HADIS TENTANG MATERI PENDIDIKAN Kandungan Hadits

HADIS TENTANG MATERI PENDIDIKAN
Aktivitas kependidikan Islam timbul sejak adanya manusia itu sendiri (Nabi
Adam dan Hawa), bahkan ayat Quran yang pertama kali diturunkan kepada Nabi
Muhammad Shollahu ‘alaihi wassalam, adalah bukan perintah tentang sholat, puasa,
dan lainnya, tetapi justru perintah iqra’ (membaca, merenung, menelaah, meneliti atau
mengaji) atau perintah untuk mencerdaskan kehidupan manusia yang merupakan inti
dari aktivitas pendidikan. Menurut Muhaimin, dari sinilah manusia memikirkan,
menelaah dan meneliti bagaimana pelaksanaan pendidikan itu, sehingga muncullah
pemikiran dan teori-teori pendidikan Islam. Karena itu, menurut Abd al-Gani ‘Ubud,
seperti yang dikutip

Muhaimin menyatakan bahwa tidak mungkin ada kegiatan

pendidikan Islam dan sistem

pengajaran Islam, tanpa teori-teori atau pemikiran

pendidikan Islam1
Di Indonesia aktivitas kependidikan Islam pada dasarnya sudah berlangsung
dan berkembang sejak sebelum Indonesia merdeka hingga sekarang. Hal ini dapat
dilihat dari fenomena tumbuhkembangnya program praktik pendidikan Islam

dilaksanakan di Nusantara, baik yang berupa pendidikan Pondok Pesantren,
Pendidikan Madrasah, Pendidikan Umum yang bernafaskan Islam, pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan di lembaga- lembaga pendidikan
umum sebagai suatu mata pelajaran atau mata kuliah, maupun pendidikan agama
Islam yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok tertentu di masyarakat, serta di
tempat-tempat ibadah dan media massa.2
Berkaitan dengan materi pengajaran pada pembahasan kali ini, hadits tarbawi
dengan sub pembahasan “ Materi Pengajaran” akan menjelaskan hadits-hadits yang
berkaitan dengan dunia pendidikan, khususnya pendidikan dan pengajaran.
1. Aqidah
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, bahwa rosulullah
saw bersabda:

‫ لقاَ ل‬، َ‫س رضي الله عنهما‬
‫ صلى‬- ‫ي‬
‫ كنت خلف الن نبَّ ي‬: ‫ل‬
‫ن عبَّاَ س‬
‫عن اب ن‬
‫ي‬
‫ا‬

‫ل‬
‫م ل‬
‫ )) لياَ م‬: ‫ل‬
‫قاَ ل‬
:‫ت‬
‫ فل ل‬، َ‫ يوما‬- ‫الله عليه وسلم‬
‫ماَ س‬
‫غلُ م‬
‫ك كل ن ل‬
‫ إنني أعل م‬، ‫م‬
‫ل‬
‫ف ل‬
‫جاَهل ل‬
‫ إن ل‬، ‫ك‬
‫ل‬
‫ح ل‬
‫ح ل‬
‫ح ل‬
‫ف ن‬
‫ف ن‬

‫جد له م ت م ل‬
‫ ا ل‬، ‫ظك‬
‫ه يل ل‬
‫ا ل‬
‫ذا ل‬
‫سأل ل ل‬
‫ه تل ن‬
‫ظ الل ل‬
‫ظ الل ل‬
‫ت لفاَسأ ن‬
‫م‬
‫ت‬
‫م ل‬
‫ة ل لول ا ل‬
‫أ ن‬:‫م‬
‫ت لفاَ ل‬
‫ وإ نلذا ا ل‬، ‫الله‬
‫معل ل‬
‫جت ل ل‬
‫ن ال ن‬

‫ لواع لل ل ل‬، ‫ن باَللهن‬
‫ست لعلن ل ل‬
‫ست لعن ل‬

1Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan,
(Jakarta: Rajawali Press, 2006), h. 15.
2Muhaimi, Wacana Pengembangan Pandidikan Islam, Ceta II, (Surabaya: Pustaka Pelajar,
2004), h. 1.
1

‫ه لل ل‬
‫فمعو ل‬
‫فمعو ل‬
‫ك إل ن ب ن ل‬
‫ك بن ل‬
،‫ك‬
‫م ي لن ل ل‬
‫ن ي لن ل ل‬
‫ع لللى أ ل‬
‫ه الل م‬

