Analisis Forecasting Produksi Dan Konsumsi Daging Kambing Dan Daging Domba Di Provinsi Sumatera Utara Chapter III VI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dengan menggunakan metode purposive atau
secara sengaja. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara yang terdiri
dari 25 kabupaten dan 8 kota dengan pertimbangan bahwa Provinsi Sumatera
Utara termasuk sebagai sentra produksi ternak yang diteliti serta memliki populasi
penduduk yang cukup besar.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan
range tahun 2006-2015 yang dianalisis dengan alat bantuan program SPSS
(Statistical Package for Sosial Science) dan berupa data sekunder.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah menggunakan data
sekunder. Menurut Rokhmana (2012), data sekunder adalah data yang telah
dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literature, artikel,
jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk identifikasi masalah pertama,digunakan analisis deskriptif yaitu

berupapenyajian data time series dengan grafik atau gambar dan penjelasan
terhadap data dalam kurun waktu 2006-2015 yang diperoleh sesuai dengan
kondisi sebenarnya.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Sugiyono (2004), analisis deskriptif adalah statistik yang
digunakan

untuk

menganalis

data

dengan

cara

mendeskripsikan


atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Untuk identifikasi masalah kedua, untuk mengetahui rasio produksi
dengan konsumsi daging kambing dan daging domba di Provinsi Sumatera Utara,
dilakukan analisis deskriptif menggunakan pendekatan rasio produksi daging
kambing dan daging domba dengan konsumsi daging kambing dan daging domba.
Menurut Asrofi (2014), rasio adalah perbandingan antara dua besaran atau
lebih. Dalam menghitung rasio harus menggunakan satuan yang sama, apabila
terdapat perbedaan maka harus dilakukan penyamaan satuan terlebih dahulu.
Secara umum rasio dilambangkan dengan a/b atau a:b dimana b ≠ 0. Misalnya
rasio 15 dari 105 adalah 15/105 = 1/7 = 1:7. Maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa untuk mencari rasio produksi daging kambing dan daging domba dengan
konsumsi daging kambing dan daging domba di Provinsi Sumatera Utara adalah
sebagai berikut:
Ri = Pki / Kki
Dimana:
R i = Rasio produksi dengan konsumi daging kambing dan daging domba di

wilayah i
Pk i = Produksi daging kambing dan daging domba di wilayah i
Kk i = Konsumsidaging kambing dan daging domba di wilayah i
Untuk identifikasi masalah ketiga, untuk mengetahui hasil forecasting
produksi dan konsumsi daging kambing dan daging domba di Provinsi Sumatera

Universitas Sumatera Utara

Utara untuk tahun 2017-2026, dilakukan analisis proyeksi atau Forecasting
Trend

melalui

(Gerak

Jangka

Panjang)

dengan


menggunakan

Least

SquaresMethod (metode kuadrat terkecil) melalui program SPSS yang
menggunakan Regresi Linier Sederhana. Menurut Pasaribu (1981), persamaan
garis trend linier dapat dibentuk sebagai berikut:
y = α + bx
Nilai-nilai α dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
� = � − ��
dan

�=

Dimana:

� ∑ �� − (∑ � )(∑ �)
� ∑ � 2 − (∑ � )2


y = Produksi atau konsumsi daging kambing dan daging domba (ton)
α = Koefisien intercept
b = Koefisien regresi dari x
x = Tahun yang diramalkan (dinotasikan dengan angka)
n = Jumlah data
Menurut Supranto (1989), metode Least Square (kuadrat terkecil)
merupakan metode yang paling sering digunakan untuk meramalkan y,karena
perhitungannya lebih teliti. Untuk melakukan perhitungan diperlukan nilai
variabel waktu (x), jumlah nilai variabel waktu adalah nol atau
∑x=0.

Maka

rumus untuk mencari α dan b dapat dirubah menjadi:
α=�

dan

�=


∑ ��

∑ �2

Universitas Sumatera Utara

Setelah persamaan garis trend yang linier tersusun, kemudian dapat
diramalkan garis trend linier untuk masa mendatang dengan persamaan berikut:
y* = a + bx*
Dimana:
y* = Produksi dan konsumsi daging kambing dan daging domba untuk tahun yang
diramalkan (ton)
α = Koefisien intercept
b = Koefisien regresi dari x
x* = Tahun yang diramalkan (dinotasikan dengan angka)
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
3.5.1 Definisi
1. Kambing dan Dombaadalah potensi paling penting yang dapat diperbaharui di
Provinsi Sumatera Utara.
2. Produksi daging kambing dan daging domba adalah kapasitas atau kuantitas

kebutuhan akan kambing dan domba yang tersedia untuk dikonsumsi di
Provinsi Sumatera Utara.
3. Konsumsi daging kambing dan daging omba adalah jumlah kambing dan
domba yang dimakan oleh masyarakat maupun industri di Provinsi Sumatera
Utara dengan tujuan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4. Rasio adalah perbandingan antara produksi dan konsumsi kambing dan domba
di Provinsi Sumatera Utara.
5. Trend produksi kambing dan domba adalah naik atau turun dalam jangka
panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu kambing
dan domba di Provinsi Sumatera Utara selama 10 tahun.

Universitas Sumatera Utara

6. Trend konsumsi kambing dan domba adalah naik atau turun dalam jangka
panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu kambing
dan domba di Provinsi Sumatera Utara selama 10 tahun.
7. Forecastingproduksi daging kambing dan daging domba adalah suatu
peramalan yang memperkirakan kondisi terhadap produksidaging kambing
dan daging domba di Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan data
masa lalu.

8. Forecasting konsumsi daging kambing dan daging

domba adalah suatu

peramalan yangmemperkirakan kondisi terhadap komsumsi daging kambing
dan daging domba di Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan data
masa lalu.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara.
2. Data yang diambil adalah data dalam kurun waktu tahun 2006 sampai 2015
meliputi produksi dan konsumsi kambing dan domba di Provinsi Sumatera
Utara.
3. Waktu penelitian dimulai tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH

4.1. Letak dan Keadaan Geografis Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada
garis 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Letak geografis Provinsi
Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran Internasional Selat Malaka
yang dekat dengan Singapura, Malaysia dan Thailand. Secara administratif
Provinsi ini berbatasan dengan daerah perairan dan laut serta dua provinsi lain
dengan batas wilayah sebagai berikut:
- Utara

: berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

- Timur

: berbatasan dengan Negara Malaysia di Selat Malaka

- Selatan

: berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat.

