Pertanggung Jawaban Hukum Kasir (Teller) Akibat Kelalaian Dalam Transaksi Keuangan Nasabah (Studi Pada PT. BNI KCU USU Medan)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. 1 Dalam dunia ekonomi modern saat ini, peranan bank sangat penting
dalam masyarakat. Ini dapat dilihat dari makin maraknya minat masyarakat untuk
menyimpan, berbisnis bahkan sampai berinvestasi melalui perbankan dan dapat
dilihat dari tumbuhnya bank-bank swasta baru walaupun pemerintah semakin
memperketat regulasi pada dunia perbankan.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 2 Usaha bank
dalam menghimpun dana dari masyarakat berbentuk simpanan. Simpanan adalah
dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian
penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 3
Bank merupakan subjek hukum (rechtspersoon), sehingga bank dapat
membuat perikatan-perikatan (verbintensis) atau perjanjian-perjanjian (overeenkomst)
1


Lihat Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Lihat Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
3
Lihat Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
2

baik dengan bank lain, perusahaan-perusahaan maupun individu/manusia. 4 Bank
sebagai subjek hukum dapat dibagi menjadi dua macam yaitu 5 :
1. Bank sebagai badan hukum publik (publiek rechtpersoon) yaitu bank-bank
kepunyaan negara seperti Bank Indonesia (BI), Bank Negara Indonesia (BNI),
Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN) dan lain-lain.
2. Bank sebagai badan hukum privat (privat rechtpersoon) ialah seperti bank swasta
yang didirikan dengan bentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT), bank-bank
koperasi yang didirikan dengan bentuk badan hukum koperasi, bank nasional yang
mengadakan kerjasama (joint venture) dengan bank asing dengan bentuk
Perseroan Terbatas (PT) dan lain-lain.
Bank sebagai badan hukum dapat membuat perikatan (verbintensis) 6 atau
perjanjian-perjanjian (overeenkomst) 7 seperti manusia biasa karena bank merupakan
suatu persona ficta atau dengan kata lain bank sebagai kenyataan merupakan subjek
hukum. Bank dalam mengadakan perikatan-perikatan atau membuat perjanjian terjadi

dengan individu-individu, perusahaan-perusahaan, bank lainnya ataupun negara. 8
Berdasarkan ketentuan hubungan antara bank dengan nasabah penyimpan
dana terdapat dua hubungan yaitu 9:
1. Hubungan yang didasarkan atas kepercayaan, dan

4

Marhainis Abdul Hay, Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2000),

hlm. IX.
5

Ibid, hlm. VIII.
Perikatan (verbintensis) adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak yang lain
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. P. N. H Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata
Indonesia (Jakarta: Djambatan, 2009), hlm. 318.
7
Perjanjian (overeenkomst) adalah proses interaksi atau hubungan hukum dan dua perbuatan
hukum yaitu penawaran oleh pihak yang satu dan penerimaan oleh pihak yang lainnya sehingga

tercapai kesepakatan untuk menentukan isi perjanjian yang akan mengikat kedua belah pihak. R.
Setiawan, Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya, (Bandung: Bina Cipta, 1987), hlm. 49.
8
Ibid, hlm. X.
9
Lihat Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
6

2. Hubungan yang didasarkan perjanjian penyimpanan.
Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada 2 (dua) unsur yang saling
terkait, yaitu hukum dan kepercayaan. 10 Usaha perbankan meliputi tiga kegiatan yaitu
menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Usahausaha yang dapat dilakukan bank meliputi 11 :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menerbitkan surat pengakuan hutang.
4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan
dan atas perintah nasabahnya.
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan

nasabah.
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada
bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
kontrak.
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk
surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
11. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal
debitor tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada bank dengan ketentuan
agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.
12. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kertu kredit dan kegiatan wali amanat.
13. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
14. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

10

Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah terhadap Produk Tabungan dan
Deposito (Suatu Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Deposal di Indonesia), (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1995), hlm. 32.
11
Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Selain melakukan kegiatan usaha tersebut di atas, Bank Umum dapat pula 12 :
1. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang
keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi,
serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
3. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
4. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai
dengan ketentuan dalam perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

Dalam sistem hukum Indonesia, segala bentuk praktik perbankan harus
berdasarkan pada prinsip-prinsip yang terkandung di dalam ideologi Negara
Indonesia yakni Pancasila dan tujuan Negara Indonesia dalam Undang-Undang Dasar
1945. Kekhususan ini dapat dlihat dalam kehidupan perbankan Indonesia dalam
melakukan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip
kehati-hatian. Fungsi utama bank sebagai penghimpun dan pengatur dana masyarkat
yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. 13
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal
menghimpun dana maupun penyaluran dana. Saling percaya antara pihak bank dan
masyarakat inilah yang membuat kegiatan dalam perbankan dapat terus berjalan.
Bank harus selalu menjaga tingkat kepercayaan dari nasabah atau masyarakat agar
menyimpan dana mereka di bank dan bank dapat menyalurkan dana tersebut untuk
menggerakkan perekonomian bangsa. 14
Kemauan masyarakat untuk menyimpan sebagian uangnya di bank, sematamata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperolehnya kembali
12

Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti, 2007), hlm. 64-65.
13

Lukman Santoso AZ, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, (Jakarta: Pustaka
Yustisia, 2011), hlm. 12.
14
Ibid., hlm. 13.

pada waktu yang diinginkan yang disertai dengan imbalan pula. Apabila kepercayaan
nasabah penyimpan dana terhadap suatu bank telah berkurang, tidak tertutup
kemungkinan akan terjadi keraguan terhadap dana yang disimpannya. 15
PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk (BNI) sebagai salah satu bank
yang melayani jasa pengiriman uang melalui kasir (teller). Sejak awal didirikan pada
tanggal 5 Juli 1946, sebagai bank pertama yang secara resmi dimiliki Negara
Republik Indonesia, BNI merupakan pelopor terciptanya berbagai produk dan
layanan jasa perbankan. 16
BNI adalah salah satu bank yang menjadi anggota Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS). 17 Masuknya BNI menjadi anggota Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS) semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menjadi nasabah BNI.
Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank, termasuk pihak yang tidak
memiliki rekening namun memanfaatkan jasa bank untuk melakukan transaksi
keuangan (walk-in customer). 18
BNI sebagai bank terpercaya bagi rakyat Indonesia memiliki banyak pegawai

yang siap untuk membantu segala keperluan nasabah dalam transaksi perbankan. BNI

15

Djoni S. Gazali, dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010),

hlm. 566.
16

http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/sejarah.aspx, di akses tanggal 10 Mei 2014.
Setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan.
Untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan yang
berbadan hukum. Lembaga Penjamin Simpanan adalah badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan
penjaminan atas simpanan nasabah penyimpan, melalui skim asuransi, dana penyangga, atau skim
lainnya. Lihat Pasal 37 ayat (B) Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan.
18
Lihat Pasal 1 angka (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 jo Nomor
10/10/PBI/2008 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah.
17


juga memiliki berbagai Kantor Layanan (KLN) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Setiap KLN ini terdiri dari kepala KLN, customer service, kasir (teller), satpam
(security) dan petugas kebersihan (office boy). Setiap pegawai yang ada di BNI
disebut sebagai Insan BNI yang siap dan sigap untuk membantu kebutuhan nasabah
sesuai dengan tugas kerjanya masing-masing.
BNI sebagai salah satu bank yang besar di Indonesia, memiliki banyak
nasabah yang setiap hari melakukan transaksi keuangan di BNI yang dilayani oleh
kasir (teller). Kasir (teller) dapat melakukan transaksi setiap harinya yang meliputi 19 :
1. Setoran Tunai baik ke rekening sendiri ataupun ke rekening nasabah BNI lain.
2. Penarikan Tunai.
3. Pemindah Bukuan ke sesama rekening BNI.
4. Pengirimin uang ke rekening bank lain baik secara tunai ataupun non tunai. Hal ini
dilakukan dengan kliring atau RTGS.
5. Kliring cek/bilyet giro bank lain.
6. Pembukaan atau penutupan deposito.
8. Pembayaran kartu kredit BNI.

19

Hasil wawancara dengan informan yaitu Odoria Tamba pegawai Branch Quality Assurance

(BQA) PT. BNI KCU USU Medan.

9. Pembayaran berbagai jenis Modul Penerimaan Negara seperti Pajak Pertambahan
Nilai, Pajak Penghasilan, Pajak Fiskal, dan Setoran Bukan Pajak.
10. Pembayaran berbagai tagihan seperti tagihan listrik, tagihan telkom, kartu halo,
speedy dan matrix.
11. Pembayaran uang kuliah baik universitas negeri maupun swasta yang ada di
Indonesia yang bekerjasama dengan BNI.
12. Pembayaran BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, Imigrasi, Fidusia, Pesan
nama PT/Yayasan, Asuransi, dan Lelang,
13. Pengiriman uang ke luar negeri/Outgoing Transfer (OTR).
14. Penerimaan kiriman uang dari luar negeri/Incoming Transfer (ITR).
15. Pertukaran Valuta Asing (Valas).
16. Melakukan pembayaran gaji melalui sistem Payroll.
17. Pertukaran uang dengan denominasi kecil/besar.
Setiap transaksi yang dilakukan oleh kasir (teller) secara sederhana dikatakan
hanya terdiri dari dua hal yaitu pengkreditan uang nasabah dan pendebetan uang
nasabah. Setiap transaksi yang dilakukan oleh kasir (teller) sangat membutuhkan
kehati-hatian, ketelitian dan kejujuran karena berkaitan dengan uang nasabah di mana
nasabah telah memberikan kepercayaan untuk menyimpan uangnya di bank tersebut.


