Pemanfaatan Pektin Yang Dimodifikasi Dari Kulit Markisa Kuning (Passiflora edulis flavicarpa) Untuk Menyerap Logam Pb(II)
LAMPIRAN 1
DATA HASIL PERCOBAAN
L1.1
DATA HASIL PERCOBAAN
L1.1.1 Data Hasil Percobaan Penentuan Waktu Optimum
Tabel L1.1 menunjukkan data hasil percobaan penentuan waktu optimum
pada variasi waktu 30, 60, 90, dan 120 menit.
Tabel L1.1 Data Hasil Percobaan Penentuan Waktu Optimum
Jenis Pektin
Bobot
Biosorben
(gr)
NonModifikasi
1
Modifikasi
1
Waktu
(menit)
Nilai
Absorptivitas
30
60
90
120
30
60
90
120
0,0069
0,0039
0,0039
0,0026
0,0031
0,0007
0.0016
0,0015
Konsentrasi
Sisa Logam Pb
(ppm)
0,3044
0,2437
0,1387
0,0669
0,0945
0,0643
0,0116
0,1208
L1.1.2 Data Hasil Percobaan Pengaruh Bobot Biosorben
Tabel L1.2 menunjukkan data hasil percobaan pengaruh bobot biosorben
pada variasi bobot 0,25; 0,50; 0,75; dan 1,00 gr.
Tabel L1.2 Data Hasil Percobaan Pengaruh Bobot Biosorben
Bobot Biosorben
(gr)
0,25
0,5
0,75
1
Waktu
(menit)
Nilai
Absorptivitas
0,0359
0,0135
0,0076
0,0016
90
52
Konsentrasi Sisa
Logam Pb (ppm)
1,6604
0,6038
0,3255
0,0116
L1.1.3 Data Hasil Percobaan Pengaruh Ukuran Biosorben
Tabel L1.3 menunjukkan data hasil percobaan pengaruh ukuran biosorben
pada variasi ukuran 60 dan 100 mesh.
Tabel L1.3 Data Hasil Percobaan Pengaruh Ukuran Biosorben
Ukuran Biosorben
(mesh)
60
100
Waktu
(menit)
Nilai
Absorptivitas
0,0016
-0,0015
90
Konsentrasi Sisa
Logam Pb (ppm)
0,0116
-0,0912
L1.1.4 Data Hasil Percobaan Analisa Isoterm Adsorpsi
Tabel L1.4 menunjukkan data hasil percobaan yang digunakan untuk
menghitung analisa isoterm Freundlich dan Langmuir pada variasi konsentrasi 15,
20, 25, 30, dan 35 ppm.
Tabel L1.4 Data Hasil Percobaan Analisa Isoterm Adsorpsi
Konsentrasi
Awal Logam Pb
(ppm)
15
18
21
27
24
Waktu
(menit)
Nilai
Absorptivitas
Konsentrasi Sisa
Logam Pb (ppm)
90
0.0016
0,0023
0,0034
0,0046
0,0074
0,0116
0,1333
0,2144
0,2685
0,3946
L1.1.5 Data Hasil Analisa FTIR (Fourier Transform Infra Red)
Gambar L1.1 menunjukkan hasil uji analisa FTIR pektin non-modifikasi.
Gambar L1.1 Hasil Uji FTIR Pektin Non-Modifikasi
53
Gambar L1.2 menunjukkan hasil uji FTIR pektin modifikasi.
Gambar L2.2 Hasil Uji FTIR Pektin Modifikasi
L1.1.6 Data Hasil Analisa Penentuan Derajat Esterifikasi Pektin
Tabel L1.5 menunjukkan hasil analisa penentuan derajat esterifikasi
pektin.
Tabel L1.5 Hasil Analisa Penentuan Derajat Esterifikasi Pektin
Jenis Pektin
Pektin Markisa Non Modif
Pektin Markisa Modif
Initial Titration (ml)
2,5
4,1
54
Final Titration (ml)
2,8
3,6
L1.2
DATA HASIL PERHITUNGAN
L1.2.1 Data Hasil Perhitungan Penentuan Waktu Optimum
Tabel L1.6 menunjukkan data hasil perhitungan penentuan waktu
optimum pada variasi waktu 30, 60, 90, dan 120 menit.
