SISTEM PENENTUAN HARGA POKOK PESANAN Na (1)

“SISTEM PENENTUAN HARGA POKOK PESANAN”
Nama : Hardi
NIM : F01110023
M.K : Akuntansi Manajemen

“SISTEM PENENTUAN HARGA POKOK PESANAN”
A. Pengukuran dan Pembebanan Kos (Harga Pokok)
Pengukuran biaya atau penentuan biaya (cost measurement) adalah penentuan jumlah
(rupiah) bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang digunakan atau
dikonsumsi dalam produksi. Nilai rupiah dapat berarti jumlah rupiah yang benar-benar
dikeluarkan atau jumlah rupiah yang diperkirakan akan terjadi. Proses menghubungkan biaya
dengan unit yang diproduksi disebut dengan pembebanan biaya (cost assignment).
1. Manfaat informasi kos (harga pokok) per unit bagi perusahaan manufaktur
Kos per unit merupakan potongan informasi yang penting bagi sebuah perusahaan
manufaktur, karena informasi ini dapat digunakan untuk menilai persediaan, menentukan laba
(harga pokok barang yang terjual), dan membuat berbagai keputusan penting. Penyajian kos
persediaan dan penentuan laba merupakan hal yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan
setiap periode. Untuk dapat melaporkan berapa nilai persediaan di dalam neraca, perusahaan
harus memiliki data tentang jumlah unit barang yang ada di gudang dan harga pokok per unit
produk.
Apakah informasi kos per unit mencakup seluruh biaya manufaktur, atau hanya

memasukkan unsur biaya variabel saja, sangat tergantung pada maksud dan tujuan penyajian
informasi tersebut. Untuk tujuan pelaporan keuangan, informasi tentang kos harus mencakup
seluruh informasi kos per unit (informasi penuh atau absorpsi). Jika sebuah perusahaan
beroperasi di bawah kapasitas penuh, maka informasi kos yang disajikan hanya informasi kos
incremental saja untuk memutuskan apakah perusahaan akan menerima atau menolak sebuah
pesanan khusus. Dengan demikian kandungan informasi kos yang disajikan tergantung pada
tujuannya. Hal ini dikenal dengan istilah different costs for different purposes.
2. Manfaat informasi (harga pokok) per unit bagi perusahaan jasa
Bagi perusahaan jasa, pertama kali yang harus dilakukan adalah mengidentifikasiunitunit jasa yang akan dihasilkan. Perusahaan jasa menggunakan data kost untuk kepentingan
yang sama dengan perusahaan manufaktur, yaitu untuk menentukan kemampulabaan,
kelayakan peluncuran produk (jasa) baru, dan sebagainya. Namun demikian, karena
perusahaan jasa tidak menghasilkan produk fisik (barang) tentunya perusahaan jasa tidak
perlu menilai persediaan barang dalam proses, dan persediaan produk jadi. Meskipun
demikian, karena perusahaan jasa memiliki suplais, tentunya persediaan suplais tersebut perlu
dinilai meskipun hanya menggunakan kos historis.
3. Pembuatan informasi kos (harga pokok) per unit
a. Pengukuran Kos

Pengukuran kos dapat dilakukan dengan menggunakan system penentuan kos
sesuangguhnya (actual costing) dan penentuan kos normal (normal costing).

b. Pembebanan Kos
Pembebanan kos dapat dilakukan dengan metoda penentuan kos (harga pokok) pesanan
(job order costing), dan penentuan kos (harga pokok) proses (process costing).
Kombinasi atau gabungan antara metoda pengukuran dan pembebanan kos akan
membentuk sebuah sistem akuntansi biaya. Contohnya, gabungan antara pengukuran kos
sesungguhnya dan pembebanan kos pesanan akan membentuk system kos pesanan. Secara
keseluruhan, kombinasi antara keduanya akan membentuk 4 alternatif system akuntansi biaya
sebagaimana digambarkan dalam matriks berikut :
Gambar
Empat Kemungkinan Sistem Akuntansi Biaya
Pembebanan kos

Pengukuran kos
Pesanan- sesungguhnya Pesanan- normal
Proses- sesungguhnya
Proses- normal

B. Perbandingan Antara Penentuan Harga Pokok (Kos) Pesanan Dan Penentuan Harga
Pokok (Kos) Proses
1. Produksi berbasis pesanan dan penentuan kos (harga pokok) pesanan

Perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan menghasilkan produk yang sangat
bervariasi dan satu sama lain berbeda. Setiap pesanan menghendaki spesifikasi produk yang
unik sesuai dengan selera pemesanan.
Untuk system produksi berbasis pesanan, biaya produksi dikumpulkan per kerjaan.
Pendekatan ini disebut dengan system penentuan kos (harga pokok) pesanan. Dalam sebuah
perusahaan berbasis pesanan, pengumpulan biaya per pekerjaan menghasilkan informasi
penting bagi manajemen. Jika proses produksi telah selesai, kos per unit dapat dihitung
dengan cara membagi total biaya produksi dengan jumlah unit yang diproduksi (untuk
pesanan atau pekerjaan tertentu).
2. Produksi massal dan penentuan kos (harga pokok) proses
Perusahaan yang berproduksi masal biasanya membuat produk dlam jumlah banyak dan
bersifat homogen, setiap produk tidak mudah dibedakan satu sama lain. Perusahaan yang
berproduksi masal mengumpulkan biaya produksi berdasarkan proses atau per departemen
produksi untuk satu periode produksi tertentu. Keluaran untuk sebuah proses pada periode
pemprosesan yang sama dapat diukur. Kos per unit dapat dihitung dengan cara membagi total
biaya produksi untuk satu periode dengan output untuk periode yag sama. Pendekatan ini
disebut dengan system penentuan harga pokok proses.
Gambar
Perbandingan Antara System Penentuan Harga Pokok Pesanan
Dan System Penentuan Harga Pokok Proses

Penentuan Harga Pokok
Pesanan

Penentuan Harga Pokok Proses

Produk bersifat heterogen

Produk bersifat homogen
Biaya produksi dikumpulkan
Biaya produksi dikumpulkan berberdasarDasarkan pesanan (job)
Kan proses atau departemen
Kos per unit dihitung dengan
cara
Kos per unit dihitung dengan cara
Membagi total biaya produksi
per
Membagi total biaya produksi untuk
Satu periode dengan jumlah unit
Pesanan dengan jumlah unit yang
yang

Dihasilkan untuk pesanan yang
Diproduksi dalam periode yang
bersama
Sangkutan

C. Perbandingan Antara Penentuan Harga Pokok Normal Dan Penentuan Harga Pokok
Sesungguhnya
1. Penentuan harga pokok (kos) sesungguhnya (actual costing)
System harga pokok sesungguhnya adalah cara penentuan harga pokok produk
berdasarkan seluruh pengeluaran (bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead)
yang benar-benar terjadi (dikonsumsi oleh produk). Kos sesungguhnya ini kemudian
digunakan untuk menentukan kos per unit. Dengan metode ini, maka informasi kos per unit
hanya dapat disajikan tepat waktu apabila periodeyang digunakan relative pendek, misalnya
satu bulan. Dengan periode yang pendek ini rata-rata biaya overhead per unit dapat secara
tepat, karena biaya overhead berfluktuasi secara tajam dari bulan satu ke bulan berikutnya.
2. Penentuan harga pokok normal (normal costing)
System penentuan harga pokok produk berdasarkan biaya normal, merupakan kombinasi
antara biaya yang sesungguhnya terjadi (untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung), dengan biaya yang jumlahnya ditaksir (untuk biaya overhead pabrik). System ini
dipakai untuk mengatasi persoalan yang muncul pada system penentuan harga pokok

sesungguhnya. Persoalan yang sering muncul dengan menggunakan system ini adalah bahwa
biaya overhead pabrik yang ditaksir dan dibebankan kepada produk, secara akumulatif
berbeda dengan biaya overhead yang sesungguhnya terjadi. Jika kesalahan pengukuran
jumlahnya kecil, maka selisih antara harga pokok normal dan harga pokok sesungguhnya
tidak signifikan.
Umumnya perusahaan membenankan biaya overhead pabrik dengan basis tariff
ditentukan di muka. Jika system harga pokok pesanan menggunakan biaya sesungguhnya
terjadi untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, dan menggunakan biaya
yang ditaksir untuk biaya overhead pabrik, maka system ini disebut dengan system harga
pokok pesanan normal. Demikian pula untuk perusahaan yang menggunakan system harga
pokok proses dengan pola yang sama, maka system ini disebut dengan system harga pokok
proses normal.
D. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik
1. Tarif overhead ditentukan di muka