Kasir (teller) dalam bekerja pasti ingin bekerja dengan baik, benar, jujur dan
teliti. Namun dalam kenyataannya, kasir (teller) juga tidak bisa luput dari kelalaian
yang menyebabkan kesalahan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Kesalahan adalah dasar untuk pertanggungjawaban. Kesalahan merupakan
keadaan jiwa dari si pembuat dan hubungan batin antara si pembuat dan
perbuatannya. Adanya kesalahan pada seseorang, maka orang tersebut dapat dicela.
Mengenai keadaan jiwa dari seseorang yang melakukan perbuatan merupakan apa
yang lazim disebut sebagai kemampuan bertanggungjawab, sedangkan hubungan
batin antara si pembuat dan perbuatannya itu merupakan kesengajaan, kealpaan, serta
alasan pemaaf. 20
Perkataan lalai/culpa dalam arti luas berarti kesalahan pada umumnya, sedang
dalam arti sempit adalah bentuk kesalahan yang berupa kealpaan. Kelakuan “alpa”
diartikan sebagai kelakuan yang tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh
situasi. 21 Menurut Van Hamel bahwa kelalaian itu mengandung dua syarat, yaitu 22 :
1. Tidak mengadakan penduga-dugaan sebagaimana diharuskan oleh hukum.
2. Tidak mengadakan penghati-hatian sebagaimana diharuskan oleh hukum.
Manusia dalam kehidupan sehari-harinya pasti pernah melakukan kelalaian
termasuk dalam menjalankan pekerjaan. Jika seorang kasir (teller) melakukan suatu
kelalaian dalam melakukan pekerjaannya maka akan dituntut suatu tanggung jawab
kepadanya untuk menyelesaikan akibat yang ditimbulkan dari kelalaian tersebut.

20

Sudarto, Hukum dan Perkembangan Masyarakat, (Bandung: Sinar Baru, 1983), hlm. 85.
J.E.Sahetapy, Hukum Pidana, (Yogyakarta: Liberty, 1995), hlm. 115.
22
Ibid, hlm. 201.
21

Kasir (teller) dalam hal ini tidak ada bermaksud sengaja atau berniat melakukan
kejahatan/fraud. 23
Tanggung jawab adalah mengenai kewajiban untuk menebus (mengganti)
terhadap apa yang telah dilakukannya yang menimbulkan kerugian. Dasar
pertanggung jawaban adalah kewajiban membayar ganti rugi atas tindakan yang
menimbulkan kerugian dan kewajiban untuk melaksanakan janji yang telah dibuat.
Pertanggung jawaban harus didasarkan atas suatu perbuatan dan itu harus perbuatan
kealpaan atau kelalaian. 24
Contoh kasus kelalaian kasir (teller) pernah terjadi pada April 2012, pada
sebuah bank di negara bagian Hesse Jerman. Seorang penyelia kasir (teller)
menerima permintaan transaksi senilai 64,20 euro dari seorang nasabah. Dia
meneruskan permintaan ini pada petugas kasir (teller). Ternyata tanpa disadari
penyelia kasir (teller), petugas kasir (teller) ini berada dalam kondisi yang tidak fit.
Kasir (teller) yang tak disebutkan namanya ini menekan tuts komputer dengan lemah.
Alih-alih mengetik angka 64,20 euro, dia malah menekan tombol angka 2 hingga 11
kali. Jadilah transaksi itu bernilai 222.222.222,22 euro. Penyelia kasir (teller) yang
sudah berusia 48 tahun tidak menyadari ada kekeliruan dalam transaksi ini. Sehingga
dia mengizinkan pengiriman uang dengan nilai besar tersebut. Akibatnya bank
tempatnya bekerja rugi besar. 25
Contoh kasus kelalaian kasir (teller) juga pernah terjadi pada November 2009
di bank Mandiri. Pada waktu itu seorang nasabah melakukan transaksi pembayaran
pajak. Kasir (teller) menghitung jumlah nominal pajak sebesar Rp. 11.800.00 dan
mengatakan kepada nasabah uang nasabah pas dan tepat sebesar Rp. 11.800.000.
Ketika nasabah selesai bertransaksi dan meninggalkan bank, kasir (teller) menyadari
ternyata telah terjadi kesalahan penghitungan uang dan terjadi selisih kurang Rp.
5.000.000. Beberapa jam kemudian nasabah tersebut kembali ke bank dan
menyerahkan kekurangan uang Rp. 5.000.000 kepada kasir (teller). 26
Masih banyak lagi kelalaian yang sering dilakukan kasir (teller) dalam
kegiatan transaksi keuangan nasabah, mengingat manusia dalam kehidupannya pasti
23