Tabel L1.6 Data Hasil Perhitungan Penentuan Waktu Optimum
Jenis
Pektin
Massa
Biosorben
(gr)
Konsentrasi
Awal (ppm)
NonModifikasi
1
15
Modifikasi
1
15
Waktu
(menit)
30
60
90
120
30
60
90
120
Konsentrasi
Akhir
(ppm)
0,3044
0,2437
0,1387
0,0669
0,0945
0,0643
0,0116
0,1208
Persentase
Penyerapan
(%)
98.04
98.38
99,08
99,52
99,37
99,57
99,92
99,19
L1.2.2 Data Hasil Perhitungan Pengaruh Bobot Biosorben
Tabel L1.7 menunjukkan data hasil percobaan pengaruh bobot biosorben
pada variasi bobot 0,25; 0,50; 0,75; dan 1,00 gr.
Tabel L1.7 Data Hasil Perhitungan Pengaruh Bobot Biosorben
Bobot
Konsentrasi
Biosorben
Awal (ppm)
(gr)
0,25
0,5
15
0,75
1
Konsentrasi
Akhir
(ppm)
1,6604
0,6038
0,3255
0,0116
Waktu
(menit)
90
Persentase
Penyerapan
(%)
88,93
95,97
97,83
99,92
L1.2.3 Data Hasil Perhitungan Pengaruh Ukuran Biosorben
Tabel L1.8 menunjukkan data hasil perhitungan pengaruh ukuran
biosorben pada variasi ukuran 60 dan 100 mesh.
Tabel L1.8 Data Hasil Perhitungan Pengaruh Ukuran Biosorben
Massa
Biosorben
(gr)
Konsentrasi
Awal
(ppm)
Waktu
(menit)
1
15
90
Ukuran
Biosorben
(mesh)
60
100
55
Konsentrasi Persentase
Akhir
Penyerapan
(ppm)
(%)
0,0116
99,92
-0,0912
100,00
L1.2.4 Data Hasil Perhitungan Analisa Isoterm Adsorpsi
Tabel L1.9 menunjukkan data hasil perhitungan yang digunakan untuk
analisa isoterm adsorpsi dengan variasi konsentrasi 15, 20, 25, 30, dan 35 ppm.
Tabel L1.9 Data Hasil Perhitungan Analisa Isoterm Adsorpsi
Co (mg/L)
15
18
21
24
27
Ce (mg/L)
0,0116
0,1333
0,2144
0,2685
0,3946
Qe (mg/g)
0,7494
0,8933
1,0393
1,1866
1,3303
Ce/Qe
0,0155
0,1492
0,2063
0,2263
0,2966
log Ce
-1.9355
-0,8752
-0,6688
-0,5711
-0,4038
log Qe
-0,1253
-0,0490
0,0167
0,0743
0,1239
L1.2.5 Data Hasil Perhitungan Analisa Derajat Esterifikasi Pektin
Tabel L1.10 menunjukkan data hasil perhitungan analisa derajat
esterifikasi pektin.
Tabel L1.10 Data Hasil Perhitungan Analisa Derajat Esterifikasi Pektin
Initial
Titration
(ml)
Pektin Markisa Non Modif
2,5
Pektin Markisa Modif
4,1
Final
Titration
(ml)
2,8
3,6
Jenis
Pektin
56
Derajat Esterifikasi
(%)
52,83
46,75
LAMPIRAN 2
CONTOH HASIL PERHITUNGAN
L2.1
PERHITUNGAN PERSENTASE PENYERAPAN
Dari persamaan 3.1 dapat dihitung persentase penyerapan. Maka untuk
contoh perhitungan diambil contoh yaitu absorpsi pada konsentrasi 15 ppm, massa
biosorben 1 gr, ukuran partikel biosorben 60 mesh, waktu pengadukan selama 90
menit.
= 99,92 %
Keterangan:
C1 = konsentrasi awal larutan (mg/l)
C2 = konsentrasi akhir larutan (mg/l)
L2.2
PERHITUNGAN ISOTERM ADSORPSI
Tabel L2.1 menunjukkan data yang digunakan untuk perhitungan isoterm
adsorpsi.
