Penetapan Kadar Kalsium Dan Kalium Serta Natrium Pada Herba Meniran Muda Dan Herba Meniran Tua (Phyllanthus Urinaria Linn) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Meniran
2.1.1 Taksonomi tumbuhan
Menurut Kardinan dan Kusuma (2004) taksonomi tumbuhan meniran
adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas


: Dicotyledonae

Bangsa

: Euphorbiales

Suku

: Euphorbiaceae

Marga

: Phyllanthus

Jenis

: Phyllanthus urinaria L.

2.1.2 Deskripsi Tumbuhan
Meniran (Phyllanthus urinaria L.) merupakan terna liar yang berasal dari

Asia tropik yang tersebar di seluruh daratan Asia termasuk Indonesia. Kini, terna
ini telah tersebar ke Benua Afrika, Amerika, dan Australia. Meniran tumbuh di
daerah dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 meter di atas
permukaan laut(Kardinan dan Kusuma, 2004).
Tumbuhan jenis herba dengan tinggi 40-100 cm ini, tumbuh secara liar di
tempat berbatu dan lembap, seperti di tepi sungai, pantai, semak, lahan bekas
sawah, tanah telantar di antara rerumputan, hutan atau ladang, atau tumbuh di

5
Universitas Sumatera Utara

sekitar pekarangan rumah, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Meniran
mempunyai akar tunggang dan sepasang bunga, yaitu bunga jantan yang keluar di
bawah ketiak daun dan bunga betina yang keluar di atas ketiak daun. Daun
meniran

mirip

dengan


daun

asam,

berbentuk

lonjong

dan

tersusun

majemuk(Kardinan dan Kusuma, 2004).
Di beberapa daerah di Indonesia, meniran dikenal dengan nama ba’me
tano, sidukung anak, dudukung anak, baket sikolop (Sumatera); meniran ijo,
meniran merah, memeniran (Jawa); bobolungo, sidukung anak (Sulawesi); serta
gosau ma dungi, gusau ma dungi roriha, belalang babiji (Maluku). Beberapa nama
asing di antaranya zhen zu cao, hsieh hsia chu, ye xia zhu (Cina); chanca piedra,
quebra pedra, kilanelli (India); child pick a back (Inggris); stone breaker,
shaterrstone, chamber bitter, leafflower, quinine weed (Amerika Selatan); dan

arrebenta pedira (Brasil). Nama umum atau nama dagangnya adalah
meniran(Kardinan dan Kusuma, 2004).
Terdapat beberapa jenis meniran, tetapi yang lebih dikenal masyarakat
umum dan yang biasa digunakan untuk pengobatan haya dua spesies, yaitu
Phyllanthus niruri L. dan Phyllanthus urinaria L. Keduanya memiliki bentuk
morfologi serta khasiat yang hampir sama untuk pengobatan. Khusus untuk
pengobatan, Phyllanthus niruri L. (meniran hijau) lebih dominan digunakan
dibandingkan dengan Phyllanthus urinaria L. (meniran merah). Komponen yang
terkandung dalam meniran hijau lebih banyak daripada meniran merah (Kardinan
dan Kusuma, 2004).

6
Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Manfaat Meniran
Meniran memiliki rasa pahit, agak asam, serta bersifat sejuk atau
mendinginkan. Secara empiris dan klinis, herba meniran berfungsi sebagai
antibakteri atau antibiotik, antihepatotoksik (melindungi hati dari racun),
antipiretik (pereda demam), antitusif (pereda batuk), antiradang, antivirus, diuretik
(peluruh air seni dan mencegah pembentukan kristal kalsium oksalat),

ekspektoran (peluruh dahak), hipoglikemik (menurunkan kadar glukosa darah),
serta sebagai immunostimulan (merangsang sel imun bekerja lebih aktif)
(Kardinan dan Kusuma, 2004).
Berbeda dengan temulawak yang telah teruji mampu menormalkan fungsi
lever, meniran memiliki khasiat lebih dari itu. Ekstrak meniran mampu
mengurangi replika virus hepatitis. Tidak hanya kadar SGOT dan SGPT yang
dapat diturunkan, tetapi juga jumlah virus yang ada dalam hati tersebut (Kardinan
dan Kusuma, 2004).
Berdasarkan data klinis empiris dan klinis di atas dapat disimpulkan
bahwa meniran efektif untuk mengobatiberagam penyakit diantaranya batu ginjal
atau empedu, infeksi saluran pernafasan atas, diabetes, infeksi kandung kemih,
diare, malaria atau demam, gonorhoe, radang ginjal, hepatitis, epilepsi atau ayan,
influenza, dan tuberkulosis (TBC). Meniran juga dipakai untuk menyembuhkan
penyakit kelamin sipilis dan bermanfaat sebagai pembersih darah dan berbagai
penyakit kulit (Kardinan dan Kusuma, 2004).
Secara etnofitomedika, meniran telah lama digunakan masyarakat di
berbagai belahan dunia. Di Indonesia yang kaya akan flora hutan tropis, meniran
secara tunggal atau diramu bersama tumbuhan obat lainnya secara turun-temurun

