Analisis Yuridis Pengecualian Penggunaan Mata Uang Rupiah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam lalu lintas perekonomian baik nasional maupun internasional lazimnya uang diartikan sebagai alat pembayaran yang sah. Pada kehidupan sehari-hari, uang merupakan bagian yang integral yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan itu sendiri. Uang adalah sesuatu yang secara umum diterima di dalam pembayaran untuk pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta untuk pembayaran utang-utang. Uang juga sering dipandang sebagai kekayaan yang dimiliki yang dapat digunakan untuk membayar sejumlah tertentu utang dengan kepastian dan tanpa penundaan1

Perbandingan masyarakat yang masih sederhana dengan masyarakat yang sudah maju. Akan nampak bahwa ada perbedaan antara keduanya. Perbedaan tersebut terlihat juga dalam sifat dan kemajuan perekonomian. Pada permulaan tingkat perekonomian, yaitu di dalam masyarakat yang masih primitif, setiap orang selalu berusaha untuk memproduksikan segala apa yang dibutuhkannya. Dengan kata lain, segala sesuatu yang dihasilkan oleh masing-masing orang itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhannya dengan keluarganya. Pada taraf ini hampir tidak ada orang yang menghasilkan atau memproduksi sesuatu guna memuaskan kebutuhan orang lain, kecuali untuk kebutuhannya dan keluarganya. Namun adalah suatu kenyataan, terutama karena faktor-faktor alam, terdapat suatu jenis barang dalam jumlah relatif besar pada sesuatu tempat, sedang ditempat lain

1


(2)

hampir tidak dapat diperoleh. Keadaan demikian mungkin pula terjadi karena kecakapan khusus dari pada orang-orang di sesuatu tempat tertentu.2

Masyarakat umumnya menggunakan uang untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa. Uang menjamin kesediaan masyarakat dalam menukarkan uangnya dengan barang-barang dan jasa-jasa. Sehingga setiap orang puas pada pekerjaannya yang sudah sesuai untuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang. Pembagian tugas (spesialisasi) merupakan ciri khas daripada masyarakat modern yang akan meningkatkan produksi, pertukaran dan kesejahteraan masyarakat.3

Fungsi uang telah berkembang pesat, dari yang semula hanya sebagai alat tukar, kemudian berkembang sehingga memiliki fungsi sebgai ukuran umum dalam menilai sesuatu (common measure of value), sebagai aset likuid (liquid asset), bahkan dewasa ini fungsi uang telah berkembang dan memiliki fungsi yang lebih kompleks lagi, yaitu sebagai komponen dalam rangka pembentukan harga pasar(framework of the market allocative system), faktor penyebab dalam perekonomian (a causative factor in the economy), dan faktor pengendali kegiatan ekonomi (controller of the economy).4

Berkaitan dengan fungsi uang tersebut di atas, bagi bangsa Indonesia, mencetak uang bukan sekedar melakukan kegiatan usaha di bidang jasa percetakan belaka. Tetapi, kegiatan itu juga merupakan bagian dari upaya negara

2

M.Manulang, Ekonomi Moneter (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hlm.7. 3

Iswardono, Opcit, hlm. 17. 4

Tim Perundang-undangan dan Pengkajian Hukum Direktorat Hukum Bank Indonesia,

“Paradigma Baru Dalam Menghadapi Kejahatan Mata Uang (Pola Pikir, Pengaturan, dan

Penegakan Hukum)” Buletin Hukum Per bankan dan Kebanksentralan, Volume IV, April 2006, hlm. 1.


(3)

dalam menjaga dan mempertahankan ketahanan nasionalnya. Uang suatu negara bukanlah sekedar alat pembayaran, tetapi juga simbol dari suatu negara yang merdeka dan berdaulat.5

Para ahli ekonomi dan keuangan sependapat bahwa arus globalisasi ekonomi yang menimbulkan hubungan interdependensi dan integrasi dalam bidang finansial, produksi dan perdagangan telah membawa dampak pada pengelolaan ekonomi Indonesia. Bagi Indonesia yang sistem perekonomiannya bersifat terbuka akan lebih mudah dipengaruhi oleh prinsip-prinsip perekonomian global dan liberalisasi perdagangan tersebut. Karena perekonomian Indonesia akan berhadapan secara langsung dan terbuka lebar dengan perekonomian negara lain, terutama melalui kerjasama ekonomi dengan mitra dagang Indonesia di luar negeri, seperti pada sektor ekspor-impor, investasi, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, serta pinjam-meminjam.6

