Persepsi Pedagang Terhadap Teritori Dalam Penggunaan Ruang Publik (Studi Kasus : Koridor Jalan Iskandar Muda, Medan) Chapter III V

BAB III.
METODOLOGI
3.1.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam Skripsi Sarjana ini adalah

penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi
pedagang terhadap teritorinya dalam penggunaan ruang publik koridor Jalan
Iskandar Muda Medan. Metode yang digunakan adalah mix method di mana
dilakukan pengumpulan data kuisioner dengan pertanyaan tertutup , wawancara
dan observasi langsung. Alasan peneliti memilih jenis penelitian deskriptif adalah
karena peneliti melihat kasus yang akan ditinjau merupakan hubungan perilaku
manusia terhadap lingkungannya, sehingga untuk memahami persepsi manusia
tersebut diperlukan kebenaran data dari lapangan kemudian dianalisa dan
dipaparkan secara deskriptif untuk membandingkan atau melihat kesesuaian
maupun perbedaan data di lapangan dengan teori.

3.2.

Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian yang akan dibutuhkan sebagai kepentinggan

analisis nantinya, antara lain sebagai berikut:
1. Koridor Komersial
Koridor komersial pada penelitian ini merupakan data/sifat fisik ruang yang
diteliti dengan observasi langsung ke lapangan. Adapun elemen-elemen pada
koridor komersial yang akan diobservasi:
a. Bentuk dan Ukuran, berupa denah yang menggambarkan lebar jalur
pedestrian serta lebar jalan.
b. Aksesibilitas, berupa peta jalur pedestrian, peta yang menggambarkan titiktitik zebra cross serta titik-titik transportasi publik.
c. Fungsi dan Aktivitas, berupa peta yang menunjukkan keragaman kegiatan
dan interaksi sosial yang dilakukan oleh seluruh pengguna ruang baik
pejalan kaki, pedagang formal, maupun pedagang informal di koridor Jalan
Iskandar Muda Medan (behavioral mapping). Aktivitas-aktivitas tersebut
akan digambarkan dalam pemetaan perilaku yang menunjukkan titik-titik
aktivitas spesifik yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu, yaitu:

31

Universitas Sumatera Utara


Siang

: pada pukul 11.00 - 13.00 WIB

Malam : pada pukul 19.00 - 21.00 WIB

2. Persepi terhadap Teritori
Selain data/sifat fisik dari koridor komersial, terdapat variabel tentang persepsi
terhadap teritori yang berpengaruh pada penelitian ini. Adapun tiga kategori
teritori yang dibagi Altman (1975) berdasarkan kepemilikan, kesadaran,
kedekatan dengan kehidup sehari-hari individu/kelompok dan frekuensi
penggunaan terhadap teritorinya, yaitu:
1. Primary territory
2. Secondary territory
3. Public territory

Untuk mendapatkan data yang lebih detail tentang persepsi terhadap teritori
dari para pedagang, peneliti melakukan wawancara dalam bentuk kuisioner.


3.3.

Populasi / Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2010). Adapun
populasi pada penelitian ini adalah seluruh pedagang baik pedagang formal
maupun pedagang informal di sepanjang koridor jalan Iskandar Muda Medan,
mulai dari simpang Jalan Kapten Patimura sampai simpang Jalan Gajah Mada.
Sedangkan sampel adalah sebagian dari objek atau individu yang mewakili
suatu populasi. Adapun penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu teknik untuk menentukan sampel penelitian
dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh
nantinya bisa lebih representatif (Sugiyono,2010). Cara pengambilan sampel ini
adalah dengan memilih sub grup dari populasi pada masing-masing segmen jalan
sehingga sampel yang dipilih memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan karakteristik
populasi atau dapat merepresentasikan suatu populasi. Kategori sampel atau
responden yang akan diambil pada penelitian ini adalah:


32

Universitas Sumatera Utara

1. Pedagang formal
2. Pedagang kaki lima yang menjual makanan/minuman
3. Pedagang kaki lima yang bukan berjualan makanan/minuman.

Mengingat adanya fenomena pergantian pedagang yang menggunakan
area trotoar, maka pengambilan sampel khusus pedagang kaki lima juga
dikategorikan berdasarkan jenjang waktu, yaitu:
1. Siang

: pada pukul 11.00-13.00 WIB

2. Malam

: pada pukul 19.00-21.00 WIB

Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini yang meliputi pedagang

formal maupun pedagang kaki lima adalah sebesar 80 responden dengan rasio
pedagang formal dan pedagang informal adalah 50 : 50 di segmen 1 dan 3 serta
rasio 30 : 70 pada segmen 2.
Adapun pembagian responden pada masing-masing segmen berdasarkan
kepadatan aktivitas jual-beli, antar lain:
1. Segmen 1 : 28 responden dengan perbandingan kategori pedagang formal
dengan pedagang informal pada siang hari dan malam hari adalah 50 : 50.
2. Segmen 2 : 40 responden dengan perbandingan kategori pedagang formal
dengan pedagang informal pada siang hari dan malam hari adalah 30 : 70.
3. Segmen 3 : 12 responden dengan perbandingan kategori pedagang formal
dengan pedagang informal pada siang hari dan malam hari adalah 50 : 50.

Tabel 3.1 Pembagian Banyak Responden
Sumber: Olahan Peneliti, 2017
Segmen

Siang
Formal
Informal


Malam
Formal

Informal

Segmen 1

10

10

4

4

Segmen 2

10

10


6

14

Segmen 3

4

4

2

2

33

Universitas Sumatera Utara

Pembagian responden ini berdasarkan pada hasil observasi awal yang menemukan

pada siang hari di segmen 1 masih cukup banyak pedagang baik formal maupun
informal yang bisa dijadikan sampel, namun pada malam hari di segmen ini sudah
tidak terdapat banyak pedagang formal yang membuka toko maupun pedagang
informal. Hal serupa juga terjadi pada segmen 3, bahkan pada malam hari
aktivitas perekonomian pada segmen ini dapat dikatakan paling sepi. Berbeda
dengan segmen 1 dan 3, pada siang hari, segmen 2 merupakan yang paling ramai
aktivitas perekonomiannya baik oleh pedagang formal maupun pedagang
informal. Terlebih pada malam hari, aktivitas pedagang informal dapat dikatakan
berpusat pada segmen 2.

3.4.

Metoda Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran

(mix method) yang merupakan penelitian yang menggabungkan antara data
kuantitatif dan data kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode pengamatan atau observasi, dan metode wawancara
yang terdiri dari kuisioner serta depth interview. Wawancara difokuskan pada
pengguna koridor yaitu pedagang baik berupa pedagang formal maupun pedagang

informal (PKL).

