Gambaran Pencemaran Soil Transmitted Helminthes pada Sayuran di Pasar Tradisional dan Modern di Kota Medan Bagian Selatan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Soil Transmitted Helminthes (STH) adalah salah satu kelas nematoda yang
menyebabkan penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah dan merupakan
salah satu di antara masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia. Spesies utama
yang menginfeksi adalah, cacing gelang ( Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (
Trichuris trichiura), dan cacing tambang/hookworm ( Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale). Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan gizi yang
memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan (WHO,
2014).
Prevalensi kecacingan masih menjadi masalah kesehatan yang masih banyak
ditemukan di dunia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), lebih
dari 1,5 miliar orang atau 24 % dari populasi dunia terinfeksi STH di seluruh
dunia (WHO, 2014). Di Indonesia angka kecacingan di beberapa kabupaten dan
kota pada tahun 2012 menunjukkan angka di atas 20% dengan angka prevalensi
tertinggi di salah satu kabupaten mencapai 76,67 % (Direktorat Jenderal PP&PL
Kemenkes RI, 2013). Sedangkan prevalensi di Sumatera Utara diperkirakan yaitu,
Ascaris 50 – 79,9%, Trichuariasis 80 – 100%, dan infeksi Hookworms 50 –
79,9% (de Silva et al, 2003). Menurut Ritarwan (2006), di kota Medan ditemukan

prevalensi Ascariasis 29,2%, Trichuariasis 6,3%.
Transimisi telur cacing ke manusia bisa terjadi dari tanah yang mengandung
telur cacing yang infektif yang dikeluarkan bersamaan dengan tinja orang yang
terinfeksi. Dan daerah yang tidak memiliki sanitasi yang baik dan kelembapan
tinggi yang mana sangat baik untuk berkembangnya telur STH menjadi bentuk
infektif. Infeksi ditularkan oleh telur yang ada di kotoran manusia, yang
mencemari tanah dimana adanya kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk akan
menyebabkan melekatnya telur pada sayuran dan tertelan bila sayuran tidak di
cuci dan dimasak dengan baik.

Pada daerah tertentu di Indonesia terdapat beberapa kebiasaan memakan
lalapan (sayuran mentah) dan sulit diubah. Terlebih kelebihan sayuran lalapan
ketika dikonsumsi zat – zat gizi yang terkandung didalamnya tidak mengalami
perubahan, sedangkan pada sayuran yang dilakukan pengolahan seperti
pemasakan (dimasak) terlebih dahulu zat – zat gizinya akan berubah sehingga
kualitas ataupun mutunya lebih rendah daripada mentahnya (Sudjana, 1991; Purba
et al, 2012). Tetapi sayur lalapan rentan terhadap kontaminasi pestisida dan telur
cacing. Kontaminasi telur cacing dapat terjadi terutama pada sayuran yang
menjalar di permukaan tanah atau ketinggiannya dekat dengan tanah.
Berdasarkan penelitan yang pernah di lakukan di pasar tradisional dan pasar

modern di kota Medan, ditemukan angka kontaminasi STH pada sayuran selada
yang cukup tinggi. Angka kontaminasi STH di pasar tradisional yaitu sebesar 85,0
%, dengan proporsi Strongyloides 35,0 %, larva rhabditiform Strongyloides 30%,
telur hookworm 15%, dan toxocara 5%. Pada pasar modern angka kontaminasi
STH yaitu sebesar, 90%, dengan proporsi Strongyloides (35%), free living
Strongyloides (30%), telur hookworm, 20%, dan telur toxocara, 5% (Karuppiah,
2010).
Masih tingginya prevalensi angka pencemaran telur STH pada sayuran yang
dijual di pasar modern maupun pasar tradisional dan bila diikuti dengan
pemakaian pupuk kotoran manusia maupun binatang bisa meningkatkan angka
pencemaran lebih tinggi. Hal ini menjadi alasan mengapa penting bagi kita untuk
mengetahui tingkat pencemaran telur STH pada sayuran yang dijual di pasar
modern maupaun tradisional di kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah perbandingan tingkat pencemaran STH pada sayuran yang
dijual dipasar modern dan tradisional di kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan pencemaran oleh STH pada sayuran yang dijual di
pasar modern dan tradisional.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengindentifikasi jenis parasit yang mencemari sayuran di pasar modern dan
tradisional.
2. Mengetahui proporsi kontaminasi telur STH pada sayuran di pasar tradisional
dan modern.
3. Mengetahui proporsi kontaminasi larva STH pada sayuran di pasar tradisional
dan modern.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Bagi Masyarakat :diharapakan penelitian ini dapat memberikan informasi dan
pemahaman yang berhubungan dengan Soil Transmitted Helminthes (STH),
sehingga dapat dilakukan pencegahan pencemaran.
2. Bagi Pedagang : dapat meningkatkan tahap higiene sayuran sehingga bisa
mencegah terjadinya infeksi telur cacing.
3. Bagi Petugas Kesehatan Masyarakat : diharapkan dapat digunakan sebagai
data pendukung atau bahan perencanaan pencegahan pencemaran Soil
Transmitted Helminthes (STH).

4. Bagi Peneliti : dapat mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta
mengasah kemampuan analisis penelitian dan dapat memberikan informasi
tentang aspek – aspek yang berhubungan dengan Soil Transmitted Helminthes
(STH).