7

Universitas Sumatera Utara

digunakan untuk mengobati beragam penyakit, seperti diare, malaria, sariawan,
batu ginjal, sakit kuning, ayan, sakit gigi, gonorhoe, dan antiradang (Kardinan dan
Kusuma, 2004).
Di Vietnam dan Kamboja, meniran digunakan untuk menangkal TBC. Di
Thailand secara tradisional, herba ini digunakan untuk menangkal demam dan
peluruh air seni. Di Malaysia digunakan untuk menghadang penyakit kulit, sipilis
dan gonorhoe. Sementara itu, di India berdasarkan pengobatan ayurvedic, sejak
2.000 tahun yang lalu, meniran secara luas digunakan untuk mengobati gangguan
menstruasi, diare, gangguan pada kulit, diabetes, kencing nanah, dan terbukti
mampu mengatasi hepatitis B (Kardinan dan Kusuma, 2004).
Di Peru, meniran dicampur dengan perasan air jeruk nipis diminum
sebagai tonikum untuk penderita diabetes mellitus dan penderita hepatitis. Terna
ini dipercaya mampu merangsang pengeluaran batu empedu dan meningkatkan
fungsi hati. Di Suriname, meniran digunakan untuk menangkal kolik, gangguan
ginjal, dan berbagai penyakti lever akut atau kronis (Kardinan dan Kusuma,
2004).
2.1.4 Kandungan Meniran
Meniran banyak mengandung berbagai unsur kimia sebagai berikut.

Lignan yang terdiri dari phyllanthine, hypophyllanthine, phyltetraline, lintretaline,
nirathine, nitretaline, nirphylline, nirurin, dan niruriside. Terpen terdiri dari
cymene, limonene, lupeol, dan lupeol acetate. Flavonoid terdiri dari quercetine,
quercitrine, isoquercitrine, astragaline, rutine, dan physetingglucoside. Lipid
terdiri dari ricinoleic acid, dotriancontanoic acid, linoleic acid, dan linolenic acid.
Benzenoid berupa methylsalicilate. Alkaloid terdiri dari norsecurinine, 4-metoxy-

8
Universitas Sumatera Utara

norsecurinine, entnorsecurinina, nirurine, phyllanthine, dan phyllochrysine.
Steroid

berupa

beta-sitosterol.

Alcanes

berupa


triacontanal

dan

triacontanol(Kardinan dan Kusuma, 2004). Komponen lain yang terkandung
dalam meniran antara lain mineral, damar, dan zat penyamak (Thomas, 1992).

2.2 Mineral
Mineral merupakan salah satu unsur yang memegang peranan penting
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun
fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro
dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah lebih dari 100 mg/hari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari
100 mg/hari. Mineral makro adalah natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor,
magnesium dan sulfur, sedangkan yang termasuk mineral mikro, seperti besi,
seng, iodium dan selenium (Almatsier, 2006).
Berdasarkan kebutuhannya di dalam tubuh, mineral dapat digolongkan
menjadi 2 kelompok utama yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral
makro adalah mineral yang menyusun hampir 1% dari total berat badan manusia

dan dibutuhkan dengan jumlah lebih dari 100 mg/hari, sedangkan mineral mikro
merupakan mineral yang dibutuhkan dengan jumlah kurang dari 100 mg /hari
(Almatsier, 2006).
Secara

tidak

langsung,

mineral

banyak

berperan dalam

proses

pertumbuhan. Peran mineral dalam tubuh berkaitan satu sama lainnya dan
kekurangan atau kelebihan salah satu mineral akan berpengaruh terhadap kerja
mineral lainnya (Almatsier, 2006).


9
Universitas Sumatera Utara

2.2.1 Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh,
yaitu 1,5 – 2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg.
Kalsium mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh antara lain pembentukan tulang
dan gigi, mengatur pembekuan darah, katalisator reaksi-reaksi biologik, kontraksi
otot serta menjaga permeabilitas membran sel (Almatsier, 2006).
Angka kecukupan rata-rata sehari untuk kalsium bagi orang Indonesia
ditetapkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI (1998) sebagai berikut bayi
300 – 400 mg, anak – anak 500 mg, remaja 600 – 700 mg, dewasa 500 – 800 mg,
ibu hamil dan menyusui ± 400 mg. Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi
2500 mg sehari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan
ginjal. Di samping itu, dapat menyebabkan konstipasi. Kelebihan kalsium bisa
terjadi bila menggunakan suplemen kalsium berupa tablet atau bentuk lain
(Almatsier, 2006).
Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Semua

orang dewasa, terutama sesudah usia 50 tahun, kehilangan kalsium dari tulangnya.
Tulang rapuh dan mudah patah. Hal ini dinamakan osteoporosis. Kadar kalsium
dalam darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau kejang. Kepekaan
serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan, sehingga terjadi kejang otot
misalnya pada kaki (Almatsier, 2006).
Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu, seperti keju. Ikan
dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang
baik, serealia, kacang-kacangan dan hasil olahan kacang – kacangan, tahu dan