Perkembangan globalisasi yang berlangsung dalam beberapa dasawarsa terakhir telah menyebabkan berbagai perubahan yang fundamental dalam tatanan perekonomian dunia baik sektor keuangan maupun perdagangan. Perubahan tersebut khususnya di bidang perdagangan telah mendorong sebagian besar negara di dunia ini untuk melakukan kebijakan dan praktek perdagangan internasional. Disadari bahwa perdagangan bebas akan membawa manfaat yang lebih besar

5

Disampaikan dalam pidato sambutan Presiden Republik Indonesia (Susilo Bambang Yudhoyono) dalam rangka peresmian kawasan Perum Percetakan Uang Negara (Perum Peruri).

6

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi (Bandung: Books Terrace & Library), 2003, hlm. 2.


(4)

maka tuntutan untuk liberalisasi perdagangan dunia semakin marak yang dilakukan oleh sejumlah negara.7

Keunggulan suatu negara dalam memproduksi suatu jenis barang disebabkan faktor alam, maka negara itu disebut mempunyai keunggulan mutlak (absolute advantage), sedangkan keunggulan suatu negara dalam memproduksi suatu barang yang lebih murah karena lebih baik dalam mengkombinasikan faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal, dan manajemen) maka negara tersebut mempunyai keunggulan dalam perbandingan/biaya (comprarative advantage/cost). Adakalanya produksi suatu negara belum dapat dikonsumsi seluruhnya di dalam negeri sehingga mendorong negara tersebut untuk menjual kelebihan hasil produksinya ke negara lain, di samping itu, karena pertimbangan faktor produksi (comparative cost) suatu negara dapat memutuskan untuk mendatangkan/ membeli suatu jenis barang kebutuhannya dari negara lain.8

Uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya uang di dalam lalu lintas perekonomian dan pergaulan masyarakat suatu negara oleh karena itu di Indonesia tentang uang ini diatur di dalam Pasal 23 B Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 belum diatur dengan undang-undang tersendiri. Pengaturan lebih lanjut tentang uang ini dimuat di dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah diubah beberapa kali diubah terakhir dengan

7

Burhanuddin Abdullah, Kerja Sama Perdagangan Internasional (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007), hlm. 1.

8

Daud S.T.Kobi, Buku Pintar Transaksi Ekspor-Impor (Yogyakarta: ANDI, 2011), hlm.1.


(5)

Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang-Undang-Undang (yang selanjutnya disebut dengan UU BI), bahwa satuan mata uang negara Republik Indonesia adalah Rupiah. Dan sekarang diatur di dalam Pasal 1 angka 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang (yang selanjutnya disebut dengan UU Mata Uang). Mata uang Rupiah adalah alat pembayaran yang sah di wilayah negara Republik Indonesia. Dalam fungsinya sebagai alat pembayaran yang sah, maka setiap perbuatan yang menggunakan uang dan mempunyai tujuan pembayaran atau kewajiban yang harus dipenuhi dengan uang jika dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia wajib menggunakan uang Rupiah, kecuali ditetapkan secara lain.9

Keharusan penggunaan mata uang Rupiah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ini mengingat mata uang merupakan salah satu simbol kedaulatan negara, yang harus ditegakkan keberadaanya. Penggunaan mata uang Rupiah di wilayah Republik Indonesia berarti penghormatan terhadap kedaulatan Indonesia, sementara penggunaan mata uang asing di wilayah Republik Indonesia dengan mengesampingkan mata uang Rupiah berarti merupakan salah satu tindakan penjajahan terhadap kedaulatan Bangsa Indonesia khususnya di bidang ekonomi yang berpotensi besar untuk menyerang bidang-bidang lain di wilayah Republik Indonesia.10

9

Marsudi Triatmadja, Sularto, Daniar Rahmawati, Edward O.S. Hiariej, dan Amirullah Setiahadi, “Pengaturan Mata Uang Indonesia”, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan Volume IV, No.1, April 2006, hlm. 29.

10


(6)

Secara khusus di dalam skripsi ini akan dibahas mengenai pengecualian penggunaan mata uang Rupiah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan yang akan dibahas antara lain:

1. Bagaimana penggunaan mata uang Rupiah berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011?

2. Bagaimana pengecualian terhadap penggunaan mata uang Rupiah berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011?

