makalah bahasa Indonesia tentang Ragam B

Minggu, 05 Februari 2012

makalah bahasa Indonesia tentang Ragam Bahasa

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
ada beberapa pendapat para ahli tentang pengertian ragam bahasa :
1. Menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya
dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di
kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam
suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa
baku atau ragam bahasa resmi.
2. Menurut Dendy Sugono, bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua
masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi,
seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku.
Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut
menggunakan bahasa baku.[1]
3. Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, yaitu (1) ragam

bahasa lisan, (2) ragam bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of
speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa
yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya,
dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal,
dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek
tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam
bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu,
sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis
ragambahasa itu berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang
tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata
bahasa dan kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari
yang lain.
Dari beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa bahasa dapat dihasilkan dengan
menggunakan alat ucap disebut ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan
dengan memanfaatkan tulisan (alat tulis) dinamakan ragam bahasa tulis. Di dalam bahasa
Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula kosa kata bahasa
Indonesia ragam baku, yang alih-alih disebut sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia baku.
Kosa kata baasa Indonesia ragam baku atau kosa kata bahasa Indonesia baku adalah kosa kata
baku bahasa Indonesia, yang memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang
dijadikan tolok ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia,

bukan otoritas lembaga atau instansi di dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku.
Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab.
Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di

dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa
ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup
kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi
anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu
diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang
pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.
Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa dibagi berdasarkan :
1. Ragam Bahasa berdasarkan Media pengantarnya atau sarananya
yang terdiri atas :
a. Ragam lisan.
b. Ragam tulis.
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat
menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi
sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya
dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.

Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat
berupa ragam tulis yang standar maupun non standar. Ragam tulis yang standar kita temukan
dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat
menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.[2]
2. Ragam bahasa Berdasarkan situasi dan pemakaian
Ragam bahasa baku dapat berupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa
baku lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya
tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat
yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis
diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan,
struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam
struktur kalimat.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan
besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya.
Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsurunsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri
kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi
pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.[3]
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,

ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam
lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari
ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk
tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu
masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa
dan kosa kata) :

1. Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
a. Ragam bahasa lisan :
- Nia sedang baca surat kabar
- Ari mau nulis surat
- Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
- Mereka tinggal di Menteng.
- Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Saya akan tanyakan soal itu
.
b. Ragam bahasa Tulis :
- Nia sedang membaca surat kabar

- Ari mau menulis surat
- Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
- Mereka bertempat tinggal di Menteng
- Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Akan saya tanyakan soal itu.
2. Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
a. Ragam Lisan
- Ariani bilang kalau kita harus belajar
- Kita harus bikin karya tulis
- Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
b. Ragam Tulis
- Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
- Kita harus membuat karya tulis.
- Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi
standar dan nonstandar.

a. ragam standar,
b. ragam nonstandar,

c. ragam semi standar.
Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap.
Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luas sehingga
memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan
berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modren.[4]
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar,dan semi standar dilakukan berdasarkan :
 topik yang sedang dibahas,
 hubungan antar pembicara,
 medium yang digunakan,
 lingkungan, atau
 situasi saat pembicaraan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar :
 penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
 penggunaan kata tertentu,
 penggunaan imbuhan,
 penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
 penggunaan fungsi yang lengkap.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam
nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung
menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita,

dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar,
kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam
standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan
bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain.
Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri
pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan
dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.
Contoh :
a.

Ibu mengatakan, kita akan pergi besok

b. Ibu mengatakan bahwa kita akan pergi besok

Pada contoh (a) merupakan ragam semi standar dan diperbaiki pada contoh (b) yang
merupakan ragam standar.
Contoh lain :
a.


Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu.

b. Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Kalimat (a) kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan kalimat (b) kehilangan kata depan
(untuk). Dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan. Hal ini menunjukkan
bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi standar.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan
nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah
dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat
kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang.
3.

Ragam bahasa berdasarkan Penutur

1. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek).
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa
Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa
Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing
memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah

tampak padapelafalan/b/pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor,
Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/
seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
2. Ragam bahasa terpelajar
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda
dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa
asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak
berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas.
Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa,
nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan
awalan yang seharusnya dipakai.
contoh:
Ira mau nulis surat
Ira mau menulis surat
Saya akan ceritakan tentang Kancil

Saya akan menceritakan tentang Kancil.

