Upaya Bank Dalam Penyelesaian Kredit Macet dengan Jaminan Hak Tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan

30

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERKREDITAN DAN JAMINAN

2.1 Kredit
2.1.1 Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari Bahasa Yunani “cedere” yang beartinya percaya.
Dengan demikian, dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang atau badan
yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di
masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang dijanjikan. Jadi
kredit hanya dapat diberikan kepada mereka yang “dipercaya mampu”
mengembalikan kredit di belakang hari. Pemenuhan kewajiban mengembalikan
pinjaman itu sama artinya dengan kemampuan memenuhi prestasi suatu
perikatan. 14
Menurut Teguh Pudjo Muljono, mendefinisikan bahwa kredit, ‘kemampuan
untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan
suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang
disepakati’ 15
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan menjelaskan pengertian

kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan

14

Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991,
hlm. 26
15
Pudjo Muljono, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, Jakarta : 2007

Universitas Sumatera Utara

31

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Dengan demikian kesimpulan dari pengertian kredit adalah sebagai berikut ;
1) Adanya perjanjian antara pihak bank dengan peminjam.
2) Adanya pelunasan hutang-hutang pinjaman.
3) Adanya bagi hasil yang sudah ditentukan.


Adanya perjanjian antara pihak peminjam modal dan pihak bank ini akan
menciptakan suatu ikatan perjanjian yang bersifat profesional pihak bank dan
peminjam uang akan memegang teguh perjanjian yang telah disepakati bersamasama guna mempunyai kekuatan hukum yang berlaku sudah menjadi kebiasaan
bagi orang yang meminjam sesuatu maka orang tersebut wajib untuk
mengembalikan barang/sesuatu yang dipinjamnya tadi oleh karena itu maka di
dalam meminjam uang kepada bank, peminjam diwajibkan untuk mengembalikan
uang yang di dalam surat perjanjian pinjam-meminjam sedangkan besarnya bagi
hasil ditentukan oleh bank yang bersangkutan.
Kredit dilandasi oleh kepercayaan yang diberikan seseorang pada orang lain,
kepercayaan yang pada hakekatnya bersifat timbal balik, tidak saja pihak pemberi
kredit yang menaruh kepercayaan pada pihak penerima kredit, akan tetapi pihak
penerima kredit ini juga menaruh kepercayaan terhadap pemberinya hanya
berlandaskan kepercayaan timbal balik itulah baru mungkin seseorang
menyerahkan sesuatu barang yang berharga kepada orang lain dengan perjanjian,
bahwa yang menerima barang tersebut akan membayar harganya pada saat
dikemudian hari. Barulah mungkin terjadi transaksi kredit.

Universitas Sumatera Utara


32

Demikian juga pemberian kredit yang dilakukan bank kepada nasabahnya,
bank percaya bahwa nasabah akan mengembalikan kredit yang diberikan bank
pada waktu dan syarat - syarat yang telah disetujui bersama. Kredit sebenarnya
adalah ;


Kepercayaan, suatu unsur yang harus dipegang sebagai benang merah
melintasi falsafah perkreditan dalam arti sebenarnya, bagaimanapun
bentuk, macam dan ragamnya dan dari manapun asalnya serta kepada
siapapun diberikannya.



Waktu, adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan
pelunasannya, jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui
atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana.




Prestasi, adanya objek tertentu berupa prestasi dn kontra prestasi pada saat
tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit
antara bank da nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga atau
imbalan.



Risiko, adanya risiko yang mungkin terjadi selama jangka waktu antara
pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan
dan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi
dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan
agunan.

2.1.2. Prinsip – Prinsip Kredit
Pada umumnya dunia perbankan menggunakan instrumen analisa yang
terkenal dengan The Fives of Credit atau 5 C yaitu ; 16

16


Sutardja Sudrajat, Pendaftaran Hak Tanggungan dan Penerbitan Serfitikatnya, Mandar Maju,
Bandung, 1997, hlm 92

Universitas Sumatera Utara

33

1) Character (watak)
Watak adalah sifat dasar yang ada dalam hati seseorang. Watak dapat berupa
baik dan jelek bahkan yang terletak diantara baik dan jelek. Watak merupakan
bahan pertimbangan untuk mengetahui resiko. Tidak mudah untuk menentukan
watak seorang debitur apalagi debitur yang baru pertama kali mengajukan
permohonan kredit.
2) Capacity (kapasitas)
Kapasitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh calon nasabah untuk
membuat rencana dan mewujudkan rencana tersebut menjadi kenyataan, termasuk
dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan sehingga
pada nantinya calon nasabah tersebut dapat melunasi hutangnya dikemudian hari.
3) Capital (dana)
Kapital adalah dana yang dimiliki oleh calon nasabah untuk menjalankan dan

memlihara kelangsungan usahanya. Adapun penilaian terhadap kapital adalah
untuk mengetahui keadaan, permodalan, sumber-sumber dana dan penggunaanya.
4) Condition Of Economi (kondisi ekonomi)
Kondisi ekonomi adalah situasi ekonomi pada waktu dan jangka waktu
tertentu dimana kredit diberikan oleh Bank kepada pemohon.
5) Collateral (jaminan)
Jaminan berarti harta kekayaan yang dapat diikat sebagai jaminan guna
menjamin kepastian pelunasan hutang jika dikemudian hari debitur tidak melunasi
hutangnya dengan jalan jaminan dan mengambil pelunasan dari penjualan harta
kekayaan yang menjadi jaminan itu.