Adapun pengumpulan data juga dilakukan melalui sumber

instansi-instansi terkait.
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumbernya.
Adapun teknik pengumpulan data primer pada penelitian ini dipaparkan pada
tabel 3.2

Tabel 3.2 Teknik pengumpulan data primer
Sumber: Olahan peneliti, 2017

Variabel Penelitian
Koridor Komersial

Sub-Variabel Penelitian
1. Bentuk dan Ukuran
2. Aksesibilitas
3. Fungsi dan Aktivitas


Teknik Riset
Observasi lapangan: dalam
bentuk foto, sketsa gambar,
Peta tata guna lahan serta
behavioral
mapping
(menggambarkan
perilaku

34

Universitas Sumatera Utara

manusia dalam bentuk peta).
Persepsi terhadap
Teritori

1. Primary Territory
2. Secondary Territory
3. Public Territory


Kuisioner
dan
depth
interview yang dilakukan
secara bersamaan kepada
responden
meliputi
pedagang formal maupun
pedagang informal

2. Data Sekunder
Data-data sekunder seperti buku-buku pendukung, dokumen dan sumber
referensi lainnya yang relevan dengan penelitian. Referensi yang adalah teoriteori mengenai koridor, pengguna koridor, arsitektur lingkungan dan perilaku
serta persepsi mengenai teritori. Selain itu data-data sekunder seperti peta
lokasi didapatkan dari instansi terkait seperti Dinas Tata Ruang Medan dan
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Medan ataupun dari
internet melalui fasilitas google maps.

3.5.

Kawasan Penelitian
Kawasan penelitian yang akan diteliti adalah Koridor Jalan Iskandar Muda

Medan, mulai dari simpang Jalan Kapten Patimura hingga simpang Jalan Gajah
Mada. Mengingat panjang koridor Jalan Iskandar Muda sekitar hampir mencapai
1,50 km, maka peneliti membagi koridor ini menjadi tiga segmen (dilihat dari
koridor sebelah Barat), yaitu:
1. Segmen I

: dari simpang Jl. Kapt. Patimura sampai simpang Jl. Abdullah

Lubis
2. Segmen II : dari simpang Jl. Abdullah Lubis sampai simpang Kantor Pos (Jl.
Sei Selafian
3. Segmen III : dari simpang Jl. Sei Selafian sampai simpang Jl. Gajah Mada.

Adapun gambaran peta lokasi wilayah penelitian per segmen koridor dapat dilihat
pada gambar berikut (Gambar 3.1).

35

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian (dari kiri ke kanan segmen 1, segmen 2,
segmen 3 koridor Iskandar Muda, Medan).
Sumber: Data Primer diolah, 2017.

3.6.

Metoda Analisis Data
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif deskriptif. Alasan pemilihan metode kualitatif deskriptif dikarenakan
variable-variabel yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah variabel kualitatif
dimana peneliti melihat kasus yang akan ditinjau merupakan hubungan perilaku
manusia terhadap lingkungannya, sehingga untuk memahami persepsi manusia

36

Universitas Sumatera Utara

tersebut diperlukan kebenaran data dari lapangan. Metode analisis ini kemudian
dilakukan untuk menggambarkan dan memaparkan fenomena yang terjadi di
wilayah penelitian secara deskriptif.

Tahap analisa data yang pertama adalah menjabarkan pola pemanfaatan
ruang publik sebagai koridor komersial yang terdiri dari berbagai aktivitas
perekonomian seperti perdagangan dan jasa. Dari data fisik ruang yang didapat,
akan dideskripsikan karakteristik, sifat dan fungsi koridor yang sebenarnya.
Kemudian memetakan pola kegiatan pengguna koridor dengan teknik behavioral
mapping. Behavioral mapping menurut Sommer (1980) dalam Haryadi dan
Setiawan (2010) merupakan suatu teknik survei yang menggambarkan perilaku
dalam peta, mengidentifikasikan jenis dan frekuensi perilaku, serta menunjukkan
kaitannya dengan wujud perancangan yang spesifik. Tahap analisa data yang
kedua adalah mendeskripsikan jenis teritori yang dilakukan pedagang, bagaimana
pengguna ruang dalam hal ini pedagang formal maupun informal membatasi area
teritori berjualan mereka terhadap setting koridor serta persepsi mereka terhadap
penggunaan ruang publik di koridor Jalan Iskandar Muda Medan.

37

Universitas Sumatera Utara

BAB IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Kondisi Fisik
4.1.1. Lokasi Penelitian
Kawasan penelitian skripsi ini berada di area transisi antara
Kecamatan Medan Baru dan Kecamatan Medan Petisah tepatnya di
Koridor Jalan Sultan Iskandar Muda Medan. Kawasan yang akan diteliti
mulai dari simpang Jalan Kapten Patimura hingga simpang Jalan Gajah
Mada. Kawasan ini merupakan salah satu koridor komersial Kota Medan
yang strategis dengan berbagai aktivitas masyarakat perkotaan baik berupa
perkantoran, perbankan, kampus, restauran, cafe, pertokoan, dan bisnis
ritel. Perkembangan pola pemanfaatan ruang di koridor Iskandar Muda ini
pun terlihat cukup pesat.
Koridor Jalan Iskandar Muda Medan yang akan diteliti seperti terlihat
pada Gambar 4.1 memiliki batasan wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara

: berbatasan dengan Jalan Gajah Mada

Sebelah Selatan

: berbatasan dengan Jalan Kapten Patimura

Sebelah Timur

: berbatasan dengan ruko-ruko disepanjang koridor

Sebelah Barat

: berbatasan dengan ruko-ruko disepanjang koridor

Panjang koridor ± 1,4 km dengan lebar ± 12 m di mana terdapat deretan
ruko-ruko berlantai 3-4, bangunan komersial, serta rumah pemukiman
yang berada pada kedua sisi koridor. Aktivitas-aktivitas di kawasan
penelitian ini cenderung merupakan aktivitas ekonomi yaitu perdagangan
dan jasa. Oleh sebab itu, jalan Iskandar Muda dapat diklasifikasikan
sebagai sebuah koridor komersial. Hal ini sesuai dengan pendapat Zahnd
(2012) dalam Dipta (2015), Yunus (2005), dan Philadelphia (2009) bahwa
koridor komersial adalah kumpul toko ritel yang melayani area
perdagangan yang berada di sepanjang jalan tunggal. Dengan kata lain
koridor komersial adalah sebuah ruang yang diapit oleh dua deretan massa
sebagai jalur pegerakan transportasi, manusia dan juga sebagai kawasan

38

Universitas Sumatera Utara

aktivitas perekonomian masyarakat yang berupa aktivitas perdagangan dan
jasa.
Jl. Gajah Mada, Medan

3

2

1

Deretan Ruko

Jalan Iskandar Muda
Jl. Kapten Patimura

Gambar 4.1. Peta Lokasi Penelitian
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

39

Universitas Sumatera Utara

4.1.2. Aksesibilitas
Aksesibilitas pada Koridor Jalan Iskandar Muda meliputi aksesibilitas
manusia (pejalan kaki) dan aksesibilitas kendaraan. Menurut PPS (Project for
Public Space), terdapat beberapa indikator yang mengklasifikasikan aksesibilitas
koridor komersial dikatakan baik, yaitu:

1. Sirkulasi pejalan kaki
Pada beberapa titik-titik, Koridor Jalan Iskandar Muda Medan masih
belum memiliki jalur khusus pejalan kaki. Pada segmen 1, kawasan
pemukiman di jalan Iskandar Muda sudah terdapat jalur pedestrian, namun
pemanfaatan ruang jalur pejalan kaki ini malah ditumbuhi pohon besar
sehingga pejalan kaki harus mengunakan badan jalan maupun paving parit
untuk berjalan kaki (gambar 4.2). Di samping itu, banyaknya aktivitas
pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar secara tidak langsung akan
menimbulkan konflik dengan pengguna jalur pedestrian yaitu pejalan kaki.
(gambar 4.3).