3. Ragam bahasa Resmi dan ragam bahasa tak resmi
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan)

atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan
santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau
petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan
bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku.

Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin
rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Setiap penutur bahasa pada dasarnya mempunyai kemampuan menggunakan
bermacam-macam ragam bahasa. Namun, keterampilan menggunakan nya bukan diperoleh
melalui warisan, melainkan melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupun
pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam /gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu
kurang luasa pergaulan nya.
4.

Ragam bahasa menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam
membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa
yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan

bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang
digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam
lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang
digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah
laras bahasa.

5. Bahasa baku
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, dalam bahasa indonesia terdapat bahasa
baku. Apakah yang dimaksud bahasa baku? Bahasa bakuadalah suatu ragam bahasa
yang dipakai dalam situasi resmi/formal, baik lisan maupun tulisan. Ragam bahasa ini
disusun dengan tujuan agar bahasa indonesia dapat berkembang secara teratur, terarah, dan
terencana. Bukan berarti kita tidak mengakui adanya bahasa non baku. Kedua ragam bahasa
ini tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya dalam berkomunikasi.Bahasa baku
dipakai dalam :
 pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan
kuliah/pelajaran;
 pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen,
dengan pejabat;
 komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang wacana
teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.
 Segi kebahasaan yang telah diupayakan pembakuannya meliputi :
 tata bahasa yang mencakup bentuk dan susunan kata atau kalimat, pedomannya adalah buku
Tata Bahasa Baku Indonesia;
 kosa kata berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI);
 istilah kata berpedoman pada Pedoman Pembentukan Istilah;
 ejaan berpedoman pada Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD);
 lafal baku kriterianya adalah tidak menampakan kedaerahan.
Diluar dari fungsi itu, kita dapat menggunakan bahasa non baku dalam berkomunikasi.
Sebagai contoh, berkomunikasi dengan keluarga dirumah, berbicara dengan teman, apakah
itu dikantin, di bioskopp, atau di plaza, menulis surat untuk pacar atau suami/istri yang jauh
merantau, dan sebagainya.[5]

B. Laras Bahasa

Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam berbagai laras
sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Jadi, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan
pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah, laras ilmiah populer,
laras feature, laras komik, laras sastra, yang masih dapat dibagi atas laras cerpen, laras puisi,
laras novel, dan sebagainya.
Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap laras dapat
disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk standar, semi standar, atau nonstandar.
Laras bahasa yang akan kita bahas dalam kesempatan ini adalah laras ilmiah.
1. Laras llmiah
Dalam uraian di atas dikatakan bahwa setiap laras dapat disampaikan dalam ragam standar,
semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras
ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar.
Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil
pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah
menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab
itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebut penulis.
[6]
Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang
pengarang akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah cerita, sedangkan seorang
penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistis berarti bahwa
peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah dibuktikan
kebenarannya, tetapi tidak secara langsung dialami oleh penulis. Data realistis dapat berasal
dan dokumen, surat keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan lain, bahkan
suatu peristiwa faktual. Faktual berarti bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan yang
diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan dialami oleh penulis (Marahimin, 1994: 378).
Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian,
dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya,
berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus
dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk
menyampaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil
yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menumbangkan sebuah teori berdasarkan
hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan
pesan kepada pembacanya.
Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah sebagai
berikut.
1. Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum
alam pada situasi spesifik.
2. Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan. Dalam
pengertian jujur terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan
kutipan yang jelas.
3. Karya ilmiah disusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan secara terkendali,
konseptual, dan prosedural.
4. Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif
yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.