Universitas Sumatera Utara

34

Kemudian penilaian kredit dapat juga dilakukan dengan prinsip – prinsip 7P yang
adalah ; 17
1) Personality
Nasabah dari segi kepribadiaannya ataupun tingkah lakunya sehari – hari
maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan

tindakan nasabah dalam menghadapi masalah.
2) Party
Mengklasifikasikan nasabah dalam klasifikasi tertentu atau golongan tertentu
berdasarkan modal, loyalitas, dan karakternya.
3) Purpose
Tujuan nasabah dalam mengabil kredit, termasuk jenis kredit yang diingikan
nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam – macam, sebagai contoh
apakah untuk modal kerja ataupun investasi, konsumtif ataupun produktif dan lain
sebagainya.
4) Prospect
Menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak,
dengan kata lain mempunyai prospek atau tidak.
5) Payment
Bagaimana cara nasabah untuk mengembalikan kredit yang telah diambil atau
sumber dana untuk pembayaran kredit. Semakin banyak dana atau penghasilan si
debitur, maka akan semakin baik.

17

Muhammad Djumhana, Op.Cit, hal.180


Universitas Sumatera Utara

35

6) Profitability
Bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Diukur dari periode ke
periode akan tetap sama atau akan semkain meningkat.
7) Protection
Bagaimana menjaga agar usaha dan jminan mendapatkan perlindungan.
Perlindungan ini dapat berbentuk jaminan barang ataupun asuransi.

Selain prinsip 5C dan 7P ada pula prinsip lain yang dinamakan 3R, yaitu;
1) Return
Hasil usaha yang dicapai oleh calon debitur, bank perlu melakukan analisis
terhadap hasil yang akan dicapai oleh si calon debitur. Analisis ini dilakukan
dengan melihat hasil yang telah dicapai sebelum mendpatkan kredit dari bank,
kemudian melakukan estimasi terhadap usaha yang mungkin akan dicapai oleh
calon debitur.
2) Repayment

Kemampuan calon debitur untuk melakukan pembayaran kembali kredit yang
telah dinikmati. Bank perlu melakukan analisis terhadap kemampuan calon
debitur dalam mengelola usahanya. Hal ini dapat dilihat dari cara calon debitur
memperoleh laba.
3) Risk Bearing Ability
Merupakan kemampuan dari calon debitur untuk menanggung resiko apabila
terjadi kegagalan dalam usahanya. Salah satu pertimbangan untuk menyakini
bahwa calon debitur mampu menghadapi resiko dapat dilihat dari struktur

Universitas Sumatera Utara

36

permodalannya. Semakin besar modal si calon debitur maka akan semakin besar
pula kemampuannya untuk menutup resiko kegagalan usahanya.

2.1.3. Manfaat dan Tujuan Kredit
2.1.3.1 Manfaat Kredit
Begitu banyak manfaat serta tujuan dari pemberian Kredit, Manfaat kredit
antara lain sebagai mana dijelaskan berikut;

1) Sebagai sumber pendapatan yang terbesar berupa bunga. Dengan adanya
pendapatan

bunga

ini

memungkinkan

setiap

bank

untuk

dapat

mengembangkan usahanya, apabila kredit yang diberikan dapat berjalan
lancar.
2) Untuk menjaga solvabilitasnya, sebab kredit merupakan salah satu bentuk

penyaluran dana bank terbesar. Dengan demikian yang diharapkan dari
kredit yang lancar tersebut dapat dipakai sebagai sarana untuk pembayaran
kembali dana dan bunga yang dipinjamkan dari masyarakat.
3) Kredit yang dipakai sebagai alat baik untuk memasarkan produk dan jasa
bank yang lain, bahkan saat itu suatu opini (pendapat) yang mengatakan
pemberian kredit semata – mata hanya untuk mendapatkan bunga sudah
mubadhir.
4) Dengan menyalurkan dana akan mampu mengembangkan para staffnya
untuk mengenal dunia bisnis yang lain. 18

18

Pudjo Muljono, Bank Budgeting, Jakarta : 1996, Hal. 207

Universitas Sumatera Utara

37

5) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. Bila
pendapatan dari perusahaan meningkat maka mempengaruhi pajak yang
akan diberikan kepada negara. Dengan pajak yang semakin meningkat
maka pendapatan nasional akan meningkat.

2.1.3.2 Tujuan Kredit
Sedangkan tujuan kredit adalah sebagai berikut ;
1) Bagi bank atau kreditor adalah untuk mendapatkan keuntungan pemberian
kredit berupa bunga kredit.
2) Bagi kepentingan umum dan masyarakat adalah agar dapat dicapai
peningkatan produktivitas dan daya guna suatu barang/modal untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang disertai kelancaran peredaran sosial
ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat.
3) Bagi nasabah atau debitor adalah profitability dan responsibility, yaitu
untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya atas usaha yang
dibiayai dengan fasilitas kredit bank dan untuk dapat memenuhi
kewajibannya sesuai dengan perjanjian.

