Penerapan Media Audio Visual Terhadap Ke

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang digunakan oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari – hari. Bahasa juga dikatakan sebagai satuan
ujaran yang dihasilkan alat ucap manusia sebagai lambang bunyi yang bersifat
arbitrer dan memiliki satuan arti yang lengkap. Dengan bahasa itulah manusia
dapat berinteraksi satu sama lainnya. Interaksi itu sendiri adalah berkomunikasi.
Komunikasi dapat dilakukan dengan cara lisan dan tulisan. Komunikasi yang
dilakukan secara lisan berarti seseorang itu dapat langsung menyampaikan pesan
kepada lawan bicaranya sehingga pesan langsung sampai kepada yang dituju,
sedangkan secara tulisan lebih cenderung terstruktur dan teratur karena pesan
yang akan disampaikan kepada penerima pesan dan waktunya pun cenderung
lebih lama, namun isi pesan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
luas. Sedangkan, dalam dunia pendidikan, Bahasa Indonesia adalah bahasa yang
digunakan sebagai bahasa pengantar saat proses pembelajaran berlangsung.
Tarigan (2008:1) mengemukakan bahwa, “Keterampilan dasar berbahasa
meliputi empat komponen yaitu, keterampilan menyimak (listening skills),
keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills),
dan keterampilan menulis (writing skills).”

Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan
lainnya. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu
hubungan urutan yang teratur : mula – mula pada masa kecil kita belajar

1

2
menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan
menulis. Salah satu keterampilan berbahasa yang diharapkan mampu untuk
dikuasai adalah menulis.
Sehubungan dengan menulis, Tarigan (2008 : 3) menyatakan, “Menulis
merupakan

suatu

keterampilan

berbahasa

yang


dipergunakan

untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. ”
Selanjutnya, Marwoto dalam Dalman (2014 : 4) menyatakan,
Menulis adalah mengungkapkan ide atau gagasannya dalam bentuk
karangan secara leluasa.Dalam hal ini, menulis membutuhkan skemata
yang luas sehingga si penulis mampu menuangkan ide, gagasan,
pendapatnya dengan mudah dan lancar. Skemata itu sendiri adalah
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Jadi, semakin luas skemata
seseorang, semakin mudahlah ia menulis.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu
keterampilan untuk mengekspresikan diri, mengungkapkan ide, gagasan, pendapat
dalam bentuk bahasa tulis sehingga orang lain dapat memahami maksud penulis.
Selain bertujuan untuk menyampaikan informasi dan pesan secara tertulis,
menulis juga memiliki manfaat. Adapun manfaat dari menulis seperti yang
diungkapkan oleh Akhadiah, dkk. (1988:1) yaitu :

Dengan menulis seseorang dapat mengenali kemampuan dan potensi diri,
melalui kegiatan menulis seseorang dapat mengembangkan berbagai
gagasan, kegiatan menulis memaksa seseorang lebih banyak menyerap,
mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang
ditulis, mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta
mengungkapkannya secara tersurat, melalui tulisan seseorang akan dapat
meninjau serta menilai gagasan secara objektif, dengan menulis di atas
kertas, seseorang akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu
dengan menganalisisnya secara tersurat, dalam konteks yang lebih
konkret, tugas menulis mengenai suatu topik mendorong seseorang untuk

3
belajar secara aktif dan kreatif, kegiatan menulis yang terencana akan
membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa menulis sangat penting,
melalui kegiatan menulis siswa dapat memperdalam daya tanggap dan persepsi,
memudahkan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, dan menyusun urutan
bagi

pengalamannya.


Dengan

keterampilan

menulis

siswa

akan

dapat

mengembangkan kreatifitasnya dan juga dapat menggunakannya sebagai sarana
yang berharga dalam berbagai cara untuk belajar. Dengan demikian siswa kelak
akan dapat menyampaikan informasi melalui sebuah tulisan.
Tarigan (2008:19) menyatakan, “Keterampilan menulis merupakan salah satu
aspek penting dalam proses komunikasi, karena menulis seseorang dapat
menyampaikan ide-ide atau perasaannya yang dapat dituangkan kedalam tulisan”.
Sedangkan,


Abbas

dalam

http://eprints.uny.ac.id/9902/3/bab%202%20-

%2008108247081.pdf menyatakan bahwa, “Keterampilan menulis adalah
kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain
dengan melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung
dengan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata dan gramatikal dan
penggunaan ejaan.”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
menulis adalah keterampilan menuangkan ide, gagasan, perasaan dalam bentuk
bahasa tulis dengan penggunaan ejaan yang tepat sehingga orang lain yang
membaca dapat memahami isi tulisan tersebut dengan baik.
Menulis harus dilakukan secara efektif dan efisien, mengingat menulis
merupakan kegiatan produksi dan ekspresi. Sehubungan dengan menulis sebagai

4

salah satu aspek berbahasa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di
SMP, siswa dituntut untuk mampu mengorganisasikan pemikiran, ide dan
perasaannya dalam berbagai bentuk tulisan baik sastra maupun nonsastra. Salah
satu tulisan dalam ranah nonsastra adalah karangan.
Karangan merupakan bentuk kompleks pengungkapan gagasan yang
terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat. Karangan dibedakan dalam lima jenis
yaitu, deskripsi, eksposisi, persuasi, argumentasi, dan narasi. Di antara kelima
jenis karangan di atas, narasi merupakan karangan yang dianggap cukup sulit oleh
siswa.
Dalman