- Barat


: berbatasan dengan Samudera Hindia.
Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km2, sebagian besar

berasa di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berasa di Pulau Nias, PulauPulau Batu, serta beberapa pulau kecil baik dibagian barat maupun dibagian timur
pantai Pulau Sumatera. Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi terluas ke-7
di Indonesia. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara,
luas daerah terbesar adalah Kabupaten Langkat dengan luas 6.262,00 km2 atau
sekitar 8,58% dari total luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten Mandailing Natal
dengan luas 6.134,00 km2 atau 8,40% dari total luas Sumatera Utara, kemudian
Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 6.030,47 km2 atau sekitar 8,26% dari
total luas Sumatera Utara. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Tebing
Tinggi dengan luas 31,00 km2 atau sekitar 0,04% dari total luas Sumaetra utara.

Universitas Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 pulau, yaitu 6 pulau di Pantai
Timur dan 156 pulau di Pantai Barat. Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 25
kabupaten dan 8 kota dengan 421 kecamatan yang meliputi 653 kelurahan dan
5.175 desa.
4.2. Kondisi Iklim dan Topografi

Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara
tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan
Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya
beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 34˚C
sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan
sebagian lagi berada pada dearah ketinggian yang suhu minimalnya bisa
mencapai 15˚C.
Sebagaimana Provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara
mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya
terjadi pada bulan Januari sampai dengan bulan Juli dan musim penghujan
biasanya terjadi pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember, diantara
kedua musim itu terdapat musim pancaroba. Kelembaban udara rata-rata 78%91% dengan curah hujan 800-4000 mm/tahun dan penyinaran matahari 43%.
Berdasarkan topografinya, wilayah Provinsi Sumatera Utara dibagi atas 3
daerah yaitu:
1. Pantai Barat meliput i: Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten
Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan,
Kabupaten

Padang

Lawas,

Kabupaten

Padang

Lawas

Utara,

Universitas Sumatera Utara

KabupatenTapanuli

Tengah,

Kabupaten

Nias

Selatan,

Kota

Padang

Sidempuan, Kota Sibolga dan Kota Gunung Sitoli.
2. Dataran Tinggi meliputi: Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba
Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo,
Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kota
Pematang Siantar.
3. Pantai Timur meliputi: Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu
Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu
Bara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang
Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan dan Kota
Binjai.
4.3. Kondisi Demografi
Berdasarkan hasil SUPAS (Survei Penduduk Antar Sensus) 2015 yang
dilaksanakan pada bulan Mei 2015, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara
tercatat sebanyak 13.923.262 jiwa. Angka ini menunjukkan peningkatan jika
dibandingkan hasil Sensus Penduduk periode sebelumnya, yaitu sebesar
8.360.894 jiwa pada tahun 1980, kemudian meningkat menjadi 10.256.027 jiwa
pada tahun 1990, sebesar 11.513.973 jiwa tahun 2000 dan akhirnya meningkat
menjadi 12.982.204 jiwa pada Sensus Penduduk 2010. Secara nasional jumlah
penduduk Provinsi Sumatera Utara merupakan yang terbesar keempat setelah
Provinsi Jawa Barat (46.668.214 jiwa), Provinsi Jawa Timur (38.828.061 jiwa)
dan Provinsi Jawa Tengah (33.753.023 jiwa).

Universitas Sumatera Utara

Tabel.

4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan
PendudukMenurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
Jumlah
Luas Wilayah
Penduduk
Kabupaten/Kota
(km2)
(jiwa)

Kabupaten
01. Nias
1.842,51
136.115
02. Mandailing Natal
6.134,00
430.894
03. Tapanuli Selatan
6.030,47
275.098
04. Tapanuli Tengah
2.188,00
350.017
05. Tapanuli Utara
3.791,64
293.399
06. Toba Samosir
2.328,89
179.704
07. Labuhanbatu
2.156,02
462.191
08. Asahan
3.702,21
706.283
09. Simalungun
4.369,00
849.405
10. Dairi
1.927,80
279.090
11. Karo
2.127,00
389.591
12. Deli Serdang
2.241,68
2.029.308
13. Langkat
6.262,00
1.013.385
14. Nias Selatan
1.825,20
308.281
15. Humbang Hasundutan
2.335,33
182.991
16. Pakpak Bharat
1.218,30
45.516
17. Samosir
2.069,05
123.789
18. Serdang Bedagai
1.900,22
608.691
19. Batu Bara
922,20
400.803
20. Padang Lawas Utara
3.918,05
252.589
21. Padang Lawas
3.892,74
258.003
22. Labuhanbatu Selatan
3.596,00
313.884
23. Labuhanbatu Utara
3.570,98
351.097
24. Nias Utara
1.202,78
133.897
25. Nias Barat
473,73
84.917
Kota
1. Sibolga
41,31
86.519
2. Tanjung Balai
107,83
167.012
3. Pematang Siantar
55,66
247.411
4. Tebing Tinggi
31,00
156.815
5. Medan
265,00
2.210.624
6. Binjai
59,19
264.687
7. Padang Sidimpuan
114,66
209.796
8. Gunungsitoli
280,78
135.995
Sumatera Utara
72.981,23
13.937.797
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, 2016

Kepadatan
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/km2)
74
70
46
160
77
77
214
191
194
145
183
905
162
169
78
37
60
320
435
64
66
87
98
111
179
2.094
1.549
4.445
5.059
8.342
4.472
1.830
484
191

Universitas Sumatera Utara

Pada Tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 total luas
wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah 72.981,23 km2. Kabupaten Langkat
merupakan wilayah terluas di Provinsi Sumatera Utara dengan luas sebesar 6.262
km2 atau 8,58% dari luas Provinsi Sumatera Utara dan Kota Tebing Tinggi
merupakan wilayah terkecil di Provinsi Sumatera Utara dengan luas 31 km2 atau
0,04% dari luas Provinsi Sumatera Utara. Total jumlah penduduk di Provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2015 adalah sebesar 13.937.797 jiwa. Kota Medan
memiliki jumlah penduduk yang terbesar di antara kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Sumatera Utara, yaitu 2.210.624 jiwa atau 15,86% dari jumlah penduduk
di Provinsi Sumatera Utara sedangkan Pakpak Bharat merupakan kabupaten
dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 45.516 jiwa atau 0,32% dari jumlah
penduduk di Provinsi Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara memiliki
kepadatan penduduk sebesar 191 jiwa/km2. Kepadatan penduduk terbesar di
wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah Kota Medan yaitu 8.342 jiwa/km2 yang
kemudian di susul oleh Kota Tebing Tinggi yaitu 5.059 jiwa/km2. Kepadatan
penduduk terkecil di wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah Kabupaten Pakpak
Bharat yaitu 37 jiwa/km2 yang kemudian di susul oleh Kabupaten Tapanuli
Selatan yaitu 46 jiwa/km2.
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten/Kota Tahun 2010-2015
Kabupaten/
Jumlah Penduduk Miskin (000) (Jiwa)
Kota
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Nias
Mandailing Natal
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Toba Samosir

