Faktor Faktor yang Berhubungan dengan St

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Artikel Penelitian

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang
1

2

Rona Firmana Putri , Delmi Sulastri , Yuniar Lestari

3

Abstrak
Status gizi anak balita salah satunya dipengaruhi oleh faktor kondisi sosial ekonomi, antara lain pendidikan
ibu, pekerjaan ibu, jumlah anak, pengetahuan dan pola asuh ibu serta kondisi ekonomi orang tua secara keseluruhan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap status gizi
anak balita. Penelitian ini adalah survei analitik menggunakan desain cross sectional study dengan jumlah sampel 227
orang yang terdiri dari anak balita dan ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Data dikumpulkan
melalui kuesioner yang telah diisi oleh ibu balita yang kemudian di analisis secara bivariat dan multivariat.

Berdasarkan analisis bivariat didapatkan pendidikan ibu (p=0,022), pekerjaan ibu (p=0,000), pendapatan keluarga
(p=0,012), jumlah anak (p=0,008) dan pola asuh ibu (p=0,000). Sementara dari analisis multivariat didapatkan
pendidikan ibu (p=0,004; OR=2,594; CI95%=1,356-4,963), pekerjaan ibu (p=0,000; OR=74,769; CI95%=24,141231,577), pendapatan keluarga (p=0,013; OR=3,058; CI95%=1,246-7,4) dan pola asuh ibu (p=0,000; OR=15,862;
CI95%=5,973-42,128). Analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
pendapatan keluarga, jumlah anak dan pola asuh ibu dengan status gizi anak balita. Berdasarkan hasil analisis
multivariat faktor pekerjaan ibu merupakan faktor yang paling berhubungan dengan status gizi anak balita.
Kata kunci: status gizi, anak balita, faktor sosial ekonomi

Abstract
Nutritional status of children under five years has affected by a political and socio-economic condition factors,
among others, maternal education, maternal occupation, number of children, maternal knowledge and parenting also
parents' economic conditions as a whole. This research is conduct to determine whether there is a relationship
between the socio-economic conditions of families on the nutritional status of children under five.This research is a
analytic survey using a cross sectional study design with the number of samples are 227 people consisting of children
under five and the mothers in the working areas Puskesmas Nanggalo Padang. Data were collected through
questionnaires which is completed by mothers whose later been analyzed in bivariate and multivariateBased on
bivariate analysis we can get the maternal education (p = 0.022), maternal occupation (p = 0.000), household income
(p = 0.012), number of children (p = 0.008) and maternal parenting (p = 0.000). While the multivariate analysis
obtained from the maternal education (p = 0.004; OR = 2.594; CI95% = 1.356 to 4.963), maternal occupation (p =
0.000; OR = 74.769; CI95% = 24.141 to 231.577), household income (p = 0.013; OR = 3.058; CI95% = 1.246 to 7.4)

and maternal parenting (p = 0.000; OR = 15.862; CI95% = 5.973 to 42.128).Bivariate analysis showed that there is a
relationship between maternal education, maternal occupation, family income, number of children and parenting
mothers with a nutritional status of children under five. Based on the results of the multivariate analysis, maternal
occupation is the most associated factor with nutritional status of children under five.
Keywords: Nutritional Status, Children Under Five, Socio-economic Factor
Affiliasi penulis : 1. Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas

Korespondensi :Rona Firmana Putri, E-mail:

Kedokteran Universitas Andalas Padang),

[email protected], Telp: 085365274073

2. Bagian Ilmu Gizi FK

UNAND, 3. Bagian IKM FK UNAND

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)

254


http://jurnal.fk.unand.ac.id

15% kasus gizi kurang dan gizi buruk yang ditimbang

PENDAHULUAN
Pada saat ini balita (bawah lima tahun)

berdasarkan BB/U. Data Status Gizi Puskesmas

sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan

Nanggalo tahun 2012 menunjukkan dari 1070 anak

menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas di

balita yang ditimbang berdasarkan BB/U diketahui 1%

masa depan memerlukan perhatian khusus. Usia di


gizi sangat kurang, 5% gizi kurang, 2% gizi lebih, dan

bawah lima tahun merupakan “usia emas” dalam

berdasarkan TB/U diketahui 5% sangat pendek, 8%

pembentukan sumberdaya manusia baik dari segi

pendek, serta berdasarkan BB/TB diketahui 3% kurus,

pertumbuhan fisik maupun kecerdasan, dimana hal ini

8% gemuk. Data tersebut juga menunjukkan bahwa

harus didukung oleh status gizi yang baik karena

terdapat 33% anak balita yang berada pada garis

status gizi berperan dalam menentukan sukses


kemiskinan.