(2014 : 106 ) menyatakan, “ Narasi merupakan bentuk

percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan
rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu – waktu.” Selanjutnya,
Keraf dalam Dalman (2014:106) menyatakan, “Karangan narasi adalah suatu
bentuk karangan yang berusaha menggambarkan sejelas- jelasnya kepada
pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan
cerita yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk

manusia dalam sebuah peristiwa dari waktu ke waktu, juga di dalamnya terdapat
tokoh yang menghadapi suatu konflik yang disusun secara sistematis.
Sehubungan dengan menulis narasi sebagai salah satu aspek berbahasa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SMP yang terdapat pada SK (Standar
Kompetensi) 12 yaitu mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi
dan pesan singkat. Dengan keterampilan menulis narasi siswa diharapkan dapat

5
mengembangkan kreativitas dan juga dapat menggunakannya sebagai sarana yang
berharga dalam berbagai cara untuk belajar. Sehingga siswa dapat menyampaikan
informasi melalui sebuah tulisan yang bermanfaat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hilda Nurul Mawaddah
pada skripsinya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan
Narasi dengan Media Teks Wacana Dialog pada Siswa Kelas VII SMP Madrasah
Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta.” Menunjukkan hasil bahwa kemampuan awal
siswa menulis karangan narasi masih rendah. Saat dilakukan penilaian, nilai siswa
hanya mencapai 65,75 sehingga belum mampu mencapai standar keberhasilan
yang diisyaratkan yakni dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70. Ini
dikarenakan


ketidakpahaman

siswa

untuk

memulai

karangannya

dan

kurangtepatnya strategi yang digunakan oleh guru.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan guru memerlukan media
pembelajaran agar proses pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung dengan
baik. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan menerapkan media
pembelajaran yang tepat menentukan pencapaian dalam proses belajar-mengajar.
Media pembelajaran berfungsi untuk membantu guru dalam menyampaikan
materi sehingga dapat melibatkan siswa berpartisipasi aktif dan mampu
menciptakan suasana belajar yang baik.

Menurut Sadiman, dkk., (2008 : 7) bahwa, “Media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”. Selanjutnya Ali dalam

6
http://www.definisi-pengertian.com/2015/10/definisi-pengertianmediapembelajara
html berpendapat bahwa, “Media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapar memberikan rangsangan untuk belajar.”
Dari pendapat di atas, maka media pembelajaran adalah alat bantu guru
dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima
pesan belajar ( siswa ) yang dapat merangsang pola pikir siswa dalam belajar.
Dengan demikian solusi yang tepat untuk meningkatkan keterampilan
menulis narasi siswa yakni dapat berupa penggunaan media pembelajaran yang
efektif sesuai dengan standar kompetensi yang akan dicapai. Salah satu media
pembelajaran yang dimaksud adalah media pembelajaran dengan menampilkan
gambar bergerak yaitu audio visual, hal ini memberikan pengalaman yang lebih
konkret daripada metode ceramah, gambar, dan menggunakan radio. Audio visual
dapat menghasilkan tayangan gambar bergerak sekaligus menghasilkan suara.
Arsyad (2013 : 31) menyatakan bahwa, “Audio visual cara menghasilkan

atau menyampaikan materi dengan menggunakan elektronik untuk menyajikan
pesan – pesan audio dan visual.” Tayangan audio visual dapat menampilkan
format pembesaran gambar atau zoom, dapat mengendalikan penayangan seperti
mempercepat, memperlambat, memperbesar, menghentikan tayangan, atau
mengulang-ulang tayangan yang dianggap perlu. Hal ini menjadikan media audio
visual sebagai pilihan alat bantu dalam proses belajar mengajar yang dapat
dipergunakan setiap hari. Pesan atau informasi yang ada dalam media ini
diharapkan dapat membantu siswa untuk menuangkan ide – idenya ke dalam
bentuk tulisan. Selain itu, media ini diharapkan mampu merangsang pola pikir

7
siswa untuk berpikir lebih runtut dan mengembangkan idenya menjadi narasi yang
baik.
Beberapa kelebihan media audio visual yang dikemukakan oleh Indriana
(2011:92) dalam .portalgaruda.org/article.php?article=101529&val yaitu :
Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa,
sangat baik untuk menerangkan suatu proses, mengatasi keterbatasan ruang
dan waktu, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan,
memberikan kesan mendalam yang dapat mempengaruhi sikap siswa,
memberikan hiburan tersendiri bagi peserta didik, sehingga peserta didik

tidak bosan mengikuti sesi pembelajaran.
Hal di atas menjadi salah satu alasan dipilihnya media audio visual dalam
pembelajaran keterampilan menulis narasi siswa kelas kelas VII SMP Swasta RK
Bintang Timur Pematangsiantar karena dengan melihat dan mendengar,
diharapkan kemampuan berimajinasi dan berpikir siswa dapat berkembang. Selain
itu, melalui media audio visual, siswa memperoleh informasi lebih banyak dari
apa yang mereka dengar dan mereka lihat. Dalam penelitian ini, media audio
visual berupa video digunakan sebagai media pembelajaran. Artinya, dalam proses
pembelajaran, media audio visual berupa video ini digunakan sebagai alat bantu
pembelajaran dalam menulis narasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan kajian penelitian
“Penerapan Media Audio Visual Terhadap Keterampilan Menulis Karangan
Narasi Siswa Kelas VII SMP SWASTA RK Bintang Timur Pematangsiantar.”