Fraud adalah tindakan curang, yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga menguntungkan
diri-sendiri/kelompok atau merugikan pihak lain (perorangan, perusahaan atau institusi). Fraud
mengandung beberapa unsur, yaitu: tindakan yang disengaja, kecurangan, keuntungan
pribadi/kelompok atau kerugian di pihak lain. Gillian Lees, Fraud Risk Management, A guide to good
practice, (CIMA, Head of Corporate Governance).
24
Lukman Santoso AZ, Op.Cit., hlm. 77.
25
http://www.plasadana.com/detail.php?id=5012 diakses pada tanggal 13 Juli 2014.
26
http://www.ceriwis.com/lounge/1019324-yang-sering-ke-bank-masuk.html diakses pada
tanggal 13 Juli 2014.

akan melakukan kelalaian. Berdasarkan uraian di atas akan dikaji tentang
Pertanggung Jawaban Hukum Kasir (Teller) Akibat Kelalaian Dalam Transaksi
Keuangan Nasabah (Studi Pada PT. BNI KCU USU Medan).

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan
perumusan masalah sebagai berikut :
1.

Bagaimana hak dan kewajiban kasir (teller) dalam perjanjian kerja antara kasir
(teller) dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk?

2.

Bagaimana kelalaian yang dilakukan oleh kasir (teller) dalam melakukan
transaksi keuangan nasabah pada PT. BNI KCU USU Medan?

3. Bagaimana tanggung jawab kasir (teller) yang melakukan kelalaian dalam
transaksi keuangan nasabah yang menimbulkan kerugian kepada nasabah pada
PT. BNI KCU USU Medan?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis hak dan kewajiban kasir (teller) dalam
perjanjian kerja antara kasir (teller) dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis kelalaian yang dilakukan oleh kasir (teller)
dalam melakukan transaksi keuangan nasabah pada PT. BNI KCU USU Medan.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab kasir (teller) yang
melakukan kelalaian dalam transaksi keuangan nasabah yang menimbulkan
kerugian kepada nasabah pada PT. BNI KCU USU Medan.

D. Manfaat Penelitian
Selain tujuan-tujuan di atas, penelitian ini juga diharapkan untuk berbagai hal
diantaranya :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
pemahaman dan kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah serta dapat
menambah pengetahuan dan wawasan khususnya yang berkaitan dengan
perbankan. Hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum,
khususnya ilmu hukum perbankan dan dapat memberikan sumbangan pemikiran
secara teoritis terhadap pertanggung jawaban hukum kasir (teller) akibat
kelalaian dalam transaksi keuangan nasabah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
a. Memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam hal ini masyarakat sebagai
nasabah agar memahami hak dan kewajibannya jika terjadi kelalaian dalam
transaksi keuangan nasabah yang dilakukan oleh kasir (teller) BNI.

b. Memberikan pemahaman yang tepat kepada pegawai bank khususnya kasir
(teller) BNI sehingga dapat mengerti tanggung jawabnya jika melakukan
kelalaian dalam transaksi keuangan nasabah.
c. Memberikan pemahaman kepada akademisi sebagai langkah awal dalam
pengembangan dan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tanggung jawab
jika terjadi kelalaian oleh kasir (teller) dalam transaksi keuangan nasabah.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang di lakukan di Perpustakaan
Universitas Sumatera Utara, penelitian yang membahas judul Pertanggung Jawaban
Hukum Kasir (Teller) Akibat Kelalaian dalam Transaksi Keuangan Nasabah (Studi
Pada PT. BNI KCU USU Medan) belum pernah dilakukan baik dalam judul maupun
permasalahan yang sama. Dari hasil pemeriksaan diperoleh beberapa judul tesis yaitu
:
1. Dessy Deria Elisabeth Ginting, NIM : 057005005, dengan judul “Kedudukan
Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Perlindungan Dana Nasabah Bank”.
2. John Bert Christian, NIM : 107005151, dengan judul “Analisis Hukum Atas
Penerapan Rahasia Bank di Indonesia Terkait dengan Perlindungan Data
Nasabah Berdasarkan Prinsip Kepercayaan Terhadap Bank (Studi Pada PT. Bank
CIMB Niaga TBK Cabang Medan)”.