tidaknya upaya peningkatan sumberdaya manusia.
WHO

pada

tahun

2002

1

menyebutkan

6,7

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui


hubungan

kondisi

sosial

ekonomi

penyebab kematian anak balita urutan pertama

keluarga terhadap status gizi anak balita di wilayah

disebabkan

kerja Puskesmas Nanggalo.

gizi

buruk


dengan

angka

54%.

Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas)
tahun 2010, secara nasional prevalensi balita gizi

METODE

buruk sebesar 4,9% dan kekurangan gizi 17,9%. Hal

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja

ini menunjukkan bahwa di Indonesia masih terdapat

Puskesmas Nanggalo Padang dari bulan Januari

balita dengan gizi buruk dan kekurangan gizi sehingga


sampai April 2014. Sampel adalah kelompok anak

pembangunan

sepenuhnya

balita dan kelompok ibu balita (responden yang

mampu meningkatkan kualitas hidup sumber daya

mengisi kuesioner) yang memenuhi kriteria inklusi

manusia.

di

Indonesia

belum


1-3

yaitu anak balita (1-5 tahun) dan responden bersedia

Prevalensi

status

gizi

balita

mengisi kuesioner serta tidak memenuhi kriteria

berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)

eksklusi yaitu anak balita yang sakit atau cacat,

di Indonesia yaitu 17,8% sangat pendek dan di


responden yang tidak kooperatif dan tidak tahu umur

Provinsi Sumatera Barat 16,35% juga sangat pendek.

anak balitanya dengan menggunakan teknik simple

Sedangkan untuk prevalensi status gizi berdasarkan

random sampling. Penelitian ini bersifat analitik

indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

dengan desain cross-sectional study. Pengolahan data

persentase di Indonesia yaitu 6,7% dan di Provinsi

dilakukan dengan uji chi-square untuk mengetahui

Sumatera Barat 4,1% sangat kurus.


anak

4

hubungan antara variabel dependen dengan variabel

Status gizi pada masyarakat dipengaruhi oleh

independen dan regresi logistik untuk mengetahui

banyak faktor. Kondisi sosial ekonomi merupakan

variabel independen yang paling berhubungan dengan

salah satu faktor penting yang mempengaruhi status

variabel

gizi. Bila kondisi sosial ekonomi baik maka status gizi

komputerisasi. Variabel dependen adalah status gizi

diharapkan semakin baik. Status gizi anak balita akan

anak balita dan variabel independen adalah tingkat

berkaitan erat dengan kondisi sosial ekonomi keluarga

pendidikan

(orang tua), antara

tua,

pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak dan

tua,

pola asuh ibu.

pekerjaan

orang

lain pendidikan orang

tua,

jumlah

anak

orang

dependen

ibu,

tingkat

menggunakan

pengetahuan

sistem

ibu,

jenis

pengetahuan dan pola asuh ibu serta kondisi ekonomi
5

orang tua secara keseluruhan.

HASIL

Berdasarkan Data Prevalensi Status Gizi
Dinas

Kesehatan

Kota

Padang

tahun

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-

2012,

faktor yang berhubungan dengan status gizi anak

kecamatan Nanggalo termasuk ke dalam empat besar

balita di wilayah kerja puskesmas Nanggalo Padang

wilayah yang prevalensi status gizinya berada di

didapatkan karakteristik umum subyek penelitian yang

Bawah Garis Merah (BGM) dan terdapat lebih dari

ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)

255

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Tabel 1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian
Karakteristik

f

%

Laki-laki

107

47,1

perempuan

120

52,9

12-24

86

37,9

25-60

141

62,1

256

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 2.
didapatkan nilai p < 0,05 pada faktor tingkat

Jenis kelamin

pendidikan

ibu

(p=0,022),

jenis

pekerjaan

ibu

(p=0,000), pendapatan keluarga (p=0,012), jumlah
anak (p=0,008) dan pola asuh ibu (p=0,000) yang

Usia (bulan)

menunjukkan
bermakna

bahwa

antara

terdapat

tingkat

hubungan

pendidikan

ibu,

yang
jenis

pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak dan

Berat badan (kg)
2 orang

30

50,8

29

49,2

59

≤2 orang

53

31,5

115

68,5

168

Tinggi

0,012

Keluarga
Pola Asuh Ibu

Jumlah anak

0,008

bahwa faktor jenis pekerjaan ibu merupakan faktor

Pola asuh

yang paling dominan berhubungan dengan status gizi

ibu
Tidak baik
Baik

Berdasarkan uji statistik pada tabel 4. didapatkan

45

60

30

40

anak balita.