Perbedaan pokok antara harga pokok sesungguhnya dan harga normal adalah pada
penggunaan tariff overhead ditentukan di muka. Tariff ini dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Tariff Overhead = Anggaran Overhead / Anggaran Tingkat Kegiatan
Anggaran overhead merupakan biaya overhead yang diperkirakan akan terjadi pad tahun

yang akan datang. Estimasi tersebut dibuat berdasarkan biaya overhead yang terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya, kemudian disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang
diperkirakan akan terjadi pad tahun depan. Selain itu, untuk menghitung tarif juga diperlukan
input berupa anggaran tingkat kegiatan, yang merupakan penyebut. Untuk mnghasilkan input
kedua ini, ada dua langkah yang perlu dilakukan yaitu pertama dengan mengidentifikasi
ukuran aktivitas produksi, kedua menaksir tingkat kegiatan untuk periode mendatang.
2. Mengukur aktivitas produksi
Dalam pembebanan biaya overhead pabrik, perlu dilakukan pemilihan dasar aktivitas
yang berhubungan erat dengan konsumsi overhead. Hal ini akan menjamin bahwa setiap jenis
produk menerima alokasi biaya overhead secara akurat dan adil. Meskipun tersedia banyak
alternative dasar aktivitas, namun ukuran yang paling banyak dipakai adalah :
-

Jumlah unit diproduksi

-

Jam tenaga kerja langsung

-


Biaya tenaga kerja langsung

-

Jam mesin

-

Biaya bahan baku langsung
Dari lima alternative tersebut, ukuran aktivitas produksi yang paling logis adalah jumlah
unit yang diproduksi. Jika perusahan hanya menghasilkan satu jenis produk, maka tentunya
biaya overhead yang terjadi adalah hanya untuk menghasilkan produk tersebut, dan biaya
overhead pabrik untuk periode tersebut dengan mudah dapat ditelusuri langsung ke output
periode berjalan. Dalam kondisi seperti ini, harga produk per unit dengan mudah dapat
dihitung secara akurat. Namnun demikian, dalam praktik ternyata umumnya perusahaan
mengasilkan lebih dari satu jenis produk. Karena setiap jenis produk mengkonsumsi overhead
dalam porsi yang berbeda, maka muncul persoalan alokasi biaya overhead yang tidak akurat.

3. Pemilihan tingkat kegiatan

Tingkat aktivitas yang diharapkan adalah tingkat produksi yang diharapkan akan dicapai
oleh perusahaan pada tahun yang akan datang. Tingkat aktivitas normal adalah aktivitas ratarata beberapa tahun yang lalu.
4. Konsep dasar pembebanan biaya overhead
Tariff biaya overhead yang ditentukan dimuka, digunakan untuk membebankan biaya
overhead ke produksi. Total biaya overhead yang dibebankan ke produksi disebut biaya
overhead pabrik dibebankan. Biaya overhead pabrik yang dibebankan dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
BOP Dibebankan = Tariff X Tingkat Kegiatan Sesungguhnya

Pengukuran aktivitas produksi yang digunakan untuk menghitung tariff BOP harus sama
dengan ukuran aktivitas produksi sesungguhnya. Jika tariff BOP dihitung atas dasar jam
tenaga kerja langsung, maka BOP harus dibebankan atas dasar tenaga kerja langsung yang
sesungguhnya dikonsumsi. BOP dapat dibebankan setipa hari, setiap minggu, setiap bulan,
atau setiap periode waktu lainnya sesuai dengan kebutuhan. Dalam upaya untuk memahami
konsep pembebanan BOP, ada dua poin yang perlu digaris bawahi, yaitu :
a.

BOP yang dibebankan digunakan sebagai dasar untuk menghitung BOP per unit

b. BOP yang dibebankan jarang berjumlah sama dengan BOP sesungguhnya.

5. Disposisi /perlakuan selisih biaya overhead pabrik
Dari perspektif penentuan harga pokok sesungguhnya, selisih harga overhead
menggambarkan adanya kesalahan dalam pembebanan BOP kepada produk. Pada akhir
periode pelaporan, sesuatu harus dikerjakan berkenaan dengan adanya selisih BOP. Biasanya
selisih diperlakukan sebagai berikut :
-

Seluruh biaya BOP dialokasikan ke harga pokok penjualan

-

Selisih BOP dialokasikan ke persediaan barang dalam proses, persediaan produk jadi, dan ke
harga pokok penjualan secara proporsional.
Alokasi Ke Harga Pokok Penjualan. Praktik yang umum terjadi dalam memperlakukan
selisih BOP adalah membebankan seluruh selisih BOP ke harga pokok penjualan. Praktik ini
didasarkan atas dasar materialitas. Metoda ini cocok digunakan apabila selisih apabila BOP
jumlahnya tidak material. Dengan demikian selisih BOP akan ditambahkan ke harga pokok
penjualan jika selisih tersebut merupakan selisih kurang dibebankan, dan dikurangkan dari
harga pokok penjualan jika selisih tersebut merupakan selisih lebih dibebankan.
Alokasi ke Rekening Produksi. Jika selisih BOP jumlahnya material, maka selisih ini