Gambar 4.2 Trotoar yang ditumbuhi pohon besar
Sumber: Dokumen Peneliti, 2017

Gambar 4.3 Tukang Tambal ban yang menggunakan trotoar
Sumber: Dokumen Peneliti, 2017

40

Universitas Sumatera Utara

Adapun kondisi eksisting jalur pedestrian pada koridor jalan Iskandar
Muda Medan dapat dilihat dari gambar 4.4.
B

A

3
D

C

F
E

2

H

G
I
1

J

K

Gambar 4.4 Peta Kondisi Jalur Pedestrian
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

41

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil observasi di koridor jalan Iskandar Muda Medan, jalur
pedestrian di koridor ini masih sangat cukup memprihatinkan. Hanya pada
beberapa bagian saja terdapat jalur pedestrian yang berkondisi baik salah satunya
seperti pada segmen 1 (Gambar 4.4 huruf K) dan pada segmen 3 (huruf A dan D).
Namun pada segmen 1 masih terdapatnya banyak aktivitas pedagang kaki lima
yang menganggu kelancaran sirkulasi jalur pedestrian (huruf G) serta jalur
pedestrian yang ditumbuhi pohon besar sehingga pejalan kaki harus menggunakan
jalur paving parit yang kadang kala dengan kondisi terbuka/rusak dan akibatnya,
pejalan kaki akan lebih memilih untuk berjalan di badan jalan. Pada beberapa titik
di segmen 1, jalur pedestrian mengalami kerusakan yang cukup parah salah
satunya yang berada pada simpang Jalan Iskandar Muda dan Jalan Abdullah
Lubis (huruf I).

Sementara itu, pada segmen 2, peneliti cenderung tidak menemukan jalur
pedestrian ataupun jalur pedestrian tidak memiliki perbedaan elevasi dengan
badan jalan (D dan F). Hal serupa yang terjadi pada segmen 1 juga terjadi pada
segmen 2, yaitu terdapat banyak aktivitas pedagang kaki lima yang secara
langsung maupun tidak telah mengintervensi fungsi sesungguhnya dari fasilitas
publik pedestrian di jalan Iskandar Muda ini (huruf E). Tidak terdapatnya jalur
pedestrian ini juga membuat pedagang formal tidak mengetahui batas untuk
menjajakan barang dagangannya.

Pada gambar 4.4 huruf C, dapat dilihat bahwa terdapat sebuah kios beserta
segala pajangannya yang berada pada segmen 3 menghalangi keseluruhan jalur
pedestrian sehingga pejalan kaki yang akan melewati area ini harus menggunakan
badan jalan. Pada beberapa titik di segmen 3 juga masih belum mempunyai jalur
pedestrian seperti pada gambar 4.4 huruf B di mana area yang seharusnya
merupakan jalur pedestrian berubah menjadi bak tanaman selebar 3 m.

42

Universitas Sumatera Utara

Dibawah ini merupakan gambar potongan koridor jalan Iskandar Muda Medan masing-masing segmen untuk memperlihatkan hasil pengukuran ruas jalan serta perbandingan proporsi antara lebar jalan dengan
tinggi bangunan sesuai dengan kriteria yang dikatakan oleh jacob (1995).

Pada Gambar di bawah dapat dilihat potongan jalan segmen 1 Iskandar Muda.
Perbedaan segmen 1 dengan segmen lainnya yang cukup mencolok adalah pada fungsi
bangunannya dan luas kavling bangunannya. Pada segmen 1, fungsi bangunan banyak
yang merupakan kantor, kampus, bengkel, doorsmeer, perbankan, dan pemukiman
yang memiliki luas bangunan yang lebih luas serta kavling bangunan yang luas pula.
Pada segmen 1 ketinggian bangunan bervariasi dari 1 lantai hingga 7 lantai.
Kondisi jalur pedestrian di segmen ini dapat dikatakan paling bagus di antara ketiga
segmen pada jalan Iskandara Muda Medan.

Gambar 4.5 Potongan Segmen 1 dan kondisinya
Sumber: Dokumen Peneliti, 2017

43

Universitas Sumatera Utara

SEGMEN 3

Segmen 3 dapat dikatakan sebagai segmen paling sepi dalam aktivitasnya dibandingkan
dengan segmen 1 dan segmen 2. Hal ini dikarenakan pada segmen ini fungsi
bangunannya lebih didominasi oleh tempat tinggal. Hanya beberapa bangunan yang
digunakan sebagai bangunan komersil dan selebihnya merupakan ruko kosong yang
belum ditempati. Berdasarkan hasil observasi, peneliti juga menemukan minimnya
pedagang kaki lima di segmen ini dibandingkan pada 2 segmen sebelumnya. Pada area
ini, kondisi jalur pedestrian dapat dikatakan lebih baik dibandingkan dengan segmen 2.
Namun terdapat beberapa titik yang masih rusak dan tidak memiliki elevasi.

Gambar 4.6 Potongan Segmen 3 dan kondisinya

SEGMEN 2

Pada Segmen 2 pada umumnya merupakan ruko 3 lantai yang merupakan area
komersil sekaligus area mix-used dimana juga merupakan tempat tinggal pemilik ruko.
Jalur pedestrian pada beberapa titik di segmen 2 kondisinya cukup rusak dan tidak
memiliki elevasi di antara badan jalan dan pedestrian. Segmen 2 merupakan segmen
paling aktif dah merupakan pusat kegiatan dari Jalan Iskandar Muda. Hal ini
dikarenakan berpusatnya area komersil seperti toko-toko di segmen 2 dan terdapatnya
pasar serta Plaza Ramayana pada segmen ini. Terlebih pada malam hari, mayoritas
setback ruko ditempati oleh pedagang informal untuk berjualan makanan/minuman
menjadikan segmen 2 menjadi segmen yang paling hidup diantara segmen lainnya
pada malam hari.

Gambar 4.7 Potongan Segmen 2 dan kondisinya

44

Universitas Sumatera Utara

Selain sirkulasi jalur pedestrian, salah satu indikator yang baik untuk
sebuah koridor komersial adalah, kenyamanan dalam menyebrang jalan.
Pada koridor ini, terdapat 7 buah zebra cross yang tersebar di ketiga
segmen yaitu pada segmen 1 (3 buah), pada segmen 2 (3 buah), pada
segmen 3 (1 buah). Adapun peta titik penyeberangan jalan dapat dilihat
pada gambar 4.8.

3

2

1

Gambar 4.8 Peta Titik Zebra Cross
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

45

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.9 Zebra Cross di Ismud yang Tampak Memudar
Sumber: Dokumen Peneliti, 2017

Pada gambar 4.9 dapat dilihat salah satu zebra cross di simpang Iskandar
Muda Medan dan Kapten Patimura. Namun, zebra cross tersebut terlihat
sudah memudar. Seharusnya zebra cross tersebut dicat kembali secara
tegas agar dapat berfungsi dengan semestinya.