3. Bagaimana pencegahan dalam pelanggaran penggunaan mata uang Rupiah?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah diatas , maka tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain:

1. Mengetahui penggunaan mata uang Rupiah berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011.

2. Mengetahui pengecualian terhadap penggunaan mata uang Rupiah berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011.

3. Mengetahui pencegahan dalam pelanggaran terhadap penggunaan mata uang Rupiah berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011.


(7)

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini, antara lain: 1. Secara teoritis

Diharapkan kehadiran skripsi ini dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam hal penggunaan mata uang Rupiah dan melahirkan pemahaman tentang mata uang Rupiah sekaligus memperkaya serta menambah wawasan ilmiah baik dalam tulisan ini maupun dalam bidang lainnya.

2. Secara praktis

Untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh dan memberikan masukan bagi pembaca untuk memahami jenis-jenis, bentuk dan peranan mata uang Rupiah. Serta memberikan manfaat bagi setiap pihak yang berkepentingan dalam kaitannya dengan penggunaan mata uang Rupiah.

D. Keaslian Penulisan

Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan

skripsi berjudul “ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGECUALIAN

PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG”, terlebih dahulu telah dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Perpustakaan fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui surat tertanggal 30 Agustus 2014, menyatakan bahwa judul skripsi ini merupakan karya ilmiah yang belum pernah diangkat menjadi judul skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(8)

Dan telah dilakukan penelusuran berbagai judul karya ilmiah melalui media internet, dan sepanjang penelusuran yang dilakukan, belum ada penelitian lain yang pernah mengangkat topik tersebut. Skripsi ini disusun berdasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori, dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik. Oleh karena itu, dinyatakan bahwa skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka

Pasal 1 angka 1 UU Mata Uang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan mata uang adalah uang yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut dengan Rupiah. Definisi uang berdasarkan Pasal 1 angka 2 UU Mata Uang adalah alat pembayaran yang sah. Dan Pasal 9 ayat 2 UU Mata Uang menyatakan bahwa Bank Indonesia yang berhak menetapkan bahan baku dari Rupiah dengan mengutamakan produk dalam negeri dengan menjaga mutu, keamanan, dan harga yang bersaing dengan berkoordinasi dengan pemerintah. Berdasarkan hal tersebut bentuk uang secara fisik adalah uang kertas dan uang logam. Yang hanya dapat ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Uang menurut jenisnya dapat dikelompokkan atau dibagi berdasarkan beberapa hal yaitu berdasarkan bahan atau material yang berupa uang logam dan uang kertas, berdasarkan nilainya berupa uang yang bernilai penuh dan uang yang tidak bernilai penuh, berdasarkan lembaga atau badan pembuatnya berupa uang


(9)

Kartal dan uang Giral, berdasarkan kawasan atau daerah berlakunya berupa uang domestik dan uang internasional.11

Definisi Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Pasal 1 angka 4 UU Mata Uang adalah seluruh wilayah teritorial Indonesia, termasuk kapal dan pesawat terbang yang berbendera Republik Indonesia, Kedutaan Republik Indonesia, dan kantor perwakilan Republik Indonesia lainnya di luar negeri.

Pasal 21 ayat 2 UU Mata Uang menyatakan pengecualian adalah prinsip yang ada di dalam penggunaan Mata Uang Rupiah. Yang berlaku bagi transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri, transaksi perdagangan internasional, simpanan di bank dalam bentuk valuta asing atau transaksi pembayaran internasional.

Pengertian hukum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:

1. Peraturan yang dibuat oleh suatu kekuasaan atau adat yang dianggap berlaku oleh dan untuk orang banyak, misalnya yang disebut negara hukum ialah negara yang dalam segala hal berdasarkan pada hukum.

2. Segala undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat, ilmu pengetahuan atau falsafat.

3. Ketentuan (kaidah, patokan) mengenai sesuatu peristiwa atau kejadian (alam, dan sebagainya; misalnya sesuai dengan hukum bahasa Indonesia; dalam buku ini hukum-hukum ekonomi diuraikan dan diterangkan dengan jelas.