5. Karya ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan
suatu hipotesis.
6. Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya mengandung
kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan.
Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan
berprasangka. Penyajiannya tidak boleh bersifat emotif.
7. Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya timbul kesan
argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh penyusunan kerangka karangan yang
cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum alam yang diterapkan pada situasi spesifik itu
dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa
pembenaran dan keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dari segi bahasa, dapat dikatakan bahwa karya ilmiah
memiliki tiga ciri, yaitu :
1. harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna
2. harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar
tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan
3. harus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.
Disamping persyaratan tersebut di atas, untuk dapat dipublikasikan sebagai karya ilmiah
ada ketentuan struktur atau format karangan yang kurang lebih bersifat baku. Ketentuan itu
merupakan kesepakatan sebagaimana tertuang dalam International Standardization
Organization (ISO). Publikasi yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam ISO memberikan kesan bahwa publikasi itu kurang valid sebagai terbitan ilmiah.
Struktur karya ilmiah terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, bahan dan
metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, ucapan terima kasih dan daftar pustaka. ISO
5966 (1982) menetapkan agar karya ilmiah terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, kata
kunci, pendahuluan, inti tulisan (teori metode, hasil, dan pembahasan), simpulan, dan usulan,
ucapan terima kasih, dan daftar pustaka.
2. Ragam Bahasa Keilmuan
Menurut Sunaryo, bahwa dalam berkomunikasi, perlu diperhatikan kaidah-kaidah
berbahasa, baik yang berkaitan kebenaran kaidah pemakaian bahasa sesuai dengan konteks
situasi, kondisi, dan sosio budayanya. Pada saat kita berbahasa, baik lisan maupun tulis, kita
selalu memperhatikan faktor-faktor yang menentukan bentuk-bentuk bahasa yang kita
gunakan. Pada saat menulis, misalnya kita selalu memperhatikan siapa pembaca tulisan
kita , apa yang kita tulis, apa tujuan tulisan itu, dan di media apa kita menulis. Hal yang
perlu mendapat perhatian tersebut merupakan faktor penentu dalam berkomunikasi. Faktorfaktor penentu berkomunikasi meliputi : partisipan, topik, latar, tujuan, dan saluran (lisan atau
tulis).
Partisipan tutur ini berupa PI yaitu pembicara/penulis dan P2 yaitu pembaca atau
pendengar tutur. Agar pesan yang disampaikan dapat terkomunikasikan dengan baik, maka
pembicara atau penulis perlu :
(a) mengetahui latar belakang pembaca/pendengar, dan
(b) memperhatikan hubungan antara pembicara/penulis dengan pendengar/pembaca.

Hal itu perlu diketahui agar pilihan bentuk bahasa yang digunakan tepat , disamping
agar pesannya dapat tersampaikan, agar tidak menyinggung perasaan, menyepelekan,
merendahkan dan sejenisnya.
Topik tutur berkenaan dengan masalah apa yang disampaikan penutur ke penanggap
penutur. Penyampaian topik tutur dapat dilakukukan secara : (a) naratif (peristiwa, perbuatan,
cerita), (b) deskriptif (hal-hal faktual : keadaan, tempat barang, dsb.), (c). ekspositoris, (d)
argumentatif dan persuasif.
Ragam bahasa keilmuan mempunyai ciri :
(1) cendekia : bahasa Indonesia keilmuan itu mampu digunakan untuk mengungkapkan hasil
berpikir logis secara tepat.
(2) lugas dan jelas : bahasa Indonesia keilmuan digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah
secara jelas dan tepat.
(3) gagasan sebagai pangkal tolak : bahasa Indonesia keilmuan digunakan dengan orientasi
gagasan. Hal itu berarti penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan,
tidak pada penulis.
(4) Formal dan objektif : komunikasi Ilmiah melalui teks ilmiah merupakan komunikasi formal.
Hal ini berarti bahwa unsur-unsur bahasa Indonesia yang digunakan dalam bahasa Indonesia
keilmuan adalah unsur-unsur bahasa yang berlaku dalam situasi formal atau resmi. Pada lapis
kosa kata dapat ditemukan kata-kata yang berciri formal dan kata-kata yang berciri informal
(Syafi’ie, 1992:8-9).
Contoh :
formal