2. Sirkulasi Kendaraan dan Parkir
Sirkulasi kendaraan di koridor Jalan Iskandar Muda terbilang cukup
lancar, dapat dilihat pada gambar 4.8. Hanya pada jam-jam tertentu saja
mengalami kemacetan. Puncak kemacetan pada koridor ini yaitu antara
jam 07.00-08.00 dan 17.00-19.00 yang disebabkan oleh banyaknya
pegawai yang pergi dan pulang kerja/ kantor. Hal ini merupakan hal yang
wajar karena jam tersebut merupakan jam sibuk masyarakat kota.

Gambar 4.10 Sirkulasi kendaraan yang terlihat lancar
Sumber: Dokumen Peneliti, 2017

46

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil observasi, tempat parkir mobil di koridor jalan Iskandar
Muda Medan yaitu pada sisi kiri badan jalan (Gambar 4.11). Beberapa
bangunan pada koridor ini memberikan lapangan parkir khusus bagi
pengunjungnya (Gambar 4.12). Meskipun demikian, beberapa yang sudah
menyediakan area parkir, pengunjung masih juga harus memarkirkan
kendaraannya di badan jalan karena volume pengunjung yang terlalu
besar(Gambar 4.13). Di samping itu, deretan ruko pada segmen 2 tidak
menunjukkan adanya tempat parkir pengunjung sendiri, sehingga
pengunjung harus memarkirkan kendaraannya di badan jalan. Beberapa
pengunjung ramayana dan sekitarnya juga ada yang memarkirkan
kendaraannya sampai dengan trotoar (gambar 4.14). Hal ini akan
menganggu kenyamanan pejalan kaki yang melewati area tersebut.

Gambar 4.11 Kendaraan yang parkir di badan jalan,
Gambar 4.12 Terdapatnya area parkir yang disediakan
Sumber: Dokumen Peneliti, 2017

Gambar 4.13 Motor yang parkir di badan jalan
Gambar 4.14 Motor yang Parkir di Trotoar
Sumber: Dokumen Peneliti, 2017

47

Universitas Sumatera Utara

3. Adanya transportasi umum
Transportasi umum yang ada di koridor jalan ini berupa angkutan umum
dan becak. Namun, tidak adanya aturan atau tempat pemberhentian khusus
pada koridor jalan ini, membuat transportasi umum memberhentikan
penumpang di sembarang tempat. Hal ini secara tidak langsung akan
mengakibatkan gangguan kelancaran sirkulasi jalan di koridor ini.
Angkutan umum yang berhenti tiba-tiba kadang kala juga dapat
menimbulkan kecelakaan. Masalah ini seharusnya lebih diperhatikan guna
untuk meningkatkan unsur keamanan dan kenyamanan semua pengguna
fasilitas publik di koridor jalan Iskandar Muda Medan.

Gambar 4.15 Pangkalan Becak di Depan Plaza Ramayana (kiri) dan
Angkutan Umum di Jalan Iskandar Muda (Kanan).
Sumber: Dokumen Peneliti, 2017

4. Akses masuk ke koridor Jalan Iskandar Muda Medan dapat melalui jalan
utama yaitu Jalan Kapten Patimura , Jalan Gatot Subroto, Jalan Gajah
Mada serta setiap persimpangan jalan yang berbatasan langsung dengan
Jalan Iskandar Muda (gambar 4.6). Jalan yang berbatasan langsung dengan
Jalan Iskandar Muda antara lain adalah Jl. Sei Bah Mendaris, Jl. Kunyit, Jl.
Lobak, Jl. Panglima Nyak Makam, Jl. Sei Petani, Jl. Abdullah Lubis,Jl. Sei
Bahorok, Jl Sei Asahan, Jl. Terong, Jl. Dr. T.D. Pardede, Jl. Sawi, Jl.
Hayam Wuruk, Jl. Sei Selafian, Jl. Sei Beras, Jl. Sultan Hasanuddin serta

48

Universitas Sumatera Utara

Jl. Sei Krio. Koridor Jalan Iskandar Muda cenderung mudah dicapai baik
menggunakan kendaraan umum seperti angkutan umum dan becak,
maupun kendaraan pribadi. Hal ini dikarenakan lokasinya yang berada di
inti Kota Medan.

Gambar 4.16 Akses Masuk Jalan Iskandar Muda
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2017

49

Universitas Sumatera Utara

4.1.3. Fungsi dan Aktivitas
Koridor Jalan Sultan Iskandar Muda Medan cenderung dimayoritasi oleh
toko-toko komersial yang juga digunakan sebagai bangunan mix-used dimana
pemilik ruko tinggal di lantai atas. Terdapat juga beberapa perbankan,
perkantoran, kantor pemerintah serta deretan pemukiman di kawasan ini. Peta
Tata Guna Lahan dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17 Peta Tata Guna Lahan Eksisting
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

50

Universitas Sumatera Utara

Adapun aktivitas pedagang kaki lima di koridor jalan Iskandar Muda dapat dilihat pada gambar 4.18, gambar 4.19 dan gambar 4.20.
Terdapat tukang tambal ban di segmen 1 yang menjajakan
barang barangnya di trotoar jalan hingga badan jalan. Sifat
pedagang ini adalah menetap namun tetap membawa pulang
sebagian barang-barangnya. Mayoritas pedagang cenderung
berjualan di area yang ditumbuhi pohon seperti pada gambar
di samping

Pada gambar di samping dapat dilihat bahwa terdapat kios
yang berdiri di setback ruko pada segmen 1. Adanya setback
yang luas menjadi salah satu daya tarik pedagang informal
untuk berjualan. Sifat kiosnya ini adalah menetap. Namun,
beberapa barang dagangan maupun property pedagang
masih dapat terlihat pada trotoar.

Di depan salah satu bimbel di segmen 1 juga terlihat banyak
pedagang kaki lima keliling maupun menetap yang berjualan
di area trotoar dan badan jalan. Semua pedagang yang
berjualan
di
dekat
bimbel
adalah
menjual
makanan/minuman. Kumpulan para pkl juga tergantung pada
waktu tertentu, seperti pada kondisi gambar disamping, pkl
pkl tersebut datang berjualan pada saat murid-murid bimbel
sedang istirahat maupun pulang. Pola penyebaran pkl ini juga
dapat
diklasifikasikan
sebagai
pola
penyebaran
mengelompok. Hal ini sesusai dengan pendapat McGee &
Yeung (1977) bahwa sifat penggelompokkan ini merupakan
suatu pemusatan pedagang yang memiliki sifat sama /
berkaitan.

Seperti halnya pada bimbel yang sebelumnya, bagian timur
segmen 1 juga terdapat bimbel yang di depannya terdapat
banyak pedagang kaki lima yang berjualan. Pedagang
tersebut
rata-rata
berkeliling
dan
menjual
makanan/minuman.