26.40
50.90
31.50
52.20
34.90
17.60

25.39
49.05
30.39
50.21
33.57
16.93

24.99
48.38
29.91
49.61
33.09
16.64

23.28
40.69
30.77
52
33.75
16.96

22.21
39.68
29.38
49.86
32.23
16.51

24.53
47.79
31.20
52.20
33.37
18.31

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan
Kabupaten/
Kota

Jumlah Penduduk Miskin (000) (Jiwa)
2010

2011

2012

2013

2014

2015

Labuhan Batu
Asahan
Simalungun
Dairi
Karo
Deli Serdang
Langkat
Nias Selatan
Humbang
Hasundutan
Pakpak Bharat
Samosir
Serdang Bedagai
Batu Bara
Padang Lawas
Utara
Padang Lawas
Labuhanbatu
Selatan
Labuanbatu
Utara
Nias Utara
Nias Barat
Sibolga
Tanjungbalai
Pematangsiantar
Tebing Tinggi
Medan
Binjai
Padangsidimpuan
Gunungsitoli

44.30
76.30
87.70
26.90
38.70
96
104.80
60.10

42.61
73.39
84.35
25.87
37.22
92.33
100.80
57.80

42.08
72.32
83.09
25.49
36.71
91.19
99.27
56.94

38.14
80.54
87.72
24
36.93
91.97
104.31
56.96

37.35
76.97
86.25
23.35
35.36
90.92
100.63
54.46

41.63
85.16
92.89
25.33
37.52
95.65
114.19
58.97

18.20

17.50

17.25

17.94

17.14

18.04

5.60
19.70
62.80
46

5.39
18.95
60.50
44.34

5.32
18.48
59.53
43.66

4.94
17.18
56.55
46.86

4.72
16.27
54.48
44.72

5.12
17.64
58.30
50.37

25

24.04

23.72

25.01

23.86

27.67

25

24.04

23.64

21.23

20.34

22.38

43.40

41.74

41.21

37.33

35.65

36.37

40.90

39.34

38.68

39.09

37.30

39.59

40.70
25.10
11.70
25.20
27.50
18.90
212.30
18
20.30
42.50

39.15
24.24
11.25
24.24
26.45
18.27
204.19
17.41
19.52
40.97

38.51
23.84
11.13
23.86
26.01
18.02
201.06
17.16
19.24
40.40

40.78
24.88
11.08
24.20
26.61
17.98
209.69
17.48
18.44
41.10

38.95
23.76
10.57
23.17
25.43
17.20
200.32
16.72
17.65
37.20

43.74
25.41
11.64
25.09
25.83
18.80
207.50
18.60
18.36
34.47

Sumatera Utara

1477.10 1421.44 1400.45 1416.37 1360.60

1463.66

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, 2016

Universitas Sumatera Utara

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi
Sumatera Utara berfluktuasi dari tahun 2010-2015. Jumlah penduduk miskin
terbanyak terjadi pada tahun 2010 yaitu 1.477.100 jiwa. Jumlah penduduk miskin
dari tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 1.400.450 jiwa pada tahun 2012.
Jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 mengalami peningkatan hingga tahun
2015 menjadi 1.463.660 jiwa atau 10,5% dari jumlah penduduk Provinsi
Sumatera Utara. Dari seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara,
Kota Medan merupakan kota dengan jumlah penduduk miskin terbanyak
sedangkan Kabupaten Pakpak Bharat merupakan kabupaten dengan jumlah
penduduk miskin yang paling sedikit pada 2010-2015. Pada tahun 2015, Kota
Medan memiliki jumlah penduduk miskin terbanyak yaitu 207.500 jiwa atau
9,38% dari jumlah penduduk Kota Medan dan 1,48% dari jumlah penduduk
Provinsi Sumatera Utara, kemudian diikuti oleh Kabupaten Langkat dengan
jumlah penduduk miskin sebesar 114.190 jiwa atau 11,26% dari jumlah penduduk
Kabupaten Langkat dan 0,81% dari jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Pakpak Bharat memiliki jumlah penduduk miskin paling sedikit yaitu
5.120 jiwa atau 11,24% dari jumlah penduduk Kabupaten Pakpak Bharat dan
0,03% dari jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara, kemudian diikuti oleh
Kota Sibolga dengan jumlah penduduk miskin sebesar 11.640 jiwa atau 13,45%
dari jumlah penduduk Kota Sibolga atau 0,08% dari jumlah penduduk Provinsi
Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

4.4. Deskripsi Variabel
4.4.1 Produksi Daging Kambing dan Daging DombaProvinsi Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara adalah salah termasuk salah satu sentra produksi
ternak. Keadaan produksi daging kambing dan daging domba di Provinsi
Sumatera Utara dalam kurun waktu 10 tahun yakni pada tahun 2006-2015 dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Produksi Daging Kambing dan Daging Domba Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2006-2015
Produksi Daging
Produksi
Kambing
Daging Domba
Tahun
(Ton)
(Ton)
2.336,85
1.077,44
2006
2.176,90
1.129,90
2007
2.511,43
1.463,72
2008
2.562,41
1.484,94
2009
3.188,99
1.549,87
2010
3.268,71
1.588,62
2011
3.352,55
1.706,98
2012
3.469,81
1.852,71
2013
3.538,23
1.886,78
2014
3.546,08
1.890,18
2015
29.951,96
15.631,14
Total
2.995,196
1.563,114
Rataan
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Peternakan Sumut Tahun 2010,
2015, 2016
Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa jumlah produksi daging kambing
Provinsi Sumatera Utara tertinggi di sepanjang tahun 2006-2015 terjadi pada
tahun 2015 sebesar 3.546,08ton dan produksi terendah terjadi pada tahun 2007
sebesar 2.176,90 ton. Sedangkan pada jumlah produksi daging domba Provinsi
Sumatera Utara tertinggi di sepanjang tahun 2006-2015 terjadi pada tahun 2015
sebesar 1.890,18ton dan produksi terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar
1.077,44 ton. Jika dilihat dari total produksi daging kambing yaitu sebesar

