BAB 13 METODE PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
BAB 13
METODE PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
A. METODE NAHWU DAN PENERJEMAHAN
1. Perkembangan metode
Metode ini dianggap sebagai metode yang paling kuno dalam pembelajaran
bahasa kedua dan berhubungan dengan masa kebangkitan di Negara-negara Eropa, di
mana bahasa Yunani dan Latin kuno banyak diterjemahkan ke negara Barat, selain
perkembangan hubungan antara berbagai negara-negara Eropa, penduduknya merasa
perlu untuk mempelajari 2 bahasa ini. Sehingga banyak respon untuk belajar dan
mengajarkannya. Dalam metode ini terdapat strategi-strategi yang menyeluruh dalam
mengajarkan bahasa kedua pada abad pertengahan. Pendekatan dalam pengajarannya
adalah menjelaskan kaidah-kaidahnya. Dari kaidah itulah diambil untuk mengajarkan
keterampilan-keterampilan bahasa yang lain, khususnya qiro’ah (membaca) dan
tarjamah (menerjemahkan). Pengajaran Nahwu menjadi tujuan utama. Ia dianggap
media untuk mengembangkan ketangkasan otak dan metode berpikir. Penggunaan
metode ini telah menyebar mulai dari tahun 30an pada abad ini.
2. Ciri-ciri metode
Kita bisa meringkas keistimewaan metode nahwu dan tarjamah yang paling
penting dalam pembelajaran bahasa arab sebagai bahasa kedua adalah sebagai berkut :
a. Tujuan utama pengaran bahasa arab sebagai bahasa kedua adalah untuk
menguatkan orang-orang non arab dalam berkomunikasi dengan sumber-sumber
budaya arab dan membaca tulisan-tulisannya serta memahami teks-teksnya.
b. Mengetahui kaidah bahasa arab merupakan syarat utama melatihnya
c. Siswa harus dibantu dalam menulis dengan bahasa arab melalui latihan tarjamah
dari bahasa ibunya ke bahasa Arab.
d. Bekal siswa cukup dengan menghapal mufrodat bahasa arab dalam jumlah yang
banyak, dan pengalamannya adalah dengan setiap mengikuti acara-acara
pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua.
e. Menikmati sastra arab yang tertulis dan menyenanginya merupakan tujuan utama
dari tujuan-tujuan pembelajaran bahasa arab, dan cara satu-satunya untuk
mendapatkannya adalah dengan menerjemahkan satu bahasa ke bahasa lain.
f. Hal ini tidak dibatasai hanya dengan siswa mengetahui kaidah-kaidah bahasa arab
tapi harus mengetahui karakteristik bahasa arab dibandingkan lainnya terutama
bahasa pertamanya pelajar.
g. Semua yang mengarah pada pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua
adalah
mengembangkan
kemampuan
siswa
dalam
bentuk
yang
bisa
menghadapkannya dengan sikap mental pembelajaran yang berbeda-beda dengan
beberapa permasalahannya.
3. Penilaian terhadap metode
Dari perspektif keistimewaan metode nahwu dan tarjamah tadi bisa kita
simpulkan yaitu :
a. Pokok perhatian metode ini ada 2 hal yaitu komunikasi dengan bahasa kedua
dengan metode tarjamah dan menguasai keidah-kaidahnya, dari itu banyak
keterampilan-keterampilan
b.
berbahasa
lainnya
yang
berkaitan
dengan
pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua yang diabaikan.
Jadi, membaca dan menulis menduduki posisi utama dalam pembelajaran bahasa
Arab sebagai bahasa kedua, sedangkan penggunaan bahasa dalam percakapan dan
c.
istima’ adalah hal yang tidak diperhatikan.
Dua poin di atas berkaitan dengan tinjauan terakhir yang mengarah pada metode
nahwu dan tarjamah, yaitu mengabaikan perbedaan antara pembelajaran pelajar
terhadap bahasa dan pembelajarannya dari bahasa. Adapun hakikat utama pada
metode ini adalah mendidik pelajar dan menambah pengetahuannya mengenai
bahasa, asal-asalnya, dasar-dasarnya, dan bagaimana cara menerjemahkannya.
Meskipun mengajarinya pokok bahasa dan secara langsung, ini adalah hal yang
tidak bisa dihindari dari metode yang sangat penting ini, jika tidak maka kamu
d.
abaikan sepenuhnya.
Penggunaan bahasa ibu bagi peserta didik adalah unsur dasar dari unsur-unsur
metode ini, dan tetap ada pada mata pelajaran modern. Penggunaan bahasa
pertama
e.
bagi
pelajar
dalam
pembelajaran
keduanya
adalah
dengan
memperbanyak usaha pada ketidakmampuannya dan menguasai bahasa ini.
