Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif T (2)

JURNAL ILMIAH
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
GROUP INVESTIGATION (GI) DENGAN MENGGUNAKAN LKS

TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATERI POKOK
STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR PADA SISWA
KELAS XI IPA SMAN 2 GERUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

OLEH:
MIFTAHUL AINI
NIM. E1M 011 025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2015

1

HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH


PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
GROUP INVESTIGATION (GI) DENGAN MENGGUNAKAN LKS

TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATERI POKOK
STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR PADA SISWA
KELAS XI IPA SMAN 2 GERUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

OLEH:
MIFTAHUL AINI
NIM. E1M 011 025

2

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
GROUP INVESTIGATION (GI) DENGAN MENGGUNAKAN LKS

TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATERI POKOK
STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR PADA SISWA
KELAS XI IPA SMAN 2 GERUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Miftahul Aini1), Jeckson Siahaan2), Sukib3)
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, 2)3) Dosen Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram
Jl. Majapahit 62 Mataram 83125 Indonesia
Email: ain_aja@mail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation (GI) dengan menggunakan LKS terhadap kemampuan memecahkan
masalah materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur pada kelas XI IPA SMAN 2
Gerung. Penelitian ini merupakan penelitian quasi exsperiment dengan desain penelitian
nonequivalent control group design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMA
Negeri 2 Gerung sebanyak 60 orang siswa, dan pengambilan sampel dengan teknik sampling
jenuh. Penentuan kelas didasarkan pada uji homogenitas data pre-test. Kelas yang dijadikan
sampel adalah kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran
kooperatif tipe GI, dan XI IPA 2 sebagai kelas kontrol yang diberikan pembelajaran
konvensional (ceramah dan diskusi). Berdasarkan analisis data diperoleh nilai rata-rata posttest kelas eksperimen yaitu 72,83 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata
posttest yaitu 53,52. Data penelitian dianalisis menggunakan uji anakova dimana diperoleh
Fhitung = 37,37, sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan db = 1 : 46 adalah 4,05,
sehingga Fhitung > Ftabel . Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe group investigation dengan menggunakan LKS memberikan pengaruh yang
lebih baik secara signifikan daripada model konvensional terhadap kemampuan memecahkan
masalah materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur pada siswa kelas XI IPA
SMAN 2 Gerung Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kata kunci: Pembelajaran kooperatif tipe GI, kemampuan memecahkan masalah, dan
struktur atom dan sistem periodik unsur

ABSTRACT

The objective of this research is to find the effect of group investigation (gi) type cooperative
learning model by using LKS on the problem solving ability of atomic structure and the
periodic system learning materials of XI-science class, SMAN 2 Gerung. This research is a
quasi experiment with non-equivalent control group design. The research population is
students of XI science class SMAN 2 Gerung as many 60 students and sample was taken by
saturated sampling technique. The class was determined by homogenity pre-test. The XI3

science 1 class was picked as experimental class which was tought an GI type cooperative
learning, and XI-science 2 class as a control class which was tought a conventional method
(speech and discussion). Based on the data analysis, it is concluded that the average posttest
scores for experiment class were 72,83 and 53,52 for control class. Data analysis techniques

using Anacova test which gained Fhitung = 37,37, while Ftable at significance level of 5% with
db = 1: 46 is 4,05, so Fhitung> Ftabel . This shows that the implementation of group investigation
(gi) type cooperative learning model using LKS gives better significantly effect than
conventional models on problem solving ability of atomic structure and the periodic system
learning materials of xi-science class of SMAN 2 Gerung at 2015/2016 academic year.
Keyword: GI type cooperative learning, problem solving ability, atomic structure and the

periodic system materials
PENDAHULUAN
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan segala sesuatu tentang materi
seperti hakikat, susunan, sifat-sifat, perubahan, serta energi yang menyertai perubahannya
(Purba, 1994). Kimia merupakan ilmu yang berisi konsep-konsep yang abstrak, hafalan, dan
hitungan. Selain itu, kimia sebagai mata pelajaran sains memiliki karakteristik yang
berlandaskan pada praktik dan eksperimen. Oleh karena itu, siswa dituntut tidak hanya paham
terhadap materi dan konsep akan tetapi dapat mempraktikkannya dengan menjawab soal,
melakukan eksperimen, dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini tentunya memerlukan pemikiran yang kritis dan kreatif dari siswa agar siswa peka
terhadap permasalahan yang ada dengan aktif mencari banyak sumber informasi untuk
mendapatkan pemecahan atau ide memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang.
Namun setiap pokok bahasan pada pembelajaran kimia memiliki karakteristik yang