‫شيسء قلد ل ك لت لبَّ م‬
‫شيسء ل ل ل‬
‫ضررو ل‬
‫ضررو ل‬
‫ك إل ن ب ن ل‬
‫ك بن ل‬
‫شيسء قلد ل‬
‫م يل م‬
‫ن يل م‬
‫ممعوا ع لللى أ ل‬
‫شيسء ل ل ل‬
‫ولنإن اجت ل ل‬
‫ل‬
‫ه ع لل لي ل ل‬
‫ف‬
‫ج ن‬
‫صح م‬
‫ف ن‬
‫ مرفنعل ن‬، ‫ك‬
‫م ول ل‬

‫ت القللُ ل م‬
‫ه الل م‬
‫ك لت لبَّ ل م‬
‫ت ال ر‬
‫لوقاَ ل‬
(‫ )رواه الترمذي‬، ‫ )) حديث حسن صحيح‬: ‫ل‬
‫ل‬
‫م ل‬
‫ف إ نللى‬
‫ح ل‬
‫ لتعنر ل‬، ‫ك‬
‫ف ن‬
‫ )) ا ل‬: ‫ر الترمذي‬
‫ماَ ل‬
‫جد له م أ ل‬
‫ظ الله ت ل ن‬
‫وفي رواية غي ن‬
‫ل‬
‫خط لللأ ل‬
‫رف ل‬

‫ك في ال ن‬
‫م‬
‫مللاَ أ ل‬
‫اللهن في النر ل‬
‫أ ن‬:‫م‬
‫ك ل للل ل‬
‫ن ل‬
‫ لواع لل للل ل‬، ‫شللد نةن‬
‫خاَنء ي لعل ن‬
‫ل‬
‫ل‬
‫خط نئ للل ل‬
‫صاَب ل ل‬
‫صيبَّ ل‬
‫صلللر‬
‫ن ل ني م ل‬
‫ن ل ني م ن‬
‫أ ن‬:‫م‬
‫ لواع لللل ل‬، ‫ك‬
‫كل ل‬

‫ ول ل‬، ‫ك‬
‫ن الن ن ل‬
‫ماَ أ ل‬
‫م ي لك ملل ل‬
‫ي لك م ل‬
‫ل‬
‫ل‬
3
(( ‫سرا ا‬
‫ن ال ل‬
‫ ولأ ن‬، ‫ب‬
‫فلر ل‬
‫ ولأ ن‬، ‫صبَّ لرن‬
‫سرن ي م ل‬
‫معل العم ل‬
‫ن ل‬
‫ج ل‬
‫ل‬
‫معل الك للر ن‬
‫معل ال ن‬


Artinya: Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “Kali tertentu saya berada dibelakang Nabi
saw, kemudian beliau bersabda “Hai anak kecil, aku akan mengajarkan
kepadamu nbeberapa kalimat, yaitu: “ Jagalah (perintah) Allah niscaya
kamu dapati Allah selalu di hadapanmu. Jika engkau minta, mintalah
kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah
pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah, jika umat manusia bersatu
untuk memberikan manfaat (kebaikan) kepadamu niscaya mereka tidak
akan dapat melakukan hal itu kepadamu kecuali dengan sesuatu hal yang
telah ditentukan Allah padamu. Dan jika mereka bersatu hendak
mencelakakan dirimu niscaya mereka tidak akan dapat mencelakakanmu
kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan Allah padamu. Telah
diangkat pena dan telah keringlah (tinta) lembaran-lembaran itu” (HR.
Imam Tirmidzi).

Dan dalam riwayat selain Tirmidzi dikatakan, Rosulullah saw bersabda:
“Peliharalah (perintah) Allah niscaya engkau akan menemui-Nya dihadapanmu.
Hendaknya engkau mengingat Allah diwaktu lapang (senang, niscaya Allah akan
mengingatmu diwaktu susahmu. Ketahuilah, sesungguhnya sesuatu yang seharusnya
luput mengenaimu, tentulah sesuatu itu tidak akan mengenaimu. Ketahuilah,

sesungguhnya kemenangan itu disertai kesabaran, kesenangan itu ada kesudahan,
dan sesudah kesulitan, pasti ada kemudahan”.4
Kandungan dan Penjelasan Hadits serta Kaitannya dengan Dunia Pendidikan
Hadits ini mengandung penjelasan tentang 'aqidah Islam.