75
0,000

38

25

114

75

152

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)

http://jurnal.fk.unand.ac.id

maka ibu dapat melakukan pencegahan agar keadaan

PEMBAHASAN
Hasil

penelitian

ini

menunjukan

masih

tersebut tidak semakin buruk.

1,11

ditemukan anak balita yang berstatus gizi kurang yaitu

Berdasarkan hasil penelitian ini balita dengan

sebesar 36,6%. Penelitian yang dilakukan oleh Supadi

status gizi kurang lebih banyak berasal dari kelompok

di Puskesmas Wonosalam II Kabupaten Demak

ibu

mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu

dibandingkan

sebesar 39,2% anak balita di daerah tersebut

berpendidikan tinggi yaitu 35%. Hasil penelitian ini

mengalami

kedua

sejalan dengan penelitian Ihsan di Desa Teluk Rumbia

penelitian dibandingkan, terlihat bahwa persentase

yang menjabarkan dari 32 balita dengan status gizi

kejadian status gizi kurang pada penelitian Supadi

kurang, sebanyak 31 orang (31,6%) berasal dari

masih lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena pada

kelompok ibu dengan pendidikan rendah dan 1 orang

penelitian tersebut didapatkan sebagian besar ibu

(12,5%) berasal dari kelompok ibu dengan pendidikan

memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Pendidikan

tinggi.

yang rendah mempengaruhi tingkat pemahaman

dijabarkan

status

gizi

kurang.

Apabila

terhadap pengasuhan anak termasuk dalam hal

yang semakin menurun.

8,9

berpendidikan

rendah

dengan

kelompok

Hasil

penelitian

tersebut

didapatkan

disebabkan

Berdasarkan

analisis

yaitu

47,7%

ibu

yang

seperti

oleh

pengetahuan ibu mengenai gizi balita.

perawatan, pemberian makanan dan bimbingan pada
anak yang akan berdampak pada kesehatan dan gizi

yang

yang

kurangnya

12

bivariat

terdapat

hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu
dengan status gizi balita. Hasil ini didukung dengan

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar

hasil analisis multivariat yang menunjukan bahwa

Tahun 2010 secara nasional prevalensi gizi kurang

pendidikan ibu memang merupakan faktor yang

adalah

data

berhubungan dengan status gizi balita. Hasil ini

tersebut maka angka kejadian gizi kurang di wilayah

sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2014

oleh Yoseph yang menunjukan bahwa terdapat

masih terlihat lebih tinggi. Perbedaan prevalensi ini

hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan

terjadi

pengambilan

ibu dengan status gizi balita. Menurut Gusti, balita

sampel, dimana pada penelitian Riskesdas sampel

yang memiliki ibu yang berpendidikan rendah memiliki

diambil di daerah rural dan urban. Sedangkan pada

risiko

penelitian ini sampel diambil pada daerah rural. Hal ini

dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi.

dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh

Namun penelitian yang dilakukan oleh Masithah

Almarita, bahwa gizi kurang lebih banyak pada daerah

memiliki hasil yang berbeda yakni, tidak terdapat

17,9%.

karena

Jika

dibandingkan

adanya

perbedaan

dengan

rural jika dibandingkan dengan daerah urban.

3,9

untuk

mengalami

status

gizi

kurang

hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan

Penelitian yang dilakukan oleh Masithah di

dengan status gizi balita. Perbedaan hasil ini terjadi

Desa Mulya Harja Bogor mendapatkan anak balita

karena adanya perbedaan dalam metode dan uji

dengan status gizi kurang sebesar 16,9%. Persentase

hipotesis yang digunakan.