Biasanya metode ini membatasai pembelajaran bahasa kedua melalui aktifitas
guru bersama siswa-siswinya di kelas melalui buku panduan yang tidak
menyimpang.
f.
Poin di atas berkaitan dengan kekurangan yang mengarah pada jumlah siswa
yang banyak, khususnya yang terbaik dari mereka.
B. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat kami simpulkan bahwa metode nahwu dan
tarjamah merupakan adopsi dari metode yang diterapkan oleh orang-orang Barat
untuk menerjemahkan bahasa Yunani dan Latin kuno. Langkah awal metode ini
adalah dengan mengajarkan kaidah-kaidahnya kemudian dikembangkan dengan 2
keterampilan bahasa, yaitu membaca dan menerjemahkan.
Metode ini pada dasarnya adalah untuk membantu orang-orang non arab agar
mudah dalam berkomunikasi dengan bahasa arab dan bisa menikmati berbagai budaya
arab, tulisan-tulisannya, teks-teksnya dan sebagainya. Metode ini mulai dengan
pembelajaran kaidah-kaidah bahasa arab dan dikembangkan melalui keterampilan
membaca dan menulis, dan diharapkan para pelajar bisa memahami objek-objek yang
berbahasa arab dan bisa menerjemahkannya ke dalam bahasa pertamanya. Dari
kemampuan ini pula tujuannya adalah agar menimbulkan rasa cinta dan suka pada
bahasa arab. Dengan demikian, pemahaman terhadap kaidah-kaidah bahasa arab dan
penguasaan mufrodat yang banyak merupakan modal pertama dan utama dalam
metode ini.
Ciri-ciri metode ini adalah fokus penelitianya pada membaca dan menerjemah
dan mengabaikan maharah kalam dan istima. Selain itu, dalam metode ini sangat
memperhatikan kaidah-kaidah nahwu dan guru lebih berperan dalam proses
pembelajaran. Namun, karena hanya memperhatikan membaca dan menulis,
sedangkan aktifitas percakapan dan istima tidak diperhatikan dan diabaikan, hal inilah
yang menjadi salah satu kritikan terhadap metode ini.
METODE PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
A. METODE NAHWU DAN PENERJEMAHAN
1. Perkembangan metode
Metode ini dianggap sebagai metode yang paling kuno dalam pembelajaran
bahasa kedua dan berhubungan dengan masa kebangkitan di Negara-negara Eropa, di
mana bahasa Yunani dan Latin kuno banyak diterjemahkan ke negara Barat, selain
perkembangan hubungan antara berbagai negara-negara Eropa, penduduknya merasa
perlu untuk mempelajari 2 bahasa ini. Sehingga banyak respon untuk belajar dan
mengajarkannya. Dalam metode ini terdapat strategi-strategi yang menyeluruh dalam
mengajarkan bahasa kedua pada abad pertengahan. Pendekatan dalam pengajarannya
adalah menjelaskan kaidah-kaidahnya. Dari kaidah itulah diambil untuk mengajarkan
keterampilan-keterampilan bahasa yang lain, khususnya qiro’ah (membaca) dan
tarjamah (menerjemahkan). Pengajaran Nahwu menjadi tujuan utama. Ia dianggap
media untuk mengembangkan ketangkasan otak dan metode berpikir. Penggunaan
metode ini telah menyebar mulai dari tahun 30an pada abad ini.
2. Ciri-ciri metode
Kita bisa meringkas keistimewaan metode nahwu dan tarjamah yang paling
penting dalam pembelajaran bahasa arab sebagai bahasa kedua adalah sebagai berkut :
a. Tujuan utama pengaran bahasa arab sebagai bahasa kedua adalah untuk
menguatkan orang-orang non arab dalam berkomunikasi dengan sumber-sumber
budaya arab dan membaca tulisan-tulisannya serta memahami teks-teksnya.
b. Mengetahui kaidah bahasa arab merupakan syarat utama melatihnya
c. Siswa harus dibantu dalam menulis dengan bahasa arab melalui latihan tarjamah
dari bahasa ibunya ke bahasa Arab.
d. Bekal siswa cukup dengan menghapal mufrodat bahasa arab dalam jumlah yang
banyak, dan pengalamannya adalah dengan setiap mengikuti acara-acara
pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua.
e. Menikmati sastra arab yang tertulis dan menyenanginya merupakan tujuan utama
dari tujuan-tujuan pembelajaran bahasa arab, dan cara satu-satunya untuk
mendapatkannya adalah dengan menerjemahkan satu bahasa ke bahasa lain.
f. Hal ini tidak dibatasai hanya dengan siswa mengetahui kaidah-kaidah bahasa arab
tapi harus mengetahui karakteristik bahasa arab dibandingkan lainnya terutama
bahasa pertamanya pelajar.
g. Semua yang mengarah pada pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua
adalah
mengembangkan
kemampuan
siswa
dalam
bentuk
yang
bisa
menghadapkannya dengan sikap mental pembelajaran yang berbeda-beda dengan
beberapa permasalahannya.