Rasul

menyampaikan pelajaran ini kepada Abdullah ibn 'Abbas pada usia mudanya. Ini
menunjukkan bahwa pendidikan aqidah sudah ditanamkan kepada seseorang sejak ia
kecil. Karena usia inilah yang paling tepat untuk menanamkan nilai. Bila nilai itu
sudah tertanam, maka kehidupan setelah dewasa dan masa tua banyak dipengaruhi
oleh masa muda itu. Sehingga kalaupun seseorang hidup di lingkungan yang sangat
jauh dari ajaran Islam, tetapi ideologinya tidak terpengaruh, keyakinannya tidak
goyah. Adapun jika penanaman nilai itu terlambat, apalagi setelah kepalanya terisi
3Yahya bin Syaraf Nawawi, Riyadhussalihin, (Surabaya: Darun Nasyar Misriyyah), h. 46.
4Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihiin, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999 )Jilid 1, hlm.
90

2


oleh teori-teori dan doktrin di luar Islam, maka manusia seperti inilah susah untuk
disadarkan dan dibimbing ke jalan Islam.
Sayangnya di masyarakat Muslim sekarang yang terjadi justru seperti ini.
Sejak kecil anak tidak mendapatkan doktrin Islam, justru yang tertanam di kepalanya
adalah doktrin sekuler karena ia belajar di sekolah-sekolah sekuler. Bahkan yang lebih
parah, anak yang sekolah di sekolah-sekolah missionaris Kristen dan Katolik dengan
berbagai sektenya, akidah mereka terancam dan Iman mereka kian hari kian menipis,
sampai akhirnya merekapun murtad dari Islam. Betapa teganya seorang ayah
memasukkan anaknya ke "sarang harimau" demi mendapatkan pendidikan modern.
Sekolah-sekolah missionaries itu bukan hanya tidak memberikan pendidikan Islam
kepada anak-anak Muslim, bahkan menjadikan mereka sebagai mangsa untuk
penyebaran misi mereka. Sumber-sumber informasi mengatakan, justru anak-anak
Muslim itu yang disuruh untuk memimpin doa Kristen di kelasnya.
Rasul Saw mengajarkan kepada Ibnu 'Abbas, agar senantiasa memelihara
aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt, tidak melanggar batasanbatasanNya. Kalau ini dilakukan, niscaya Allah akan memeliharanya juga. Dan jika
Allah dijaga dalam arti hukum-hukumNya ditaati, maka pada saat manusia
membutuhkan bantuan Allah, maka Allah senantiasa di hadapanNya, menolong
kesusahannya, meringankan bebannya.
Pada riwayat lain disebutkan : "Kenalilah Allah di waktu senang, niscaya Dia akan
mengenalmu di waktu susah." Maksudnya bila di waktu senang, manusia tetap ingat
pada Allah -dan ini biasanya sulit, karena tabiat manusia, bila senang, ia lupa dengan
yang memberi nikmat- maka di waktu susah dan sulit, Allah akan menolongnya.
Pelajaran seperti ini memang sangat tepat diajarkan kepada anak. Psikologi
anak mudah menerima pendidikan seperti ini dan dengan bahasa seperti hadits ini.
Yang diharapkan darinya ialah, doktrin tersebut tertanam dalam benaknya hingga ia
tua. Pada waktu ia dewasa ia tetap teringat bahwa apabila seseorang ingin senantiasa
mendapat penjagaan dari Allah maka ia harus juga menjaga Allah Swt dalam
kesehariannya.
Rasulullah Saw mengajarkan di dalam hadits ini dasar-dasar 'aqidah, yaitu
tempat meminta hanya kepada Allah Swt. Tempat mengadu hanya Allah Swt. Manusia
tidak pantas mengadukan masalahnya kepada manusia apalagi kepada Jin, sementara
ia tidak mengadu kepada Zat Yang Menciptakannya. Manusia tak layak meminta
bantuan kepada makhluk Allah, apalagi kepada musuh Allah seperti syaitan, padahal
kepada Allah ia tidak meminta bantuan. Inilah pelajaran penting dalam aqidah.
3