B. Rumusan Masalah

8
Masalah perlu dirumuskan dengan jelas dan lengkap dalam ruang
lingkupnya agar sesuai dengan tujuan penelitian. Mengenai rumusan masalah ini,
Sugiyono (2008: 35) menyatakan, “Rumusan masalah merupakan suatu
pertanyaan yang akan diberikan jawabannya melalui pengumpulan data.”
Berdasarkan kutipan tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas
VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sebelum media audio
visual diterapkan dalam pembelajaran?
2. Bagaimanakah tingkat keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas
VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sesudah media audio
visual diterapkan dalam pembelajaran?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tingkat keterampilan
menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur
Pematangsiantar sebelum dan sesudah media audio visual diterapkan
dalam pembelajaran ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, dapat ditetapkan tujuan penelitian
sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan tingkat keterampilan karangan narasi siswa kelas
VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sebelum media audio
visual diterapkan dalam pembelajaran.

9
2. Untuk mendeskripsikan tingkat keterampilan menulis karangan narasi
siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sesudah
media audio visual diterapkan dalam pembelajaran.
3. Untuk mendeskripsikan tingkatan signifikan keterampilan menulis
karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur
Pematangsiantar sebelum dan sesudah media audio visual diterapkan
dalam pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan pasti ada manfaatnya. Sejalan dengan
masalah dan tujuan penelitian, maka diharapkan penelitian ini memiliki manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat mendukung teori bahwa media audio visual dapat
membantu meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa VII SMP
Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar
2. Manfaat praktis
Manfaat ini akan dibahas dalam tiga manfaat:
a) Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman
yang berarti dan juga tantangan untuk mengatasi masalah atau kesulitan
yang dialami siswa dalam menulis karangan narasi.

10
b) Bagi Guru
1) Sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi bahasa Indonesia
khususnya yang mengajar di kelas VII SMP Swasta RK Bintang
Timur Pematangsiantar dalam upaya meningkatkan keterampilan
menulis narasi.
2) Sebagai salah satu alternatif perbaikan yang digunakan oleh guru
khususnya dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah, agar
siswa lebih aktif dan kreatif.
c) Bagi Siswa
Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru, sehingga
diharapkan adanya peningkatan dalam kemampuan menulis, khususnya
menulis narasi.

E. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2008 : 64) bahwa, “Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.” Dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data.
Dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan hipotesis dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
yang empiris.

11
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka yang menjadi hipotesis
penelitian ini adalah “Terdapat tingkat keterampilan menulis karangan narasi
siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sesudah media
audio visual diterapkan dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia.”

F. Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah suatu gagasan tentang letak persoalan atau
masalahnya dalam hubugan yang lebih luas. Dalam hal ini, peneliti harus dapat
memberikan sederetan asumsi yang kuat tentang kedudukan permasalahnannya.
Asumsi yang harus diberikan tersebut, diberi nama asumsi dasar atau anggapan
dasar (Arikunto, 2010:104). Selanjutnya menurut Ary, dkk,. (1984:34) asumsi
adalah mendasari setiap pernyataan yang menyatakan bahwa dalam kondisi
tertentu akan terjadi kejadian tertentu.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan anggapan
dasar dinyatakan dugaan atau landasan berpikir sebagai dasar. Sebelum
mengadakan penelitian terlebih dahulu didasarkan kepada suatu landasan tertentu
yang disebut asumsi dasar.
Maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Menulis karangan narasi merupakan salah satu pelajaran yang diterapkan
di kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sesuai
dengan kurikulum yang berlaku.

12
2. Media pembelajaran audio visual belum pernah diterapkan dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia di SMP Swasta RK Bintang Timur
Pematangsiantar.
3. Dengan media pembelajaran audio visual masalah yang diteliti dapat
digambarkan secara objektif.

G. Definisi Istilah
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang digunakan. Istilah dalam
penelitian ini perlu diartikan dengan jelas, sehingga tidak menimbulkan keraguan.
Adapun istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menulis adalah mengungkapkan ide atau gagasannya dalam bentuk
karangan secara leluasa. Dalam hal ini, menulis membutuhkan skemata
yang luas sehingga si penulis mampu menuangkan ide, gagasan,
pendapatnya dengan mudah dan lancar. Skemata itu sendiri adalah
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Jadi, semakin luas skemata
seseorang, semakin mudahlah ia menulis (Marwoto dalam Dalman,
2014:4).
2. Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek penting dalam proses
komunikasi, karena menulis seseorang dapat menyampaikan ide-ide atau
perasaannya yang dapat dituangkan kedalam tulisan (Tarigan, 2008:19).
3. Keraf dalam Dalman (2014:106) karangan narasi adalah suatu bentuk
karangan yang berusaha menggambarkan sejelas- jelasnya kepada
pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.

13
4. Arsyad (2013 : 31) menyatakan, audio visual cara menghasilkan atau
menyampaikan materi dengan menggunakan elektronik untuk menyajikan
pesan – pesan audio dan visual.