2.1.4. Kebijaksanaan Perkreditan
Menurut Teguh Pudjo Muljono, dalam menetapkan kebijaksanaan perkreditan
tersebut harus diperhatikan 3 (tiga) asas pokok, yaitu

Universitas Sumatera Utara

38

1) Asas Likuiditas
Suatu asas yang mengharuskan bank untuk tetap menjaga tingkat likuiditasnya,
karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya, akan sangat parah yaitu hilangnya
kepercayaan dari para nasabah atau dari masyarakat luas. Suatu bank yang dapat
dinyatakan sebagai likuid apabila mempunyai ;


Bank mempunyai cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan
untuk memenuhi likuiditasnya.



Bank tersebut memiliki assets lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu
tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.



Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash assets
baru melalui berbagai bentuk utang.

2) Asas Solvabilitas
Usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari masyarakat dan
disalurkan dalam bentuk kredit

3) Asas Rentabilitas
Sebagaimana halnya pada setiap kegiatan usaha akan selalu mengharapkan
untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk
keperluan mengembangkan dirinya. 19

19

Teguh Pudjo Muljono, Management Perkreditan Bagi Bank Komersil, 2007, hal 57

Universitas Sumatera Utara

39

2.1.5.Jenis – Jenis Kredit
Jenis – jenis kredit ataupun macam – macam kredit sebenarnya sering
dijumpai dalam keseharian, kredit sendiri dapat digolongkan menurut tujuan
penggunaanya, dari cara penguangannya, berdasarkan jangka waktunya, cara
penarikan dan pembayaran kembali kredit itu sendiri, menurut sektor ekonominya,
dari segi jaminan atau anggunannya, dari segi alat buktinya, menurut sumber
dananya, menurut negara pemberinya, menurut status hukum subjek debiturnya,
kredit yang pemberinya melebihi satu bank (kredit sindikasi) dan menurut unsur
besar kecilnya debitur.
Jenis – jenis kredit tersebut diatas, diuraikan sebagai berikut ; 20
1) Kredit menurut tujuan penggunaanya.


Kredit Komsumtif, kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian
barang atau jasa yang memberikan kepuasan langsung.



Kredit Produktif, kredit yang digunakan untuk tujuan produktif dalam
artian meningkatkan atau menimbulkan kegunaan, baik itu karena bentuk,
atau tempat, waktu maupun karena kepemilikan.

2) Kredit ditinjau dari segi materi.


Kredit dalam bentuk uang, pada umumnya diberikan dalam bentuk uang
dan pengembaliannya dalam bentuk uang.



Kredit dalam bentuk bukan uang, kredit berupa jasa atau bedan yang
biasanya dibeikan oleh perusahaan dagang atau sebagainya.

20

H.Rachmat Firdaus dan Maya Arianti, Manajemen Perkreditan Bank Umum, (Bandung:
Alfabeta, 2003), hal 10-28

Universitas Sumatera Utara

40

3) Kredit menurut cara penarikan dan pembayaran kembali.


Kredit sekaligus, kredit yang cara penarikan atau penyediaan dananya
dilakukan sekaligus, baik secara tunai maupun secara pemindah – bukuan
ke dalam rekening debitur.



Kredit rekening koran, kredit yang penyediaan dananya dilakukan dengan
jalan pemindah – bukuan, kedalam rekening koran/giro atas nama debitur,
sedangkan penarikannya dilakukan dengan cara cek, bilyet giro atau surat
pemidah bukuan.



Kredit bertahap, yang cara penarikan atau penyediaanya dilaksanakan
dengan bertahap, misalnya 2 (dua), 3 (tiga), 4 (empat) kali tahap.



Kredit berulang, kredit yang setelah satu transaksi selesai dapat digunakan
untuk transaksi berikutnya.



Kredit per-transaksi, kredit yang digunakan untuk membiayai suatu
transaksi tersebut merupakan sumber pelunasan kredit.

4) Kredit menurut jangka waktu.


Kredit jangka pendek, yang maksimal 1 (satu) tahun.



Kredit jangka menengah, yang berjangka antara 1 (satu) tahun hingga 3
(tiga) tahun.



Kredit jangka panjang, yang berjangka lebih dari 3 (tiga) tahun.

5) Kredit menurut sektor ekonominya,


Kredit untuk sektor pertanian.



Kredit untuk pertambangan.



Kredit untuk sektor perindustrian.



Kredit untuk sektor listrik, gas dan air.



Kredit untuk sektor konstruksi.



Kredit untuk sektor perdagangan, restoran dan hotel.



Kredit untuk sektor pengangkutan.



Kredit untuk sektor jasa dunia usaha.

Universitas Sumatera Utara

41



Kredit jasa sosial masyarakat.



Kredit untuk sektor – sektor lain, kredit yang diberikan untuk membiayai
sektor yang tidak termasuk dalam butir – butir diatas.

6) Kredit dilihat dari segi jaminan/agunanya ;


Kredit yang tidak memakai jaminan, kredit yang diberikan benar – benar
atas dasar kepercayaan saja, sehingga tidak ada jaminan sama sekali.
o Kredit dengan ada jaminan/agunan ;
1.Jaminan perorangan, kredit yang jaminannya berupa seseorang
atau badan sebagai pihak ke-3 (tiga) yang bertindak sebagai
penanggung jawab.
2.Jaminan kebendaan bersifat berwujud, kredit yang jaminan nya
terdiri dari barang – barang bergera dan barang – barang tidak
bergerak.
3.Jaminan kebendaan yang bersifat tidak berwujud, kredit yang
jaminannya biasanya seperti obligasi, saham dan surat – surat
berharga lainnya

7) Kredit menurut cara penguangannya ;


Kredit tunai, kredit yang pengguangannya dilakukan secara tunai atau
tidak tunai atau dengan cara pemindah – bukuan kedalam rekening debitur
atau ditunjuk olehnya pada saat perjanjian ditanda tangani.