Riwayat lain mengenai hadits ini memberikan tambahan penjelasan bahwa
hidup ini ibarat berlayar di lautan, kadang airnya tenang, kadang ombaknya besar.
Juga ibarat mendaki gunung. Berjalan di gunung tidak selamanya mendaki dan tidak
selamanya menurun. Ada waktunya mendaki dan ada waktunya menurun. Hidup ini
tidak selamanya konstan. Kesusahan tidak terus menerus. Kesenangan juga tidak
selamanya. Oleh karenanya Nabi Saw mengajarkan bahwa kemenangan didapat
melalui kesabaran. Di waktu susah, manusia perlu sabar, karena kesusahan itu
sementara, tidak bertahan selamanya. Maka berkat kesabaran, Allah akan menurunkan
bantuan dan pertolongan. Setelah kesulitan, timbullah kemudahan. Bahkan di dalam
riwayat tersebut disebutkan, bahwa kemenangan sering didahului oleh penderitaan.
Dan ini benar bila dirasakan dalam kehidupan. Orang yang ingin berhasil dan sukses
mencapai cita-citanya, ia harus berjuang menapaki jalan kesuksesan itu dengan segala
kepahitan dan penderitaan. Bila ia sabar dalam kepahitan itu, maka di depannya
kesuksesan telah menunggu. Tetapi bila ia tidak sabar dan mundur dari jalannya, ia
akan gagal untuk meraih cita-citanya.
Pelajaran inilah yang perlu ditanamkan kepada setiap manusia, khususnya
anak didik yang masih muda agar ia siap menghadapi kehidupan yang penuh dengan
ujian kesabaran dan keadaan yang serba sulit.
2. Al-Qur’an
Selanjutnya, rosulullah saw bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Ibnu Sa’id Rafi’ bin al-Mu’alla:

‫ل‬
‫ لقاَ ل‬: ‫ل‬
‫ لقاَ ل‬، - ‫ رضي الله عنه‬- ‫معلنلى‬
‫ل لي‬
‫عن أبي ل‬
‫سنعيد س لرافننع بن ال ل م‬
‫ )) أ لل ل أ مع لل نم ل ل‬: - ‫ صلى الله عليه وسلم‬- ‫ل الله‬
‫رسو م‬
‫سولرةس‬
‫ن‬
‫م م‬
‫ك أع لظ ل ل‬
‫م‬
‫قلرآْن قلبَّ ل ل‬
َ‫ما‬
‫في ال م‬
‫جدن ؟ (( لفأ ل‬
‫ن تل ل‬
‫خذ ل ب ني ل ن‬
‫ج ن‬
‫خمر ل‬
‫لأ ل‬
‫م ل‬
‫ فلل ل ن‬، ‫دي‬
‫س ن‬
‫ن ال ل ل‬
‫م ل‬
‫م‬
‫من ن ل‬
‫ إن ن ل‬، ‫ل اللهن‬
‫سو ل‬
‫م‬
‫ن نل ل‬
‫خمر ل‬
‫ألرد للناَ أ ل‬
‫ لياَ لر م‬: ‫ت‬
‫ك أع لظ ل ل‬
‫ لع لل ن ل‬: ‫ت‬
‫ك قمل ل ل‬
‫ قمل ل م‬، ‫ج‬
‫ن ؟ لقاَ ل‬
‫سولرةس في ال م‬
‫ب اللعاَل ل ن‬
‫سبَّ لعم‬
‫مد م للهن لر ن‬
‫ )) ال ل‬: ‫ل‬
‫ي ال ن‬
‫م‬
‫ح ل‬
‫ هن ل‬، ‫ن‬
‫مي ل‬
‫قلرآْ ن‬
‫م‬
5
‫ن‬
‫ه (( رواه البَّخاَري‬
‫ملثاَنني لوال م‬
‫م ال ن‬
‫ن العل ن‬
‫قلرآْ م‬
‫ذي أونتيت م م‬
‫ظي م‬
‫ال ل‬

Artinya: Dari Abu Sa’id Rafi’ Al Mu’alla ra, ia berkata: Rosulullah saw bersabda
kepadaku: sukakah aku ajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam
al-Qur’an sebelum kamu keluar dari masjid?” beliau lalu menggandeng
tanganku. Ketika kami hendak keluar kami menagih : “Wahai Rosulullah !!
engkau tadi berkata “Tentu aku ajarkan kepadamu surat yang paling
agung dalam al-Qur’an. “Rosulullah saw bersabda: AL HAMDULILLAHI
RABBIL ‘AALAMIIN (Surat al-Fatihah), yaitu tujuh ayat yang dibaca