BAB II
LANDASAN TEORETIS

A. Pengertian Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan dan hasil karya cipta manusia yang
lahir dari pikiran-pikiran yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Tentu saja
tulisan tersebut memiliki makna, tujuan, dan merupakan hasil dari kepuasan batin
penulisannya dalam menulis. Menulis mempunyai peran yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Salah satunya adalah dengan menulis seseorang dapat
mengungkapkan ide gagasan dan pikiran untuk mencapai maksud dan tujuan
tertentu.
Menurut Tarigan (2008:3) “Menulis

merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak
secara tatap muka dengan orang lain”. Selanjutnya Dalman (2014:3) menyatakan,
“Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi)
secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat
atau medianya”
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, menulis adalah kegiatan
komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas
menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, saluran atau media
tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.

14

15
1. Menulis Sebagai Proses
Menulis dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan penyampaiaan pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir
divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat) Supriadi dalam Dalman,
(2014:5). Dalam hal ini, menulis merupakan proses penyapaian informasi secara
tertulis berupa hasil kreativitas penulisnya dengan menggunakan cara berpikir
yang kreatif, tidak monoton dan tidak terpusat pada satu pemecahan masalah saja.
Dengan demikian, penulis dapat menghasilkan berbagai bentuk dan warna tulisan
secara kreatif sesuai dengan tujuan dan sasaran tulisnya.
Menulis tidak ubahnya dengan melukis maksudnya seorang penulis dapat
menuangkan pikirannya lewat sebuah tulisan kepada pembaca, sementara pelukis
menuangkan pikirannya lewat apa saja yang dilukiskan/digambarkan dengan
konsep nyata, sehingga orang melihat dapat menyampaikan tulisannya lewat
pesan yang dilihat.

Menurut Dalman (2008:6) bahwa, proses kreatif yang berlangsung secara
kognitif, dalam komunikasi tulis terdapat empat unsur yang terlibat, yaitu :
a) Penulis sebagai penyampai pesan
b) Pesan atau isi tulisan
c) Saluran atau media berupa tulisan
d) Pembaca sebagai penerima pesan

16
2. Batasan, Fungsi, dan Tujuan Menulis
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orangorang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat
menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan
bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan
ekspresi bahasa.
Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi
yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena
memudahkan para pelajar berpikir. Juga dapat menolong kita secara kritis. Juga
dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan,
memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah
yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Tulisan dapat membantu
kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang, kita menemui apa yang
sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan,
masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis yang aktual.
Sehubungan dengan tujuan penulisan sesuatu tulisan Hugo Hartig dalam
Tarigan, (2008:25) merangkumkannya sebagai berikut:
a. Assignment Purpose (tujuan penugasan)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali.
Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan

17
sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku;
sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat).
b. Altruistic Purpose (tujuan altruistik)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan
kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami,
menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para
pembaca lebih mudah memperoleh karya.
c. Persuasive Purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan menyakinkan para pembaca akan kebenaran
gagasan yang diutarakan.
d. Information Purpose (tujuan informasional, tujuan penerapan)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerapan
kepada para pembaca.
e. Self-expressive Purpose (tujuan pernyataan diri)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang
pengarang kepada para pembaca.
f. Creative Purpose (tujuan kreatif)
Tujuan ini erat hubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi
“keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan
dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang
ideal, seni idaman.

18
g. Problem-solving Purpose (tujuan pemecahan masalah)
Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang
dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta
meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri
agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca (Hipple dalam
Tarigan 2008:26).

B. Pengertian Karangan Narasi
Karangan adalah suatu proses atau kegiatan menentukan gagasan pokok
dan gagasan pengembang dalam sebuah kerangka karangan. Perlu diketahui
bahawa kegiatan mengarang merupakan kegiatan-kegiatan bertahap. Pada
umumnya penulis pertama-tama harus membuat rencana kerja, yang setiap kali
dapat mengalami perbaikan dan penyempurnaan hingga dicapai bentuk yang lebih
sempurna.
Sebuah karangan mengandung rencana kerja, memuat ketentuan-ketentuan
pokok bagaimana suatu topik harus diperinci dan dikembangkan. Ada beberapa
karangan yang memiliki unsur pembentuk tanpa memperhatikan cerita atau narasi.
Cerita atau narasi merupakan unsur yang harus diperhatikan dalam sebuah
karangan. Atmazaki dalam Dalman, (2014:73) menyatakan, “Bentuk karangan
mempunyai beberapa jenis yaitu: karangan deskripsi, argumentasi, eksposisi,
narasi dan persuasi.”
Finoza dalam Dalman (2014:105) menyatakan, “Karangan narasi (berasal
dari naration berarti bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha
menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia

19
dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan
waktu.”
Senada dengan pendapat di atas Kosasih (2011: 9) menyatakan, “Karangan
narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan
tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan.”
Selanjutnya, Keraf (2004:136) menyatakan, “Narasi adalah suatu bentuk wacana
yang berusaha menggambarkan dengan sejela – jelasnya kepada pembaca suatu
peristiwa yang telah terjadi.”
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan narasi sangat
penting dalam pembelajaran, karena siswa dapat mengolah daya pikir melalui
kegiatan menulis yang diajarkan dalam sebuah peristiwa atau kejadian yang akan
mempengaruhi pembaca.
1. Tujuan Menulis Karangan Narasi
Dalman (2014:106) mengemukakan beberapa tujuan menulis karangan
narasi yaitu
a) Agar pembaca seolah-olah sudah menyaksikan atau mengalami
kejadian yang diceritakan.
b) Berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca
suatu peristiwa yang telah terjadi, serta menyampaikan amanat
terselubung kepada pembaca atau pendengar.
c) Untuk menggerakkan aspek emosi.
d) Membentuk citra/imajinasi para pembaca.
e) Menyampaikan amanat terselubung kepada pembaca atau pendengar.
f) Memberi informasi kepada pembaca dan memperluas pengetahuan.
g) Menyampaikan sebuah makna kepada pembaca melalui daya khayal
yang dimilikinya.