Kredit bukan tunai, kredit tidak dibayarkan langsung pada perjanjian
ditanda tangani, melainkan diperlukan adanya tenggang waktu tertentu
sesuai yang dipersyarat - syaratkan.

8) Kredit dari segi alat pembuktiannya ;


Kredit secara lisan, kredit yang perjanjiannya dilakukan secara lisan
semata – mata.

Universitas Sumatera Utara

42



Kredit

secara

pencatatan,

yaitu

transaksi

kredit

dicatat

dalam

pembukuan/adminstrasi masing – masing pihak baik oleh kreditur maupun
oleh debitur.


Kredit dengan perjanjian tertulis, kredit yang dinyatakan dalam suatu
perjanjian tertulis antara pihak kreditur dengan pihak debitur.

9) Kredit menurut sumber dananya ;


Kredit yang dananya berasal dari tabungan masyarakat, pemberian kredit
ada karena kelebihan pendapatan dari segolongan anggota masyarakat
yang dikumpulkan dalam bentuk simpanan, baik, berupa tabungan,
deposito maupun sertifikat deposito.



Kredit yang dananya berasal dari penciptaan yang baru, pemberian kredit
yang dananya dibiayai oleh penambahan uang terhadap uang yang beredar
yang telah ada, sehingga terdapat penambahan daya beli baru.

10) Kredit menurut negara pemberinya ;


Kredit dalam negeri, kredit yang diberikan oleh kreditur di dalam negeri
yang sama dengan si calon debitur.



Kredit luar negeri, kredit yang diberikan oleh pihak asing baik pemerintah
maupun swasta lainnya.

11) Kredit menurut status hukum subjek debiturnya ;


Kredit untuk golongan penduduk, kredit yang diberikan kepada penduduk
Indonesia, baik kepada perorangan, badan – badan, lembaga – lembaga,
maupun perusahaan – perusahaan yang berdomisili di Indonesia.



Kredit untuk golongan bukan penduduka, kredit yang diberikan kepada
bukan penduduk Indonesia, baik kepada perorangan maupun badan,
lembaga serta perusahaan yang tidak berdomisili di Indonesia maupun
perwakilan negara asing yang ada di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

43

12) Kredit yang pemberinya melebihi satu bank;


Kredit sindikasi adalah kredit yang diberikan secara bersama – sama oleh
dua bank atau lebih dengan pembagian risiko dan pendapatan (bunga dan
komisi) sesuai porsi kepesertaan masing – masing anggota sindikasi.

13) Kredit menurut unsur besar kecilnya debitur ;


Kredit usaha kecil dan menengah, kredit ini kredit untuk kopersi sehingga
sering disebut kredit usaha kecil koperasi dan menegah (UKM)



Kredit koperasi, kredit dengan jumlah yang besar dan diperuntukkan bagi
debitur – debitur koperasi (perusahaan besar).

2.2. Kredit Macet
2.2.1. Pengertian Kredit Macet
Kredit macet merupakan persoalan perdata yang menurut terminologi hukum
perdata, hubungan antara debitor dengan kreditor (bank) selaku pemberi kredit
merupakan hubungan utang piutang. Hubungan yang bersangkutan lahir dari
perjanjian. Pihak debitor berjanji untuk mengembalikan pinjaman beserta biaya
dan bunga, dan pihak kreditor memberikan kreditnya. Dalam hal kredit yang
diberikan telah mengarah pada tandatanda timbulnya kredit macet, maka deteksi
atas kredit macet dapat dilakukan secara sistematis dengan mengembangkan
sistem “pengenalan diri”, yaitu berupa daftar kejadian atau gejala yang
diperkirakan dapat menyebabkan suatu pinjaman berkembang menjadi kredit
macet.
Kredit macet merupakan kredit yang tidak berjalan lancar atau kredit dimana
debiturnya tidak memenuhi syarat - syarat yang diperjanjikan, misalnya ;
pembayaran bunga, pemgambilan pokok jaminan,dan sebagaimananya. Debitur

Universitas Sumatera Utara

44

mengingkari janji untuk membayar bunga ataupun kreditnya yang telah jatuh
tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada
pembayaran, sehingga menyebabkan mutu dari kredit itu sendiri merosot.
Dari asal katanya kredit macet terdiri dari dua kata yaitu kredit dan macet.
Yang dimaksud kredit adalah pinjaman uang secara mengangsur.11 Sedangkan
macet diartikan tersendat, terhenti, tidak lancar. Jai defenisi dari kedua kata di atas
dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan kredit macet adalah
sejumlah pinjaman oleh nasabah kepada bank dimana pelunasannya dilakukan
secara tersendat – sendat bahkan sampai keadaan terhenti (macet).
Berdasarkan

Surat

Keputusan

Direksi

Bank

Indonesia

(BI)

No.