5Yahya bin Syaraf Nawawi, Riyadhussalihin,,,h. 434.
4

berulang-ulang dan al-Qur’an yang agung yang diberikan kepadaku.” (HR
Bukhari).6
Kandungan dan Penjelasan Hadits
Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat dan menurut mayoritas ulama diturunkan di
Mekkah.7 Namun menurut pendapat sebagian ulama, seperti Mujahid, surat ini
diturunkan di Madinah. Menurut pendapat lain lagi, surat ini diturunkan dua kali,
sekali di Mekkah, sekali di Madinah. Ia merupakan surat pertama dalam daftar surat
Al-Qur’an. Meski demikian, ia bukanlah surat yang pertama kali diturunkan, karena
surah yang pertama kali diturunkan adalah Surah al-Alaq.
Dinamakannya Al-Fatihah sebagai Ummul Kitab (Induk Kitab) adalah karena
ia mengandung seluruh tema pokok dalam Alquran, yaitu tema pujian kepada Allah
yang memang berhak untuk mendapatkan pujian, tema ibadah dalam bentuk perintah
maupun larangan, serta tema ancaman dan janji tentang hari kiamat. Dengan kata lain,
al-Fatihah mencakup ajaran-ajaran pokok dalam Islam, yaitu ajaran tentang tauhid,
kepercayaan terhadap Hari Kiamat, cara beribadah, dan petunjuk dalam menjalani
hidup.
Dalam hadits ini terlihat bahwa Al Fatihah merupakan surat yang teragung
dan terbesar serta merupakan pendahuluan dari isi kitab yang mencakup seluruh isi
dan maksud Al Qur'an yang biasa disebut Ummul Qur'an (induk kitab). Dan Surat
inipun biasa diulang-ulang dalam bacaan shalat baik yang wajib atau yang sunnat,
bahkan dikatakan juga sebagai Al Qur'an yang Agung dilihat dari segi tilawat, pokok
bahasan, dan martabatnya.
3. Ibadah
Sabda Rasulullah saw:

‫ل‬
‫وا‬
‫ن فم ل‬
‫ أ ن‬: - ‫ رضي الله عنه‬- ‫وعن أبي هريرة‬
‫ملهاَ ن‬
‫قرالء ال م‬
‫ن أت ل ل‬
‫جري ل‬
‫ب أه ل م‬
‫ فل ل‬، - ‫ صلى الله عليه وسلم‬- ‫رسول الله‬
‫ ذ لهل ل‬: ‫قاَملوا‬
‫ل الد رمثورن‬
‫قاَ ل‬
((‫ماَ لذاك ؟‬
‫ فل ل‬، ‫مقيم‬
‫جاَ ن‬
‫نباَلد نلر ل‬
‫ )) ول ل‬: ‫ل‬
‫ لوالن ننعيم ال م‬، ‫ت العمللى‬
‫ن‬
‫لف ل‬
‫صد نمقو ل‬
‫مو ل‬
‫صرلو ل‬
‫صو م‬
‫ن كل ل‬
‫صو م‬
‫ن كل ل‬
‫ ولي لت ل ل‬، ‫م‬
‫ماَ ن ل م‬
‫ ولي ل م‬، ‫صنلي‬
‫ماَ ن م ل‬
‫ ي م ل‬: ‫قاَلوا‬
‫قاَ ل‬
‫ صلى الله‬- ‫ل رسول الله‬
‫ فل ل‬، ‫ن ولل ل ن لعلت نقم‬
‫ ولي لعلت ن م‬، ‫صد نقم‬
‫قو ل‬
‫ولل ل ن لت ل ل‬
‫م‬
‫شليئاَ ا ت مد لرن م‬
‫م ل‬
،‫م‬
‫سبَّ ل ل‬
‫كو ل‬
‫ن ل‬
‫قك م ل‬
‫ن ب نهن ل‬
‫مك م ل‬
‫ )) ألفلُ أع لل ن م‬: - ‫عليه وسلم‬
‫م ل‬
‫ ولل ل ي ل م‬، ‫م‬
‫ض ل‬
‫سبَّ ن م‬
‫ل ن‬
‫صن لعل‬
‫حد د أفل ل‬
‫نأ ل‬
‫كو م‬
‫قو ل‬
‫ولت ل ل‬
‫م إ نل ن ل‬
‫من لك م ل‬
‫ن ب لعلد لك م ل‬
‫ن ب نهن ل‬
‫ن ل‬
‫م ل‬
‫م ل‬
6Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihiin,,,h. 90
7 Fakhruddin Ar-Razi, Mafatih al-Ghaib, juz 1, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2000), h.

17.