Pada segmen 1 bagian timur juga terdapat kios/ kedai
menetap yang berjualan makanan/minuman pada halaman
ruko. Pelanggan pedagang ini juga mayoritas merupakan
tukang becak, supir, karyawan yang ingin beristirahat santai
di kedainya.

Pada gambar berikut juga dapat dilihat pedagang kaki lima
keliling yang berjualan makanan di trotoar. Pedagang
tersebut tidak menetap dan selalu berkeliling. Namun
berdasarkan hasil wawancara, pkl tersebut setiap harinya
akan tetap melewati jalan Iskandar Muda karena jalan
Iskandar Muda merupakan daerah yang strategis
menurutnya.
Gambar disamping dapat dilihat pedagang kaki lima yang
mendirikan kios serta memajang barang dagangannya di
trotoar. Pedagang tersebut juga meletakkan beberapa
kursinya dan duduk santai menunggu pelanggan yang datang
membeli. Sifat pedagang ini adalah menetap. Pedagang
berpendapat bahwa tempat ini strategis dan sudah dari dulu
orang tua mereka menggunakan tempat ini seabgai area
berjualan

Pada gambar di samping dapat dilihat kios yang menjajakan
barang dagangannya sampaike trotoar. Pedagang juga
cenderung memilih berjualan di tempat yang ditumbuhi
pohon.

Gambar 4.18 Key plan aktivitas PKL segmen 1
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

51

Universitas Sumatera Utara

Pada gambar di samping dapat dilihat trotoar yang kurang
terdefinisi karena tidak adanya elevasi. Area ini terdapat kios
kounter ponsel serta menjajakan propertynya sampai dengan
batas badan jalan. SIfat kios ini adalah menetap.

Banyak pedagang informal yang berjualan di trotoar di
segmen 2. Mayoritas pedagang informal pada segmen 2
dekat ramayana merupakan pkl yang menawarkan jasa
seperti jasa pembuatan kunci, servis jam tangan, sepatu, dll.
Kios yang digunakan untuk berjualan tidak dibawa pulang
melainkan dititipkan. Namun sebenarnya beberapa bagian
trotoar pada segmen 2 tidak terdapat elevasi sehingga sulit
bagi orang untuk menentukan apakah itu jalur pedestrian
atau bukan.

Pada segmen 2 juga terdapat kios yang berada di depan ruko
orang. Sifat kios ini adalah menetap dan juga berada pada
area trotoar yang tidak terdefinisi.

Pada gambar di samping dapat dilihat terdapat pedagang
kaki lima yang berjualan minuman. Sifat pedagang ini adalah
semi menetap. Pedagang tersebut akan menetap dari pagi
hingga sore menjelang malam hari. PKL tesebut juga
menjajakan propertinya seperti meja, kursi bagi pelanggan
hingga terpal sebagai sarana berlindung dari terik matahari
dan hujan. Sama seperti kondisi mayoritas area pkl lain, pkl
ini juga berada pada trotoar yang tidak terdefinisi.

Pada gambar di samping dapat dilihat bahwa pedagang kaki
lima juga menggunakan mobil sebagai tempat untuk
berjualan. Mobil ini akan diparkirkan di badan jalan dan
menetap. beberapa property seperti papan iklan juga
diletakkan di area badan jalan.

Pada gambar di samping terdapat pedagang kaki lima yang
berjualan buah-buahan. PKL tersebut berjualan berkeliling
namun lebih sering menetap di jalan Iskandar Muda tepatnya
di simpang Sei Bahorok. Berdasarkan sifat layanannya, pkl ini
dapat digolongkan sebagai pedagang semi menetap sesuai
dengan pendapat McGee & Yeung (1977).

Pada gambar berikut dapat dilihat terdapat kios yang berada
pada trotoar yang masih tidak terdefinisi. Properti-properti
pedagang juga dijajakan sampai hampir ke badan jalan.

Pada gambar di samping dapat dilihat adanya kios yang
berada di trotoar jalan. Property-property dagangan juga
diletakkan di area trotoar. Kios ini bersifat menetap. Hal yang
dapat diperhatikan dari setiap kios pada jalan Iskandar Muda
adalah mayoritas kios berada pada simpang-simpang jalan.
Menurut pendapat pemilik kios di samping, hal ini
dikarenakan simpang jalan merupakjan tempat yang lebih
strategis dan memiliki peluang yang lebih besar dalam
berjualan.

Gambar 4.19 Key plan aktivitas PKL segmen 2
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

52

Universitas Sumatera Utara

Pada segmen 3 terdapat tukang tambal ban yang area
dagangnya mulai dari halaman rumah orang sampai dengan
trotoar. Sifat dagangannya dalah menetap. PKL tersebut
membayar uang sewa per bulan kepada pemilik rumah.

Terdapat kios, tambal ban yang berjualan di atas trotoar pada
segmen 3. Pemilihan lokasi berjualan berada di bawah pohon
yang rindang agar lebih nyaman.

Pedagang pada gambar di samping merupakan pemilik
rumah yang menjajakan barang dagangannya dari halaman
rumah sampai dengan trotoar. Sifat dagangannya menetap.
Properti-properti dagangan juga ditempatkan di atas trotoar
mulai dari meja kuris hingga tenda yang didirikan.

Pada Segmen 3 juga terdapat bimbel yang di depannya
terdapat beberapa pedagang kaki lima yang berjualan disana.
Pkl tersebut bersifat semi menetap yaitu berjualan tetap
disana pada waktu pagi hari sampai dengan sore menjelang
malam hari. Keranjang sampah juga disediakan oleh kedua
pkl pada sudut trotoar.

Pada gambar di samping seperti terletak diantara segmen 2
dan segmen 3. Seperti yang telah ditulis di atas bahwa kios ini
didirikan pada area trotoar yang belum terdefinisi dengan
baik.

Pada Semgen 3 juga terdapat beberapa kios, kios pada
gambar di samping didirikan mulai dari halaman ruko Si
Bolang Durian sampai dengan trotoar jalan. Kios ini sifatnya
menetap.

Pada gambar di samping dapat dilihat kios yang berada pada
trotoar. Seperti halnya yang telah dikatakan, pedagang
mendirikan kios cenderung pada simpang-simpang jalan agar
lebih strategis.

Gambar 4.20 Key plan aktivitas PKL segmen 3
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Berdasarkan hasil observasi dan data yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya koridor Jalan Iskandar Muda mempunyai kriteria karakter koridor yang baik sesuai dengan yang ditulis dalam
artikel PPS. Namun, masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dibenahi seperti kondisi jalur pedestrian, markah jalan, penataan elemen penanda serta perabot jalan yang mendukung aktivitas disana.

53

Universitas Sumatera Utara

4.2.

Persepsi Pedagang
Pada bab ini, peneliti akan membahas hasil dari temuan-temuan yang

didapatkan melalui observasi dan penyebaran kuisioner berupa persepsi pedagang
terhadap sikap teritorialitas dalam menggunakan ruang publik koridor Jalan
Iskandar Muda Medan. Data tersebut akan ditabulasi dan kemudian dipaparkan
secara deskriptif untuk membandingkan atau melihat kesesuaian maupun
perbedaan data di lapangan dengan teori.