32/268/KEP/DIR tanggal 27 Pebruari 1998, maka kredit dibagi menjadi ;
1) Kredit lancar.
Kredit yang pengembalian pokok pinjaman atau pembayaran bunganya tepat
waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan
persyarat - syaratan kredit.


Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu.



Memiliki mutasi rekening yang aktif.



Bagian dari kredit dijamin dengan uang tunai.

2) Kredit kurang lancar.
Kredit yang pengambalian pokok pinjaman atau pembayaran bunganya
terdapat tunggakan telah melampaui 90 hari sampai 180 hari dari waktu yang
telah disepakati.

Universitas Sumatera Utara

45



Pengembalian pokok pinjaman dan bunganya telah mengalami penundaan
pembayaran melampaui 90 hari sampai dengan kurang dari 180 hari.



Pada kondisi ini hubungan debitur dengan bank telah memburuk.



Informasi keuangan debitur tidak dapat diyakini oleh bank.

3) Kredit diragukan.
Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah
melampaui 180 hari sampai 270 hari dari waktu yang disepakati.


Penundaan pembayaran pokok dan/atau bunga antara waktu 180 hari
hingga 270 hari.



Pada kondisi ini hubungan debitur dan bank semakin memburuk.



Informasi keuangan sudah tidak sapat dipercayai lagi.

4) Kredit macet.
Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya
terdapat tunggakan yang telah melampaui 270 hari.


Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 270 hari.



Kerugian operasional dituntu dengan pinjaman baru.



Jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar, baik dari segi hukum
maupun dari segi kondisi pasar.

2.2.2. Faktor – faktor Penyebab Kredit Macet
Kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan perkreditan bank karena bank
tidak mungkin menghindarkan adanya kredit bermasalah. Bank hanya berusaha

Universitas Sumatera Utara

46

menekan seminimal mungkin besarnya kredit bermasalah agar tidak melebihi
ketentuan Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan. Pemenuhan prestasi
merupakan hakekat dari perikatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1234
K.U.H. Perdata yang berbunyi ;
”Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat
sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.”

Kredit macet adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup
membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank yang seperti
diperjanjikan. Kredit dikatakan macet apabila memenuhi kriteria – kriteria sebagai
berikut ;
1) Berdasarkan Prospek Usaha


Kelangsungan usaha sangat diragukan, industri mengalami penurunan dan
sulit untuk pulih kembali.



Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang menurun.



Manajemen yang sangat lemah.



Terjadiya kemogokan tenaga kerja yang sangat sulit untuk diatasi.

2) Berdasarkan Keuangan Debitur


Mengalami kerugian yang besar.



Debitur tidak mampu memenuhi



seluruh kewajiban dan kegiatan usaha tidk dapat dipertahankan.



Rasio utang terhadap modal sangat tinggi.



Pinjaman baru digunakan untuk menutup kerugian operasional.

Universitas Sumatera Utara

47

3) Berdasarkan Kemampuan Membayar


Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan bunga yang telah melampaui
270 hari.



Dokumentasi kredit atau pengikatan agunan tidak ada.

Debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk berprestasi kepada
kreditur dapat disebabkan dua kemungkinan alasan, yaitu pertama, karena
kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban maupun
karena kelalaian. Kedua, karena keadaan memaksa (overmarcht) di luar
kemampuan debitur, debitur tidak bersalah. Dalam hal debitur tak dapat
memenuhi prestasi dan ada unsur salah pada dirinya, maka dapat dikatakan
debitur dalam keadaan wanprestasi. Dari hak dan kewajiban masing-masing pihak
yang telah disebutkan diatas apabila dihubungkan dengan Pasal 1234 K.U.H.
Perdata, jika para pihak tidak berprestasi sebagaimana mestinya dan kesemuanya
itu kepadanya, maka pihak yang tidak melaksanakan kewajiban dikatakan dalam
wanprestasi.
Berdasarkan jenisnya, wujud wanprestasi dapat berupa 4 (empat) macam
yaitu ;
1) Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
2) Melaksanakan apa yang dijanjikannya.
3) Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;
4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya

Universitas Sumatera Utara

48

Menurut Subekti bentuk wanprestasi yang dapat dilakukan oleh debitur dapat
berupa tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya yaitu apabila
debitur tidak memenuhi syarat - syarat efektif penarikan kredit yang ditentukan.
Sedangkan bentuk wanprestasi yang dapat dilakukan di PT. Bank Rakyat
Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan dapat berupa tidak melaksanakan apa
yang dijanjikannya yaitu apabila debitur telah memenuhi syarat – syarat efektif
penarikan kredit yang ditentukan, tetapi PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Iskandar Muda Medan tidak jadi merealisasikan kredit.
Berkaitan dengan bentuk wanprestasi maka akibat hukum wanprestasi seorang
debitur menurut Subekti ada empat macam ;
1)Membayar kerugian yang diderita kreditur atau dengan singkat dinamakan
ganti rugi;
2)Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian;
3)Peralihan risiko;
4)Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim.