10
Universitas Sumatera Utara

tempe dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan
makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium
seperti serat, fitat dan oksalat (Almatsier, 2006).
2.2.2 Kalium
Tubuh seorang dewasa mengandung kalium (250 g) dua kali lebih banyak
dari natrium (110 g) (Winarno, 1995). Seperti halnya natrium, kalium merupakan
ion bermuatan positif, akan tetapi berbeda dengan natrium, kalium terutama
terdapat di dalam sel. Perbandingan natrium dan kalium di dalam cairan
intraselular adalah 1:10, sedangkan di dalam cairan ekstraselular 28:1. Sebanyak
95% kalium tubuh berada di dalam cairan ekstraselular (Almatsier, 2006).
Distribusi kalium diantara CES dan cairan intraselular (CIS) dipengaruhi
oleh pH CES, serta oleh banyak hormon, termasuk insulin, epinefrin, dan
aldosteron. Peningkatan pada hormon ini menyebabkan peningkatan perpindahan
kalium ke dalam sel-sel. Perubahan akut pada pH serum diasidosis, sebagai
contoh, kelebihan ion-ion hidrogen bergerak ke dalam sel-sel untuk menjadi
buffer. Untuk mempertahankan listrik netral dalam sel, ion positif lain (mis.
kalium) harus dikeluarkan. Pada alkalosis yang sebaliknya terjadi. Ion hidrogen
pindah keluar sel dan ion kalium pindah untuk menggantikannya(Horne dan
Swearingen, 1993).
Tubuh menambah kalium melalui makanan (terutama daging, buah, dan
sayuran) dan obat-obatan. Selain itu, CES menambah kalium kapan saja terdapat
kerusakan sel-sel (katabolisme jaringan) atau gerakan kalium keluar sel. Namun,
peningkatan kadar kalium serum biasanya tidak terjadi kecuali terdapat penurunan
yang bersamaan dengan fungsi ginjal. Kalium hilang dari tubuh melalui ginjal,

11
Universitas Sumatera Utara

saluran GI, dan kulit. Kalium dapat hilang dari CES karena perpindahan
intraselular atau anabolisme jaringan (Horne dan Swearingen, 1993).
Kekurangan kalium menyebabkan lemah, lesu, kehilangan nafsu makan,
kelumpuhan, mengigau dan konstipasi. Kelebihan kalium akut dapat terjadi bila
konsumsi melalui saluran cerna atau tidak melalui saluran cerna (parenteral)
melebihi 18 g untuk orang dewasa tanpa diimbangi oleh kenaikan ekskresi.
Hiperkalemia akut dapat menyebabkan gagal jantung yang berakibat kematian.
Kelebihan kalium dapat terjadi bila ada gangguan fungsi ginjal (Almatsier, 2006).
2.2.3 Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler. 35-40% natrium
ada di dalam kerangka tubuh. Makanan sehari – hari biasanya cukup mengandung
natrium yang dibutuhkan tubuh. Oleh karena itu, tidak ada penetapan kebutuhan
natrium sehari. Taksiran kebutuhan natrium sehari untuk orang dewasa adalah
sebanyak 500 mg. Kebutuhan natrium didasarkan pada kebutuhan untuk
pertumbuhan, kehilangan natrium melalui keringat dan sekresi lain. Dianjurkan
untuk membatasi konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (ekivalen dengan
2400 mg natrium). Pembatasan ini dilakukan karena peranan potensial natrium
dalam menimbulkan tekanan darah tinggi (Almatsier, 2006).
Kekurangan natrium menyebabkan kejang, apatis dan kehilangan nafsu
makan. Kekurangan natrium dapat terjadi sesudah muntah, diare, keringat
berlebihan dan bila menjalankan diet yang sangat terbatas dalam natrium. Bila
kadar natrium darah turun, perlu diberikan natrium dan air untuk mengembalikan
keseimbangan. Kelebihan natrium dapat menimbulkan keracunan yang dalam
keadaan akut menyebabkan edema dan hipertensi. Hal ini dapat diatasi dengan

12
Universitas Sumatera Utara

banyak minum. Kelebihan konsumsi natrium secara terus – menerus terutama
dalam bentuk garam dapur dapat menimbulkan hipertensi (Almatsier, 2001).