3. Agustinus S Matua Purba, NIM : 04700500, dengan judul “Menjaga Kerahasiaan
Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah”, dengan rumusan masalah sebagai
berikut :
a. Mengapa bank wajib menjaga kerahasiaan dalam melindungi nasabahnya?
b. Apakah terdapat hubungan antara penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
(Know Your Costumer Principle) dengan rahasia bank dalam melindungi
nasabah?
c. Perlukah ketentuan rahasia bank diperlonggar untuk mencegah/ memberantas
kejahatan?
Berdasarkan hasil penelitian judul tesis tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa permasalahan dan penelitian tesis dengan judul “Pertanggung Jawaban Hukum
Kasir (Teller) Akibat Kelalaian Dalam Transaksi Keuangan Nasabah (Studi Pada PT.
BNI KCU USU Medan)” ini tidak memiliki kesamaan dengan judul dan
permasalahan yang telah ada sebelumnya. Permasalahan dan penyajian dari penelitian
ini tidaklah sama dengan penelitian-penelitian tersebut. Oleh karena itu penelitian ini
baru pertama kali dilakukan dan dapat disimpulkan bahwa penelitian ini adalah asli
dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
F. Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual
1. Kerangka Teoritis

Teori berasal dari kata theoria dalam bahasa latin yang berarti perenungan,
yang pada gilirannya berasal dari kata thea dalam bahasa yunani yang secara hakiki
menyiratkan sesuattu yang disebut realitas. Dalam banyak literatur, beberapa ahli
menggunakan kata ini untuk menunjukkan bangunan berfikir yang tersusun sitematis,
logis (rasional), empiris (kenyataan), juga simbolis. 27

Dalam dunia ilmu, teori menempati kedudukan yang penting. Teori
memberikan sarana untuk bisa merangkum serta memahami masalah yang
dibicarakan secara lebih baik. Teori memberikan penjelasan dengan cara
mengorganisasikan dan mensistematisasikan masalah yang dibicarakan. 28 Ada yang
menyamakan antara filsafat hukum dengan teori hukum. 29 Menurut Imre Lakatos,
teori adalah hasil pemikiran yang tidak akan musnah dan hilang begitu saja ketika
teori lainnya pada dasarnya merupakan keanekaragaman dalam sebuah penelitian. 30

Teori hukum adalah ilmu yang mempelajari pengetian-pengertian pokok dan
sistem dari hukum. Pengertian-pengertian pokok seperti itu misalnya subjek hukum,
perbuatan hukum, dan lain-lain yang memiliki pengertian yang bersifat umum dan
teknis. Pengertian-pengertian pokok ini sangat penting supaya dapat memahami
sistem hukum pada umumnya maupun pada sistem hukum positif. 31 Berdasarkan hal

27

HR. Otje Salman S dan Anton F Sutanto, Teori Hukum, (Bandung: Refika Aditama, 2005),

hlm. 21.
28

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Alumni, 2000), hlm. 253.
Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, (Bogor: Ghalia Indah Indonesia, 2010), hlm. 1.
30
Ibid., hlm. 3.
31
Ibid., hlm. 36.

29

tersebut di atas, maka teori yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini yaitu :

a. Teori Pertanggung Jawaban
Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus hukum,
yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas yang
menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang
bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara
aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang
menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang. 32
Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu
kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi
juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan. Dalam
pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada
pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan
oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada
pertanggungjawaban politik. 33
Tanggung jawab (responsibility) merupakan suatu refleksi tingkah laku
manusia. Penampilan tingkah laku manusia terkait dengan kontrol jiwanya,
merupakan bagian dari bentuk pertimbangan intelektualnya atau mentalnya. Bilamana
suatu keputusan telah diambil atau ditolak, sudah merupakan bagian dari tanggung
jawab dan akibat pilihannya. Tidak ada alasan lain mengapa hal itu dilakukan atau
ditinggalkan. Keputusan tersebut dianggap telah dipimpin oleh kesadaran
intelektualnya. 34
Pada dasarnya seseorang harus bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya, termasuk bertanggung jawab mengganti kerugian kepada orang yang
dirugikan atas perbuatannya. Tanggung jawab merupakan akibat dari adanya

32

Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.