20
2. Prinsip-prinsip Karangan Narasi
Suparno dan Yunus dalam Dalman (2014:107) menyatakan bahwa dalam
menulis sebuah karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi
sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi. Prinsip-prinsip
tersebut, yakni:
a) Alur (plot), merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha
memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi. Apa yang disebut
alur dalam narasi memang sangat sulit dicari. Alur tersembunyi di
balik jalan cerita. Namun, jalan cerita bukanlah alur. Jalan cerita
hanyalah manifestasi, bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari alur
cerita. Alur dengan jalan memang tak terpisahkan, tetapi harus
dibedakan. Jalan cerita memuat kejadian, tetapi suatu kejadian ada
karena sebabnya, dan alasan. yang menggerakkan kejadian cerita
tersebut adalah alur, suatu kejadian baru dapat disebut narasi kalau
didalamnya ada perkembangan kejadiaan.
b) Penokohan, salah satu ciri khas narasi ialah mengisahkan tokoh cerita
bergerak dalam suatu rangkaian peristiwa dan kejadian. Tindakan,
peristiwa, kejadian, itu disusun bersama-sama sehingga mendapatkan
kesan atau efek tunggal.
c) Latar, ialah tempat dan waktu terjadinya perbuatan tokoh atau
peristiwa yang dialami tokoh. Dalam karangan narasi terkadang tidak
disebutkan secara jelas tempat tokoh berbuat atau mengalami
peristiwa tertentu. Sering kita jumpai cerita hanya mengisahkan latar
secara umum.
d) Sudut pandang, sebelum mengarang narasi sudut pandang yang
paling efektif untuk cerita kita harus tentukan terlebih dahulu. Sudut
pandang dalam narasi menjawab pertanyaan siapakah yang
menceritakan kisah ini. Apa pun yang dipilih sudut pandang oleh
pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita.
3. Pola Pengembangan Karangan Narasi
Tulisan narasi biasanya mempunyai pola, pola yang dimaksud berupa
awal peristiwa, tengah peristiwa, dan akhir peristiwa. Awal narasi berisi pengantar
yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar
dapat mengikat pembaca. Bagian tengah yaitu bagian yang menjelaskan secara

21
panjang lebar tentang peristiwa. Di bagian ini, penulis memunjulkan konflik.
Kemudian konflik tersebut tersebut diarahkan menuju klimaks cerita. Bagian
akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada
yang menceritakan dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha
menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya
sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bakwa pengembangan
tulisan teknik narasi dilakukan dengan mengemukakan rangkaian peristiwa yang
terjadi secara kronologis. Teknik pengembangan narasi diidentikan dengan
penceritaan (storitelling), karena teknik ini biasanya selalu digunakan untuk
menyampaikan sesuatu cerita.
4. Langkah-langkah Pengembangan Karangan Narasi
Langkah-langkah mengembangkan karangan narasi adalah sebagai
berikut:
a) Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan.
b) Tetapkan sasaran pembaca kita.
c) Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akn ditampilkan dalam
bentuk skema alur.
d) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan
akhir cerita.
e) Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa
sebagai pendukung cerita.

22
f) Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang seperti drama
atau prosa.

5.

Ciri-ciri Karangan Narasi
Menurut Keraf dalam Dalman (2014:110) ciri-ciri karangan narasi yaitu:
a)
b)
c)
d)

Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.
Dirangkai dalam urutan waktu.
Berusah menjawab pertanyaan, apa yang terjadi.
Ada konflik. Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini akan
menarik jika tidak ada konflik. Selain alur cerita, narasi dibangun
oleh konflik dan susunan kronologis.

Ciri-ciri narasi lebih lengkap diungkapkan oleh Atar Semi (2008) dalam
http:// adeagustiann.blogsome.com sebagai berikut :
a) Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis.
b) Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang
benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau
gabungan keduanya.
c) Berdasarkan konflik, karena tanpa konflik biasanya narasi tidak
menarik.
d) Memiliki nilai estetika.
e) Menekankan susunan secara kronologis.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan
bahwa ciri-ciri karangan narasi itu berisi suatu cerita, menekankan susuanna
kronologis atau dari waktu ke waktu, dan memiliki konflik. Hal inilah yang
membedakan antara karangan narasi dan jenis karangan lainnya, seperti deskripsi,
eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

23
6. Jenis-Jenis Karangan Narasi
a) Narasi Ekspositoris (Narasi Faktual)
Narasi ekspositoris adalah narasi yang memiliki sasaran informasi secara
tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang
tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositoris, penulis menceritakan suatu
peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya.
Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca
untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu
berupa perluasaan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut.
Narasi

menyampaikan

informasi

mengenai

merupakan

jenis

berlangsungnya
karangan

narasi

suaatu

peristiwaNarasi

ekspositoris

yang

mengutamakan

kisah yang sebenarnya dari tokoh yang diceritakan. Jadi,

karangan tersebut tidak boleh fiktif dan tidak boleh bercampur dengan daya
khayal atau daya imajinasi pengarangnya.
b) Narasi Sugestif (Narasi Artistik)
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha utuk memberikan suatu
maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca
atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Dalam hal ini, seorang
penulis harus mampu menggambarkan atau mendeskripsikan perwatakan para
tokoh yang digambarkan kejadian atau peristiwa yang dialami para tokoh, dan
tempat terjadinya peristiwa yang dialami para tokoh tersebut secaraa detail
sehingga pembaca seolah-olah mengalaminya sendiri.