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar
oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar
ultraviolet (Gandjar dan Rohman, 2007)
Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsurunsur mineral dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace).
Cara analisis ini memberikan kadar total unsur mineral dalam suatu sampel dan
tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel tersebut. Cara ini
cocok untuk analisis sekelumit mineral karena mempunyai kepekaan yang tinggi
(batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaanya relatif sederhana, dan
interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2007).
Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya
oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu,
tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai
cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik
suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih
banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke
tingkat eksitasi (Khopkar, 1985).
Bagian instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai
berikut:
a. Sumber Radiasi

13
Universitas Sumatera Utara

Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (hollow
cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung
suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan
mineral tertentu (Gandjar dan Rohman, 2007).
b. Tempat Sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel yang akan
dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan
azas. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi
uap atom-atomnya, yaitu:
1.

Dengan nyala (Flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi

bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh
nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara
suhunya sebesar 22000C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber
nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai
bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi (Gandjar dan
Rohman, 2007).
2.Tanpa nyala (Flameless)
Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil
sedikit (hanya beberapa µL), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian
tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus
listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah
menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang

14
Universitas Sumatera Utara

berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi
sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2007).
c. Monokromator
Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum
sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian
banyak spektrum yang dihasilkan lampu katoda berongga (Gandjar dan Rohman,
2007).
d. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui
tempat pengatoman (Gandjar dan Rohman, 2007).
e. Amplifier
Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang diterima
dari detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout) (Gandjar dan
Rohman, 2007).
f. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang
menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2007).

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom

15
Universitas Sumatera Utara

2.3.1Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom
Gangguan-gangguan (interference) pada Spektrofotometri Serapan Atom
adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang
dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan
konsentrasinya dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2007). Secara luas dapat
dikategorikan menjadi dua kelompok, yakni interferensi spektral dan interferensi
kimia (Khopkar, 1985).
Interferensi spektral disebabkan karena tumpangasuh absorpsi antara
spesies pengganggu dan spesies yang diukur. Interfernsi kimia disebabkan adanya
reaksi kimia selama atomisasi, sehingga mengubah sifat absorpsi (Khopkar,
1985).

2.4 Validasi Metode Analisis
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,
2004).
Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi
metode analisis adalah sebagai berikut:
a. Kecermatan
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan
ditentukan dengan dua cara, yaitu:

16
Universitas Sumatera Utara

-

Metode simulasi
Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang

dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu
bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan
hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang
sebenarnya) (Harmita, 2004).
-

Metode penambahan baku
Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode

yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi
tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan
divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa
penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan
menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat
ditemukan kembali (Harmita, 2004).
b. Keseksamaan (presisi)
Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau
koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan
derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara
berulang untuk sampel yang homogen(Harmita, 2004).
c. Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang
hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya
komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).
d. Linearitas dan rentang

17
Universitas Sumatera Utara

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika,
menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit
dalam sampel (Harmita, 2004).
e. Batas deteksi (Limit of detection) dan batas kuantitasi (Limit of quantitation)
Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi
merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).

18
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Kalium, Kalsium Dan Natrium Pada Durian (Durio Zibethinus Murr ) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

3 40 78

PERBEDAAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL HERBA MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri Linn) DENGAN MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria Linn) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA INVITRO

5 80 22

Penetapan Kadar Kalsium Dan Kalium Serta Natrium Pada Herba Meniran Muda Dan Herba Meniran Tua (Phyllanthus Urinaria Linn) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

1 6 114

Penetapan Kadar Kalsium, Kalium, Dan Natrium Pada Kangkung (Ipomoea Aquatica Forssk.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 15

Penetapan Kadar Kalsium Dan Kalium Serta Natrium Pada Herba Meniran Muda Dan Herba Meniran Tua (Phyllanthus Urinaria Linn) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 15

Penetapan Kadar Kalsium Dan Kalium Serta Natrium Pada Herba Meniran Muda Dan Herba Meniran Tua (Phyllanthus Urinaria Linn) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Penetapan Kadar Kalsium Dan Kalium Serta Natrium Pada Herba Meniran Muda Dan Herba Meniran Tua (Phyllanthus Urinaria Linn) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 4

Penetapan Kadar Kalsium Dan Kalium Serta Natrium Pada Herba Meniran Muda Dan Herba Meniran Tua (Phyllanthus Urinaria Linn) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 1 2

Penetapan Kadar Kalsium Dan Kalium Serta Natrium Pada Herba Meniran Muda Dan Herba Meniran Tua (Phyllanthus Urinaria Linn) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 53

PENGUJIAN MUTU DAN PENETAPAN KADAR FILANTIN PADA EKSTRAK ETANOL HERBA MENIRAN (PHYLLANTHUS NIRURI LINN)

0 0 6