harus dialokasikan ke produksi periode berjalan. Secara konsep, BOP untuk satu periode
merupakan milik produksi periode tersebut. Oleh karena itu, BOP untuk sebuah periode harus
dihubungkan dengan barang yang diproses pada periode yang bersangkutan, baik barang
yang belum selesai dibuat (barang dalam proses), barang yang telah selesai namun belum
dijual (persediaan produk jadi) maupun barang yang telah selesai dan telah dijual (harga
pokok penjualan). Karena BOP dikonsumsi oleh ketiga kelompok rekening ini, maka selisih
BOP yang muncul harus pula dialokasikan kepada ketiganya secara proporsional.

E. Penentuan Harga Pokok Pesanan
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan ke produk bersama
dengan biaya overhead pabrik yang berbasis tariff. Untuk dapat membebankan biaya-biaya
tersebut, pertama-tama kita harus mengidentifikasi setiap pesanan, biaya bahan baku, dan
biaya tenaga kerja yang dikonsumsi oleh pesanan tersebut. Selain itu, kita juga akan
membebankan biaya overhead kepada pesanan. Dokumen yang digunakan untuk
mengidentifikasi setiap pesanan dan untuk mengumpulkan biaya-biaya manufaktur disebut
kartu harga pokok pesanan (job-order cost sheet).
1. Bukti permintaan bahan baku (material requisition)
Biaya bahan baku yang dibebankan kepada sebuah pesanan dengan menggunakan sebuah
dokumen yang disebut dengan formulir/bukti permintaan bahan baku. Bukti permintaan
bahan baku juga memberikan informasi lain seperti nomor, tanggal, dan tanda tangan bukti

permintaan bahan baku. Informasi tersebut bermanfaat untuk melakukan pengendalian
terhadap bahan baku yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Kartu jam kerja
Biaya tenaga kerja langsung juga harus dihubungkan dengan setiap pesanan yang
mengkonsumsinya. Konsumsi tenaga kerja ini direkam dalam sebuah dokumen yang disebut
kartu jam kerja (job-time ticket). Jika seorang karyawan mengerjakan sebuah pekerjaan
(pesanan), maka karyawan tersebut mengisi kartu jam kerja yang mengidentifikasi nama
karyawan, tariff upah, jam kerja, dan nomor pesanan. Kartu ini dikumpulkan setiap hari dan
diserahkan kepada bagian akuntansi. Oleh bagian akuntansi, kartu jam kerja digunakan
sebagai dasar untuk mencatat konsumsi tenaga kerja ke kartu harga pokok pesanan yang
bersangkutan.
3. Pembebanan overhead
Pesanan akan dibebani dengan overhead dengan menggunakan tariff BOP yang telah
ditentukan sebelumnya. Biasanya, untuk mengukur konsumsi BOP, perusahaan menggunakan
data jam tenaga kerja langsung.
4. Perhitungan harga pokok per unit
Jika sebuah perusahaan telah selesai, maka jumlah biaya manufaktur dapat dihitung
dengan cara menjumlahkan seluruh biaya bahan baku, biaya tenaga kerja yang dikonsumsi,
dan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada pesanan bersangkutan. Untuk
menentukan harga pokok per unit, maka hasil penjumlahan ketiga elemen biaya manufaktur
tersebut dibagi dengan jumlah unit produk yang dibuat.
F. Aliran Biaya Pada System Penentuan Harga Pokok Pesanan
Aliran biaya adalah aliran data biaya sejak dilakukan pengakuan dan pencatatan data
biaya, sampai dengan pelaporan biaya tersebut dalam laporan laba/rugi.

Dokumen yang terkait

ANALISIS ELASTISITAS TRANSMISI HARGA IKAN LEMURU DI DAERAH PENANGKAPAN IKAN KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI

23 357 18

SISTEM OTOMATISASI SONAR (LV MAX SONAR EZ1) DAN DIODA LASER PADA KAPAL SELAM

15 214 17

ANALISIS SISTEM TEBANG ANGKUT DAN RENDEMEN PADA PEMANENAN TEBU DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (Persero) PABRIK GULA DJOMBANG BARU

36 327 27

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA DENGAN MODEL PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS V SDN GAMBIRAN 01 KALISAT JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 24 17

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

SIMULASI SISTEM KENDALI KECEPATAN MOBIL SECARA OTOMATIS

1 82 1

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERNAK ITIK PETELUR DENGAN SISTEM INTENSIF DAN TRADISIONAL DI KABUPATEN PRINGSEWU

10 119 159

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60