Kelalaian debitor dalam memenuhi kewajibannya tersebut sangat merugikan
pihak bank sebagai kreditornya. Keadaan debitor tidak dapat melunasi kreditnya
sesuai dengan yang diperjanjikan dapat disebut kredit macet. Kredit macet
disebabkan oleh salah satu atau beberapa faktor yang harus dikenali secara dini
oleh bank. Hal ini disebabkan karena adanya kelemahan baik dari intern bank,
debitur (nasabah) dan ekstern di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar
Muda Medan dan debitor yang meliputi ;

Universitas Sumatera Utara

49

1) Intern Bank Kelemahan dari sisi Intern Bank ; 21


Petugas belum sepenuhnya memehami usaha nasabah. Akibatnya analisis
kreditnya kurang cermat sehingga keputusan kreditnya menjadi tidak tepat.



Kurang atau tidak ada pembinaan debitur oleh bank. Pertemuan petugas
bank

dengan

nasabah

semata-mata

hanya

untuk

menagih

atau

mengumpulkan angsuran.


Petugas tidak sepenuhnya mengikuti pedoman pemberian kredit yang ada
di bank, misalnya dalam hal pengikatan agunan.



Belum adanya atau belum sempurnanya sistem peringatan dini (early
warning system) di bank. Tidak ada tindakan segera ketika kredit
menunjukakan gejala-gejala bermasalah.



Penggelapan oleh petugas bank (petugas tidak menyetorkan angsuran
debitur ke bank).



Petugas bank terlalu yakin akan kemauan dan kemampuan nasabah.



Bank lebih mengutamakan ketersediaan agunan daripada penilaian
terhadap kemauan dan kemampuan nasabah.



Petugas tidak memilik informasi yang memadai tentang track record
nasabah, khususnya karakter nasabah.



Bank terlalu ekspansif dalam pengucuran kredit sehingga petugas diberi
target yang melebihi kemampuan. Akibatnya, petugas mengutamakan
kuantitas kredit dan mengabaikan kualitas kredit.

21

Wawancara, Staff PT. Bank Rakyat Indonesia, Cabang Iskandar Muda Medan, 2016.

Universitas Sumatera Utara

50

2) Faktor Debitor
Debitor bank terdiri dari 2 kelompok, perorangan dan perusahaan atau
koperasi. Sumber dana pembayaran bunga dan angsuran kredit sebagian besar
berasal dari debitor perorangan (consumer debtors) adalah penghasilan tetap
mereka, misalnya gaji, upah, dan sebagainya. Setiap jenis gangguan terhadap
kesinambungan penerimaan penghasilan tetap itu kan dianggap mengganggu
likuiditas keuangan mereka sehingga menyebabkan ketidaklancaran pembayaran
bunga dan atau cicilan kredit.
Penyebab kredit macet perorangan yang lain erat dengan hubungan dengan
gangguan terhadap diri pribadi debitor, misalnya kecelakaan dengan gangguan
terhadap diri pribadi debitor misalnyaa terjadi kecelakaan, sakit, kematian ataupun
perceraian. Sedangkan penyebab kredit koporasi yang macet biasanya disebabkan
oleh salah arus ataupun kurangnya pengetahuan dan pengalaman pemilik
perusahaan dalam bidang usaha yang mereka jalani atau karena adanya penipuan.

3) Faktor Ekstern dari Bank;


Kegagalan usaha debitor,



Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit,



Pemanfaatan iklim persaingan dunia perbankan yang tidak sehat oleh
debitor yang tidak bertanggung jawab, musibah yang menimpa perusahaan
debitor

2.2.3. Berakhirnya Kredit
Pada Pasal 1381 KUH Perdata disebutkan bahwa hapusnya atau berakhirnya
suatu perjanjian disebabkan oleh peristiwa – peristiwa sebagai berikut ;
1)
Pembayaran.
2)
Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan (konsignasi).
3)
Pembaharuan utang (novasi),

Universitas Sumatera Utara

51

4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)

Perjumpaan hutang (kompensasi).
Pencampuran hutang (konfusio).
Penghapusan hutang.
Musnahnya barang yang terutang.
Batal atau pembatalan.
Berlakunya syarat - syarat batal.
Lewatnya waktu (verjaring) atau daluarsa. 22

2.2.4. Akibat Kredit Macet
Kredit yang Macet mempunyai akibat buruk terhadap likuiditas bank dan
meningkatkan kemungkinan rugi yang akan diderita oleh bank. Sebagaimana
diketahui, bahwa apabila kredit bermasalah ataupun kredit yang macet maka
perbankan tidak akan ditangani secara tuntas dan dikhawatirkan dapat menjadi
salah satu penghambat dalam pertumbuhan kredit perbakan yang pada gilirannya
dapat meggangu pencapaian pertumbuhan ekonomi. Kredit yang bermasalah atau
macet yang jumlahnya relatif semakin besar akan mengganggu efektifitas
kebijaksanaan dalam upaya memantapkan suku bunga kredit, selain itu adanya
permasalahan kredit yang arah penyelesaiannya belum jelas juga pada saatnya
dapat sangat menggangu terciptanya perbakan yang sehat.

2.3.. Jaminan Kredit
2.3.1. Pengertian Jaminan Kredit
Jaminan Istilah Hukum Jaminan merupakan terjemahan dari Bahasa Belanda
yaitu Zakerheidesstelli atau security of law yang secara umum merupakan caracara kreditur menjamin dipenuhinya tagihanya, disamping pertanggungan jawab

22

Prof.Soebekti, R.Tijrosudibio, Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT. Pradnya
Paramita, 2001), hal. 349.