berbeda, diantaranya terdapat pokok bahasan yang hanya terdiri dari konsep-konsep yang
abstrak, hitungan atau gabungan dari keduanya, sehingga kebanyakan siswa merasa kesulitan
dalam memahami serta menerapkan rumus yang cukup banyak selama pembelajaran kimia.
Hal ini diperparah lagi dengan pengajaran kimia yang kurang menarik dan terkesan sulit,
sehingga siswa terlebih dulu merasa jenuh ataupun tidak suka untuk mempelajarinya. Hal ini
ditunjukkan oleh sikap siswa yang kurang antusias ketika pelajaran berlangsung, rendahnya
respon umpan balik dari siswa terhadap pertanyaan dan penjelasan guru serta pemusatan
perhatian yang kurang.
Salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran kimia kelas XI adalah struktur atom
dan sistem periodik unsur. Pokok bahasan ini mencakup hal-hal yang abstrak, hafalan, dan
hitungan sehingga pada materi ini siswa dituntut mampu mengembangkan daya pikirnya
4

untuk memahami konsep-konsep yang abstrak dan mampu menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang ada.
Menurut Santyasa dalam Sulistyowati (2012) penguasaan siswa terhadap suatu materi
dapat dilihat dari kecakapan yang dimiliki siswa diantaranya adalah kemampuan dalam
memecahkan masalah. Kemampuan memecahkan masalah juga menjadi hal yang penting bagi
siswa karena dalam belajar, siswa cepat lupa jika hanya dijelaskan secara lisan, mereka ingat
jika diberikan contoh, dan memahami jika diberikan kesempatan mencoba memecahkan
masalah, sehingga guru harus menerapkan metode pembelajaran yang tepat dalam

mengajarkan

materi

tersebut.

Namun

pada

kenyataannya

kendala-kendala

dalam

pembelajaran masih dirasakan oleh guru terutama pada pembelajaran struktur atom dan sistem
periodik unsur.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMAN 2 Gerung
diperoleh informasi bahwa kendala-kendala yang masih dirasakan guru yaitu siswa masih

sering lupa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan dan tidak adanya persiapan dari diri
siswa sebelum pelajaran dimulai. Selain itu, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
masih rendah, terutama pada materi-materi yang berisi konsep-konsep seperti struktur atom
dan sistem periodik unsur. Ketika siswa diberikan soal-soal essay pada materi struktur atom
dan sistem periodik unsur, sebagian besar siswa tidak dapat menyelesaikan soal-soal tersebut
dengan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa rendahnya kemampuan memecahkan masalah
yang dimiliki siswa.
Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dapat
dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif karena model pembelajaran
ini merupakan model pembelajaran yang lebih mengutamakan kerjasama dan menuntut siswa
lebih berperan aktif dalam menyelesaikan masalah di kelompoknya.
Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah Group Investigation. Model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan topik,

mengidentifikasinya,

merencanakan, dan menentukan cara untuk mempelajarinya melalui investigasi di dalam
kelompok. Kegiatan investigasi dalam pembelajaran ini menuntut siswa untuk mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman yang baru melalui diskusi kelompok dalam rangka

memecahkan masalah

yang diberikan.

Namun,

agar

siswa dapat

menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang diberikan tersebut dibutuhkan alat bantu pembelajaran,
salah satunya adalah dengan pemberian LKS. Menurut Hamdani dalam Siswaya (2012)
5

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau
sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pembelajaran (RP). Lembar Kerja Siswa adalah
panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau memecahkan
masalah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khoirunnisah (2013) telah membuktikan bahwa
penggunaan model pembelajaran investigasi kelompok dapat meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah matematis siswa SMK. Sejalan dengan Khoirunnisah, penelitian yang
dilakukan oleh Lamadju (2013) menyimpulkan bahwa kemampuan memecahkan masalah
siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation lebih
tinggi dibandingkan dengan kemampuan memecahkan masalah siswa yang diajar dengan
model pembelajaran konvensional. Penelitian lain oleh Musriandi (2013) menyimpulkan
bahwa adanya peningkatan kemampuan memecahkan masalah matematis dan self-concept
siswa MTs yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti melakukan suatu penelitian yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dengan
Menggunakan LKS terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Materi Pokok Struktur
Atom dan Sistem Periodik Unsur pada Kelas XI IPA SMAN 2 Gerung”.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
“Setelah dikendalikan oleh kovariabel pre-test adakah pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe group Investigation dengan menggunakan LKS terhadap kemampuan
memecahkan masalah materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur pada kelas XI
IPA SMAN 2 Gerung”.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dengan menggunakan LKS terhadap