2,10,11

hasil tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan dengan

Berdasarkan literatur, semakin tinggi tingkat

penelitian ini. Hal ini disebabkan karena sebagian

pendidikan seseorang maka semakin mudah diberikan

besar ibu balita di Desa Mulya Harja aktif mengunjungi

pengertian mengenai suatu informasi dan semakin

posyandu dan menghadiri berbagai penyuluhan yang

mudah untuk mengimplementasikan pengetahuannya

diadakan

pada

dalam perilaku khususnya dalam hal kesehatan dan

penelitian ini sesuai yang ditemukan di lapangan,

gizi. Dengan demikian, pendidikan ibu yang relatif

sebagian besar ibu balitanya tidak aktif ke posyandu

rendah juga akan berkaitan dengan sikap dan

ataupun mengikuti penyuluhan. Menurut Handayani,

tindakan ibu dalam menangani masalah kurang gizi

penting bagi ibu untuk aktif berkunjung ke posyandu

pada anak balitanya.

mengenai

ilmu

gizi.

Sementara

9

anaknya,

Hasil penelitian menunjukan bahwa balita

sehingga apabila terjadi masalah seperti gizi kurang

dengan status gizi kurang lebih banyak berasal dari

untuk

memantau

kesehatan

dan

gizi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)

257

http://jurnal.fk.unand.ac.id

kelompok ibu yang berpengetahuan rendah. Hal ini

Selain itu hasil penelitian ini tidak jauh berbeda

disebabkan

yang

dengan hasil penelitian Miko yang mendapatkan

berpendidikan rendah pada penelitian ini. Hal ini

proporsi status gizi kurang pada anak umur 6-60 bulan

sesuai dengan teori, bahwa tingkat pendidikan turut

mempunyai ibu yang bekerja lebih banyak (22,4%)

menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap

dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja (19,9%)

dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh,

di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya

semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

dengan kesimpulan terdapat hubungan pekerjaan

karena

cukup

baik pula pengetahuannya.

banyak

ibu

12

15

dengan status gizi balita.

Penelitian yang dilakukan oleh Panambunan

Menurut kepustakaan, ibu yang tidak bekerja

dan Sjane juga mendapatkan lebih banyak ibu dengan

dalam keluarga dapat mempengaruhi asupan gizi

pengetahuan yang rendah memiliki balita dengan

balita karena ibu berperan sebagai pengasuh dan

status gizi kurang dibandingkan dengan status gizi

pengatur konsumsi makanan anggota keluarga. Ibu

baik.

yang

yang bekerja tidak memiliki waktu yang cukup untuk

dilakukan oleh Yoseph yang menunjukan bahwa balita

mengasuh dan merawat anaknya sehingga anaknya

dengan status gizi kurang lebih banyak berasal dari

dapat menderita gizi kurang.

Namun

kelompok

berbeda

ibu

yang

dengan

penelitian

1

berpengetahuan

tinggi

Penelitian oleh Ihsan mendapatkan kejadian

kelompok

yang

status gizi kurang terbanyak pada anak balita dengan

berpengetahuan rendah. Hal ini dikarenakan ibu

ibu yang tidak bekerja yaitu 30,2% sedangkan gizi baik

kurang menerapkan pengetahuan yang ia miliki

tertinggi pada anak balita dengan ibu yang bekerja

mengenai kebutuhan gizi yang harus dipenuhi untuk

yaitu 70%. Hal ini dihubungkan dengan pendapatan

anak balitanya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

keluarga yang rendah. Menurut Supariasa kehidupan

oleh Indra, mendapatkan salah satu sebab masalah

ekonomi keluarga akan lebih baik pada keluarga

gizi kurang yaitu kurangnya pengetahuan tentang gizi

dengan ibu bekerja dibandingkan dengan keluarga

atau kurang menerapkan informasi tersebut dalam

yang hanya menggantungkan ekonomi pada kepala

dibandingkan

dengan

kehidupan sehari-hari.

ibu

10,13

keluarga atau ayah. Kehidupan ekonomi keluarga

Analisis hubungan antara pengetahuan ibu

yang lebih baik akan memungkinkan keluarga mampu

dengan status gizi balita tidak bisa dilakukan karena

memberikan perhatian yang layak bagi asupan gizi

terdapat cell yang kosong sehingga hasil ini tidak bisa

balita.