Universitas Sumatera Utara

29.951,96 ton dengan rataan 2.995,196 ton jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
total produksi daging domba yaitu sebesar 15.631,14 ton dengan rataan 1.563,114
ton.
4.4.2 Konsumsi Daging Kambing dan Daging DombaProvinsi Sumatera
Utara
Daging kambing dan daging dombayang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup karena memiliki nilai gizi yang
tinggi, daging kambing dan daging domba karena aman dikonsumsi oleh semua
kalangan. Keadaan konsumsi daging kambing dan daging domba di Sumatera
Utara yakni pada tahun 2006-2015 terlihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Konsumsi Daging Kambing dan Daging Domba Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2006-2015
Konsumsi Daging
Konsumsi Daging
Kambing
Domba
Tahun
(Ton)
(Ton)
2006
2.402,26
1.137,91
2007
2.181,84
1.155,09
2008
2.738,88
1.434,65
2009
2.782,16
1.457,32
2010
3.245,55
1.557,86
2011
3.275,89
1.572,43
2012
3.303,85
1.718,01
2013
3.464,83
1.865,68
2014
3.579,38
1.927,35
2015
3.484,44
1.951,29
Total
30.459,08
15.777,59
Rataan
3.045,90
1.577,75
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Peternakan Sumut Tahun 2010,
2015, 2016
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa, konsumsi daging kambing mengalami
fluktuasi, dari jumlah konsumsi daging kambing Provinsi Sumatera Utara
mencapai 2.181,84ton. Dan pada jumlah konsumsi daging domba Provinsi

Universitas Sumatera Utara

Sumatera Utara sepanjang tahun 2006-2015, konsumsi tertinggi terjadi pada tahun
2015 yaitu mencapai 1.951,29 ton sedangkan konsumsi terendah terjadi pada
tahun 2006 yaitu mencapai 1.137,91 ton. Dari total konsumsi daging kambing dan
daging domba yang tertera pada tabel diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
konsumsi daging kambing lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi daging
domba.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Trend Produksi dan Konsumsi Daging Kambing dan Daging Domba
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2015
Keadaan produksi dan konsumsi daging kambing dan daging domba di
Provinsi Sumatera Utara tahun 2006-2015 mengalami fluktuasi. Konsumsi yang
sangat tinggi mengakibatkan produksi tidak mampu memenuhi konsumsi daging
kambing dan daging domba di Provinsi Sumatera Utara.
Tabel 5.1. Trend Produksi dan Konsumsi Daging Kambing Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2006-2015
Produksi Pertumbuhan Konsumsi Pertumbuhan
Surplus
Daging
dari Tahun
Daging
dari Tahun
Daging
Tahun
Kambing
Sebelumnya
Kambing
Sebelumnya
Kambing
(Ton)
(%)
(Ton)
(%)
(Ton)
2006
2.336,85
0
2.402,26
0
-65,41
2007
2.176,90
-6,84
2.181,84
-9,17
-4,94
2008
2.511,43
15,36
2.738,88
25,53
-227,45
2009
2.562,41
2,02
2.782,16
1,58
-219,75
2010
3.188,99
24,45
3.245,55
16,65
-56,56
2011
3.268,71
2,49
3.275,89
0,93
-7,18
2012
3.352,55
2,56
3.303,85
0,85
48,7
2013
3.469,81
3,49
3.464,83
4,87
4,98
2014
3.538,23
1,97
3.579,38
3,30
-41,15
2015
3.546,08
0,22
3.484,44
-2,65
61,64
Total
29.951,96
45,72
30.459,08
41,89
-507,12
Rataan 2.951,96
4,572
3.045,90
4,189
-50,712
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Peternakan Sumut diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa Provinsi Sumatera Utara pada
tahun 2006 memiliki produksi daging kambing sebesar 2.336,85 ton dan konsumsi
daging kambing sebesar 2.402,26 ton yang menyebabkan defisit sebesar 65,41
ton. Pada tahun 2007 produksi daging kambing mengalami penurunan sebesar
159,95 ton atau 6,84 % dari tahun sebelumnya menjadi 2.176,90 ton dan
konsumsi daging kambing juga mengalami penurunan sebesar 220,42 ton atau

Universitas Sumatera Utara

9,17% dari tahun sebelumnya yang menyebabkan defisit sebesar 4,94 ton. Pada
tahun 2008 produksi daging kambing mengalami peningkatan sebesar 334,53 ton
atau 15,36% dari tahun sebelumnya menjadi 2.511,43 ton dan konsumsi daging
kambing mengalami peningkatan sebesar 557,04 ton atau 25,53% dari tahun
sebelumnya menjadi 2.738,88 ton yang menyebabkan defisit sebesar 227,45 ton.
Pada tahun 2009 produksi daging kambing mengalami peningkatan sebesar 50,98
ton atau 2,02% dari tahun sebelumnya menjadi 2.562,41ton dan jumlah konsumsi
daging kambing mengalami peningkatan yaitu 43,28 ton atau 1,58% dari tahun
sebelumnya menjadi 2.782,16 ton yang menimbulkan defisit sebesar 219,75 ton.
Pada tahun 2010 produksi daging kambing mengalami peningkatan sebesar
626,58 ton atau 24,45% dari tahun sebelumnya menjadi 3.188,99 ton dan
konsumsi daging kambing mengalami peningkatan sebesar 463,39 ton atau
16,65% dari tahun sebelumnya menjadi 3.245,55 ton. Meskipun pada tahun 2011
jumlah produksi daging kambing meningkat dan jumlah konsumsi daging
kambing mengalami peningkatan juga, tetap terjadi defisit sebesar 56,56 ton
dikarenakan produksi yang meningkat belum bisa mengimbangi total konsumsi
daging kambing. Pada tahun 2012 produksi daging kambing mengalami
peningkatan sebesar 83,84 ton atau 2,56% dari tahun sebelumnya menjadi
3.352,55 ton dan konsumsi daging kambing mengalami peningkatan yaitu 27,96
ton atau 0,85% dari tahun sebelumnya menjadi 3.303,85 ton dan mengalami
surplus sebesar 48,7 ton. Pada tahun 2013 produksi daging kambing mengalami
peningkatan sebesar 117,26 ton atau 3,49% dari tahun sebelumnya menjadi
3.469,81ton dan konsumsi daging kambing mengalami peningkatan sebesar
160,98 ton atau 4,87% dari tahun sebelumnya menjadi 3.464,83 ton dan