4.2.1. Gambaran Umum Responden
Pada penelitian skripsi ini yang menjadi respopen penelitian adalah
pedagang kaki lima dan pedagang formal di koridor Jl. Iskandar Muda
Medan. Jumlah Kuisioner yang disebarkan sebanyak 80 buah eksemplar
dengan pembagian masing masing responden adalah 40 eksemplar untuk
pedagang formal dan 40 eksemplar untuk pedagang kaki lima. Penyebaran
kuisioner kepada para responden ditentukan melalui metode purposive
sampling di ketiga segmen yang telah ditentukan dengan tujuan agar data
yang diperoleh nantinya lebih representatif (Sugiyono, 2010). Namun,
terdapat juga pembagian banyak responden yang berbeda pada masingmasing segmen. Hal ini dikarenakan aktivitas pada segmen 1 dan 3 tidak
sepadat dibandingkan dengan aktivitas pada segmen 2.
Beberapa elemen yang mempengaruhi teritori menurut Fatimah
(2011) salah satunya adalah faktor personal dan faktor kultural. Hal ini
juga sejalan dengan pendapat Rapoport (1997) yang mengatakan arsitektur
perilaku ditentukan oleh organisme (karakter/ faktor personal), lingkungan
dan faktor kultural. Adapun gambaran umum responden yang didapat
melalui penyebaran kuisioner meliputi identitas responden berdasarkan
jenis kelamin, usia, kepribadian, pendidikan, pengalaman, etnis, dan
agama.
4.2.2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan 80 pedagang yang menjadi sampel penelitian ini dilakukan
klasifikasi jenis kelamin. Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada tabel berikut:

54

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1 Komposisi responden berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Jenis Kelamin

Pedagang Formal

Pedagang Informal

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Laki - Laki

26

65%

32

80%

Perempuan

14

35%

8

20%

Total

40

100 %

40

100 %

Berdasarkan hasil tabulasi data yang dipaparkan pada tabel di atas, dapat
dilihat bahwa mayoritas pedagang formal berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar
26 orang (65%), sedangkan pedagang formal berjenis kelamin perempuan sebesar
14 orang (35%). Hal demikian juga serupa dengan komposisi responden untuk
pedagang informal yang didominasi oleh laki-laki yaitu sebesar 32 orang (80%),
sementara pedagang informal berjenis kelamin perempuan hanya sebesar 8 orang
(20 %). Dari kedua data di atas, dapat dikatakan bahwa kedua sektor pedagang,
baik pedagang formal maupun informal didominasi oleh pedagang dengan jenis
kelamin laki-laki.

4.2.3. Responden Berdasarkan Usia
Usia merupakan salah satu indikator dalam faktor personal yang
mempengaruhi persepsi mengenai teritorialitas. Sering kali usia dikaitkan dengan
banyaknya pengalaman yang telah dialami oleh seseorang. Dalam hal ini,
pengalaman yang ada dari seseorang akan turut mengambil peran dalam
pembentukan kognisi terhadap suatu lingkungan dan pada akhirnya akan
mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sikap teritorialitasnya (Rapoport
dalam Haryadi dan Setiawan, 2010).
Maka dari itu, peneliti mentabulasi hasil pendataan usia responden pada
setiap segmen. Adapun komposisi responden berdasarkan pengelompokkan usia
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

55

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2 Kompisisi Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Rentang Usia

Pedagang Formal

Pedagang Informal

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

< 21

-

-

2

5%

21-30

11

27.5%

17

42.5%

31-40

15

37.5%

12

30%

41-50

10

25%

5

17.5%

> 50

4

10%

2

5%

Total

40

100 %

40

100 %

Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat bahwa pedagang formal dengan rentang usia
31-40 lebih mendominasi, yaitu sebanyak 15 orang (37.5%). Kemudian pedagang
formal dengan rentang usia 21-30 sebanyak 11 orang (27.5 %), rentang usia 41-50
sebanyak 10 orang (25 %), yang berusia lebih dari 50 tahun sebanyak 4 orang
(10%), dan tidak ada pedagang formal yang berusia kurang dari 21 tahun. Namun,
di sisi pedagang informal, masih terdapatnya pedagang yang berusia kurang dari
21 tahun, yaitu sebesar 2 orang (5%). Hal ini menunjukkan bahwa sektor informal
cenderung tidak memerlukan usia dan pengalaman yang cukup, sedangkan untuk
sektor formal, seseorang cenderung sudah harus memiliki usia dan pengalaman
yang lebih matang. Untuk pedagang informal sendiri, rentang usia 21-30 yang
lebih mendominasi yaitu sebesar 17 orang (42,5%), kemudian untuk rentang usia
31-40 sebesar 12 orang (30 %), rentang usia 41-50 sebesar 5 orang (17,5 %) serta
usia lebih dari 50 sebesar 2 orang (5 %). Berdasarkan paparan data pada tabel di
atas, dapat dikatakan bahwa mayoritas pedagang, baik formal maupun informal
cenderung didominasi oleh yang berusia 21-40. Hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas responden yang berdagang cenderung dalam rentang usia produktif.

4.2.4. Responden berdasarkan Kepribadian
Kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi seseorang dalam
memberikan persepsi terhadapat teritorialitasnya. Kepribadian meliputi Introvert

56

Universitas Sumatera Utara

yaitu kepribadian yang cenderung suka menyendiri, Ekstrovert yaitu kepribadian
yang berlawanan dengan introvert, cenderung aktif dan sangat percaya diri, serta
Ambivert yaitu kepribadian yang berada di antara introvert dan ekstrovert.
Maksudnya adalah, orang tersebut bisa menjadi ekstrovert dan juga bisa menjadi
introvert bergantung pada situasi / mood. Adapun komposisi responden
berdasarkan kepribadian dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 4.3 Komposisi Responden berdasarkan Kepribadian
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Pedagang Formal
Kepribadian

Pedagang Informal
Persentase

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Introvert

18

45%

19

47.5%

Ekstrovert

9

22.5%

11

27.5%

Ambivert

13

32.5%

10

25%

Total

40

100 %

40

100%

(%)

Pada umumnya, responden dalam penelitian ini cenderung memiliki
kepribadian introvert. Seperti dapat dilihat pada tabel 4.3, pedagang formal yang
memiliki kepribadian introvert sebanyak 18 orang (45%), pedagang formal yang
memiliki kepribadian ekstrovert sebanyak 9 orang (22,5 %) dan Ambivert
sebanyak 13 orang (32,5 %). Hal serupa dengan pedagang informal yang
cenderung memiliki kepribadian introvert yaitu sebesar 19 orang (47,5 %),
ekstrovert sebanyak 11 orang (27,5%) dan ambivert sebanyak 10 orang (25 %).

4.2.5. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Data tentang pendidikan terakhir responden juga turut mempengaruhi
bagaimana responden bersikap dalam pemanfaatan jalur pedestrian dan badan
jalan sebagai ruang publik di koridor Jalan Iskandar Muda Medan. Adapun
kompisisi responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel
berikut.