24
Narasi sugestif mengijinkan pengarang menggunakan daya khayal atau
daya imajinasinya untuk menghidupkan sebuah cerita. Dalam hal ini, bahasa yang
digunakan juga bahasa konotatif, yaitu bahasa yang mengandung makna kiasan.
Makna atau amanat yang disampaikan pengarangnya masih dalam bentuk tersirat
bukan tersurat.
Agar perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif terlihat lebih
jelas, lihatlah ciri-ciri dominan dari kedua macam narasi pada tabel berikut.
Narasi Ekspositoris / Faktual
1. Memperluas pengetahuan

Narasi Sugestif / Artistik
1. Menyampaikan suatu makna atau

suatu amanat yang tersirat
2. Menyampaikan informasi faktual 2. Menimbulkan daya hayal
mengenai sesuatu kejadian.
3. Didasarkan pada penalaran untuk 3. Penalaran hanya berfungsi sebagai
mencapai kesepakatan rasional

alat untuk

menyampaikan

makna,

sehingga kalau perlu, penalaran dapat
dilanggar
4. Bahasanya lebih condong ke bahasa 4. Bahasanya lebih condong ke bahasa
informatif dengan titik berat pada figuratif, dengan menitik beratkan
pemakaian kata-kata denotatif.

penggunaan kata-kata konotatif.

C. Pengertian Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara antara sumber
pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Asosiasi Teknologi dan
Komunikasi

Pendidikan

(Association

of

Educatin

and

Communication

Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan
saluran yang digunakan orang untuk menyampaikan informasi.

25
Sadiman, dkk,. (2010:6) menyatakan bahwa, “Media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.” Sedangkan Gagne dalam
Indriana (2011:14) menyatakan bahwa. “Media merupakan wujud dari adanya
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa
untuk belajar.” Miarso dalan Indriana (2011 : 14) menyatakan bahwa, “Media
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar,”
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, media merupakan alat
bantu yang sangat bermanfaat bagi para siswa dan pendidik dalam proses belajar
mengajar. Dengan adanya media pengajaran, peran guru menjadi semakin luas.
Sedangkan anak didik akan terbantu untuk belajar dengan lebih baik, serta
terangsang untuk memahami subjek yang tengah diajarkan dalam bentuk
komunikasi penyampaian pesan yang lebih efektif dan efesien.
1. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan
Salah satu fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar
yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan
diciptakan oleh guru. Hamalik dalam Azhar (2013:19) mengemukakan bahwa
pemakaian

media

pembelajaran

dalam

proses

belajar

mengajar

dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh – pengaruh
psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan
sangat membantu keefektifan proses belajar dan penyampaian pesan dan isi

26
pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media
pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan
data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan
memadatkan informasi.
Secara umum media mempunyai kegunaan (Sadiman, 2008 : 17) dalam
proses belajar menagajar sebagai berikut :
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (dalam
bentuk kata – kata tertulis atau lisan belaka)
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera seperti :
1.

Objek yang terlalu besar bias digantikan dengan realita, gambar, film
bingkai, atau model

2. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film, atau gambar
3. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan
timelapse atau high-speed photography
4. Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bias ditampilkan
lagi lewat rekaman film, video, foto maupun secara verbal
5. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain
- lain) dapat divisualkan dalam bentuk gambar, film dan lain – lain.
c. Penggunaan media pendidikan yang tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik seperti, menimbulkan

kegairahan

belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan dan kenyataan, dan memungkinkan anak didik
belajar sendiri- sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

27
d. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi lingkungan dan
pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan
ditentukan sama untuk setiap siswa oleh karena itu media pendidikan
dapat dimanfaatkan untuk memberikan perangsang yang sama,
mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
Dari uaraian dan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat
penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar yaitu untuk
memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan
meningkatkan proses dan hasil belajar, meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak

sehingga

dapat

meningkatkan

motivasi

belajar,

interaktif,

dan

memungkinkan siswa untuk belajar sendiri – sendiri sesuai dengan kemampuan
dan minatnya.