5

‫ لقاَ ل‬، ‫ ب لللى لياَ رسول الله‬: ‫م ؟ (( قاَلوا‬
‫مث ل ل‬
‫ن‬
‫ن‬
‫حو ل‬
‫سبَّ ن م‬
‫ )) ت م ل‬: ‫ل‬
‫صن لعلت م ل‬
‫ل ل‬
‫ماَ ل‬
‫ا‬
‫م‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ د مب ملر ك ن‬، ‫ن‬
‫ح ن‬
‫جعل‬
‫منرةا (( فللر ل‬
‫دو ل‬
‫م م‬
‫ن ولت ل ل‬
‫ولت مكبَّ نمرو ل‬
‫ن ل‬
‫ل ل‬
‫صلُةس لثلُثاَ وللثلُنثي ل‬
، - ‫ صلى الله عليه وسلم‬- ‫ن إ نللى رسول الله‬
‫فم ل‬
‫ملهاَ ن‬
‫قلراء ال م‬
‫ري ل‬
‫ج ن‬
‫قاَ ل‬
‫وان ملناَ أه م‬
‫ل‬
‫ه ؟ فل ل‬
‫ فل ل‬، َ‫ماَ فلعلل للنا‬
‫معل إ ل‬
‫فعلملوا ن‬
‫س ن‬
‫ ل‬: ‫فقاَلوا‬
‫مثل ل م‬
‫ل بن ل‬
‫ل ال ل‬
‫موا ن‬
‫خ ل‬
‫ )) ذ لل ن ل‬: - ‫ صلى الله عليه وسلم‬- ‫رسول الله‬
‫ض م‬
‫ل اللهن ي مؤ لنتيهن‬
‫ك فل ل‬
‫ن يل ل‬
. ‫هذا لفظ رواية مسلم‬
‫ ول ل‬، ‫شاَمء (( متفقد ع لل لي لهن‬
‫ل‬
‫م ل‬
8
‫وا م‬
. ‫ لوالله أعلم‬، ‫ل الك لنثيلرةم‬
‫ ال ل‬: (( ‫)) الد رمثور‬
‫م ل‬

Artinya:

Artinya: “Dari Abu Hurairah, bahwasannya orang-orang miskin dari
kelompok muhajirin datang menemui Rasulullah saw sambil mereka
berkata: “Wahai Rasulullah saw, orang-orang kaya dan lapang, telah
mengalahkan kebaikan dan pahala kami dengan derajat yang tinggi dan
kemewahan yang banyak”. Rasulullah saw lalu bertanya: “Bagaimana
bisa demikian?” Mereka menjawab: “Mereka melakukan shalat
sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami juga berpuasa,
mereka dapat bersedekah harta namun kami tidak dapat bersedekah,
mereka dapat membebaskan budak belian, sementara kami tidak dapat
melakukannya”. Rasulullah saw lalu bersabda kembali: “Maukah aku
ajarkan kepada kalian sesuatu di mana kamu dapat mendahului,
mengalahkan (pahala dan kebaikan) orang-orang sebelum kalian dan
sesudah kalian, dan tidak akan ada seorang pun yang dapat mengalahkan
kebaikan kalian kecuali orang tersebut melakukan sebagaimana yang
kalian lakukan?” Mereka menjawab: “Tentu mau ya Rasulullah”.
Rasulullah saw bersabda kembali: “Bacalah tasbih (subhanallaah), tahmid
(alhamdulillaah) dan takbir (Allahu akbar) setiap selesai shalat (wajib)
sebanyak tiga puluh tiga kali”. Abu Shalih berkata: “Orang-orang miskin
dari kelompok muhajirin lalu kembali lagi menghadap Rasulullah saw
sambil berkata: “Kami mendengar bahwa orang-orang kaya itu juga
melakukan apa yang telah kami lakukan ya Rasulullah”. Rasulullah saw
lalu bersabda kembali: “Itu adalah karunia dari Allah, yang Allah berikan
kepada orang yang dikehendakiNya” (HR. Bukhari Muslim).

Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Seorang
hamba dilebihkan dari yang lainnya sesuai dengan kehendak Allah. Tidak ada yang
mungkin dapat menghalangi pemberian Allah dan tidak mungkin ada yang dapat
memberi apa yang Allah halangi. Ketahuilah bahwa kebaikan seluruhnya berada di
tangan-Nya. Allahlah yang benar-benar Maha Mulia, Maha Pemberi dan tidak kikir.
4. Fiqih
Sabda nabi :

8 Yahya bin Syaraf Nawawi, Riyadhussalihin,,,h. 284
6

‫ لقاَ ل‬: ‫ل‬
‫ لقاَ ل‬- ‫ رضي الله عنه‬- ‫وعن معاَوية‬
‫ صلى الله‬- ‫ل رسول الله‬
‫ف ن‬
‫خليرا ا ي م ل‬
‫ه ب نهن ل‬
‫ه في ال ن‬
‫ متفقد‬. (( ‫ن‬
‫قه ل م‬
‫ن ي مرندن الل م‬
‫ )) ل‬: - ‫عليه وسلم‬
‫م ل‬
‫دي ن‬
‫ ع لل لي لهن‬.