informal

Korps

korp

Berkata

bilang

Karena

lantaran

3. Laras Ilmiah Populer
Laras ilmiah populer merupakan sebuah tulisan yang bersifat ilmiah, tetapi diungkapkan
dengan cara penuturan yang mudah dimengerti. Karya ilmiah populer tidak selalu merupakan
hasil penelitian ilmiah. Tulisan itu dapat berupa petunjuk teknis, pengalaman dan pengamatan
biasa yang diuraikan dengan metode ilmiah. Jika karya ilmiah harus selalu disajikan dalam
ragam bahasa yang standar, karya ilmiah populer dapat disajikan dalam ragam standar, semi
standar dan nonstandar. Penyusun karya ilmiah populer akan tetap disebut penulis dan bukan
pengarang, karena proses penyusunan karya ilmiah populer sama dengan proses penyusunan
karya ilmiah. Pembedaan terjadi hanya dalam cara penyajiannya.[7]
Seperti diuraikan di atas, persyaratan yang berlaku bagi sebuah karya ilmiah berlaku pula
bagi karya ilmiah populer. Akan tetapi, dalam karya ilmiah populer terdapat pula persoalan
lain, seperti kritik terhadap pemerintah, analisis atas suatu peristiwa yang sedang populer di
tengah masyarakat, jalan keluar bagi persoalan yang sedang dihadapi masyarakat, atau
sekedar informasi baru yang ingin disampaikan kepada masyarakat.

Jika karya ilmiah memiliki struktur yang baku, tidak demikian halnya dengan karya
ilmiah populer. Oleh karena itu, karya ilmiah populer biasanya disajikan melalui media surat
kabar dan majalah, biasanya, format penyajiannya mengikuti format yang berlaku dalam laras
jurnalistik. Pemilihan topik dan perumusan tema harus dilakukan dengan cermat. Tema itu
kemudian dikerjakan dengan jenis karangan tertentu, misalnya narasi, eksposisi, argumentasi,
atau deskripsi. Secara lebih rinci lagi, penulis dapat mengembangkan gagasannya dalam
berbagai bentuk pengembangan paragraf seperti pola pemecahan masalah, pola kronologis,
pola perbandingan, atau pola sudut pandang.[8]

C. Variasi Bahasa
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang
tidak homogen. Variasi bahasa ada beberapa macam yaitu :
 Variasi bahasa dari segi penutur
Yaitu variasi bahasa yang muncul dari setiap orang baik individu maupun sosial.
 Variasi bahasa dari segi pemakaian
Yaitu Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau funsinya disebut fungsiolek atau
register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau
bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan
sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling nampak cirinya adalah dalam
hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak
digunakan dalam bidang lain.
 Variasi bahasa dari segi keformalan
Variasi bahasa dari segi keformalan ada beberapa macam yaitu :
 Variasi Baku (frozen)
Adalah variasi bahasa yang paling formal yang digunakan pada situasi hikmat seperti upacara
kenegaraan dan khotbah.
 Variasi Resmi (formal)
Adalah Variasi bahasa yag digunakan pada kegiatan resmi atau formal seperti surat dinas dan
pidato kenegaraan.
 Variasi Usaha (konsultatif)
Adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa. Seperti pembicaraan di sekolah
dan rapat.
 Variasi santai (casual)
Adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi. Seperti perbincangan dalam
keluarga atau perbincangan dengan teman.
 Variasi akrab (intimate)
Adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah
akrab.
 Variasi bahasa dari segi sarana
Adalah variasi bahasa yang dapat dilihat dari sarana atau jalur yang digunakan. Seperti
telepon, telegraf dan radio.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Seiring dengan perkembangannya bahasa indonesia memiliki banyak ragam dan
variasi namun semua menambah kekayaan bahasa Indonesia sendiri. Karena salah satu
negara yang maju dapat dilahat dari bahasa nya. Berdasarkan data-data dan fakta dilapangan
menunjukkan masih banyak orang-orang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang
baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Baik dari segi baku dan tidak
bakunya suatu bahasa maupun dari segi penuturan dan penulisan nya. Jadi dilihat dari
fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan
bisa berinteraksi sesama yang lain.
B. Saran
Maka kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasa
Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari
bagaimana kita menggunakan bahasa yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh
bangsa lain. Mudah-mudahan uraian singkat diatas dapat memberi sumbang sih bagi
pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan, demi
kesempurnaan karya tulis kami ini yang berjudul ”Ragam Bahasa”. Dan atas bimbingan dan
saran-saran Bapak/ibu pembimbing, saya ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
.
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Sabariyanto, Dirgo.1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta
Arifin. E. Zainal. 1990 Berbahasa indonesialah dengan benar. Jakarta : Mediyatama Sarana
Perkasa
Edi. Syaputra, Bahasa Indonesia. 2008
Hadi, farid. 1992. Petunjuk praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta.