D. Pengertian Media Audio Visual
Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi
kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media Audiovisual
merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang berarti bahan atau alat yang
dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang
diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide.
Arsyad (2013 : 31) menyatakan, “Audio visual yaitu cara menghasilkan
atau menyampaikan materi dengan menggunakan elektronik untuk menyajikan
pesan – pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio visual jelas bercirikan
pemakaian perangkat keras selama prose belajar mengajar, sepeti proyektor film

28
dan proyektor visual yang lebar. Pengajaran melalaui audio visual adalah produksi
dan

penggunaan

materi

yang

penyerapannya

melalaui

pandangan

dan

pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau
simbol – simbol yang serupa.
Selanjutnya, Rohani dalam https://vebivanesa.wordpress.com/2015/04/13/
menyatakan bahwa, “Media audio visual adalah merupakan media perantara atau
penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran
sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh
penegtahuan, keterampilan, atau sikap.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media audio visual
adalah peralatan yang dipakai oleh guru dalam menyampaikan konsep, gagasan
dan pengalaman yang ditangkap oleh indera pandang dan pendengaran.
Ciri – ciri media audio visual adalah sebagai berikut :
1. Mereka biasanya bersifat linier
2. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis
3. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
perancang/pembuatnya
4. Mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan
abstrak
5. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan
kognitif
6. Umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan
interaktif murid yang rendah.

29

1. Jenis-jenis Media Audio Visual

Media audio visual adalah media intruksional modern yang sesuai dengan
perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) karena
meliputi penglihatan, pendengaran dan gerakan, serta menampilkan unsur gambar
yang bergerak. Jenis media yang termasuk dalam kelompok ini adalah televisi,
video dan film bergerak.
a)

Film
Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame

dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara
mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Kemampuan film
melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri.
Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan
hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan
informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,
mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan
mempengaruhi sikap.
b) Video

Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin
lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan dapat
bersifat fakta (kejadian/ peristiwa penting, berita), maupun fiktif (seperti
misalnya cerita), bisa bersifat informatif, edukatif maupun intruksional.
Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video, namun tidak berarti

30
bahwa video akan menggantikan kedudukan film. Masing-masing
memiliki keterbatasan dan kelebihan sendiri.
c) Televisi (TV)

Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan
gambar hidup bersama suara melalui kabel dan ruang. Dewasa ini televisi
yang dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat
dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan
melalui satelit. Televisi pendidikan adalah penggunaan program video
yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa
melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak hanya
menghibur, tetapi lebih penting adalah mendidik.

2. Kelebihan Media Audio Visual
Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2013 : 25) mengemukakan beberapa
kelebihan media pembelajaran dalam kelas sebagai berikut :
a) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat
atau mendengar penyajian melalui media ini menerima pesan yang
sama.
b) Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai
penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan.
c) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar
dan prinsip – prinsip psikologis yang diterima dalam hal pertisipasi
siswa, umpan balik, dan pengetahuan
d) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena
kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk
mengantarkan pesan – pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup
banyak dan keuntungannya dapat diserap oleh siswa.
e) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan
gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen
– elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik,
spesifik, dan jelas.

31
f) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diingankan atau
diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk
penggunaan secara individu.
g) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap
proses belajar dapat ditingkatkan.
h) Peran guru dapat berubah ke arah positif ; beban guru untuk penjelasan
yang berulang – ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan
dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek
penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan
atau penasihat siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan media
audio visual dapat mendukung proses belajar mengajar yang efektif.
Dalam penelitian ini, media audio visual yang digunakan dalam proses
pembelajaran adalah media berupa video. Artinya, dalam proses pembelajaran,
media audio visual berupa video digunakan sebagai alat bantu pembelajaran
dalam menulis narasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat ada atau

tidaknya efektivitas media audio visual tersebut terhadap keterampilan menulis
narasi.
Menurut Sugono dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), video
merupakan rekaman gambar hidup atau program televisi untuk ditayangkan lewat
pesawat televisi, atau dengan kata lain video merupakan tayangan gambar
bergerak yang disertai dengan suara. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin,
video-vidivisum yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan); dapat
melihat. Media video merupakan salah satu jenis media audio visual. Media audio
visual adalah media yang mengandalkan indera pendengaran dan indera
penglihatan. Media ini dapat menambah minat siswa dalam belajar karena siswa
dapat menyimak sekaligus melihat gambar.

32
Pesan yang disajikan bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting,berita)
maupun fiktif (seperti ceritera), biasa bersifat informatif, edukatif,

maupun

instruksional. Selanjutnya, Arsyad (2011 : 49) menyatakan bahwa video
merupakan gambar - gambar dalam

frame, di mana

frame demi frame

diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat
gambar hidup.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa video merupakan salah
satu jenis media audio-visual yang dapat menggambarkan suatu objek yang
bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.Kemampuan
video ini melukiskan gambar hidup dan suara memberikan daya tarik tersendiri.
Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsepkonsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang
waktu, dan mempengaruhi sikap.
Media video juga memiliki manfaat, antara lain :
a) memberikan pengalaman yang tak terduga kepada peserta didik
b) memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak
mungkin bisa dilihat
c) menganalisis perubahan dalam periode waktu tertentu
d) memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk merasakan suatu
keadaan tertentu
e) menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya
yang dapat memicu diskusi peserta didik.

33
Berdasarkan penjelasan di atas, keberadaan media video sangat tidak
disangsikan lagi di dalam kelas. Dengan video siswa dapat menyaksikan suatu
peristiwa yang tidak bisa disaksikan secara langsung maupun peristiwa lampau
yang tidak bisa dibawa langsung ke dalam kelas. Siswa pun dapat memutar
kembali video tersebut sesuai kebutuhan dan keperluan mereka. Pembelajaran
dengan media video menumbuhkan minat serta memotivasi siswa untuk selalu
memperhatikan pelajaran.