57

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.4 Komposisi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Pendidikan

Pedagang Formal

Pedagang Informal

Terakhir

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

SD

-

-

2

5%

SMP

8

20%

20

50%

SMA

14

35%

15

37.5%

D-3

2

5%

-

-

S-1

14

35%

3

7.5%

S-2

2

5%

-

-

Total

40

100 %

40

100 %

Berdasarkan tabel 4.4, dapat dilihat bahwa pedagang formal dengan
pendidikan terakhir S-2 sebanyak 2 orang (5%), S-1 sebanyak 14 orang (35 %),
D-3 sebanyak 2 orang (5 %), SMA sebanyak 14 orang (35%), SMP sebanyak 8
orang (20%), dan yang tidak ada pedagang formal yang berpendidikan terakhir
SD. Hal ini cenderung berbeda dengan pedagang sektor informal, dengan
mayoritas pendidikan terakhir adalah SMP, yaitu sebesar 20 orang (50 %).
Kemudian dapat dilihat juga bahwa terdapatnya pedagang informal yang
berpendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 2 orang. Namun demikian, terdapat
pula pedagang informal dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 15 orang
(37.5%) dan yang bergelar S-1 sebanyak 3 orang (7.5 %). Berdasarkan data ini,
dapat dikatakan bahwa latar belakang pendidikan pedagang sektor informal
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan sektor formal.
4.2.6. Responden Berdasarkan Suku dan Agama
Salah satu elemen yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan sikap
teritorialitasnya adalah budaya. Faktor Budaya meliputi Suku dan Agama
seseorang. Orang yang memiliki latar belakang suku dan agama yang berbeda,
cenderung memiliki pandangan/ persepsi/ kognisi terhadap suatu lingkungan serta
pemanfaatannya yang berbeda pula. Adapun komposisi responden berdasarkan
suku dapat dilihat pada tabel di bawah.

58

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5 Komposisi Responden Berdasarkan Suku
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Pedagang Formal

Suku

Pedagang Informal

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jawa

9

22.5%

9

22.5%

Padang

2

5%

6

15%

Batak

11

27.5%

21

52.5%

Tionghoa

18

45%

-

-

Nias

-

3

7.5%

Mandailing

-

1

2.5%

Total

40

40

100 %

100 %

Berdasarkan tabel 4.5, dapat dilihat bahwa pedagang formal bersuku Jawa
sebanyak 9 orang (22.5 %), Padang sebanyak 2 orang (5 %), Batak 11 orang
(27.5%), Tionghoa sebanyak 18 orang (45 %). Sedangkan untuk pedagang
informal yang bersuku Jawa sebanyak 9 orang (22,5 %), Padang sebanyak 6 orang
(15 %), Batak sebanyak 21 orang (52,5 %), Nias sebanyak 3 orang (7,5 %),
Mandailing sebanyak (2,5 %), dan tidak ada pedagang informal yang bersuku
Tionghoa. Dari data di atas, dapat dikatakan bahwa pedagang formal di koridor
Jalan Iskandar Muda Medan didominasi oleh pedagang bersuku Tionghoa dan
Batak, sedangkan pedagang informal didominasi oleh pedagang bersuku Batak.
Sementara itu, komposisi responden berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel
berikut (Tabel 5.6).
Tabel 4.6 Komposisi Responden Berdasarkan Agama
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Agama

Pedagang Formal

Pedagang Informal

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Islam

12

30 %

18

45%

Katolik

6

15 %

6

15%

Protestan

9

22.5%

16

40%

Buddha

13

32.5%

-

-

Total

40

100 %

40

100 %

59

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat bahwa pedagang formal yang beragama Islam
sebanyak 12 orang (30%), beragama Kristen Katholik sebanyak 6 orang (15%),
Kristen Protestan sebanyak 9 orang (22,5 %) dan Buddha sebanyak 13 orang (32,5
%). Sedangkan pedagang informal yang beragam Islam sebanyak 18 orang (45%),
Kristen Katholik sebanyak 6 orang (15 %), Kristen Protestan sebanyak 16 orang
(40%), dan tidak ada pedagang informal yang beragama Buddha. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas pedagang informal beragama Islam dan Protestan.

4.2.7. Responden Berdasarkan Pengalaman
Responden juga dibedakan berdasarkan pengalaman dari setiap individu.
Pengalaman sebagai salah satu elemen dari faktor personal turut mempengaruhi
jawaban dari persepsi mengenai sikap teritorialitas yang dikemukakan.
Pengalaman individu terdiri dari lama berjualan, waktu berjualan, barang yang
diperdagangkan, serta pengalaman berjualan di tempat lain. Adapun komposisi
responden berdasarkan waktu berjualan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.7 Komposisi Responden berdasarkan waktu berjualan
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Waktu

Pedagang Formal

Pedagang Informal

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Pagi - Sore

20

50%

15

37.5%

Pagi - Malam

20

50%

15

37.5%

Malam

-

-

10

25%

Total

40

100 %

40

100 %

Pada Tabel 4.7, dapat dilihat bahwa pedagang formal yang berdagang pagi - sore
sebanyak 20 orang (50%), pedagang yang berdagang pagi - malam sebanyak 20
orang (50 %) dan tidak ada pedagang yang berdagang hanya pada malam hari.
Sedangkan untuk pedagang informal yang berdagang pada pagi - sore sebanyak
15 orang (37,5 %), pedagang yang berjualan pagi-malam sebanyak 15 orang

60

Universitas Sumatera Utara

(37,5%), dan pedagang yang berjualan hanya pada malam hari sebanyak 10 orang
(25%). Hal ini menunjukkan bahwa koridor jalan Iskandar Muda cenderung
memiliki aktivitas berdagang informal yang lebih banyak dibandingkan dengan
sektor formal pada malam hari. Adapun komposisi repsonden berdasarkan lama
berjualan disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.8 Komposisi Responden berdasarkan lama berjualan
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Lamanya

Pedagang Formal

Pedagang Informal

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

< 3 tahun

7

7.5%

21

52.5%

3-10 tahun

12

30%

16

40%

> 10 tahun

21

52.5%

3

7.5%

Total

40

100 %

40

100 %

Pada umumnya, pedagang formal yang berada di koridor Iskandar Muda
telah berjualan selama lebih dari 3 tahun. Hal ini ditunjukkan pada tabel 5.8
bahwa banyak pedagang formal yang sudah berjualan selama 3-10 tahun ada
sebanyak 12 orang (30%), yang sudah berjualan lebih dari 10 tahun ada sebanyak
21 orang (52,5%), dan yang berjualan kurang dari 3 tahun hanya sebanyak 7
orang. Hal ini bertolak belakang dengan pedagang informal, dengan mayoritas
lamanya berjualan kurang dari 3 tahun yaitu sebanyak 21 orang (52,5%), 3-10
tahun sebanyak 16 orang (40%), dan lebih dari 10 tahun hanya 3 orang (7,5 %).
Berdasarkan data di lapangan, dapat dikatakan bahwa pedagang formal cenderung
sudah lebih lama berjualan dibanding pedagang informal dengan mayoritas
pedagang berjualan kurang dari 3 tahun mencapai 52,5 %. Sementara itu,
komposisi responden berdasarkan pernahnya berjualan di tempat lain dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 4.9 Komposisi Responden berdasarkan pengalaman berjualan
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

