Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Puguntano (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kadar Superoxide Dismutase (SOD) Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.1
2.1.1 Klasifikasi DM1
a. Tipe 1: Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolut.

 Autoimun

 Idiopatik

b. Tipe 2: Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin
disertai resisten insulin.
c. Tipe lain: Defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,

penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia,
infeksi, sebab imunologi yang jarang, sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan DM.
d. Diabetes Mellitus Gestasional.
2.1.2 Diagnosis DM1
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM
perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM yaitu; poliuria, polidipsia,
polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya dan

Universitas Sumatera Utara

8

keluhan lain seperti; lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

Kriteria Diagnosis DM;

 Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
ada asupan kalori minimal 8 jam, atau

 Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau

 Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik,
atau

 Pemeriksaan Hemoglobin A1C (HbA1c) ≥6,5% dengan menggunakan
metode yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP).

2.1.3 Penatalaksanaan DM1
Tujuan penatalaksanaan DM meliputi:
a. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
kualitas hidup dan mengurangi risiko komplikasi akut.
b. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas

penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa
darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid melalui pengelolaan pasien
secara komprehensif.
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat
(terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi
farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan.
Langkah-langkah Penatalaksanaan DM yaitu;
a. Edukasi
b. Terapi Nutrisi medis
c. Latihan jasmani
d. Terapi farmakologis

Universitas Sumatera Utara

9

2.1.4. Metformin
Terapi farmakologis pada penderita DM diberikan bersamaan dengan

pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis
terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.1 Ketika upaya perubahan gaya hidup
saja tidak dapat mempertahankan tujuan glikemik maka Metformin sebagai
monoterapi harus ditambahkan, kecuali ada kontraindikasi atau intoleransi.
Metformin sudah terbukti akan efikasi dan keamanannya, murah, dan dapat
mengurangi risiko kejadian kardiovaskular dan kematian.17
Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis) dan memperbaiki ambilan glukosa dijaringan perifer.
Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus DM Tipe 2.
Dosis Metformin diturunkan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dengan
glomerular filtration rate (GFR) 30-60 ml/menit/1,75m2). Metformin tidak boleh

diberikan pada beberapa keadaan seperti: GFR7 tahun ditemukan
SOD menurun dan NO meningkat signifikan dibandingkan dengan durasi diabetes

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ekstrak Puguntano (Curanga Fel-Terrae Merr.) Terhadap Kadar Hs-Crp Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

0 0 2

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Puguntano (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kadar Superoxide Dismutase (SOD) Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

0 7 20

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Puguntano (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kadar Superoxide Dismutase (SOD) Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

0 1 2

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Puguntano (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kadar Superoxide Dismutase (SOD) Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

0 0 6

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Puguntano (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kadar Superoxide Dismutase (SOD) Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Chapter III VI

0 6 18

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Puguntano (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kadar Superoxide Dismutase (SOD) Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

1 3 6

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Puguntano (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kadar Superoxide Dismutase (SOD) Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

0 3 42

Pengaruh Ekstrak Puguntano (Curanga Fel-Terrae Merr.) Terhadap Kadar Hs-Crp Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Ekstrak Puguntano (Curanga Fel-Terrae Merr.) Terhadap Kadar Hs-Crp Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

0 0 16

PENGARUH EKSTRAK PUGUNTANO (CURANGA FEL-TERRAE MERR.) TERHADAP KADARhs-CRPPADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS

0 0 20