Artinya: Dari Mu'awiyah ra katanya: "Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang
dikehendaki oleh Allah untuk memperoleh kebaikan, maka Allah membuat
ia menjadi pandai dalam hal keagamaan." [Muttafaq 'alaih]

Kandungan dan Penjelasan Hadits
Hadits ini menunjukkan salah satu keutamaan ilmu agama yang paling besar.
Disebutkan di situ bahwa ilmu yang bermanfaat merupakan tanda akan keberuntungan
seorang hamba, dan tanda bahwa Allah menghendaki kebaikan dengannya.
Fikih (pemahaman) dalam masalah agama Islam mencakup pemahaman
tentang dasar-dasar keimanan, syariat dan hukum-hukum Islam dan hakikat Ihsan.
Karena agama ini meliputi ketiga hal tersebut, sebagaimana dalam hadits kisah Jibril
tatkala bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang Iman, Islam dan
Ihsan, Nabi menjawab dengan memberikan batasan-batasannya. Di situ Nabi
memaknai Iman dengan dasar-dasar Iman (rukun Iman) yang enam, dan memaknai
Islam dengan rukun-rukunnya yang lima dan memberikan pengertian tentang Ihsan
dengan mengatakan: “Yaitu kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya, dan
apabila kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia Melihatmu” .
Maka masuk dalam pemahaman agama ini adalah mendalami berbagai
permasalahan akidah, dengan mengikuti jalannya kaum salaf serta mewujudkannya
dalam kehidupan baik lahir maupun batin. Juga mengetahui mazhab-mazhab para
penentang

akidah

tersebut,

disertai

dengan

mengerti

dari

mana

bentuk

penentangannya terhadap Al Qur’an dan Sunnah.
Termasuk juga pemahaman dalam ilmu fikih, yang pokok maupun cabangcabangnya, hukum-hukum mengenai ibadah, muamalah, jinayat (kriminal) dan yang
lainnya. Juga mendalami tentang hakikat keimanan, pengertian akan hakikat
perjalanan dan suluk menuju kepada Allah yang sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah.
Demikian juga masuk dalam pemahaman agama ini adalah: mempelajari ilmu yang
mendukung pemahaman tentang agama Islam seperti belajar bahasa Arab dengan
segala macamnya.
Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, Allah akan memberikan
pemahaman dalam perkara-perkara ini dan membimbing untuknya. Dari hadits di
atas juga bisa diambil kesimpulan bahwa orang yang berpaling dari ilmu-ilmu agama
ini secara keseluruhan pertanda bahwa Allah tidak menghendaki kebaikan padanya,
7

karena Allah tidak memberikan padanya hal-hal yang bisa dipakai untuk mendapatkan
kebaikan yang banyak, dan meraih keberuntungan hakiki.9
Hadits ini merupakan dalil yang agung atas upaya tafaqquh fid din
(mempelajari ilmu agama). Hal itu tidak akan diberikan kecuali untuk orang-orang
yang Allah kehendaki kebaikan yang besar, sebagaimana Dia memberikan arahan
kepada orang bodoh, dan menunjukinya ke derajat yang mulia. Al Fiqhu fid din
adalah mempelajari kaidah-kaidah Islam dan mengetahui halal-haram. Makna
tersiratnya adalah bahwa barangsiapa yang tidak diberikan pemahaman agama maka
dia tidak dikehendaki kebaikan oleh Allah Ta’ala. Pemahaman tersirat ini telah
ditegaskan dalam hadits riwayat Abu Ya’la: “Barangsiapa yang tidak difahamkan
(agama) maka Allah tidak peduli dengannya.” Hadits ini merupakan dalil yang jelas
bahwa kemuliaan Al Fiqhu fid din (pemahaman terhadap agama) dan orang-orang
yang mempelajarinya, di atas segala jenis ilmu dan cendekiawan. Dan yang dimaksud
dengannya adalah memahami Al Kitab (Al Quran) dan As Sunnah.10
5. Keterampilan
Setiap hari Uqbah bin Amir Al Juhani keluar dan berlatih memanah, kemudian
ia meminta Abdullah bin Zaid agar mengikutinya namun sepertinya ia nyaris bosan.
Maka Uqbah berkata, “Maukah kamu aku kabarkan sebuah hadits yang aku dengar
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” Ia menjawab, “Mau.” Uqbah berkata,
“Saya telah mendengar beliau bersabda:

‫سو ل‬
‫ لقاَ ل‬، - ‫ رضي الله عنه‬- ‫وعنه‬
‫ صلى الللله‬- ‫ه‬
‫ل الل ن‬
‫س ن‬
‫ت لر م‬
‫ ل‬:‫ل‬
‫معل م‬
‫خ م‬
‫ة نل ل‬
‫حد ن ث للُ للثلل ل‬
‫وا ن‬
‫ه ي مد ل ن‬
‫ )) إ ن‬: ‫ يقول‬، - ‫عليه وسلم‬
‫ل نباَل ن‬
‫ن الل ل‬
‫سهلم ن ال ل‬
‫فللرس‬
‫ل‬
‫ه‬
‫صن لعلت نهن ال ل‬
‫جن ن ل‬
‫ لوالنرا ن‬، ‫خي للر‬
‫حت ل ن‬
‫س م‬
‫ه يل ل‬
‫ال ل‬
‫من لبَّ نللل م‬
‫ و م‬، ‫ميللي بنللهن‬
‫صاَن نعل م‬
‫ب في ل‬
‫ ل‬:‫ة‬
‫ن ت للللر ل‬
‫ك‬
‫ي ن‬
‫نأ ل‬
‫ح ر‬
‫موا أ ل‬
‫ لوأ ل‬، ‫موا لوالرك لمبَّوا‬
‫ ول ل‬. ‫ن ت للرك لمبَّوا‬
‫ن ت للر م‬
‫لوالر م‬.
‫ملل ل‬
‫م ل‬
‫ب إل ن‬
‫ل‬
‫ة ت للرك لهلللاَ (( أول قلللاَ ل‬
:‫ل‬
‫ملل د‬
‫ه لرغ لبَّ للل ا‬
‫ه لفإَن نهلللاَ ن نعل ل‬
‫ة ع لن للل م‬
‫ملل م‬
‫ملاَ ع مل ن ل‬
‫ي ب لعلللد ل ل‬
‫النر ل‬
‫ملل ل‬
‫ل‬
. ‫هاَ (( رواه أمبو داود‬
‫)) ك ل ل‬
‫فلر ل‬
Artinya: Dari Abu Uqbah bin Amir Al-Juhanniy ra, ia berkata: Saya mendengar
rasulullah saw bersabda:”Sesungguhnya Allah akan memasukkan tiga
orang kedalam syurga dikarnakan satu panah, yaitu pembuatnya yang
sewaktu membuat ia hanya mengharapkan kebaikan (pahala), orang yang
memanahkan, dan orang yang memberikan anak panah kepada orang yang
memanah. Hendaklah kalian selalu berlatih memanah dan berkendaraan,
dan berlatih memanah lebih aku sukai, daripada kamu hanya berlatih naik
9http://jubaildawah.org/showthread.php?2558-Pemahaman-Dalam-Masalah-AgamaMerupakan-Salah-Satu-Tanda-Keberuntungan,
10Imam Ash Shan’ani, Subulus Salam, Juz. 7, Hal. 221. Al Maktabah Asy Syamilah
8

kendaraan. Barang siapa yang meninggalkan/melupakan panahan setelah
ia diajari karena benci, maka sikap seperti itu ibarat suatu nikmat yang
diingkari”
Kandungan Hadits
Hadits di atas menggambarkan betapa Rasulullah saw sangat menganjurkan
agar seorang muslim peduli dengan persiapan untuk berjihad di jalan Allah. Memanah
dan berkuda merupakan dua kegiatan yang terkait dengan hal itu. Dan seorang
muslim perlu memiliki semangat untuk berjihad di jalan Allah. Mengapa? Karena
Nabi saw memperingatkan bahwa raibnya semangat berjihad mengindikasikan
hadirnya kemunafikan dalam diri.
Memanah dan berkuda adalah dua keterampilan yang dianjurkan rosulullah
kepada umatnya, karena sarat dengan berjihad dijalan Allah. Namun dalam hal
keterampilan ini, Rosulullah saw lebih menekankan kepada umatnya agar lebih
memilih untuk berlatih memanah daripada mengendarai kuda.

9

10