Tabel L2.1 Data Penentuan Isoterm Adsorpsi
Co (mg/L)
15
18
21
24
27
Ce (mg/L)
0.0116
0.1333
0.2144
0.2685
0.3946
Qe (mg/g)
0,7494
0.8933
1.0393
1.1866
1.3303
57
Ce/Qe
0,0155
0.1492
0.2063
0.2263
0.2966
log Ce
-1.9355
-0.8752
-0.6688
-0.5711
-0.4038
log Qe
-0,1253
-0.0490
0.0167
0.0743
0.1239
Diplot kurva isotherm yang dapat mewakili penyerapan ion logam Pb
Trial I (Isoterm Langmuir)
Diplot Ce vs
dengan intersep adalah
dan slope adalah
. Kurva Ce vs
dapat dilihat pada gambar L2.1.
Gambar L2.1 Kurva Isoterm Adsorpsi Langmuir Pektin Kulit Buah
Markisa Terhadap Ion Logam Pb2+
Dari gambar L2.1 diperoleh persamaan isotherm Langmuir adalah
y = 0,7181x + 0,0319. Maka dapat dihitung nilai bqm dan qm seperti
cara berikut:
0,7181 =
qm =
qm = 1,3926
0,0319 =
bqm =
bqm = 31,348
Maka diperoleh nilai bqm (konstanta kesetimbangan) sebesar
31,348 dan qm (kapasitas adsorpsi optimum) sebesar 1,3926 mg/g.
58
Trial II (Isotherm Freundlich)
Untuk isotherm Freundlich akan diplot kurva log Ce vs log qe. Kurva
tersebut akan memberikan nilai intersep adalah log k dan slope adalah
.
Kurva isotherm Freundlich dapat dilihat pada gambar L2.2.
Gambar L2.2 Kurva Isoterm Adsorpsi Freundlich Pektin Kulit Buah
Markisa Terhadap Ion Logam Pb2+
Dari gambar L2.2 diperoleh persamaan isotherm Freundlich adalah y
= 0,1472x + 0,1393. Maka dapat dihitung nilai n dan k dengan cara
sebagai berikut:
0,1393 = log k
k = 100,1393
k = 1,3782
0,1427 =
n=
n = 7,0077
Dari perhitungan diperoleh nilai k (konstanta adsorben) sebesar 1,3782
dan n (konstanta adsorben) sebesar 7,0077.
59
L2.3
PERHITUNGAN DERAJAT ESTERIFIKASI
Dari persamaan 4.1 dapat dihitung nilai derajat esterifikasi. Sebagai
contoh diambil data pektin non-modifikasi dengan intial titration 2,5 ml dan final
titration 2,8 ml.
DE =
= 52,83%
Keterangan:
DE
= Degree of Esterification (%)
Final Titration = jumlah NaOH yang digunakan pada titrasi terakhir (ml)
Initial Titration = jumlah NaOH yang digunakan pada titrasi awal (ml)
60
LAMPIRAN 3
FOTO HASIL PERCOBAAN
L3.1
EKSTRAKSI PEKTIN
Gambar L3.1 Kulit Markisa Kuning Kering
Gambar L3.2 Ekstraksi Kulit Markisa Kuning
61
Gambar L3.3 Penyaringan Filtrat Pektin
Gambar L3.4 Hasil Penyaringan Filtrat Pektin
Gambar L3.5 Pengendapan Pektin
62
Gambar L3.6 Penyaringan Gel Pektin
Gambar L3.7 Pencucian Gel Pektin
Gambar L3.8 Gel Pektin
63
Gambar L3.9 Pektin Kering
L3.2
MODIFIKASI PEKTIN
Gambar L3.10 Hasil Pelarutan Pektin dan Pengaturan pH
Gambar L3.11 Pengendapan Dengan Etanol 95%
64
Gambar L3.12 Penikubasian Pektin Dengan Es Batu
Gambar L3.13 Penyaringan Pektin
65
Gambar L3.14 Pencucian Pektin Dengan Aseton
Gambar L3.15 Pektin Hasil Penyaringan
Gambar L3.16 Pektin Kering
66
L3.3
PROSES BIOSORPSI DENGAN LOGAM Pb
Gambar L3.17 Proses Pengkontakan Pektin dengan Logam
Gambar L3.18 Penyaringan Pektin dan Endapan Pengotor
67
Gambar L3.19 Hasil Larutan Logam yang Telah Diadsorpsi
L3.4
ALAT ANALISA PEKTIN
Gambar L3.20 Alat Analisa Uji AAS
68
Gambar L3.21 Rangkaian Alat Analisa Derajat Esterifikasi
69
DATA HASIL PERCOBAAN
L1.1
DATA HASIL PERCOBAAN
L1.1.1 Data Hasil Percobaan Penentuan Waktu Optimum
Tabel L1.1 menunjukkan data hasil percobaan penentuan waktu optimum
pada variasi waktu 30, 60, 90, dan 120 menit.