11


(10)

4. Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim (dalam pengadilan); misal memutuskan hukum, menjatuhkan keputusan; kena hukum, dijatuhi hukuman (yang diputuskan oleh hakim).12

Hukum memuat nilai-nilai moral, seperti keadilan dan kebenaran.Nilai-nilai tersebut harus mampu diwujudkan dalam realitas nyata. Eksistensi hukum diakui apabila nilai-nilai moral yang terkandung dalam hukum tersebut mampu diimplementasikan atau tidak.13

Penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan, walaupun di dalam kenyataannya Indonesia kecenderungannya adalah demikian. Selain itu, ada kecenderungan yang kuat untuk mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan-pelaksanaan putusan hakim. Perlu diingat, bahwa pendapat-pendapat yang agak sempit tersebut mempunyai kelemahan-kelemahan apabila pelaksanaan perundang-undangan atau keputusan-keputusan hakim tersebut malahan mengganggu kedamaian di dalam pergaulan hidup.14

Penegakan hukum sebagai sarana untuk mencapai tujuan hukum, maka sudah semestinya seluruh energi dikerahkan agar hukum mampu untuk bekerja mewujudkan nilai-nilai moral dalam hukum. Kegagalan hukum untuk mewujudkan nilai hukum tersebut merupakan ancaman bahaya akan bangkrutnya hukum yang ada. Hukum yang miskin implementasi terhadap nilai-nilai moral akan berjarak serta terisolasi dari masyarakatnya. Keberhasilan penegakan hukum

12

Poerwadarminta, W. J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet VII (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm. 1031.

13

Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis (Yogyakarta: Genta Publishing, 2009), hlm. 7.

14

Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 5.


(11)

akan menentukan serta menjadi barometer legitimasi hukum di tengah-tengah realitas sosialnya.15

Pada hakekatnya hukum mengandung ide atau konsep-konsep yang abstrak termasuk ide tentang keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial. Apabila berbicara tentang penegakan hukum, maka pada hakekatnya berbicara tentang penegakan ide-ide serta konsep-konsep yang sebenarnya adalah abstrak tersebut. Dirumuskan secara lain, penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyataan. Proses perwujudan ide-ide tersebut merupakan hakekat dari penegakan hukum.16

F. Metode Penulisan

Menurut Soerjono Soekianto, penelitian dimulai ketika seorang berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala dengan jalan menganalisanya dan dengan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas masalah-masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.17

15

Satjipto Rahardjo, Loc. Cit, hlm. 8. 16

Ibid, hlm. 12. 17

Khudzaifah Dimyati & Kelik Wriono, Metode Penelitian Hukum (Surakarta: Universitas Muhammadiyah, 2004), hlm.1.


(12)

1. Spesifikasi penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum yaitu penelitian yang berdasarkan undang-undang18 yang dalam hal ini adalah UU Mata Uang dan UU BI. Dan merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menentukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. Logika kelimuan yang juga dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri, Dengan demikian penelitian ini meliputi penelitian terhadap sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan, dan beberapa dokumen terkait.

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif analistis, artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan secara tepat serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan mata uang.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statuta approach). Dimana skripsi ini meninjau dari sisi hukum dan peraturan yang mengatur tentang penggunaan mata uang Rupiah.

2. Sumber data

Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder yang berbentuk bahan hukum dan terdiri dari:

18

Law Education, http://balianzahab.wordpress.com/makalah-hukum/metode-penelitian-hukum, (diakses pada tanggal 25 September 2014).


(13)

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang.19 Dalam penelitian ini bahan hukum primer diperoleh melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah di dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, dan peraturan lain yang terkait.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu semua dokumen yang merupakan informasi, atau kajian yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah koran-koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: kamus, ensiklopedia dan lain-lain.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari

19

Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar (Yogyakarta: Liberty, 1988), hlm. 19.


(14)

media cetak maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan.

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut:20

a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang relevan dengan objek penelitian.

b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel-artikel media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundang-undangan.

c. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan

d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek penelitian.

4. Analisis data kualitatif

Analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis kualitatif, yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.

20

Ronitidjo Hanitijo Soematri, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hlm. 63.


(15)

G. Sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi pengantar yang di dalamnya terurai mengenai latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi.

BAB II PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH DALAM UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG

Pada bab ini diuraikan penggunaan mata uang Rupiah dalam kegiatan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari sejarah singkat, jenis dan fungsi, tata kelola mata uang Rupiah dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang serta peranan Bank Indonesia dalam mata uang Rupiah.