Universitas Sumatera Utara

mengalami surplus sebesar 4,98 ton. Pada tahun 2014 produksi daging kambing
mengalami penurunan sebesar 68,42 ton atau 1,97% dari tahun sebelumnya
menjadi 3.538,23 ton dan konsumsi daging mengalami peningkatan yaitu 114,55
ton atau 3,30% dari tahun sebelumnya menjadi 3.579,38 dan mengalami defisit
sebesar 41,15 ton. Pada tahun 2015 produksi daging kambing mengalami
peningkatan sebesar 7,85 ton atau 0,22% dari tahun sebelumnya menjadi 3.546,08
ton dan konsumsi daging kambing mengalami penurunan sebesar 94,94 ton dan
mengalami surplus sebesar 61,64 ton.
Dalam kurun waktu 15 tahun dari tahun 2006-2015, peningkatan produksi
daging kambing terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 24,45% dari tahun
sebelumnya. Penurunan produksi daging kambing terbesar terjadi pada tahun
2007 yaitu sebesar 6,84% dari tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi daging
kambing terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 25,53% dari tahun
sebelumnya. Penurunan konsumsi daging kambing terbesar terjadi pada tahun
2015 yaitu 2,65% dari tahun sebelumnya. Total produksi daging kambing sebesar
29.951,96 ton dengan rata-rata produksi sebesar 2.995,196 ton dan produksi
tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 3.546,08 ton sedangkan produksi
terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 2.176,90 ton. Total konsumsi
daging kambing sebesar30.459,08ton dengan rata-rata konsumsi sebesar 3.045,90
ton dan konsumsi tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 3.579,38 ton
sedangkan konsumsi terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 2.181,84ton.
Produksi dan konsumsi daging kambing dari tahun 2006-2015 memiliki surplus
yang negatif yang artinya defisit. Total surplus antara produksi dan konsumsi
daging kambing Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2006-2015adalah sebesar -

Universitas Sumatera Utara

507,12 ton. Nilai negatif ini menunjukkan bahwa produksi daging kambing tidak
dapat memenuhi kebutuhan konsumsi daging kambing di Provinsi Sumatera
Utara. Kondisi produksi dan konsumsi daging kambing Provinsi Sumatera Utara
tahun 2006-2015 untuk lebih jelasnya terlihat pada Gambar 5.1.
4000
3500
3000
2500
2000

Produksi

1500

Konsumsi

1000
500
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 5.1. Grafik TrendProduksi dan Konsumsi Daging Kambing Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2006-2015
Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa produksi daging kambing di
Provinsi Sumatera Utara Pada tahun 2007 berada pada posisi terendah dan pada
tahun 2014 produksi daging kambing berada pada puncaknya. Produksi daging
kambing tahun 2006-2015 mengalami keadaan yang fluktuasi yang cenderung
meningkat artinya mengalami trend positif.
Konsumsi daging kambing di Provinsi Sumatera Utara Pada tahun 2013
dan tahun 2014 berada pada puncaknya sedangkan pada tahun 2007 konsumsi
daging kambing berada pada posisi terendah. Konsumsi daging kambing tahun
2006-2015 mengalami keadaan yang fluktuasi yang cenderung menurun artinya
mengalami trend negative.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 5.1 selama kurun waktu 10 tahun dari tahun 20062015, terjadinya perpotongan pada tahun 2008-2009 yaitu konsumsi daging
kambing lebih tinggi dibandingkan produksi daging kambing yang disebabkan
oleh keadaan alam yang kurang baik dan juga ternak yang terserang oleh penyakit.
Dan pada tahun 2014-2015 produksi mengalami penurunan akan tetapi pada tahun
2015 produksi daging kambing dapat mencukupi konsumsi daging kambing. Pada
tahun 2006-2015, produksi daging kambing mengalami pertumbuhan rata-rata
sebesar 4,572% yang menunjukkan bahwa trend produksi daging kambing di
Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2006-2015 adalah meningkat. Sedangkan
konsumsi daging kambing mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,189 %
yang menunjukkan bahwa trend konsumsi daging kambing di Provinsi Sumatera
Utara dari tahun 2006-2015 adalah meningkat.
Tabel 5.2.Trend Produksi dan Konsumsi Daging Domba Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2006-2015
Produksi Pertumbuhan Konsumsi Pertumbuhan
Surplus
Daging
dari Tahun
Daging
dari Tahun
Daging
Tahun
Domba
Sebelumnya
Domba
Sebelumnya
Domba
(Ton)
(%)
(Ton)
(%)
(Ton)
2006
1.077,44
0
1.137,91
0
-60,47
2007
1.129,90
4,86
1.155,09
1,50
-25,19
2008
1.463,72
29,54
1.434,65
24,20
29,07
2009
1.484,94
1,44
1.457,32
1,58
27,62
2010
1.549,87
4,37
1.557,86
6,89
-7,99
2011
1.588,62
2,50
1.572,43
0,93
16,19
2012
1.706,98
7,45
1.718,01
13,26
-11,03
2013
1.852,71
8,53
1.865,68
8,59
-12,97
2014
1.886,78
1,83
1.927,35
3,30
-40,57
2015
1.890,18
0,18
1.951,29
1,24
-61,11
Total
15.631,14
60,7
15.777,59
61,49
-146,45
Rataan 1.563,114
6,07
1.577,75
6,149
-14,645
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Peternakan Sumut diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa, Provinsi Sumatera Utara pada
tahun 2006 memiliki produksi daging domba sebesar 1.077,44 ton dan konsumsi