Universitas Sumatera Utara

52

umum debitur terhadap barang-barangnya. Di dalam Seminar Badan Pembinaan
Hukum Nasional, disebutkan bahwa Hukum Jaminan meliputi pengertian, baik
jaminan kebendaan yaitu jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda
tersebut dan jaminan perorangan yaitu pemberi jaminanya adalah pihak ketiga
secara perorangan. Pengertian hukum jaminan mengacu jenis jaminan bukan
pengertian hukum jaminan. 23
Dengan gambaran pelaksanaan eksekusi atas jaminan kredit secara ringkas, yang
dalam praktik banyak hal-hal yang merupakan penghalang kelancaran
pelaksanaan eksekusi misalnya adanya bantahan pihak ketiga, adanya intervensi
dalam perkara lain dan lain sebagainya. Dengan adanya gambaran tersebut
diharapkan menjadi pedoman bagi para pejabat yang berkecimpung di bidang
kredit agar lebih berhati-hati dalam menyeleksi debiturnya. Karena, debitur yang
beritikad jelek cenderung untuk mengulur-ulur waktu dan bersedia melakukan
apapun juga dengan tujuan menghindari tanggung jawab atas pinjamannya.
Hukum Jaminan juga diartikan sebagai peraturan hukum yang mengatur
jaminan-jaminan piutang seorang kreditur terhadap debitur. 24 Pengertian ini
difokuskan hanya pada pengaturan hak-hak kreditur, tetapi tidak memperhatikan
hak-hak debitur. Padahal subjek Hukum Jaminan tidak hanya menyangkut
kreditur saja tetapi juga debitur, sedangkan yang menjadi objeknya adalah benda
jaminan.
Sedangkan, Jaminan Kredit menurut M.Bashan adalah, himpunan ketentuan
yang mengantur atau berkaitan dengan pinjaman dalam rangka utang – piutang
23

J.Satrio, Hukum Jaminan Hak-hak Kebendaan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 3.
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafido Persada,
2004, hlm. 6
24

Universitas Sumatera Utara

53

yang terdapat dalam berbagai peraturan peundang – undangan yang berlaku
sampai saat ini.

25

Sedangkan menurut Salim HS, memberikan perumusan

keseluruhan kaidah hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan penerima
jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan
fasilitas kredit. 26
Jaminan yang baik atau ideal adalah jaminan yang mempunyai persyaratan
sebagai berikut ;
1) Yang dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang
memerlukan.
2) Yang tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk
melakukan usahanya.
3) Yang memberikan kepastian kepada si pemberi kredit dalam arti bahwa
barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi yaitu bila perlu
dapat mudah diuangkan untuk melunasi hutangnya si penerima kredit.

2.3.2. Asas-Asas Hukum Jaminan
Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang Hukum Jaminan maupun kajian terhadap berbagai literatur
tentang jaminan, maka ditemukan asas dalam Hukum Jaminan sebagai berikut ; 27
1)

Asas Publicitet

25

M.Bashan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2008. Hal 3.
26
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada,
200. Hal. 6.
27
Ibid, hlm.9.

Universitas Sumatera Utara

54

Asas bahwa semua hak, baik Hak Tanggungan. Hak Fidusia dan
Hipotek harus didaftarkan. Pendaftaran ini dimaksudkan supaya pihak ketiga
dapat mengetahui bahwa benda jaminan tersebut sedang dilakukan jaminan.
2)

Asas Specialitet
Hak Tanggungan, Hak Fidusia dan Hipotek hanya dapat dibebankan

atas percil atau atas barang barang yang sudah terdaftar atas nama orang tertentu.
3)

Asas tidak dapat dibagi-bagi
Asas dapat dibaginya hutang tidak dapat mengakibatkan dapat

dibaginya Hak Tanggungan, Hak Fidusia dan Hipotek dan Hak Gadai walaupun
telah dilakukan pembayaran sebagian.

4)

Asas Inbezitstelling
Barang jaminan (gadai) harus berada pada penerima gadai.

5)

Asas horizontal
Bangunan dan tanah bukan merupakan satu kesatuan. Hal ini dapat

dilihat dalam penggunaan Hak Pakai, baik Tanah Negara atau Hak Milik.
Bangunannya milik dari yang bersangkutan atau pemberi tanggungan tetapi
tanahnya milik orang lain, berdasarkan Hak Pakai.

2.3.3 Fungsi Jaminan Kredit
Dalam rangka pemberian kredit perbankan terkait dengan penyerahan jaminan
kredit oleh calon debitur kepada bank dan penilaiannya oleh

bank yang

bersangkutan. Calon debitur oleh bank untu menyerahkan Hak Tanggungan
jaminan kredit sehubungan dengan permohonan kredit yang diajukan kepada bank.
Demikian pula debitur sering kali diminta untuk menyerahkan tambahan jaminan
karena suatu alasan. Terhadap suatu objek jaminan kredit ang akan diterimanya,
bank melakukan penilaian kelayakan sebagai jaminan yang baik dan berharga

Universitas Sumatera Utara

55

serta kecukupan nilainya dibandingkan dengan nilai kredit yang akan disetujui
bank.
Dalam perbankan mengenai hal tentang jaminan telah diatur oleh peraturan
innternnya. Peraturan intern merupakan mengatur tentang objek jaminan kredit
yang dapat diterima bank, tata cara penilaiannya, dan cara – cara pengikatannya.
Sehubungan dengan fungsi jaminan sebagai sarana pengaman kredit yang
diberikan oleh bank, maka jaminan yang baik (ideal) dalam pandangan Prof. R.
Subekti adalah jaminan :
1) Yang dapat secara mudah membantu perolehan kredit oleh pihak yang
memerlukannya.
2) Yang tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk
melakukan (meneruskan) usahanya.
3) Yang memberikan kepastian kepada si pemberi kredit, dalam arti bahwa
barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu bila perlu
dapat dengan mudah diuangkan untuk melunasi utangnya si penerima
(pengambil) kredit.