3. Langkah - Langkah Menggunakan Media Audio Visual dalam
Pembelajaran
Media audio visual memiliki langkah - langkah dalam penggunaannya
seperti halnya media pembelajaran lainnya. Langkah-Langkah pembelajaran
menggunakan media audio visual adalah sebagai berikut.
a) Persiapan
Kegiatan yang dilakukan oleh guru pada saat persiapan yaitu,
1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran,
2) mempelajari buku petunjuk penggunaan media,
3) menyiapkan dan mengatur peralatan media yang akan digunakan.
b) Pelaksanaan/Penyajian
Pada saat melaksanakan pembelajaran menggunakan media audio
visual, guru perlu mempertimbangkan seperti
1) Memastikan media dan semua peralatan telah lengkap dan siap
digunakan,

34
2) menjelaskan tujuan yang akan di capai,
3) menjelaskan materi pelajaran kepada siswa selama proses
pembelajaran berlangsung
4) menghindari

kejadian-kejadian

yang

dapat

mengganggu

konsentrasi siswa.
c) Tindak lanjut
Aktivitas ini dilakukan untuk memantapkan pemahaman siswa tentang
materi yang telah disampaikan menggunakan media audio visual. Di
samping itu aktivitas ini bertujuan untuk mengukur efektivitas
pembelajaran yang telah dilaksanakan.

E. Penelitian Terkait
Beberapa peneliti yang telah menggunakan media audio visual adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian yang terkait ini menyangkut hal yang menjadi rujukan
penelitian untuk memperkuat hipotesis yang dibuat. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Siti Noval Goma, “Pengaruh Media Audio
Visual terhadap Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi pada Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Bolangitang Tahun Ajaran 2012/2013.” Populasi
dalam penelitian ini berjumlah 132 orang siswa yang terbagi menjadi 6
kelas dan dengan sampel 22 orang siswa yang ada di kelas X1. Penelitian
ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan media pembelajaran audio
visual hasil belajar siswa meningkat. Hal ini dibuktikan dengan data yang

35
menunjukkan nilai rata-rata siswa sebelum dilakukan tes dengan
menggunakan media pembelajaran audio visual jumlah siswa yang
memperoleh nilai dibawah ketuntasan sebanyak 18 orang siswa
sedangkan siswa yang tuntas hanya berjumlah 4 orang siswa. Nilai ratarata siswa keseluruhan sebesar 65.23, ini berarti nilai tersebut belum
mencapai ketuntasan belajar yang ditentukan yaitu 75 dan meningkat
setelah

diterapkannya

media

pembelajaran

audio

visual

dalam

kemampuan menulis deskripsi yakni sebanyak 22 orang siswa sudah
memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM 75). Nilai rata-rata siswa
keseluruhan sebesar 86.18, ini berarti nilai tersebut sudah mencapai
ketuntasan belajar yang ditentukan.
2. Aminudin Winahyu Aji dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis
Puisi dengan Menggunakan Media Audio Visual pada Siswa Kelas X-1
SMA Negeri 1 Sambi Tahun Ajaran 2011/2012,” menunjukkan hasil
pretes siswa dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SMA
Negeri 1 Sambi adalah 75, jumlah siswa sebanyak 23. Yang mendapatkan
nilai di bawah 75 sebanyak 16 siswa atau 69,60% dan yang mendapatkan
nilai yang berkategorikan baik di atas 75 sebanyak 7 siswa atau 30,40%.
Sedangkan hasil postes setelah media audio visual diterapkan

pada

pembelajaran melalui keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
menulis puisi pada siklus I sebesar 56% (13 siswa), pada siklus II sebesar
91% (21 siswa). Jadi, mengalami peningkatan sebesar 35%. Kemampuan
siswa dalam menulis puisi pada siklus I sebesar 43% (10 siswa), pada

36
siklus II sebesar 87% (20 siswa). Jadi, kemampuan siswa dalam menulis
puisi yang mencapai KKM 75 meningkat sebesar 44%. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik komparatif.
Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir
setiap siklus. Berdasarkan hasil puisi yang ditulis siswa sebelum tindakan
dan sesudah tindakan mengalami peningkatan, terbukti sebelum tindakan
siswa yang mencapai KKM 75 hanya 35% atau 8 siswa, sedangkan pada
siklus I sebesar 43% atau 10 siswa, dan pada siklus II sebesar 87% atau
20 siswa. Maka dapat disimpulkan terdapat peningkatan pembelajaran
mengembangkan keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media
pembelajaran audio visual.
Dengan demikian berdasarkan penelitian yang yang telah dilakukan
dengan menggunakan media pembelajaran audio visual menunjukkan bahwa
media pembelajaran tersebut sangat membantu siswa untuk dapat aktif serta
mampu berpikir secara kreatif dalam kegiatan belajar serta memecahkan setiap
masalah dalam menghadapi persoalan-persoalan terkait materi pembelajaran di
kelas.

F. Kerangka Konseptual

37
Menulis merupakan suatu kegiata

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Strategi Public Relations Pegadaian Syariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen

7 149 96

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Dukungan Venezuela Kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries De Colombia (FARC) Terhadap Hubungan Bilateral Venezuela-Kolombia

5 236 136

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Laporan Keuangan Arus Kas Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung Dengan Menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000 Berbasis Client Server

32 174 203