. Pemaksaan kehendak pada anak tentu saja kan berpengaruh buruk terhadap prestasi anak yang bersnagkutan.

d. Faktor Motivasi: Motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Karena belajar merupakan suatu proses yang timbul dari dalam, faktor motivasi memegang peranan pula. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya individu

dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi


(2)

e. Faktor Kematangan: Kematangan adalah tingkat perkembangan individu atau organ-organnya sehingga berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan. Oleh karena itu, setiap usaha belajar akan lebih berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu.

f. Faktor Kepribadian: Faktor kepribadian seseorang turut memegang peranan dalam belajar. Orang tua terkadang melupakan faktor ini, yaitu anak adalah makhluk kecil yang memiliki kepribadian sendiri. Fase perkembangan seorang anak tidak selalu sama.

b. Faktor Eksogen

1. Faktor Keluarga: Individu-individu yang baru

berkembang, yang dilahirkan dalam suatu keluarga, harus mengalami proses belajar sehingga akan mengambil alih nilai-nilai yang umum berlaku pada kelompoknya. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan seseorang tempat ia belajar menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.

2. Faktor Sekolah: Dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan guru dan bagaimana cara


(3)

mengajarkan pengetahuan itu pada siswa bisa turut menentukan hasil belajar yang dapat dicapai sang anak. Selain itu faktor hubungan baik antara guru dan siswa juga ada pengaruhnya.

3. Faktor Lingkungan Lain: Faktor teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat dapat pula mempengeruhi kegiatan belajar anak. Aktivitas di luar sekolah memang baik untuk membantu perkembangan anak. Namun tidak semua aktivitas dapat membantu anak. Jika seorang anak terlalu banyak melakukan aktivitas di luar rumah dan di luar sekoah, sementara ia kurang mampu membagi waktu belajar, dengan sendirinya aktivitas tersebut akan sangat merugikan anak karena kegiatan belajarnya terganggu.

F. Hasil Evaluasi Belajar

Hasil evaluasi belajar merupakan suatu proses untuk mengumpulkan informasi, mengadakan pertimbangan-pertimbangan mengenai informasi tadi,

serta mengambil keputusan-keputusan berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan yang telah dilakukan. Dalam proses kegiatan belajar mengajar diperlukan adanya evaluasi untuk menentukan sejauh mana peserta pendidikan dan pelatihan telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Hasil belajar tersebut dapat diukur dengan menggunakan bermacam-macam instrumen tergantung dari apa yang diukur.


(4)

a. Tujuan Evaluasi

Evaluasi pembelajaran bertujuan antara lain untuk:

1. Menilai keterlaksanaan dan hasil pembelajaran

2. Memotret kinerja peserta pendidikan dan pelatihan dan pengajarnya

3. Memotret perilaku kerja kegiatan pembelajaran

4. Mengukur tingkat keberhasilan pengelolaan

pembelajaran

5. Menilai ketercapaian kompetensi dan tujuan

pembelajaran

6. Memperoleh masukan untuk melakukan pembinaan dan pengembangan pembelajaran

7. Memetakan kinerja peserta pendidikan dan pelatihan dan pengajarnya

b. Pengelolaan Evaluasi

Pendekatan evaluasi pembelajaran yang digunakan di universitas adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP). Pelaksanaan evaluasi harus dilakukan secara sistematik, terprogram, terpadu bertahap dan berkesinambungan. Sedangkan perangkat yang harus disiapkan dalam merencanakan evaluasi adalah:

1. Kisi-kisi 2. Soal

3. Kunci jawaban 4. Pengolahan nilai


(5)

c. Jenis dan Teknik Evaluasi

Ada beberapa jenis evaluasi yang bisa dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:

1. Evaluasi Formatif 2. Evaluasi Sumatif 3. Uji Kompetensi 4. Uji Profesi

Bentuk evaluasi pada umumnya terdiri dari: 1. Tertulis

2. Lisan

3. Perbuatan/praktik

Teknik evaluasi yang bisa dilakukan dalam kegiatan pembelajaran antara lain:

1. Observasi/survey 2. Kuesioner

3. Wawancara

4. Eksperimen 5. Study kasus

d. Sistem Pelaporan

Pelaporan kemajuan proses dan hasil belajar peserta pendidikan dan pelatihan kepada orang tua masing-masing dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu pada semester ganjil dan genap. Pelaporan tersebut dituliskan dalam bentuk KHS. Laporan persemester dimaksudkan untuk memperlihatkan dan melaporkan posisi peserta pendidikan dan


(6)

pelatihan dalam mencapai program diklat yang dicanangkan atau diformulasikan.