335.
33

Ibid., hlm. 337.
Masyhur Efendi., Dimensi/Dinamika Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Nasional Dan
Internasional, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), hlm. 121.
34

kewajiban yang tidak dilaksanakan dalam suatu perjanjian atau merupakan akibat dari
perbuatan melawan hukum. 35
Tanggung jawab dalam arti hukum adalah tanggung jawab yang benar-benar
terkait dengan hak dan kewajibannya, bukan dalam arti tanggung jawab yang
dikaitkan dengan gejolak jiwa sesaat atau yang tidak disadari akibatnya. Dalam
memberikan pelayanannya, profesional itu bertanggung jawab kepada diri sendiri dan
kepada masyarakat. Bertanggung jawab juga berani menanggung segala resiko yang
timbul akibat dari pelayanannya itu. Kelalaian dalam melaksanakan profesi
menimbulkan dampak yang membahayakan atau mungkin merugikan diri sendiri,
orang lain dan berdosa kepada Tuhan. 36
b. Teori Perjanjian
Suatu perjanjian adalah semata-mata untuk suatu persetujuan yang diakui oleh
hukum. Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok di dalam dunia usaha dan
menjadi dasar bagi kebanyakan transaksi dagang seperti jual beli barang, tanah,
pemberian kredit, asuransi, pengangkutan barang, pembentukan organisasi usaha dan
termasuk juga menyangkut tenaga kerja. 37
Pasal 1313 KUHPerdata memberikan definisi tentang perjanjian sebagai
berikut: “Perjanjian adalah suatu perbuatan, dimana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. 38 Suatu kontrak atau perjanjian
harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, hal tertentu
dan suatu sebab yang halal sebagaimana ditentukan dalam pasal 1320 KUHPerdata.

35

Lukman Santoso AZ, Op.Cit., hlm. 82.
Abdul Kadir Muhamad, Etika Profesi Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), hlm.

36

60.
37

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, (Bandung: PT. Citra Aditya Abadi, 1992),

hlm. 93.
38

Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Perjanjian Hukum, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hlm.

52.

Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian
menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya. 39
Perjanjian baku dapat dirumuskan dalam pengertian bahwa perjanjian baku
merupakan perjanjian yang isinya dibakukan dan
dituangkan
dalam
bentuk
formulir. Menurut Abdul Kadir Muhammad, istilah perjanjian baku dialih bahasakan
dari istilah yang dikenal dalam bahasa Belanda yaitu “standard contract”. Kata baku
atau standar artinya tolak ukur yang dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi
setiap konsumen yang mengadakan hubungan hukum dengan pengusaha, yang
dibakukan dalam perjanjian baku ialah meliputi model, rumusan, dan ukuran. 40
Perjanjian baku terkadang tidak memperhatikan isinya, tetapi hanya
menekankan pada bagian pentingnya dengan janji-janji atau klausula yang harus
dipenuhi oleh para pihak yang menggunakan perjanjian baku dan seringkali bunyinya
sangat umum dan digeneralisasi. Perjanjian baku biasanya digunakan dalam volume
besar dan untuk transaksi yang ditentukan oleh salah satu pihak dan persyaratanpersyaratan yang tertuang dalam perjanjian baku tersebut harus diterima oleh pihak
lain secara keseluruhan tanpa adanya negosiasi diantara para pihak. 41
c. Teori Utilitarianisme
Utilitarisme berasal dari kata latin utilis yang berarti bermanfaat. Menurut teori
ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tetapi manfaat itu harus
menyangkut bukan saja satu atau dua orang melainkan masyarakat secara
keseluruhan 42. Kemanfaatan di sini diartikan sebagai kebahagiaan (happiness), yang
tidak mempermasalahkan baik atau tidak adilnya suatu hukum, melainkan bergantung

39

Suharnoko, Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa Kasus, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007), hlm. 1.
40
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hlm.
87.
41
Mariam Darus Badrulzaman, Kumpulan Pidato Pengukuhan, (Bandung: Alumni, 1991),
hlm. 99.
42
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 66.

kepada pembahasan mengenai apakah hukum dapat memberikan kebahagiaan kepada
manusia atau tidak. 43
Tujuan hukum adalah terciptanya suatu kedamaian yang didasarkan pada
keserasian antara ketertiban dengan ketentraman. Tujuan hukum ini tentunya akan
tercapai apabila didukung oleh tugas hukum, yakni keserasian antara kepastian
hukum dengan kesebandingan hukum sehingga akan menghasilkan suatu keadilan. 44
Salah satu penganut aliran utilitarianisme adalah Jeremy Bentham yang inti
ajarannya yaitu “tujuan hukum dan wujud keadilan adalah untuk mewujudkan the
greatest happines of the greatest number (kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk
sebanyak-banyaknya orang). 45
Bentham berpandangan bahwa tujuan hukum adalah hukum dapat memberikan
jaminan kebahagiaan kepada individu-individu. Bentham mengusulkan suatu
klasifikasi kejahatan yang didasarkan atas berat tidaknya pelanggaran dan yang
terakhir ini diukur berdasarkan kesusahan atau penderitaan yang diakibatkannya
terhadap para korban dan masyarakat. 46

43

Muhammad Erwin, Filsafat Hukum: Refleksi Kritis Terhadap Hukum, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2012), hlm. 179.
44
Edmon Makarin, Kompilasi Hukum Telematika, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005), hlm. 13.
45
Teguh Prasetyo & Abdul Alim, Ilmu Hukum & Filsafat Hukum, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), hlm. 100.
46
Muhammad Erwin, Filsafah Hukum : Refleksi Kritis Terhadap Hukum,Op.Cit., hlm. 180.