Tabel L1.1 Data Hasil Percobaan Penentuan Waktu Optimum
Jenis Pektin
Bobot
Biosorben
(gr)
NonModifikasi
1
Modifikasi
1
Waktu
(menit)
Nilai
Absorptivitas
30
60
90
120
30
60
90
120
0,0069
0,0039
0,0039
0,0026
0,0031
0,0007
0.0016
0,0015
Konsentrasi
Sisa Logam Pb
(ppm)
0,3044
0,2437
0,1387
0,0669
0,0945
0,0643
0,0116
0,1208
L1.1.2 Data Hasil Percobaan Pengaruh Bobot Biosorben
Tabel L1.2 menunjukkan data hasil percobaan pengaruh bobot biosorben
pada variasi bobot 0,25; 0,50; 0,75; dan 1,00 gr.
Tabel L1.2 Data Hasil Percobaan Pengaruh Bobot Biosorben
Bobot Biosorben
(gr)
0,25
0,5
0,75
1
Waktu
(menit)
Nilai
Absorptivitas
0,0359
0,0135
0,0076
0,0016
90
52
Konsentrasi Sisa
Logam Pb (ppm)
1,6604
0,6038
0,3255
0,0116
L1.1.3 Data Hasil Percobaan Pengaruh Ukuran Biosorben
Tabel L1.3 menunjukkan data hasil percobaan pengaruh ukuran biosorben
pada variasi ukuran 60 dan 100 mesh.
Tabel L1.3 Data Hasil Percobaan Pengaruh Ukuran Biosorben
Ukuran Biosorben
(mesh)
60
100
Waktu
(menit)
Nilai
Absorptivitas
0,0016
-0,0015
90
Konsentrasi Sisa
Logam Pb (ppm)
0,0116
-0,0912
L1.1.4 Data Hasil Percobaan Analisa Isoterm Adsorpsi
Tabel L1.4 menunjukkan data hasil percobaan yang digunakan untuk
menghitung analisa isoterm Freundlich dan Langmuir pada variasi konsentrasi 15,
20, 25, 30, dan 35 ppm.
Tabel L1.4 Data Hasil Percobaan Analisa Isoterm Adsorpsi
Konsentrasi
Awal Logam Pb
(ppm)
15
18
21
27
24
Waktu
(menit)
Nilai
Absorptivitas
Konsentrasi Sisa
Logam Pb (ppm)
90
0.0016
0,0023
0,0034
0,0046
0,0074
0,0116
0,1333
0,2144
0,2685
0,3946
L1.1.5 Data Hasil Analisa FTIR (Fourier Transform Infra Red)
Gambar L1.1 menunjukkan hasil uji analisa FTIR pektin non-modifikasi.
Gambar L1.1 Hasil Uji FTIR Pektin Non-Modifikasi
53
Gambar L1.2 menunjukkan hasil uji FTIR pektin modifikasi.
Gambar L2.2 Hasil Uji FTIR Pektin Modifikasi
L1.1.6 Data Hasil Analisa Penentuan Derajat Esterifikasi Pektin
Tabel L1.5 menunjukkan hasil analisa penentuan derajat esterifikasi
pektin.
Tabel L1.5 Hasil Analisa Penentuan Derajat Esterifikasi Pektin
Jenis Pektin
Pektin Markisa Non Modif
Pektin Markisa Modif
Initial Titration (ml)
2,5
4,1
54
Final Titration (ml)
2,8
3,6
L1.2
DATA HASIL PERHITUNGAN
L1.2.1 Data Hasil Perhitungan Penentuan Waktu Optimum
Tabel L1.6 menunjukkan data hasil perhitungan penentuan waktu
optimum pada variasi waktu 30, 60, 90, dan 120 menit.