Universitas Sumatera Utara

daging domba sebesar 1.137,91ton yang menyebabkan defisit sebesar 60,47 ton.
Pada tahun 2007 produksi daging domba mengalami peningkatan sebesar 52,46
ton atau 4,86 % dari tahun sebelumnya menjadi 1.129,90 ton dan konsumsi
daging domba mengalami peningkatan yaitu 17,18 ton atau 1,50% dari tahun
sebelumnya yang menyebabkan defisit sebesar 25,19 ton. Pada tahun 2008
produksi daging domba mengalami peningkatan sebesar 333,82 ton atau 29,54%
dari tahun sebelumnya menjadi 1.463,72 ton dan konsumsi daging domba
mengalami peningkatan sebesar 279,56 ton atau 24,20% dari tahun sebelumnya
menjadi 1.434,65 ton yang menyebabkan surplus sebesar 29,07 ton. Pada tahun
2009 produksi daging domba mengalami peningkatan sebesar 21,22 ton atau
1,44% dari tahun sebelumnya menjadi 1.484,94 ton dan jumlah konsumsi daging
domba mengalami peningkatan yaitu 22,67 ton atau 1,58% dari tahun sebelumnya
yang menimbulkan surplus sebesar 27,62 ton. Pada tahun 2010 produksi daging
domba mengalami peningkatan sebesar 64,93 ton atau 4,37% dari tahun
sebelumnya menjadi 1.549,87 ton dan konsumsi daging domba mengalami
peningkatan sebesar 100,54 ton atau 6,89% dari tahun sebelumnya menjadi
1.557,86ton. Pada tahun 2011 jumlah produksi daging domba yaitu sebesar
1.588,62 mengalami peningkatan 38,75 ton atau 2,50% dan konsumsi daging
domba mengalami peningkatan 14,57 ton atau 0,93% dari tahun sebelumnya
menjadi 1.572,43 ton dan mengalami surplus sebesar 16,19 ton dikarenakan
produksi dapat mencukupi total konsumsi daging domba. Pada tahun 2012
produksi daging domba mengalami peningkatan sebesar 118,36 ton atau 7,45%
dari tahun sebelumnya menjadi 1.706,98 ton dan konsumsi daging domba
mengalami peningkatan yaitu 145,58 ton atau 13,26% dari jumlah konsumsi tahun

Universitas Sumatera Utara

sebelumnya yaitu tahun 2011 dan mengalami defisit sebesar 11,03 ton. Pada tahun
2013 produksi daging domba mengalami peningkatan sebesar 145,73 ton atau
8,53% dari tahun sebelumnya menjadi 1.852,71ton dan konsumsi daging domba
mengalami peningkatan sebesar 147,67 ton atau 8,59% dari tahun sebelumnya
menjadi 1.865,68ton dan mengalami deficit sebesar 12,97 ton. Pada tahun 2014
produksi daging domba mengalami penurunan sebesar 34,07 ton 1,83% dari tahun
sebelumnya menjadi 1.886,78 ton dan konsumsi daging domba mengalami
peningkatan yaitu sebesar 61,67 ton atau 3,30% dari tahun sebelumnya menjadi
1.927,35ton danmengalami defisit sebesar 40,57ton. Pada tahun 2015 produksi
daging domba mengalami peningkatan sebesar 3,4 ton atau 0,18% dari tahun
sebelumnya menjadi 1.890,18ton dan konsumsi daging domba mengalami
peningkatan sebesar 23,94 ton atau 1,24% akan tetapi menyebabkan defisit
sebesar 61,11 ton.
Dalam kurun waktu 15 tahun dari tahun 2006-2015, peningkatan produksi
daging domba terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 29,54% dari tahun
sebelumnya. Penurunan produksi daging domba terbesar terjadi pada tahun 2015
yaitu sebesar 0,18% dari tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi daging domba
terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 24,20% dari tahun sebelumnya.
Penurunan konsumsi daging domba terbesar terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar
0,93%. Total produksi daging domba sebesar 15.631,14 ton dengan rata-rata
produksi sebesar 1.563,114 ton dan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2015
yaitu sebesar 1.890,18ton sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2007
yaitu sebesar 1.077,44 ton. Total konsumsi daging dombayaitu sebesar 15.777,59
ton dengan rata-rata konsumsi sebesar 1.577,75 ton dan konsumsi tertinggi terjadi

Universitas Sumatera Utara

pada tahun 2015 yaitu sebesar 1.951,29ton sedangkan konsumsi terendah terjadi
pada tahun 2006 dan tahun 2006 yaitu sebesar 1.137,91 ton. Produksi dan
konsumsi daging domba dari tahun 2006-2015 memiliki surplus yang negatif yang
artinya defisit. Total surplus antara produksi dan konsumsi daging domba Provinsi
Sumatera Utara dari tahun 2006-2015 adalah sebesar -146,45ton. Nilai negatif ini
menunjukkan bahwa produksi daging domba tidak dapat memenuhi kebutuhan
konsumsi daging domba di Provinsi Sumatera Utara. Kondisi produksi dan
konsumsi daging domba Provinsi Sumatera Utara tahun 2006-2015 untuk lebih
jelasnya terlihat pada Gambar 5.2.
2500

2000

1500
Produksi
Konsumsi

1000

500

0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 5.2. Grafik TrendProduksi dan Konsumsi Daging Domba Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2006-2015
Berdasarkan Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa, produksi daging domba di
Provinsi Sumatera Utara Pada tahun 2006 berada pada posisi terendah dan pada
tahun 2014 dan tahun 2015 produksi daging domba berada pada puncaknya.
Produksi daging domba tahun 2006-2015 mengalami keadaan yang fluktuasi yang
cenderung meningkat artinya mengalami trend positif.

Universitas Sumatera Utara

Konsumsi daging domba di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2015
berada pada puncaknya sedangkan pada tahun 2006 konsumsi daging domba
berada pada posisi terendah. Konsumsi daging domba tahun 2006-2015
mengalami keadaan yang fluktuasi yang cenderung meningkat artinya mengalami
trend positif.
Berdasarkan Tabel 5.2 selama kurun waktu 10 tahun dari tahun 20062015, terjadi perpotongan pada grafik yaitu konsumsi daging domba pada tahun
2008-2009 dapat tercukupi oleh produksi daging domba. Hal ini disebabkan oleh
keadaan alam yang baik, ternak yang sehat dan juga teknologi yang semakin
maju. Akan tetapi jika dilihat pada tahun 2014-2015 terjadi perpotongan antara
produksi dan konsumsi daging domba dimana produksi belum dapat mencukupi
konsumsi daging domba. hal ini disebabkan oleh ternak yang terserang oleh
penyakit dan pakan yang sulit di dapatkan akibat keadaan alam yang kurang baik
atau habibat yang kurang sesuai dengan ternak. Produksi daging domba
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 6,07% yang menunjukkan bahwa trend
produksi daging domba di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2006-2015 adalah
meningkat. Sedangkan konsumsi daging domba mengalami peningkatan rata-rata
sebesar 6,149% yang menunjukkan bahwa trend konsumsi daging domba di
Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2006-2015 adalah meningkat.
5.2. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Daging Kambing dan Daging
Domba Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2015
Perbandinganproduksidaging

kambing

dan

daging

domba

dengan

konsumsi daging kambing dan daging domba merupakan hal yang penting
diketahui untuk menyusun kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah
dalam mencukupi permintaan daging kambing dan daging domba Provinsi