dibandingkan

yang

Hasil penelitian mendapatkan dari 227 ibu

dilakukan oleh Rahmawati dkk yang mendapatkan

balita di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang

hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

tahun 2014 persentase pendapatan keluarganya

pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Menurut

masih rendah yaitu sebesar 60,4% dan persentase

teori,

sangat

balita yang mengalami status gizi kurang lebih banyak

mempengaruhi status gizi balita karena kebutuhan dan

berasal dari keluarga yang pendapatannya rendah

kecukupan

yaitu

tingkat

dengan

penelitian

pengetahuan
gizi

anak

ibu

balita

serupa

5,12

memang
tergantung

dari

pengetahuan ibu mengenai jenis makanan yang
diberikan oleh ibu.

11,14

43,1%

sedangkan

pada

keluarga

yang

berpendapatan tinggi hanya terdapat 26,7% balita
dengan status gizi kurang. Hal ini disebabkan karena

Hasil penelitian ini mendapatkan balita yang

pada penelitian ini rata-rata kepala keluarga hanya

mengalami status gizi kurang lebih banyak berasal

bekerja sebagai petani dan ibu hanya sebagai ibu

dari keluarga yang ibunya bekerja dengan analisis

rumah tangga. Selain itu dalam satu keluarga

bivariat terdapat hubungan yang bermakna antara

sebagian besar memiliki anak lebih dari 2 orang

pekerjaan ibu dengan status gizi balita. Hasil bivariat

dengan jarak antara satu anak dengan anak yang

ini diperkuat dengan hasil analisis multivariat yang

lainnya tidak terlalu jauh. Hasil ini sejalan dengan

menunjukan bahwa pekerjaan ibu merupakan faktor

penelitian

yang paling berhubungan dengan status gizi balita.

mendapatkan bahwa anak balita dengan status gizi

yang

dilakukan

oleh

Sander

yang

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)

258

http://jurnal.fk.unand.ac.id

yang kurang lebih banyak berasal dari keluarga yang

dengan distribusi makanan yang tidak merata akan

berpendapatan rendah yaitu 53,1% dan pada keluarga

menyebabkan anak balita dalam keluarga tersebut

yang berpendapatan tinggi sebesar 22%.

16

menderita kurang gizi.

12,17

Hasil analisis bivariat menunjukan terdapat

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dewati

hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi

menunjukan hal yang berbeda yakni, tidak terdapat

balita. Diikuti dengan hasil analisis multivariat yang

hubungan antara jumlah anak dengan status gizi

dilakukan menunjukan bahwa pendapatan keluarga

balita.

merupakan salah satu faktor yang berhubungan

berbedanya karakteristik jarak umur anak. Pada

dengan status gizi balita. Hasil ini selaras dengan

penelitian ini rata-rata didapatkan jumlah anak yang

penelitian yang dilakukan oleh Woge dan Yoseph

lebih dari 2 orang dengan jarak umur anak yang dekat.

yang mendapatkan bahwa terdapat hubungan yang

Sementara

bermakna antara pendapatan keluarga dengan status

sebagian besar jumlah anak juga lebih dari 2 orang

gizi balita di Kecamatan Kelimutu Kabupaten Ende

namun jarak umur anak yang satu dengan anak yang

Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berbeda

lainnya rata-rata 4 tahun keatas.

dengan Suhendri yang mendapatkan hasil bahwa

Perbedaan

pada

hasil

ini

penelitian

disebabkan

Dewati

oleh

didapatkan

18

Jumlah anak yang banyak pada keluarga

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

meskipun

pendapatan keluarga dengan status gizi balita di

mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih

Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten

sayang orang tua yang di terima anaknya, terutama

Tangerang. Perbedaan hasil ini disebabkan karena

jika jarak anak yang terlalu dekat. Hal ini dapat

adanya perbedaan metode dan uji hipotesis yang

berakibat turunnya nafsu makan anak sehingga

digunakan.