Tabel L1.6 Data Hasil Perhitungan Penentuan Waktu Optimum
Jenis
Pektin
Massa
Biosorben
(gr)
Konsentrasi
Awal (ppm)
NonModifikasi
1
15
Modifikasi
1
15
Waktu
(menit)
30
60
90
120
30
60
90
120
Konsentrasi
Akhir
(ppm)
0,3044
0,2437
0,1387
0,0669
0,0945
0,0643
0,0116
0,1208
Persentase
Penyerapan
(%)
98.04
98.38
99,08
99,52
99,37
99,57
99,92
99,19
L1.2.2 Data Hasil Perhitungan Pengaruh Bobot Biosorben
Tabel L1.7 menunjukkan data hasil percobaan pengaruh bobot biosorben
pada variasi bobot 0,25; 0,50; 0,75; dan 1,00 gr.
Tabel L1.7 Data Hasil Perhitungan Pengaruh Bobot Biosorben
Bobot
Konsentrasi
Biosorben
Awal (ppm)
(gr)
0,25
0,5
15
0,75
1
Konsentrasi
Akhir
(ppm)
1,6604
0,6038
0,3255
0,0116
Waktu
(menit)
90
Persentase
Penyerapan
(%)
88,93
95,97
97,83
99,92
L1.2.3 Data Hasil Perhitungan Pengaruh Ukuran Biosorben
Tabel L1.8 menunjukkan data hasil perhitungan pengaruh ukuran
biosorben pada variasi ukuran 60 dan 100 mesh.
Tabel L1.8 Data Hasil Perhitungan Pengaruh Ukuran Biosorben
Massa
Biosorben
(gr)
Konsentrasi
Awal
(ppm)
Waktu
(menit)
1
15
90
Ukuran
Biosorben
(mesh)
60
100
55
Konsentrasi Persentase
Akhir
Penyerapan
(ppm)
(%)
0,0116
99,92
-0,0912
100,00
L1.2.4 Data Hasil Perhitungan Analisa Isoterm Adsorpsi
Tabel L1.9 menunjukkan data hasil perhitungan yang digunakan untuk
analisa isoterm adsorpsi dengan variasi konsentrasi 15, 20, 25, 30, dan 35 ppm.
Tabel L1.9 Data Hasil Perhitungan Analisa Isoterm Adsorpsi
Co (mg/L)
15
18
21
24
27
Ce (mg/L)
0,0116
0,1333
0,2144
0,2685
0,3946
Qe (mg/g)
0,7494
0,8933
1,0393
1,1866
1,3303
Ce/Qe
0,0155
0,1492
0,2063
0,2263
0,2966
log Ce
-1.9355
-0,8752
-0,6688
-0,5711
-0,4038
log Qe
-0,1253
-0,0490
0,0167
0,0743
0,1239
L1.2.5 Data Hasil Perhitungan Analisa Derajat Esterifikasi Pektin
Tabel L1.10 menunjukkan data hasil perhitungan analisa derajat
esterifikasi pektin.
Tabel L1.10 Data Hasil Perhitungan Analisa Derajat Esterifikasi Pektin
Initial
Titration
(ml)
Pektin Markisa Non Modif
2,5
Pektin Markisa Modif
4,1
Final
Titration
(ml)
2,8
3,6
Jenis
Pektin
56
Derajat Esterifikasi
(%)
52,83
46,75
LAMPIRAN 2
CONTOH HASIL PERHITUNGAN
L2.1
PERHITUNGAN PERSENTASE PENYERAPAN
Dari persamaan 3.1 dapat dihitung persentase penyerapan. Maka untuk
contoh perhitungan diambil contoh yaitu absorpsi pada konsentrasi 15 ppm, massa
biosorben 1 gr, ukuran partikel biosorben 60 mesh, waktu pengadukan selama 90
menit.
= 99,92 %
Keterangan:
C1 = konsentrasi awal larutan (mg/l)
C2 = konsentrasi akhir larutan (mg/l)
L2.2
PERHITUNGAN ISOTERM ADSORPSI
Tabel L2.1 menunjukkan data yang digunakan untuk perhitungan isoterm
adsorpsi.