BAB III PELANGGARAN DALAM PENGGUNAAN RUPIAH

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG

Bab ini mengurai tentang aspek hukum dalam pelanggaran terhadap mata uang Rupiah dari tindakan yang dilarang, sanksi hukum, dan pencegahan dalam pelanggaran mata uang Rupiah. Yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.


(16)

BAB IV PENGECUALIAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH

DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011

TENTANG MATA UANG

Pada bab ini akan dibahas pengecualian penggunaan mata uang Rupiah dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang serta teori dan faktor penyebab pengecualian penggunaan mata uang Rupiah.

BAB V PENUTUP

Pada bab terakhir ini akan dimuat kesimpulan dari pembahasan yang ada pada bab-bab sebelumnya dan akan diakhiri dengan saran-saran terhadap pembahasan skripsi ini.


(1)

akan menentukan serta menjadi barometer legitimasi hukum di tengah-tengah realitas sosialnya.15

Pada hakekatnya hukum mengandung ide atau konsep-konsep yang abstrak termasuk ide tentang keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial. Apabila berbicara tentang penegakan hukum, maka pada hakekatnya berbicara tentang penegakan ide-ide serta konsep-konsep yang sebenarnya adalah abstrak tersebut. Dirumuskan secara lain, penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyataan. Proses perwujudan ide-ide tersebut merupakan hakekat dari penegakan hukum.16

F. Metode Penulisan

Menurut Soerjono Soekianto, penelitian dimulai ketika seorang berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala dengan jalan menganalisanya dan dengan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas masalah-masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.17

15

Satjipto Rahardjo, Loc. Cit, hlm. 8.

16

Ibid, hlm. 12.

17

Khudzaifah Dimyati & Kelik Wriono, Metode Penelitian Hukum (Surakarta: Universitas Muhammadiyah, 2004), hlm.1.


(2)

1. Spesifikasi penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum yaitu penelitian yang berdasarkan undang-undang18 yang dalam hal ini adalah UU Mata Uang dan UU BI. Dan merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menentukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. Logika kelimuan yang juga dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri, Dengan demikian penelitian ini meliputi penelitian terhadap sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan, dan beberapa dokumen terkait.

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif analistis, artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan secara tepat serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan mata uang.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statuta approach). Dimana skripsi ini meninjau dari sisi hukum dan peraturan yang mengatur tentang penggunaan mata uang Rupiah.

2. Sumber data

Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder yang berbentuk bahan hukum dan terdiri dari:

18

Law Education, http://balianzahab.wordpress.com/makalah-hukum/metode-penelitian-hukum, (diakses pada tanggal 25 September 2014).


(3)

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang.19 Dalam penelitian ini bahan hukum primer diperoleh melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah di dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, dan peraturan lain yang terkait.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu semua dokumen yang merupakan informasi, atau kajian yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah koran-koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: kamus, ensiklopedia dan lain-lain.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari

19

Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar (Yogyakarta: Liberty, 1988), hlm. 19.


(4)

media cetak maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan.

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut:20

a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang relevan dengan objek penelitian.

b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel-artikel media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundang-undangan.

c. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan

d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek penelitian.

4. Analisis data kualitatif

Analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis kualitatif, yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.

20

Ronitidjo Hanitijo Soematri, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hlm. 63.


(5)

G. Sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi pengantar yang di dalamnya terurai mengenai latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi.

BAB II PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH DALAM UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG

Pada bab ini diuraikan penggunaan mata uang Rupiah dalam kegiatan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari sejarah singkat, jenis dan fungsi, tata kelola mata uang Rupiah dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang serta peranan Bank Indonesia dalam mata uang Rupiah.

BAB III PELANGGARAN DALAM PENGGUNAAN RUPIAH

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG

Bab ini mengurai tentang aspek hukum dalam pelanggaran terhadap mata uang Rupiah dari tindakan yang dilarang, sanksi hukum, dan pencegahan dalam pelanggaran mata uang Rupiah. Yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.


(6)

BAB IV PENGECUALIAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH

DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011

TENTANG MATA UANG

Pada bab ini akan dibahas pengecualian penggunaan mata uang Rupiah dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang serta teori dan faktor penyebab pengecualian penggunaan mata uang Rupiah.

BAB V PENUTUP

Pada bab terakhir ini akan dimuat kesimpulan dari pembahasan yang ada pada bab-bab sebelumnya dan akan diakhiri dengan saran-saran terhadap pembahasan skripsi ini.