kemampuan memecahkan masalah materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur pada
kelas XI IPA SMAN 2 Gerung.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2015 di SMAN 2 Gerung. Lokasi
SMAN 2 Gerung berada di Jalan Imam Bonjol No. 1 Gerung, Lombok Barat. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah non-equivalent control group design. Pada desain ini, kelas eksperimen
memperoleh perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
6

sedangkan kelas kontrol memperoleh perlakuan dengan pembelajaran konvensional. Pada
awal pembelajaran siswa diberikan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam
memecahkan masalah dan pada akhir pembelajaran siswa diberikan post-test untuk
mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap kemampuan memecahkan masalah
yang dimiliki siswa. Dengan demikian, rancangan penelitian secara sederhana dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Non-equivalent control group design
Kelompok
Eksperimen (XI IPA 1)

Kontrol (XI IPA 2)

Pre-test
O1
O1

Perlakuan
XI


Post-test
O2
O2

Keterangan:
O1 : Pre-test kemampuan memecahkan masalah siswa
O2 : Post-test kemampuan memecahkan masalah siswa
XI : Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation.
Y : Pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini berupa variabel bebas dan variabel terikat.
Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation sebagai variabel bebas pada kelas
eksperimen dan pembelajaran konvensional sebagai variabel bebas pada kelas kontrol,
sedangkan kemampuan memecahkan masalah sebagai variabel terikat.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI
di SMAN 2 Gerung yang terdistribusi dalam 2 kelas, yaitu dengan Jumlah seluruh siswa kelas
XI di SMAN 2 Gerung tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 60 orang setiap kelas terdiri dari
30 orang siswa. Penentuan sampel dari populasi dilakukan dengan teknik sampling jenuh.
Menurut Sugiyono (2015), teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Data dalam penelitian ini adalah data kemampuan memecahkan masalah yang dimiliki
siswa yang berupa data kuantitatif dan diperoleh melalui pre-test dan post-test. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan memecahkan masalah
yang dimiliki siswa pada materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur yang berupa
soal pre-test dan post-test yang dinilai menggunakan instrumen penilaian kemampuan
memecahkan masalah.
Jenis soal pre-test dan

post-test yang digunakan adalah tes essay yang disusun

berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam RPP pada materi pokok
Struktur atom dan sistem periodik unsur. Tes kemampuan memecahkan masalah ini dibuat
7

untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang
diberikan.
Sebelum digunakan, instrumen penelitian berupa soal pre-test dan post-test diuji
cobakan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, pengujian validitas butir soal dilakukan dengan
menggunakan uji korelasi product moment dan untuk menentukan reliabilitas soal essay
digunakan rumus Alfa Cronbach. Uji normalitas dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji Chi Kuadrat. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji-F. Uji hipotesis
apabila kedua data normal menggunakan uji parametris yaitu menggunakan uji anacova.
Anacova atau analysis of covariances adalah analisis statistik yang merupakan kombinasi dari
analysis of variances (anova) dan analisis regresi linear (Hartono, 2012). Untuk menguji

hipotesis penelitian digunakan uji anakova. Alasan peneliti menggunakan uji anakova karena
rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experimental yaitu nonequivalent control
group design. Kedua kelompok kelas tidak ekuivalen atau tidak sama. Pada kedua kelas tidak

dapat dilakukan pengacakan, siswa mana yang masuk kedalam kelas eksperimen dan siswa
yang masuk kedalam kelas kontrol. Keadaan tersebut menimbulkan bias seleksi dan salah satu
cara untuk mengatasinya adalah dengan mempertimbangkan skor pretes sebagai kovariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini telah diujicobakan kepada 29 orang
siswa kelas XII IPA 1 dan kelas XII IPA 2 di SMA Negeri 2 Gerung. Berdasarkan
perhitungan menggunakan rumus product Moment Correlation, dengan nilai rtabel sebesar 2,05
dan taraf signifikan 5%, dari 20 soal yang diujicobakan, terdapat 17 butir soal yang valid.
Perhitungan reliabilitas butir soal menggunakan rumus Alpha Cronbach

menghasilkan

koefisien reliabilitas sebesar 0,80. Nilai tersebut lebih besar dari rtabel (0,367) sehingga
instrumen tersebut dinyatakan reliabel dengan kriteria tinggi.
Hasil pretest dari kedua kelas dimana kelas kontrol (XI IPA 2) dan kelas eksperiman
(XI IPA 1) adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Data Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah Pre-test
Perlakuan
Jumlah Siswa
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Nilai Rata-rata
Standar Deviasi