Universitas Sumatera Utara

Sumatera Utara. Dari angka perbandinganproduksi dan konsumsi daging kambing
dan daging domba dapat diketahui bagaimana peningkatan subsektor pternakan di
Provinsi Sumatera Utara. Perbandingan produksi dan konsumsi daging kambing
dan daging domba dapat dilihat pada Tabel 5.3
Tabel 5.3. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Daging Kambing Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2006-2015
No
Tahun
Produksi
Konsumsi
Rasio
Daging
Daging
(Produksi:Konsumsi)
Kambing (Ton) Kambing (Ton)
1
2006
2.336,85
2.402,26
0,97(1:1,02)
2
2007
2.176,90
2.181,84
0,99(1:1,01)
3
2008
2.511,43
2.738,88
0,91(1:1,09)
4
2009
2.562,41
2.782,16
0,92(1:1,08)
5
2010
3.188,99
3.245,55
0,98(1:1,01)
6
2011
3.268,71
3.275,89
0,99(1:1,01)
7
2012
3.352,55
3.303,85
1,01(1:0,98)
8
2013
3.469,81
3.464,83
1,00(1:0,99)
9
2014
3.538,23
3.579,38
0,98(1:1,01)
10
2015
3.546,08
3.484,44
1,01(1:0,98)
Total
29.951,96
30.459,08
0,98(1:1,02)
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Peternakan Sumut diolah, 2017
Keterangan :
Rasio < 1 = Konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi
Rasio ≥ 1 = Produksi lebih tinggi dibandingkan konsumsi
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 nilai dari
konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging kambing pada tahun
2006. Besar defisit produksi daging kambing sebesar 65,41 Ton dengan rasio
antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar
0,97(1:1,02) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006 konsumsi lebih
tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam
negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging kambing 2006 lebih

Universitas Sumatera Utara

tinggi di bandingkan dengan produksi daging kambing berarti hipotesis
1diterima.
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 nilai dari
konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging kambing pada tahun
2007. Besar defisit produksi daging kambing sebesar 4,94 Ton dengan rasio
antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar
0,99(1:01) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007konsumsi lebih tinggi
dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam negeri
perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging kambing 2007 lebih tinggi di
bandingkan dengan produksi daging kambing berarti hipotesis 1diterima.
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 nilai dari
konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging kambing pada tahun
2008. Besar defisit produksi daging kambing sebesar 227,45 Ton dengan rasio
antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar
0,91(1:1,09) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2008konsumsi lebih
tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam
negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging kambing 2008 lebih
tinggi di bandingkan dengan produksi daging kambing berarti hipotesis
1diterima.
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 nilai dari
konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging kambing pada tahun
2009. Besar defisit produksi daging kambing sebesar 219,75 Ton dengan rasio
antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar
0,92(1:1,08) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2009konsumsi lebih

Universitas Sumatera Utara

tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam
negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging kambing 2009 lebih
tinggi di bandingkan dengan produksi daging kambing berarti hipotesis
1diterima.
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 nilai dari
konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging kambing pada tahun
2010. Besar defisit produksi daging kambing sebesar 56,56 Ton dengan rasio
antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar
0,98(1:1,01) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2010konsumsi lebih
tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam
negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging kambing 2010 lebih
tinggi di bandingkan dengan produksi daging kambing berarti hipotesis
1diterima.
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 nilai dari
konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging kambing pada tahun
2011. Besar defisit produksi daging kambing sebesar 7,18 Ton dengan rasio
antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar
0,99(1:1,01) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011konsumsi lebih
tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam
negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging kambing 2011 lebih
tinggi di bandingkan dengan produksi daging kambing berarti hipotesis
1diterima.
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 nilai dari
produksi lebih besar dibandingkan nilai dari konsumsi daging kambing pada tahun

Universitas Sumatera Utara

2012. Besar surplus produksi daging kambing sebesar 48,7 Ton dengan rasio
antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar
1,01(1:0,98) atau > 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012produksi lebih
tinggi dibandingkan konsumsi. Dalam hal ini produksi daging kambing meningkat
dan dapat mencukupi konsumsi daging kambing. Keadaan produksi daging
kambing 2012 lebih tinggi di bandingkan dengan konsumsi daging kambing
berarti hipotesis 1ditolak.
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 nilai dari
produksi lebih besar dibandingkan nilai dari konsumsi daging kambing pada tahun
2013. Besar surplus produksi daging kambing sebesar 4,98 Ton dengan rasio
antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar
1,00(1:0,99) atau > 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2013produksi lebih
tinggi dibandingkan konsumsi. Dalam hal ini produksi daging kambing meningkat
dan dapat mencukupi konsumsi daging kambing. Keadaan produksi daging
kambing 2013 lebih tinggi di bandingkan dengan konsumsi daging kambing
berarti hipotesis 1ditolak.
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 nilai dari
konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging kambing pada tahun
2014. Besar defisit produksi daging kambing sebesar 41,15 Ton dengan rasio
antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar
0,98(1:1,01) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2014konsumsi lebih
tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam
negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging kambing 2014 lebih

Universitas Sumatera Utara

tinggi di bandingkan dengan produksi daging kambing berarti hipotesis
1diterima.
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 nilai dari
produksi lebih besar dibandingkan nilai dari konsumsi daging kambing pada tahun
2015. Besar surplus produksi daging kambing sebesar 61,64 Ton dengan rasio
antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar
1,01(1:0,98) atau > 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2015produksi lebih
tinggi dibandingkan konsumsi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam
negeri meningkat. Keadaan produksi daging kambing 2015 lebih tinggi di
bandingkan dengan konsumsi daging kambing berarti hipotesis 1ditolak.
4000
3500
3000
2500
2000

Produksi Daging
Kambing

1500

Konsumsi Daging
Kambing

1000
500
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 5.3. Total Produksi dan Konsumsi Daging Kambing Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2006-2015
Berdasarkan Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa, produksi dan konsumsi
daging kambing mengalami fluktuasi. Akan tetapi jika dilihat dari keseluruhan
bahwa produksi daging kambing tidak dapat memenuhi konsumsi daging
kambing. Pada tahun 2006-2015 total defisit produksi daging kambing sebesar