[1] Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar, Jakarta. Halaman 9
[2] Badudu, J.S. 1990, Inilah Bahasa Indonesia yang benar. Jakarta : Gramedia
[3] Edi syaputra, bahasa indonesia.halaman 17
[4] Badudu, J.S. 1990. Inilah Bahasa Indonesia yang benar. Jakarta : Gramedia
[5] Arifin, E. Zainal. 1990. Berbahasa Indonesialah dengan benar. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa
[6] Soeseno, 1981: halaman 1.
[7] Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar, Jakarta. Halaman 11
[8] Edi, Syaputra. Bahasa Indonesia.h 21
Diposkan oleh Rudi Al-Fakir di 05.21

Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :
Sarah Faradita (28113259)
3KB01
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
Universita Gunadarma
Tahun Ajaran 2015/2016
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan pada kita semua
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dimana makalah ini
membahas tentang ragam bahasa.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari banyak pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah
ini.
Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini, kami harapkan makalah ini dapat bermanfaat dan mampu
menambah wawasan bagi semua orang.
Daftar Isi
Kata
Pengantar…………………………………………………………………………………
…..
Daftar
Isi………………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
…………………………………………………………………………………
1.2 Rumusan
Masalah……………………………………………………………………………..
1.3
Tujuan…………………………………………………………………………………………
…..
1.4
Manfaat…………………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya
Bahasa……………………………………………………………………………..

2.2 Pengertian Ragam
Bahasa……………………………………………………………………
2.3 Sebab Terjadinya Ragam Bahasa………………………………………………………….
2.4 Macam-macam Ragam Bahasa……………………………………………………………..
2.4.1 Ragam Bahasa Menurut Cara Berkomunikasi……………………………………….
2.4.2 Ragam Bahasa Indonesia Menurut Cara Pandang Penutur……………………..
2.4.3 Ragam Bahasa Menurut Topik Pembicaraan…………………………………………
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan……………………………………………………………………………………
…….
3.2
Saran……………………………………………………………………………………………
………
Daftar
Pustaka………………………………………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh
masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak
semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar, salah satunya pada
penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus
Besar Bahasa Indonesia oleh karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting
untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan

dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia
tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar dan
mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam
bahasan bahasa Indonesia dimana ragam bahasa yaitu variasi bahasa Indonesia yang
digunakannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini
yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan , karena lebih banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi, pidato,ceramah,dll.
1.2

Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan ragam bahasa?
2. Apa saja macam-macam ragam bahasa?
3. Bagaimana cara menggunakan ragam bahasa yang baik dan benar?
1.3

Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang ragam bahasa Indonesia dan
macam-macam ragam bahasa Indonesia ditinjau dari berbagai aspek. Dan memenuhi tugas
bahasa Indonesia.
1.4

Manfaat

Manfaat dibuatnya makalah ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan ragam
bahasa.
2. Mengetahui adanya berbagai ragam bahasa Indonesia yang sering
digunakan.
3. Penggunaan ragam bahasa.
4. Contoh-contoh ragam bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pentingnya Bahasa