Suatu pelanggaran yang merugikan orang lain, menurut Bentham sebaiknya
tidak dianggap sebagai tindakan kriminal. Pemindahan, menurut Bentham, hanya bisa
diterima apabila ia memberikan harapan bagi tercegahnya kejahatan lebih besar. 47

2. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konseptual ini
gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu
topik yang akan dibahas. 48 Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu/teori yang
dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan pada tinjauan yang merupakan
ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang
diteliti.
Kerangka konseptual merupakan gambaran bagaimana hubungan antara
konsep-konsep yang akan diteliti. Konsep (concept) adalah kata yang menyatakan
abstraksi yang digeneralisasikan dari gejala-gejala tertentu. Salah satu cara untuk
menjelaskan konsep adalah definisi. Definisi merupakan suatu pengertian yang relatif
lengkap tentang suatu istilah, dan biasanya definisi bertitik tolak pada referensi.
Dengan demikian, definisi harus mempunyai ruang lingkup yang tegas, sehingga
tidak boleh ada kekurangan-kekurangan atau kelebihan-kelebihan. 49

47

Ibid., hlm. 101
http://yogipoltek.wordpress.com/2013/05/23/kerangka-konseptual/, diakses pada tanggal 13

48

Mei 2014.
49

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm. 47-48.

Untuk itu dalam penelitian ini akan didefinisikan beberapa konsep dasar agar
secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan. Penelitian ini menggunakan istilah-istilah untuk menghindari pemahaman
dan penafsiran yang berbeda, antara lain :
a. Tanggung jawab hukum adalah sesuatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan
peranan, baik peranan itu merupakan hak dan kewajiban ataupun kekuasaan.
Secara umum tanggung jawab hukum diartikan sebagai kewajiban untuk
melakukan sesuatu atau berprilaku menurut cara tertentu tidak menyimpang dari
peraturan yang telah ada. 50
b. Kasir (teller) adalah orang melakukan transaksi yang diminta nasabah kaitannya
dengan pemasukkan kas dan pengeluaran kas sekaligus sebagai juru bayar dan
terima uang. 51
c. Kelalaian adalah kebalikan daripada kesengajaan (berbuat dengan menghendaki
sesuatu). Dengan demikian, kealpaan justru ketika orang berbuat tidak
menghendaki akibat itu. 52
d. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. 53
50

Khairunnisa, Kedudukan, Peran dan Tanggung Jawab Hukum Direksi, (Medan: Pasca
Sarjana, 2008), hlm. 4.
51
http://www.savepageaspdf.com/6bf427f309614848b90b01dbeaf60d07/2.htm,
diakses
tanggal 15 Mei 2014.
52
Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), hlm.
171.

e. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 54
f. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk Giro, Deposito, Sertifikat
Deposito, Tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 55
g. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,
dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. 56
h. Nasabah adalah :
1) Pihak yang melakukan transaksi Kontrak Berjangka melalui rekening yang
dikelola oleh Pialang Berjangka. 57
2) Pihak yang menggunakan jasa bank. 58
3) Pihak yang menggunakan jasa Bank Syariah dan/atau UUS. 59.
i. Transaksi Keuangan adalah pemanfaatan produk dan atau jasa perbankan maupun
produk dan atau jasa lembaga keuangan lain dan atau pihak ke tiga lainnya yang
ditawarkan melalui bank. 60
53

Lihat Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Lihat Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
55
Lihat Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
56
Lihat Pasal 1 angka (9) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
57
Lihat Pasal 1 angka (17) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan
Berjangka Komoditi.
58
Lihat Pasal 1 angka (16) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
59
Lihat Pasal 1 angka (16) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah.
54

G. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Sebagai ilmu normatif, ilmu hukum memiliki cara kerja yang khas sui
generis. 61 Metode penelitian hukum merupakan suatu cara yang sistematis dalam
melakukan sebuah penelitian. 62 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian yuridis normatif.
Penelitian dengan pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian yang mengacu
kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan
keputusan-keputusan pengadilan. Penelitian yuridis normatif merupakan prosedur
penelitian untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi
normatifnya. 63
Permasalahan yang ada diteliti berdasarkan peraturan perundang undangan
yang ada dan literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan. Metode yuridis
normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan konsep legis positivis yang
menyatakan bahwa hukum adalah identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat
dan diundangkan oleh lembaga-lembaga atau pejabat yang berwenang. Selain itu
konsep ini juga memandang hukum sebagai sistem normatif yang bersifat otonom,
tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat. 64

60

Lihat Peraturan Bank Indonesia Pasal 1 angka (5) No.7/7/PBI/2005 Jo. No. 10/10/PBI/2008
tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah.
61
Sui generis dalam peristilahan hukum adalah ilmu hukum merupakan ilmu jenis sendiri
dalam hal cara kerja dan sistem ilmiah. Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2005), hlm. 34.
62
Abdulkadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2004), hlm. 57.
63
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: UMM Press,
2007), hlm. 57.
64
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 1988), hlm. 11.