Tabel L2.1 Data Penentuan Isoterm Adsorpsi
Co (mg/L)
15
18
21
24
27
Ce (mg/L)
0.0116
0.1333
0.2144
0.2685
0.3946
Qe (mg/g)
0,7494
0.8933
1.0393
1.1866
1.3303
57
Ce/Qe
0,0155
0.1492
0.2063
0.2263
0.2966
log Ce
-1.9355
-0.8752
-0.6688
-0.5711
-0.4038
log Qe
-0,1253
-0.0490
0.0167
0.0743
0.1239
Diplot kurva isotherm yang dapat mewakili penyerapan ion logam Pb
Trial I (Isoterm Langmuir)
Diplot Ce vs
dengan intersep adalah
dan slope adalah
. Kurva Ce vs
dapat dilihat pada gambar L2.1.
Gambar L2.1 Kurva Isoterm Adsorpsi Langmuir Pektin Kulit Buah
Markisa Terhadap Ion Logam Pb2+
Dari gambar L2.1 diperoleh persamaan isotherm Langmuir adalah
y = 0,7181x + 0,0319. Maka dapat dihitung nilai bqm dan qm seperti
cara berikut:
0,7181 =
qm =
qm = 1,3926
0,0319 =
bqm =
bqm = 31,348
Maka diperoleh nilai bqm (konstanta kesetimbangan) sebesar
31,348 dan qm (kapasitas adsorpsi optimum) sebesar 1,3926 mg/g.
58
Trial II (Isotherm Freundlich)
Untuk isotherm Freundlich akan diplot kurva log Ce vs log qe. Kurva
tersebut akan memberikan nilai intersep adalah log k dan slope adalah
.
Kurva isotherm Freundlich dapat dilihat pada gambar L2.2.
Gambar L2.2 Kurva Isoterm Adsorpsi Freundlich Pektin Kulit Buah
Markisa Terhadap Ion Logam Pb2+
Dari gambar L2.2 diperoleh persamaan isotherm Freundlich adalah y
= 0,1472x + 0,1393. Maka dapat dihitung nilai n dan k dengan cara
sebagai berikut:
0,1393 = log k
k = 100,1393
k = 1,3782
0,1427 =
n=
n = 7,0077
Dari perhitungan diperoleh nilai k (konstanta adsorben) sebesar 1,3782
dan n (konstanta adsorben) sebesar 7,0077.
59
L2.3
PERHITUNGAN DERAJAT ESTERIFIKASI
Dari persamaan 4.1 dapat dihitung nilai derajat esterifikasi. Sebagai
contoh diambil data pektin non-modifikasi dengan intial titration 2,5 ml dan final
titration 2,8 ml.
DE =
= 52,83%
Keterangan:
DE
= Degree of Esterification (%)
Final Titration = jumlah NaOH yang digunakan pada titrasi terakhir (ml)
Initial Titration = jumlah NaOH yang digunakan pada titrasi awal (ml)
60
LAMPIRAN 3
FOTO HASIL PERCOBAAN
L3.1
EKSTRAKSI PEKTIN
Gambar L3.1 Kulit Markisa Kuning Kering
Gambar L3.2 Ekstraksi Kulit Markisa Kuning
61
Gambar L3.3 Penyaringan Filtrat Pektin
Gambar L3.4 Hasil Penyaringan Filtrat Pektin
Gambar L3.5 Pengendapan Pektin
62
Gambar L3.6 Penyaringan Gel Pektin
Gambar L3.7 Pencucian Gel Pektin
Gambar L3.8 Gel Pektin
63
Gambar L3.9 Pektin Kering
L3.2
MODIFIKASI PEKTIN
Gambar L3.10 Hasil Pelarutan Pektin dan Pengaturan pH
Gambar L3.11 Pengendapan Dengan Etanol 95%
64
Gambar L3.12 Penikubasian Pektin Dengan Es Batu
Gambar L3.13 Penyaringan Pektin
65
Gambar L3.14 Pencucian Pektin Dengan Aseton
Gambar L3.15 Pektin Hasil Penyaringan
Gambar L3.16 Pektin Kering
66
L3.3
PROSES BIOSORPSI DENGAN LOGAM Pb
Gambar L3.17 Proses Pengkontakan Pektin dengan Logam
Gambar L3.18 Penyaringan Pektin dan Endapan Pengotor
67
Gambar L3.19 Hasil Larutan Logam yang Telah Diadsorpsi
L3.4
ALAT ANALISA PEKTIN
Gambar L3.20 Alat Analisa Uji AAS
68
Gambar L3.21 Rangkaian Alat Analisa Derajat Esterifikasi
69