10,17

keadaan

ekonominya

cukup

akan

pemenuhan kebutuhan primer anak seperti konsumsi

Menurut teori, jika suatu keluarga memiliki
pendapatan yang besar serta cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi anggota keluarga maka pemenuhan
1

makanannya akan terganggu dan hal tersebut akan
berdampak terhadap status gizi anaknya.
Hasil

penelitian

13-15

menunjukan

bahwa

kebutuhan gizi pada balita dapat terjamin. Sementara

persentase anak balita yang mengalami status gizi

Pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli

kurang lebih banyak terjadi pada ibu dengan pola asuh

rendah sehingga tidak mampu membeli pangan dalam

yang tidak baik yaitu 60% dan hasil analisis bivariat

jumlah yang diperlukan dan pada akhirnya berakibat

menunjukan terdapat hubungan antara pola asuh

buruk terhadap status gizi anak balitanya.
Hasil

penelitian

ini

15

menunjukan

dengan status gizi balita. Hasil ini sejalan dengan
bahwa

penelitian yang dilakukan Aswin bahwa terdapat

persentase ibu dengan jumlah anak > 2 orang lebih

33,8% balita yang mengalami status gizi kurang akibat

banyak menderita status gizi kurang yaitu 50,8%

pola asuh yang tidak baik sedangkan pada pola asuh

dibandingkan dengan ibu yang jumlah ankanya ≤ 2

ibu yang baik hanya terdapat 19,2% balita yang

orang yaitu 31,5%. Hasil bivariat menunjukan terdapat

mengalami status gizi kurang dengan hasil uji statistik

hubungan jumlah anak dengan status gizi. Hasil ini

menunjukan

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ihsan di

bermakna antara pola asuh ibu dengan status gizi.

Desa Teluk Rumbia Kecamatan Singkil Kabupaten

bahwa

Penelitian

terdapat

oleh

Miko

hubungan
juga

yang
19

menunjukan

Aceh Singkil, pada penelitiannya didapatkan bahwa

terdapat hubungan antara pola asuh ibu dengan status

kejadian status gizi kurang tertinggi pada jumlah anak

gizi balita dengan persentase anak balita yang

> 2 orang yaitu 32,9% dengan hasil analisis terdapat

mengalami status gizi kurang lebih banyak pada ibu

hubungan jumlah anak dengan status gizi balita.

yang pola asuhnya tidak baik yaitu 73% sedangkan

Menurut kepustakaan, jumlah anak yang banyak akan

pada ibu dengan pola asuh yang baik 42,2%. Diikuti

berpengaruh terhadap tingkat konsumsi makanan,

dengan penelitian yang dilakukan oleh Aswin yang

yaitu jumlah dan distribusi makanan dalam rumah

mendapatkan bahwa terdapat hubungan antara pola

tangga. Dengan jumlah anak yang banyak diikuti

asuh ibu dengan status gizi balita. Hasil analisis

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)

259

http://jurnal.fk.unand.ac.id

multivariat pada penelitian ini juga menunjukan bahwa

oran/lapnas_riskesdas2010/Laporan_riskesdas_20

pola asuh ibu merupakan faktor yang berhubungan

10.pdf.

15,19

4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil

dengan status gizi balita.
Sampai

saat

ini,

peneliti

masih

belum

menemukan perbedaan dari hasil penelitian ini. Ratarata penelitian lain mengenai hubungan pola asuh ibu
terhadap status gizi balita selalu memiliki hasil bahwa

Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2010.
5. Supariasa IDN. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
EGC; 2002.

terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh

6. Dinas Kesehatan Kota Padang. Laporan Tahunan

ibu dengan status gizi balita. Hal ini sesuai dengan

Data Prevalensi Status Gizi tahun 2012. Padang:

teori

Dinas Kesehatan; 2012.

yang menyatakan bahwa pola asuh sangat
memberikan

7. Puskesmas Nanggalo Kota Padang. Laporan

perhatian yang penuh serta kasih sayang pada anak,

Tahunan Rekapitulasi Hasil Penimbangan Massal

memberi waktu yang cukup untuk memperhatikan

tahun 2012. Padang: Puskesmas Nanggalo; 2012.

mempengaruhi

status

gizi

seperti

asupan gizinya sehingga status gizi anak menjadi

8. Supadi J. Analisis Faktor-faktor Pola Asuh Gizi Ibu

lebih baik. Selain itu berdasarkan penelitian Hamal

dengan Status Gizi Anak Balita di Puskesmas

anak-anak yang selalu mendapat tanggapan, respon

Wonosalam II Kabupaten Demak. Jurnal Gizi Klinik

dan pujian dari ibunya menunjukan keadaan gizi yang

Indonesia. 2002; 2(7):70-6.

lebih baik.