Tujuan hukum yang merupakan apa yang seharusnya akan berhadapan dengan
apa yang senyatanya, dan ini akan memunculkan perbincangan yang akan dicari
jawaban “cara apakah untuk dapat menjembatani” antara dua realitas (senyatanya dan
seharusnya) tersebut. Hal ini memunculkan sifat preskriptif ilmu hukum, sebab
perbincangan itu akan diakhiri dengan memberikan rumusan-rumusan tertentu
mengenai cara menjembatani kedua realitas tersebut, dan cara tersebut juga berisi
bagaimana seharusnya berbuat/bertingkah laku. 65
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang
bersifat deskriptif analitis. Deskriptif analitis yaitu suatu penelitian yang
menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis hukum baik dalam bentuk
teori maupun praktik dari hasil penelitian di
lapangan, berujuan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan dan menganalisis data yang diperoleh secara
sistematis, faktual dan akurat, termasuk di dalamnya peraturan perundang-undangan
yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum
positif yang menyangkut permasalahan di atas. 66

2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
didukung oleh data primer. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder dan bahan hukum tersier.
a. Bahan Hukum Primer
Bahan Hukum yang sifatnya mengikat berupa peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas, yaitu
meliputi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturanperaturan lain yang terkait dengan transaksi keuangan nasabah.
65

http://alviprofdr.blogspot.com/2014/01/ilmu-hukum-ilmu-yang-bersifat.html#more diakses
pada pukul 20.30 WIB. Diakses pada tanggal 16 Mei 2014.
66
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 63.

b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum yang sifatnya menjelaskan bahan hukum primer. Bahan hukum
yang memberikan petunjuk maupun penjelasan mengenai bahan hukum primer,
seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, atau bahan-bahan yang
bersumber dari pendapat ilmiah para sarjana dan buku-buku literatur yang ada
kaitannya dengan perbankan.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder 67. Penelitian ini juga menggunakan
kamus seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum, ensiklopedi
yang dapat membantu memahami dan menganalisis masalah yang di kaji dalam
penelitian ini dan juga situs–situs dalam internet yang berkaitan dengan
penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan studi dokumen yaitu data yang diperoleh melalui penelusuran
kepustakaan (library research). Studi kepustakaan adalah segala usaha yang
dilakukan untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah

67

Johnny Ibrahim, Op.Cit., hlm. 296.

yang akan atau sedang diteliti 68. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah,
laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,
ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik
tercetak maupun elektronik lain.
Data sekunder dalam penelitian ini juga didukung dengan data primer yang
diperoleh melalui wawancara dengan informan. Wawancara dilakukan dengan kasir
(teller) yang pernah melakukan kelalaian dalam transaksi keuangan nasabah pada PT.
BNI KCU USU Medan, wawancara dengan pegawai Branch Quality Assurance PT.
BNI KCU USU Medan dan juga wawancara dengan nasabah yang pernah mengalami
kerugian karena kelalaian kasir (teller) dalam transaksi keuangan pada PT. BNI KCU
USU Medan.

4. Analisis Data
Pengolahan data hakikatnya kegiatan untuk mengadakan sistematisasi
terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi
terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan
penafsiran dan konstruksi 69. Bahan hukum yang diperoleh kemudian dianalisis secara
kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkn data

68

M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, cet.ke-5, 2003), hlm. 27.
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), hlm. 195.
69

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati 70.
Analisis kualitatif dalam penelitian ini berdasarkan disiplin ilmu hukum yaitu
dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada di lapangan. Kemudian dikelompokkan,
dihubungkan dan dibandingkan dengan ketentuan yang berkaitan dengan pertanggung
jawaban kasir (teller) akibat kelalaian dalam transaksi keuangan nasabah pada PT.
BNI KCU USU Medan. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut akan dianalisis
secara deduktif.
Prosedur deduktif yaitu bertolak dari suatu proposi umum yang kebenarannya
telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat lebih khusus 71,
sehingga pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian dapat dijawab.

70

Lexy. J. Moleong, Metode Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 3.
Bambang Sunggono, Op.Cit., hlm.13.

71