Universitas Sumatera Utara

507,12 Ton dengan rasio antara produksi daging kambing dengan konsumsi
daging kambing adalah sebesar 0,98(1:1,02) ini menunjukkan bahwa Keadaan
produksi daging kambing tahun 2006-1015 lebih kecil dari konsumsi daging
kambing yang berarti hipotesis 1 diterima.
Tabel 5.4. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Daging Domba Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2006-2015
No
Tahun
Produksi
Konsumsi
Rasio
Daging Domba Daging Domba (Produksi:Konsumsi)
(Ton)
(Ton)
1
2006
1.077,44
1.137,91
0,94(1:1,05)
2
2007
1.129,90
1.155,09
0,97(1:1,02)
3
2008
1.463,72
1.434,65
1,02(1:0,98)
4
2009
1.484,94
1.457,32
1,01(1:0,98)
5
2010
1.549,87
1.557,86
0,99(1:1,01)
6
2011
1.588,62
1.572,43
1,01(1:0,98)
7
2012
1.706,98
1.718,01
0,99(1:1,01)
8
2013
1.852,71
1.865,68
0,99(1:1,01)
9
2014
1.886,78
1.927,35
0,97(1:1,02)
10
2015
1.890,18
1.951,29
0,96(1:1,03)
Total
15.631,14
15.777,59
0,98(1:1,01)
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Peternakan Sumut diolah, 2017
Keterangan :
Rasio < 1 = Konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi
Rasio ≥ 1 = Produksi lebih tinggi dibandingkan konsumsi
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 nilai dari
konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging domba pada tahun
2006. Besar defisit produksi daging domba sebesar 60,47 Ton dengan rasio antara
produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 0,94(1:1,05)
atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006 konsumsi lebih tinggi
dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging domba dalam negeri perlu
lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging domba 2006 lebih tinggi di
bandingkan dengan produksi daging domba berarti hipotesis 2diterima.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 nilai dari
konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging domba pada tahun
2007. Besar defisit produksi daging domba sebesar 25,19 Ton dengan rasio antara
produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 0,97(1:1,02)
atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007konsumsi lebih tinggi
dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging domba dalam negeri perlu
lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging domba 2007 lebih tinggi di
bandingkan dengan produksi daging domba berarti hipotesis 2diterima.
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 nilai dari
produksi lebih besar dibandingkan nilai dari konsumsi daging domba pada tahun
2008. Besar surplus produksi daging domba sebesar 29,07 Ton dengan rasio
antara produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar
1,02(1:0,98) atau > 1 yang menunjukkan bahwa produksi lebih tinggi
dibandingkan dengan konsumsi. Dalam hal ini produksi daging domba yang
meningkat dalam negeri dapat mencukupi konsumsi daging domba. Keadaan
produksi daging domba 2008 lebih tinggi di bandingkan dengan konsumsi daging
domba berarti hipotesis 2ditolak.
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 nilai dari
produksi lebih besar dibandingkan nilai dari konsumsi daging domba pada tahun
2009. Besar surplus produksi daging domba sebesar 27,62 Ton dengan rasio
antara produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar
1,01(1:0,98) atau > 1 yang menunjukkan bahwa produksi lebih tinggi
dibandingkan dengan konsumsi. Dalam hal ini produksi daging domba yang
meningkat dalam negeri dapat mencukupi konsumsi daging domba. Keadaan

Universitas Sumatera Utara

produksi daging domba 2009 lebih tinggi di bandingkan dengan konsumsi daging
domba berarti hipotesis 2ditolak.
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 nilai dari
konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging domba pada tahun
2010. Besar defisit produksi daging domba sebesar 7,99 Ton dengan rasio antara
produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 0,99(1:1,01)
atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2010konsumsi lebih tinggi
dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging domba dalam negeri perlu
lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging domba 2010 lebih tinggi di
bandingkan dengan produksi daging domba berarti hipotesis 2diterima.
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 nilai dari
produksi lebih besar dibandingkan nilai dari konsumsi daging domba pada tahun
2011. Besar surplus produksi daging domba sebesar 16,19 Ton dengan rasio
antara produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar
1,01(1:0,98) atau > 1 yang menunjukkan bahwa produksi lebih tinggi
dibandingkan dengan konsumsi. Dalam hal ini produksi daging domba yang
meningkat dalam negeri dapat mencukupi konsumsi daging domba. Keadaan
produksi daging domba 2011 lebih tinggi di bandingkan dengan konsumsi daging
domba berarti hipotesis 2ditolak.
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 nilai dari
konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging domba pada tahun
2012. Besar defisit produksi daging domba sebesar 11,03 Ton dengan rasio antara
produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 0,99(1:1,01)
atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012konsumsi lebih tinggi

Universitas Sumatera Utara

dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging domba dalam negeri perlu
lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging domba 2012 lebih tinggi di
bandingkan dengan produksi daging domba berarti hipotesis 2diterima.
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 nilai dari
konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging domba pada tahun
2013. Besar defisit produksi daging domba sebesar 12,97 Ton dengan rasio antara
produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 0,99(1:1,01)
atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2013konsumsi lebih tinggi
dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging domba dalam negeri perlu
lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging domba 2013 lebih tinggi di
bandingkan dengan produksi daging domba berarti hipotesis 2diterima.
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 nilai dari
konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging domba pada tahun
2014. Besar defisit produksi daging domba sebesar 40,57 Ton dengan rasio antara
produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 0,97(1:1,02)
atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2014konsumsi lebih tinggi
dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging domba dalam negeri perlu
lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging domba 2014 lebih tinggi di
bandingkan dengan produksi daging domba berarti hipotesis 2diterima.
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 nilai dari
konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging domba pada tahun
2015. Besar defisit produksi daging domba sebesar 61,11 Ton dengan rasio antara
produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 0,96(1:1,03)
atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2015konsumsi lebih tinggi

Universitas Sumatera Utara

dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging domba dalam negeri perlu
lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging domba 2015 lebih tinggi di
bandingkan dengan produksi daging domba berarti hipotesis 2diterima.
2500

2000

1500
Produksi Daging Domba
Konsumsi Daging Do