Kelas Eksperimen (XI IPA 1)
24
43
14
27,08
6,85

8

Kelas Kontrol (XI IPA 2)
25
52
24
38,28
7

Hasil posttest dari kedua kelas dimana kelas kontrol (XI IPA 2) dan kelas eksperiman
(XI IPA 1) adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Data Hasil kemampuan Memecahkan Masalah Post-test
Perlakuan
Jumlah Siswa
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Nilai Rata-rata
Standar Deviasi

Kelas Eksperimen (XI IPA 1)
24
92
46
72,83
13,2

Kelas Kontrol (XI IPA 2)
25
71
29
53,52
10

Hasil uji normalitas pre-test dan post-test kelas kontrol (XI IPA 2) dan kelas
eksperimen (XI IPA 1) disajikan dalam tabel 4. berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Pre-Test dan Post-Test pada Kedua Kelas Sampel
Kelas
Pre-test

Post-test

Jumlah
sampel

Kontrol

25

Eksperimen

24

Kontrol
Eksperimen

25
24

Taraf
signifikan
0,05

X2hitung
10,92

X2tabel

Kesimpulan

11,07

Normal

11,07

Normal

9,49
2,47
6,82

0,05

Hasil perhitungan uji homogenitas pre-test dan post-test untuk kedua kelas sampel
tersebut disajikan dalam tabel 5. berikut:
Tabel 5. Hasil Homogenitas Pre-Test dan Post-Test pada Kedua Kelas Sampel

Pre-test
Post-test

Kelas

Varians

XI IPA 2 (kontrol)

55,29

XI IPA 1 (eksperimen)

46,86

XI IPA 2 (kontrol)
XI IPA 1 (eksperimen)

94,26
174,32

Taraf
Fhitung
signifikan
0,05

1,18

0,05

1,85

Ftabel

Kesimpulan

2,00

Homogen

1,99

Homogen

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji anakova. Pengujian anakova
dilakukan untuk mengontrol pengaruh variabel luar. Ringkasan hasil dari perhitungan
anakova dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Anakova
Sumber Varians
Antar Kelompok (A)
Dalam Kelompok (d)
Total

JKres
4616,75
5682,54
10299,29

Db
1
46
47
9

Rk
4616,75
123,53

Fhitung

Ftabel(0,05; 1:46)

37,37

4,05

Dari tabel 6 di atas diperoleh informasi nilai Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan
db=1:46 sebesar 4,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa Fhitung (37,37) > Ftabel (4,05). Hal ini
menunjukkan bahwa uji hipotesis menerima Ha dan H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa setelah dikendalikan oleh kovariabel pre-test, penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation memberikan pengaruh yang lebih baik secara signifikan
terhadap kemampuan memecahkan masalah materi pokok struktur atom dan sistem periodik
unsur pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Gerung Tahun Pelajaran 2015/2016.
Pada penelitian ini kelas XI IPA 1 yang merupakan kelas eksperimen dalam proses
pembelajarannya digunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan
menggunakan LKS sedangkan kelas XI IPA 2 yang merupakan kelas kontrol dalam proses
pembelajarannya digunakan model pembelajaran konvensional yang berupa ceramah dan
tanya jawab.
Pada saat proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation sangat berbeda dengan
kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol. Model pembelajaran kooperatif tipe