61

Universitas Sumatera Utara

Pernah
Berjualan di

Pedagang Formal

Pedagang Informal

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Ya

15

37.5%

10

25%

Tidak

25

62.5%

30

75%

Total

40

100 %

40

100 %

tempat lain

Pada umumnya, responden cenderung belum pernah berjualan di tempat lain
selain di koridor jalan Iskandar Muda. Hal ini terlihat pada tabel di atas bahwa
pedagang yang belum pernah berjualan di tempat lain sebanyak 25 orang (62,5%)
dan yang sudah pernah berjualan di tempat lain sebanyak 15 orang (37,5%).
Sedangkan pedagang informal yang belum pernah berjualan di tempat lain
sebanyak 30 orang (75 %) dan yang sudah pernah berjualan di tempat lain
sebanyak 10 orang (25 %). Adapun komposisi pedagang formal berdasarkan
fungsi bangunannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10 Komposisi Pedagang Formal berdasarkan Fungsi Bangunan
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Fungsi

Pedagang Formal
Jumlah (orang)

Persentase (%)

Restoran/ Cafe

6

15%

Toko

19

47.5%

Jasa

10

15%

Kantor

5

12.5%

Total

40

100 %

Berdasarkan tabel 4.10, dapat dilihat bahwa mayoritas bangunan di koridor
Iskandar Muda Medan memiliki fungsi sebagai Toko yaitu sebanyak 19 orang
(47,5%), Restoran/Cafe/Warung sebanyak 6 orang (15%), Jasa sebanyak 10 orang

62

Universitas Sumatera Utara

(15%), dan Kantor sebanyak 5 orang (12,5 %). Sedangkan tabel 5.11 menyajikan
komposisi pedagang informal berdasarkan jenis dagangannya.

Tabel 4.11 Komposisi Pedagang Informal berdasarkan Jenis Dagangan
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Pedagang Informal

Barang yang
diperdagangkan

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Makanan/ Minuman

26

65%

Bukan Makanan/Minuman

14

35%

Total

40

100 %

Pada umumnya, pedagang informal berdagang makanan/minuman, dapat dilihat
pada tabel 5.11 bahwa pedagang informal yang berdagang makanan/minuman
sebanyak 26 orang (65%) sedangkan yang berdagang bukan makanan/minuman
sebanyak 14 orang 35 %. pedagang yang berdagang makanan/minuman secara
general merupakan pedagang yang mendirikan kios (snack, minuman, permen,
rokok, dll), warung makanan seperti bakso, mie, dll, serta pedagang keliling yang
menjajakan makanan/minuman (gambar 4.21). Di samping itu, yang berdagang
bukan makanan/minuman umumnya adalah tukang tambal ban, penjual pulsa,
pedagang minyak, pedagang bunga, serta berbagai penyedia jasa seperti tukang
kunci, reparasi jam, dll (gambar 4.22).

Gambar 4.21 Pedagang informal yang menjajakan makanan
Gambar 4.22 Pedagang informal penyedia jasa reparasi jam
Sumber: Dokumen Peneliti, 2017

63

Universitas Sumatera Utara

4.2.8. Persepsi Teritorialitas
Pada subbab ini akan dibahas mengenai temuan penelitian tentang persepi
pedagang yaitu pedagang formal maupun pedagang informal terhadap sikap
teritorialitasnya. Teritori dikaitkan dengan kepemilikan suatu area, penggunaan
suatu area, kesadaran orang lain akan teritori seseorang , kedekatan dengan
kehidupan sehari-hari serta frekwensi penggunaan terhadap teritorinya (Altman
dalam Haryadi dan Setiawan,2010). Maka dari itu, peneliti menggunakan elemenelemen ini sebagai indikator penelitian, di mana data lapangan dikumpulkan
melalui kuisioner. Adapun hasil tabulasi data mengenai kepemilikan dapat dilihat
pada tabel 4.12.

Tabel 4.12 Jawaban Responden terhadap kepemilikan tempat
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Tempat ini
dimiliki

Pedagang Formal

Pedagang Informal

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Ya

30

75%

13

32.5%

Tidak

10

25%

27

67.5%

Total

40

100 %

40

100 %

sendiri

Dari Tabel di atas dapat dikatakan bahwa kebanyakan pedagang formal menjawab
bahwa tempat usaha mereka dimiliki sendiri. Sebanyak 30 orang (75%) menjawab
milik sendiri dan 10 orang menjawab bukan milik sendiri. Sedangkan mayoritas
pedagang informal menjawab bahwa tempat ini bukan milik sendiri yaitu
sebanyak 27 orang (67.5%) dan yang menjawab milik sendiri sebanyak 13 orang
(32.5%). Meskipun hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa tempat usaha
pedagang kaki lima bukan milik sendiri, akan tetapi mayoritas mereka
mengatakan bahwa mereka tidak menyewa lahan tersebut dengan siapapun.
Seperti yang dikemukakan oleh salah satu responden dalam wawancara.

64

Universitas Sumatera Utara

"Kalau tempat saya ini gak nyewa. Saya dan mamak saya udah 15
tahun berjualan disini. Jadi, ruko yang barusan pindah pun karena
lihat kios saya udah berjualan lama, ga diapa-apain lagi sama
pemiliknya." (Zulkarnaen, pedagang informal di Jalan Iskandar Muda).

Namun demikian, terdapat beberapa pedagang informal yang menyewa dengan
pemilik bangunan bahkan ada juga yang menyewa lahan usahanya kepada preman
setempat. Seperti yang dituturkan oleh satu satu pedagang informal di Ismud.

"Tempat saya ga nyewa, tiap bulan paling ngasi uang uang keamanan
gitu lah sama preman setempat." (Yusuf, pedagang informal).

Setelah melakukan tabulasi data, peneliti mendapatkan kisaran harga sewa lahan
usaha pedagang informal adalah dari Rp. 50.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000,-.
Seperti salah satu pedagang gorengan di Iskandar Muda yang menyewa sebagian
dari kavling bangunan hingga ke trotoar (Gambar 4.23). Ia membayar harga sewa
sebesar Rp. 60.000,-/bulan kepada pemilik bangunan

Gambar 4.23 Salah satu pedagang informal
Sumber: Data Primer Diolah, 2017.

Pada Malam hari, setelah ruko-ruko tutup toko, terdapat pedagang informal yang
berjualan di area halaman ruko. Bertolak belakang dengan pedagang informal
pada siang hari, area jualan pedagang informal pada malam hari cenderung
berbayar/menyewa dengan pemilik bangunan. Seperti yang diutarakan salah satu
pedagang informal malam hari di Iskandar Muda.

65

Universitas Sumatera Utara

"Ya nyewa lah kalo kami. Namanya juga di halaman ruko orang. Harga
sewanya 600rb per bulan." (Iwan, pedagang informal).

Sementara itu, dapat dilihat hasil tabulasi data mengenai frekwensi penggunaan
pedagang terhadap tempat tersebut (Tabel 4.13).

Tabel 4.13 Frekwensi Penggunaan Pedagang
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Pedagang Formal

Frekwensi

Pedagang Informal

Penggunaan

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Setiap