2.3.4.Subjek dan Objek Jaminan Kredit
2.3.4.1. Subjek Jaminan Kredit
Sebagai objek jaminan utang yang lazim digunakan dalam suatu utang piutang,
secara umum jaminan kredit perbankan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok;
1) Benda bergerak.
2) Benda tidak bergerak

Universitas Sumatera Utara

56

3) Jaminan perorangan (penanggung utang)

Ketentuan UU no.42 tahun 1999, merupakan barang bergerak terdiri atas yang
berwujud dan tidak berwujud. Barang bergerak yang berupa barang mempunyai
wujud misalnya, barang perhiasaan, surat berharga dan lain sebagaianya. Barang
yang tidak bergerak dapat berupa tanah dan benda – benda yang terkait dengan
tanah, misalnya rumah, kantor, hotel dan sebagainya. Benda tidak berwujud dapat
berupa bilyet deposito, ataupun sertifikat deposito. Dan penanggung utang atau
jaminan perorangan dapat berupa jaminan pribadi (personalguaranty) serta
jaminan perusahaan(company/corporate/guaranty).

2.3.4.2. Objek Jaminan Kredit
Sedangkan Objek Jaminan merupakan ;
1) Objek Materiil.
Bahan (materiil) yang dijadikan sasaran dalam penyelidikannya, dalam hal ini
adalah manusia.
2) Objek Formil
Sudut pandang tertentu terhadap objek materiilnya. Jadi objek Formal Hukum
Jaminan adalah bagaimana subjek hukum dapat membebankan jaminannya pada
lembaga perbankan atau lembaga keuangan non bank. Jaminan merupakan proses,
yaitu menyangkut prosedur dan syarat - syarat di dalam jaminan.

2.3.5. Jenis-Jenis Jaminan Kredit
Salah satu usaha Bank untuk melindungi kepentingan PT. Bank Rakyat
Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan jika nasabah wanprestasi (ingkar janji)
maka perlu disyarat - syaratkan adanya jaminan kredit berupa ;

Universitas Sumatera Utara

57

1) Jaminan Utama.
Jaminan utama berupa Sertifikat Hak Milik, BPKB. Surat kios dan deposito atau
tabungan.
2) Jaminan Bukan Jaminan Utama
Berupa barang dagangan, mesin/alat produksi dari usaha yang dibiayai, TV, yang
penyerahannya menggunakan akta kuasa menjual, jaminan ini sifatnya tambahan
yang harus dihitung dengan kondisi/prospek usaha nasabah yang meyakinkan.
3) Taksasi Jaminan


Jaminan barang bergerak (kendaraan bermotor) Taksiran jaminan
ditentukan dari harga pasar, sedangkan besarnya kredit ditentukan
maksimal 50% dari taksiran jaminan (harga taksiran jaminan
terlampir).



Jaminan barang tidak bergerak (tanah, gedung/rumah tinggal)
ditentukan dari+80% dari harga pasar, sedangkan besarnya kredit
ditentukan maksimal 50% dari harga taksiran jaminan.

Sedangkan Jenis-jenis jaminan kredit menurut KUH Perdata yang merupakan
salah satu sumber hukum di bidang keperdataan mengatur jenis-jenis jaminan
kredit yaitu ;
1) Jaminan lahir karena undang-undang dan lahir karena perjanjian.


Karena ditentukan oleh undang-undang tidak perlu ada perjanjian antara
kreditur dengan debitur.



Karena perjanjian adalah jaminan ada karena diperjanjikan terlebih dahulu
antara kreditur dan debitur.

2) Jaminan Umum dan Jaminan Khusus.


Jaminan Umum, lahir dan bersumber karena undang-undang, adanya
ditentukan dan ditunjuk oleh undang-undang tanpa ada perjanjian dari
pada pihak.

Universitas Sumatera Utara

58



Jaminan Khusus karena ada perjanjian antara kreditur dan debitur yang
dapat berupa jaminan yang bersifat kebendaan atau jaminan bersifat
perorangan.

3) Jaminan Kebendaan
Jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda yang memiliki hubungan
langsung dengan bendabenda itu, dapat dipertahankan terhadap siapapun selalu
mengikuti bendanya di tangan siapapun benda itu berada dan dapat dialihkan.

4) Jaminan Penanggungan
Jaminan bersifat perorangan yang menimbulkan hubungan langsung dengan
orang tertentu.

5) Jaminan Benda Bergerak Dan Benda Tidak Bergerak
Salah satu penggolongan atas benda menurut sistim hukum perdata
internasional yang penting adalah penggolongan mengenai benda bergerak dan
benda tidak bergerak.

Universitas Sumatera Utara