Karakteristik Penderita Pneumonia pada Balita di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2011-2014

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan
menjadi infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi saluran pernafasan bawah.
Saluran pernafasan atas meliputi lubang hidung sampai ke pita suara pada laring,
termasuk juga sinus paranasal dan telinga bagian tengah. Saluran pernafasan
bawah adalah lanjutan jalan nafas mulai dari trakea, bronkus, bronkiolus, sampai
alveolus (Simoes, 2006).

Menurut laporan Ditjen Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan pada
tahun 2005, penyakit sistem napas menempati peringkat pertama 10 penyakit
utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia, yaitu dengan
persentase 15,1%. Sedangkan untuk persentase 10 penyakit utama rawat inap di

rumah sakit pada tahun yang sama, penyakit sistem napas menempati urutan ke-4
dengan persentase 7,38% (Profil Kesehatan Indonesia, 2005).

Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan
utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun (balita). Diperkirakan
hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang dua juta anak
balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika
dan Asia Tenggara (Said, 2010).

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru yang sebagian
besar disebabkan oleh mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh hal
lain (Said, 2010). Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia
terbagi atas dua kelompok besar yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.

2

Faktor instrinsik meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir
rendah, status imunisasi, pemberian ASI, dan pemberian vitamin A. Faktor
ekstrinsik meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi udara, tipe rumah, ventilasi,

kelembaban, letak dapur, jenis bahan bakar, penggunaan obat nyamuk, asap
rokok, penghasilan keluarga serta faktor ibu baik pendidikan, umur ibu, maupun
pengetahuan ibu (Azwar, 2002 dalam Annah et al., 2012).

Dari tahun ke tahun pneumonia selalu menduduki peringkat atas penyebab
kematian bayi dan anak balita di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Nasional
(SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia
disebabkan oleh penyakit sistem respiratorik, terutama pneumonia. Menurut
Riskesdas 2007, pneumonia merupakan penyebab kematian kedua setelah diare
(15,5%) diantara semua balita dan selalu berada pada daftar sepuluh penyakit
terbesar setiap tahunnya di fasilitas kesehatan. Tiga besar dari 10 penyakit
penyebab kematian Balita di Indonesia, tidak berbeda dengan data WHO
mengenai penyebab kematian Balita di Asia Tenggara, yaitu gangguan perinatal
(32%), pneumonia (23%), diare (14%), campak (4%), malaria (2%), dan HIV
(1%) (Afifah, 2001).

Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, penyakit pernapasan
seperti pneumonia juga sering menyerang balita. Pada tahun 2005 didapatkan
600.720 kasus pneumonia pada balita, lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya. Jumlah kematian balita yang disebabkan pneumonia pada tahun 2005

sebesar 204 balita yang terdiri dari 155 balita berumur 1 tahun dan 49 balita
berumur 1-4 tahun.

Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, realisasi penemuan
penderita pneumonia pada balita di Sumatera Utara berjumlah sebesar 15.590 dari
total 571.547 penderita di Indonesia. Kejadian kematian pneumonia pada balita di
Indonesia ditahun yang sama berjumlah 6.744 balita dimana Provinsi Jawa Barat

3

dengan jumlah mortalitas tertinggi (6.159) disusul oleh Bengkulu (420) dan Jawa
Tengah (67).

Untuk

patogenesis

pneumonia

sendiri


umumnya

mikroorganisme

penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalu saluran respiratori. Mula-mula
terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan
penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami
konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan
ditemukannya kuman di alveoli (Said, 2010).

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada beratringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut. Gejala infeksi
umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan,
keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare. Gejala gangguan
respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung,
merintih, dan sianosis (Said, 2010).

Sebagian besar pneumonia pada anak-anak tidak perlu dirawat inap. Dasar
tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik
yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian

cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap keseimbangan asam basa,
elektrolit, dan gula darah (Said, 2010).

Berdasarkan masalah dan data yang telah diperoleh, maka baiknya perlu
dilakukan penelitian mengenai karakteristik penderita pneumonia pada balita di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

4

1.2. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana karakteristik penderita
pneumonia pada balita di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan tahun
2011-2014?”.

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik
penderita pneumonia pada balita di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Medan Tahun 2011-2014.

1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita
berdasarkan jenis kelamin.
b. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita
berdasarkan usia.
c. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita
berdasarkan riwayat pemberian ASI Eksklusif.
d. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita
berdasarkan status imunisasi.
e. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita
berdasarkan berat badan lahir.
f. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita
berdasarkan keluhan utama.
g. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita
berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

5

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan peningkatan tingkat kesehatan masyarakat, diantaranya:
a. Sebagai data dan informasi bagi institusi kesehatan untuk mengupayakan
tindakan pencegahan dalam mengurangi angka kejadian pneumonia pada
balita.
b. Sebagai pengalaman awal bagi peneliti dalam melakukan penelitian
dengan mencari, mengembangkan, dan menerapkan pengetahuan untuk
memecahkan masalah kesehatan.
c. Sebagai informasi dan data bagi RSUP H. Adam Malik mengenai
karakteristik penderita pneumonia pada balita tahun 2011-2014 dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan.
d. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang membutuhkan data
penelitian ini.