group

investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara

untuk mempelajarinya melalui investigasi. Proses pembelajaran yang demikian menyebabkan
siswa untuk aktif dan termotivasi mengikuti proses pembelajaran.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa mengikuti proses pembelajaran
dengan baik. Proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tahap-tahap group investigation,
yaitu mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok, merencanakan tugas
yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, mempresentasikan
laporan akhir, dan evaluasi. Pada setiap tahap, siswa mendapat bimbingan dari guru.
Pada tahap pertama, guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan membagi materi
struktur atom dan sistem periodik unsur menjadi 4 sub topik sehingga setiap kelompok
mendapatkan satu sub topik yang harus mereka pelajari melalui investigasi. Setiap kelompok
diberikan LKS yang berisi masalah yang harus diselesaikan melalui kegiatan investigasi
kelompok berdasarkan sub topik yang dipilih oleh semua anggota kelompok.
Pada tahap pelaksanaan investigasi, kegiatan investigasi mengalami kendala karena
siswa tidak memiliki buku pelajaran kimia yang dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan
investigasi. Dalam melaksanakan investigasi siswa hanya berpedoman pada buku LKS yang
dimiliki meski ada sebagian siswa yang berusaha memecahkan masalah yang diberikan
dengan mencari penyelesaiannya melalui internet. Keadaan kelas sempat terjadi keributan
10

karena siswa sangat antusias untuk berdiskusi dengan sesama teman kelompoknya. Selama
proses investigasi, peneliti secara terus menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
memberikan bantuan jika diperlukan. Peneliti berperan sebagai fasilitator dan narasumber
selama diskusi. Namun banyak siswa kesulitan untuk menemukan penyelesaian dari masalah
yang diberikan, sehingga peneliti bekerja keras untuk memantau diskusi dari semua
kelompok, karena sebelumnya pada siswa belum pernah diterapkan model pembelajaran ini,
sehingga butuh sedikit penyusaian dalam penerapannya.
Tahap selanjutnya yaitu menyiapkan laporan akhir, tahap ini dilakukan selama proses
investigasi karena laporan akhir yang harus dikumpulkan berupa LKS (Lembar Kerja Siswa)
yang telah dibagikan. Hasil investigasi dari permasalahan yang ada pada LKS yang kemudian
dipresentasikan oleh setiap kelompok.
Tahap Presentasi hasil investigasi dilaksanakan selama 20 menit untuk setiap
kelompok. Kelompok yang tidak melakukan presentasi memperhatikan presentasi yang
dilakukan oleh kelompok yang presentasi. Siswa dengan aktif bertanya ketika mereka tidak
mengerti tentang materi yang disampaikan kelompok yang presentasi tersebut. Dengan sisa
waktu yang ada guru memberikan tambahan dan sanggahan terhadap hasil presentasi yang
telah dilakukan oleh kelompok yang telah presentasi sehingga semua siswa dapat memahami
materi yang dipresentasikan tersebut.
Semua tahapan pada model pembelajaran GI ini tidak dilakukan pada setiap pertemuan
secara sekaligus. Namun setiap tahap dilakukan pada pertemuan yang berbeda. Tahap
Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa kedalam kelompok,, tahap merencanakan
investigasi, tahap melaksanakan investigasi, dan menyiapkan laporan akhir dilaksanakan pada
pertemuan kedua namun laporan akhir tersebut dikumpulkan pada pertemuan terakhir. Tahap
presentasi laporan akhir dilaksanakan pada pertemuan ketiga dan keempat. Untuk tahap
evaluasi dilaksanakan pada pertemuan kelima.

Sehingga setiap tahap dalam model

pembelajaran GI dapat dilaksanakan dengan lebih maksimal.
Pada kelas kontrol juga tetap dilakukan diskusi akan tetapi yang membedakan adalah
sebelumnya kelas kontrol telah dijelaskan oleh peneliti sedangkan kelas eksperimen
menemukan sendiri konsep materi yang dipelajari melalui investigasi kelompok. Diskusi
kelas kontrol berjalan tidak begitu lancar karena banyak siswa yang kurang antusias
mengikuti kegiatan diskusi, ini dikarenakan motivasi belajar siswa yang kurang dan
pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari masih kurang. Selain itu ada beberapa siswa
yang sering membuat kegaduhan sehingga siswa lain yang sedang fokus menjadi kehilangan
11

fokus dan diskusi menjadi tidak kondusif. Peneliti sudah berusaha untuk menenangkan akan
tetapi setelah beberapa menit terjadi lagi kegaduhan yang menyebabkan jalannya diskusi
terganggu. Hal ini menyebabkan pengetahuan yang diperoleh kelas kontrol menjadi berbeda
dengan kelas eksperimen sehingga akan berpengaruh ketika menyelesaikan soal-soal posttest.