2,20

9. Atmarita TS. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta; 2004.
10. Woge

KESIMPULAN

A,

Yoseph

R.

Faktor-faktor

yang

Terdapat hubungan yang bermakna antara

berhubungan dengan Status Gizi Anak Balita di

pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga,

Kecamatan Kelimutu Kabupaten Ende Flores

jumlah anak dan pola asuh ibu dengan status gizi

Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Gizi Klinik

anak balita. Pekerjaan ibu merupakan faktor yang

Indonesia. 2007; 1(3): 92-4.

paling dominan berhubungan dengan status gizi.

11. Masithah T. Hubungan Pola Asuh Ibu dan

Faktor pengetahuan ibu tidak dapat dilakukan uji

Kesehatan dengan Status Gizi Balita di Desa

statistik sehingga tidak didapatkan hubungan.

Mulya Harja Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan. 2005;
34(1): 39-49.
12. Ihsan M. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

DAFTAR PUSTAKA
1. Handayani IS. Hubungan Antara Sosial Ekonomi

Status Gizi Anak Balita di Desa Teluk Rumbia

Keluarga dengan Status Gizi Balita Indonesia

Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil. Jurnal

[serial online]. 2008 (diunduh 24 Agustus 2013).

Gizi Indonesia. 2012; 22(3): 44-54.

HYPERLINK

13. Panambunan W, Sjane H. Hubungan Tingkat

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/1234567

Pengetahuan Ibu, Status Pekerjaan Ibu dan Pola

89/50164/G08ish2.

Makan terhadap Status Gizi Balita di Desa

Tersedia

2. Gusti

dari:

AKM.

URL:

Hubungan

Perilaku

Ibu

dalam

Blimbing

Kecamatan

Sambirejo

Kabupaten

Pemberian Gizi Seimbang dengan Status Gizi

Sragen. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan. 2006;

pada

48(11): 69-78.

Balita

di

Posyandu

Kelurahan

Depok

Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok (Skripsi).

14. Rahmawati I, Sudargo T, Paramastri I. Pengaruh

Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas

Penyuluhan dengan Media Audio Visual Terhadap

Pembangunan

Peningkatan Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu

Nasional

Veteran.

(Published);

Balita Gizi Kurang dan Buruk di Kabupaten

2010.
3. Riset Kesehatan Dasar. Laporan Riset Kesehatan
Dasar 2010. [serial online]. 2010 (diunduh 1 Maret

Kotowaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2007; 4(2): 69-77.

HYPERLINK

15. Miko H. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

http://litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_lap

Status Gizi Anak Umur 6-60 bulan di Kecamatan

2014).

Tersedia

dari:

URL:

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)

260

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Gizi
Indonesia. 2003; 1(1): 7-15.

18. Dewati NS. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

16. Sander S. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi,
Higiene Sanitasi Lingkungan, Tingkat Konsumsi

Sewon I Bantul. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
2008; 6(3): 128-40.

dan Infeksi dengan Status Gizi Anak Balita di

19. Aswin RK. Pengaruh Karakteristik Keluarga dan

Kabupaten Semarang. Jurnal Penelitian Gizi dan

Pola Asuh Ibu pada BalitaGizi Kurang dan Gizi

Makanan. 2003; 89(17): 225-33.

Buruk

17. Suhendri U. Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Status Gizi Anak Balita di Puskesmas
Sepatan

Kecamatan

Tangerang.

(Skripsi),

Kedokteran,

Universitas

(Published).2009.

Sepatan
Jakarta:
Syarif

di

Kabupaten

Lombok

Barat.

Jurnal

Kesehatan Prima. 2008; 24(3): 333-42.
20. Hamal DK, Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan

Kabupaten

Orangtua Serta Pola Asuh dengan Status Gizi

Fakultas

Balita di Kota dan Kabupaten Tangerang Banten.

Hidayatullah;

Jurnal

Penelitian

Gizi

dan

Makanan.

2011;

26(2):10-9.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)

261

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Berburu dengan anjing terlatih_1

0 46 1

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Preparasi dan Karaterisasi Nanopartikel Zink Pektinat Mengandung Diltiazem Hidroklorida dengan Metode Gelasi Ionik.

7 51 92

Aplikasi keamanan informasi menggunakan teknik steganografi dengan metode Least Significant Bit (LSB) insertion dan RC4

34 174 221