Manusia merupakan makhluk sosial. Makhluk yang tidak dapat hidup sendiri atau individu.
Manusia sangat membutuhkan manusia lain dalam menjalankan aktivitas. Salah satu contoh
penggunaan bahasa yaitu komunikasi dengan orang lain.
Kamus Besar Bahasa Indonesia secara terminology mengartikan bahasa sebagai sistem
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk
bekerjasama, berinteraksi, dan mengindentifikasikan diri. Gorys Keraf (1994:1) memberikan
pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga mencakup dua bidang, yaitu bunyi vokal
dan arti atau makna. Bahasa sebagai bunyi vokal berarti sesuatu yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia berupa bunyi yang merupakan getaran yang merangsang alat pendengar.
Sedangkan bahasa sebagai arti atau makna berarti isi yang terkandung di dalam arus bunyi
yang menyebabkan reaksi atau tanggapan orang lain.
Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat Indonesia. Bahasa juga
menunjukkan perbedaan antara satu penutur dengan penutur lainnya, tetapi masing-masing
tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu kesatuan sehingga mampu menyesuaikan
dengan adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat. Selain itu, fungsi bahasa juga melambangkan
pikiran atau gagasan tertentu, dan juga melambangkan perasaan, kemauan bahkan dapat
melambangkan tingkah laku seseorang.
Tanpa adanya bahasa didalam kehidupan bermasyarakat, maka kita akan sulit untuk
menyampaikan maksud dalam melakukan suatu tindakan. Baik itu secara langsung melalui
ucapan yang keluar dari ucapan kita, ataupun tulisan yang kita tulis untuk disampaikan.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan
kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk
berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam
lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial.
2.2

Pengertian Ragam Bahasa

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam
yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam
karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam

surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa
resmi.
Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah
penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau
di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti
di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa
terdiri dari:
(1) Ragam bahasa lisan
(2) Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur
dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis.
Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita menggunakan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita
menggunakan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam
kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya
huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam
bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi
sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula
kesamaannya. Meskipun ada kedekatan aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing
memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.
2.3

Sebab Terjadinya Ragam Bahasa

Ragam bahasa timbul seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasivariasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannnya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi
fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk
memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar.
2.4

Macam-Macam Ragam Bahasa

Ragam bahasa memiliki jumlah yang sangat banyak karena penggunaan bahasa sebagai alat
komunikasi tidak terlepas dari latar budaya penuturnya yang berbeda-beda. Selain itu,

pemakaian bahasa juga bergantung pada pokok persoalan yang dibicarakan serta keperluan
pemakainya.
Ragam bahasa di bagi berdasarkan beberapa cara yang pertama berkomunikasi yaitu: (1)
Ragam Lisan, dan (2) ragam tulisan, kedua berdasarkan cara pandang penutur yaitu: (1)
Ragam Dialek, (2) ragam terpelajar, (3) ragam resmi, dan (4) ragam tak resmi, berdasarkan
pesan komunikasi yaitu (1) ragam politik, (2) ragam hukum, (3) ragam pendidikan, (4) ragam
sastra, dan sebagainya.
2.4.1 Ragam Bahasa Menurut Cara Berkomunikasi
1. Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar
terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di
dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam
ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam
memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam
lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari
ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk
tulis, ragam
bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masingmasing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:
1. Memerlukan orang kedua/teman bicara;
2. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
3. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi
serta bahasa tubuh.
4. Berlangsung cepat;
5. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
7. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

8. Di pengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Contoh ragam lisan
Penggunaan Bentuk Kata
– Nia sedang baca surat kabar.
– Ari mau nulis surat.
– Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
– Mereka tinggal di Medan.
– Jalan layang itu untuk mengatasi kamacetan lalu lintas
Penggunaan Kosa Kata
– Alzeta bilang kalau kita harus belajar.
– Kita harus bikin karya tulis.
– Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
Penggunaan Struktur Kalimat
– Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
– Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Jakarta
1. Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak
ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis
diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan,
struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam
struktur kalimat.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan media tulis seperti
kertas dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata
cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya
kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata atau pun susunan kalimat, ketepatan
pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca daam mengungkapkan
ide. Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat
kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah
remaja, iklan, atau poster.
Ciri-ciri ragam tulis :
1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.
2. Bersifat objektif.

3. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu.
4. Mengemban konsep makna yang jelas.
5. Harus memperhatikan unsur gramatikal.
6. 6.
Berlangsung lambat.
7. Jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya juga jeas, dan runtut.
8. 8.
Selalu memakai alat bantu;
9. 9.
Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
10.
10.
Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik
muka, hanya terbantu dengan tanda baca.
Ketentuan-ketentuan ragam tulis :
1. Memakai ejaan resmi.
2. Menghindari unsur kedaerahan.
3. Memakai fungsi gramatikal secara eksplisit.
4. Memakai bentuk sintesis.
5. Pemakaian partikel secara konsisten.
6. Menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah
Kelebihan ragam bahasa tulis :
1. Informasi yang disajikan bisa pilih untuk dikemas sebagai media
atau materi yang menarik dan menyenangkan.
2. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan
masyarakat.
3. Sebagai sarana memperkaya kosakata.
4. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan
informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu
mencanggihkan wawasan pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
1. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan
tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
2. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika
harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cendrung
miskin daya pikat dan nilai jual.
3. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat
diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan
keseksamaan yang lebih besar.
Contoh ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.’
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan
kosa kata):

Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
1. Ragam bahasa lisan:


Nia sedang baca surat kabar



Ari mau nulis surat
1. Ragam bahasa tulis:



Nia sedang membaca surat kabar.



Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.



Mereka bertempat tinggal di Menteng



Akan saya tanyakan soal itu.

Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:
1. Ragam Lisan


Ariani bilang kalau kita harus belajar



Kita harus bikin karya tulis



Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
1. Ragam Tulis



Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar



Kita harus membuat karya tulis.



Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.

Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi
standar dan nonstandar. Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan
aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes
sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan

perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998:
14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan:
1.
2.
3.
4.
5.

Topik yang sedang dibahas,
Hubungan antarpembicara,
Medium yang digunakan,
Lingkungan, atau
Situasi saat pembicaraan terjadi

Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandard adalah sebagai
berikut:


Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,






Penggunaan
Penggunaan
Penggunaan
Penggunaan

kata tertentu,
imbuhan,
kata sambung (konjungsi), dan
fungsi yang lengkap.

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam
nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung
menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut
diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam
nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar
dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk
baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam
ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan
nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah
dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat
kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang.
Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita
menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang juga
muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Misalnya, pembeda intonasi ini hanya
ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis. Beberapa penyusun buku
seperti E.Zaenal Arifin dan S.Amran Tasai (1999:18-19) mengatakan bahwa pada dasarnya,
ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku.

Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga
masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa
dalam penggunaannya atau ragam bahasa yang dipakai jika kawan bicara adalah orang yang
dihormati oleh pembicara, atau jika topik pembicaraan bersifat resmi (mis. Surat-menyurat
dinas, perundang-undangan, karangan teknis), atau jika pembicara dilakukan didepan umum.
Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang
menyimpang dari norma ragam baku.
Ragam baku itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. a) Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau katarasa dibubuhi awalan pe-, akan
terbentuk kata perasa. Kataraba dibubuhi pe-, akan terbentuk kata peraba. Oleh karena
itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe-, akan menjadi perajin,
bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata pengrajin tidak dapat kita
terima.
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu
orang yang berlangganan dan toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya
disebutlangganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.
1. b) Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi.
Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh
pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal
(sekolah).
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam
otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang
jelas dalam otak pendengar atau pembaca.
1. c) Seragam
Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses
penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik
keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai
istilah pramugara danpramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa
pelayan kapal terbang disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata
itu menjadi ragam baku.
Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini tidak disepekati untuk
dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialahpramugara atau pramugari.

Dalam berbahasa Indonesia, kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam tulis, ragam baku
dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu muncul ragam baku tulis dan ragam baku lisan. Ragam
baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau bukubuku ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang mendahulukan ragam baku tulis secara nasional.
Usaha itu dilakukan dengan menerbitkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang tercantum
dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan.
Dalam masalah ragam baku lisan, ukuran dan nilai ragam baku lisan ini bergantung pada
besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dikatakan
berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh
logat atau dialek daerahnya.
2.4.2

Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur

Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi menjadi empat, yaitu: Ragam
Dialek, Ragam Terpelajar, Ragam Resmi, dan Ragam Takresmi.
1. Ragam Dialek
Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok banhasawan
ditempat tertentu(lihat Kridalaksana, 1993:42). Dalam istilah lama disebut
denganlogat.logat yang paling menonjol yang mudah diamati ialah lafal (lihat Sugono,
1999:11). Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/pada posisi awal
nama-nama kota, seperti mBandung, mBayuw

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111