3. Penilaian terhadap metode
Dari perspektif keistimewaan metode nahwu dan tarjamah tadi bisa kita
simpulkan yaitu :
a. Pokok perhatian metode ini ada 2 hal yaitu komunikasi dengan bahasa kedua
dengan metode tarjamah dan menguasai keidah-kaidahnya, dari itu banyak
keterampilan-keterampilan
b.
berbahasa
lainnya
yang
berkaitan
dengan
pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua yang diabaikan.
Jadi, membaca dan menulis menduduki posisi utama dalam pembelajaran bahasa
Arab sebagai bahasa kedua, sedangkan penggunaan bahasa dalam percakapan dan
c.
istima’ adalah hal yang tidak diperhatikan.
Dua poin di atas berkaitan dengan tinjauan terakhir yang mengarah pada metode
nahwu dan tarjamah, yaitu mengabaikan perbedaan antara pembelajaran pelajar
terhadap bahasa dan pembelajarannya dari bahasa. Adapun hakikat utama pada
metode ini adalah mendidik pelajar dan menambah pengetahuannya mengenai
bahasa, asal-asalnya, dasar-dasarnya, dan bagaimana cara menerjemahkannya.
Meskipun mengajarinya pokok bahasa dan secara langsung, ini adalah hal yang
tidak bisa dihindari dari metode yang sangat penting ini, jika tidak maka kamu
d.
abaikan sepenuhnya.
Penggunaan bahasa ibu bagi peserta didik adalah unsur dasar dari unsur-unsur
metode ini, dan tetap ada pada mata pelajaran modern. Penggunaan bahasa
pertama
e.
bagi
pelajar
dalam
pembelajaran
keduanya
adalah
dengan
memperbanyak usaha pada ketidakmampuannya dan menguasai bahasa ini.
Biasanya metode ini membatasai pembelajaran bahasa kedua melalui aktifitas
guru bersama siswa-siswinya di kelas melalui buku panduan yang tidak
menyimpang.
f.
Poin di atas berkaitan dengan kekurangan yang mengarah pada jumlah siswa
yang banyak, khususnya yang terbaik dari mereka.
B. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat kami simpulkan bahwa metode nahwu dan
tarjamah merupakan adopsi dari metode yang diterapkan oleh orang-orang Barat
untuk menerjemahkan bahasa Yunani dan Latin kuno. Langkah awal metode ini
adalah dengan mengajarkan kaidah-kaidahnya kemudian dikembangkan dengan 2
keterampilan bahasa, yaitu membaca dan menerjemahkan.
Metode ini pada dasarnya adalah untuk membantu orang-orang non arab agar
mudah dalam berkomunikasi dengan bahasa arab dan bisa menikmati berbagai budaya
arab, tulisan-tulisannya, teks-teksnya dan sebagainya. Metode ini mulai dengan
pembelajaran kaidah-kaidah bahasa arab dan dikembangkan melalui keterampilan
membaca dan menulis, dan diharapkan para pelajar bisa memahami objek-objek yang
berbahasa arab dan bisa menerjemahkannya ke dalam bahasa pertamanya. Dari
kemampuan ini pula tujuannya adalah agar menimbulkan rasa cinta dan suka pada
bahasa arab. Dengan demikian, pemahaman terhadap kaidah-kaidah bahasa arab dan
penguasaan mufrodat yang banyak merupakan modal pertama dan utama dalam
metode ini.
Ciri-ciri metode ini adalah fokus penelitianya pada membaca dan menerjemah
dan mengabaikan maharah kalam dan istima. Selain itu, dalam metode ini sangat
memperhatikan kaidah-kaidah nahwu dan guru lebih berperan dalam proses
pembelajaran. Namun, karena hanya memperhatikan membaca dan menulis,
sedangkan aktifitas percakapan dan istima tidak diperhatikan dan diabaikan, hal inilah
yang menjadi salah satu kritikan terhadap metode ini.