Pada pertemuan terakhir dilaksanakan tahap evaluasi (post-test) pada kedua kelas
sampel. Instrumen tes yang digunakan merupakan instrumen tes kemampuan memecahkan
masalah yang berupa soal essay sebanyak 8 butir soal. Soal-soal yang diberikan pada saat pretest maupun post-test disusun berdasarkan indikator materi struktur atom dan sistem periodik

unsur dan berdasarkan indikator kemampuan memecahkan masalah yaitu, pemahaman
terhadap

masalah,

perencanaan

penyelesaian

masalah,

melaksanakan

perencanaan

penyelesaian masalah dan melihat kembali penyelesaian masalah. Tiap butir soal dinilai dan
keseluruhan soal dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tinggi rendahnya kemampuan
memecahkan masalah pada materi struktur atom dan sistem periodik unsur.
Pada kedua kelas diketahui adanya perbedaan kemampuan memecahkan masalah.
Perbedaan kemampuan memecahkan masalah tersebut disebabkan karena kelas eksperimen
telah terbiasa untuk memecahkan permasalahan secara sistematis, dimana peneliti selalu
membimbing siswa dalam menemukan konsep dan memecahkan permasalahan meski dalam
proses pelaksanaannya kurang maksimal. Meskipun pelaksanaannya kurang maksimal namun
siswa pada kelas eksperimen lebih terbiasa dalam menganalisis permasalahan dan
menentukan tahapan penyelesaian masalah dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas
kontrol dalam proses pembelajarannya cenderung kurang mampu melibatkan dan mengajak
siswa untuk dapat memecahkan masalah secara sistematis. Hal ini disebabkan karena dalam
pembelajaran cenderung bersifat teacher centered dimana siswa hanya diberi konsep secara
langsung oleh peneliti sehingga siswa kurang terbiasa untuk memecahkan masalah.
Selanjutnya, dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji anakova terhadap kedua
kelas sampel, dan diperoleh nilai Fhitung = 37,37, sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5%
dengan db = 1 : 46 adalah 4,05. Berdasarkan data tersebut karena Fhitung > Ftabel berarti
terdapat penolakan H0 dan penerimaan Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah
dikendalikan oleh kovariabel pre-test penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation dengan menggunakan LKS berpengaruh lebih baik secara signifikan terhadap
kemampuan memecahkan masalah materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur
pada siswa kelas XI IPA SMAN 2 Gerung tahun ajaran 2015/2016.
12

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa setelah
dikendalikan oleh kovariabel pre-test penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation dengan menggunakan LKS memberikan pengaruh yang lebih baik secara

signifikan daripada model konvensional terhadap kemampuan memecahkan masalah materi
pokok struktur atom dan sistem periodik unsur pada siswa kelas XI IPA SMAN 2 Gerung
Tahun Pelajaran 2015/2016.

Saran
Berkaitan dengan penelitian ini, maka penulis dapat mengemukakan saran sebagai
berikut:
1.

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk melakukan penelitian dengan model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada pokok bahasan lainnya dan
jenjang pendidikan sekolah yang berbeda.

2.

Bagi guru, dapat mempertimbangkan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation

sebagai

salah

satu

alternatif

dalam

meningkatkan

kemampuan

memecahkan masalah siswa tetapi harus jeli dalam memilih materi yang sesuai untuk
disampaikan dengan model pebelajaran kooperatif tipe group investigation.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono. 2012. Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lamadju, Badu, S. Q., dan Katili, N. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa.
Suatu Penelitian di SMP Negeri 1 Limboto. Tesis. Gorontalo: Jurusan Pendidikan
Matematika Universitas Negeri Gorontalo.
Khoirunnisah, A. 2013. Peningkatan Kemampuan pemecahan Masalah Matematis Siswa
SMK Melalui Model Pembelajaran Investigasi Kelompok. Jurnal Penelitian. Cirebon:
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNSWAGATI.
Musriandi, R. 2013. Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Self-concept Siswa Mts.
Repository.upi.edu. Universitas Pendidikan Indonesia .
Ningtyas, P., dan Siswaya, H. 2012. Penggunaan Metode Kooperatif Tipe TGT Dilengkapi
Modul dan LKS Ditinjau dari Aktivitas Siswa. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika
Vol. 3. No.1. ISSN: 2086-2407.
13

Purba, M. dan Hidayat, S. 1994. Ilmu Kimia SMU Jilid 1A, Edisi Pertama. Jakarta:Erlangga.
Sugiyono. 2015. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sulistyowati, N., Widodo, A. T., dan Sumarni, W. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran
Guided Discovery Learning terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Kimia. Jurnal
Pendidikan Universitas Negeri Semarang ISSN No 2252-6609.

14