Upaya Bank Dalam Penyelesaian Kredit Macet dengan Jaminan Hak Tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan

10

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Penyaluran kredit kepada masyarakat luas merupakan salah satu fungsi
finansial perbankan untuk memperoleh laba. Fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana itu berkaitan erat dengan kepentingan umum, sehingga
perbankan wajib menjaga dengan baik dana yang dititipkan masyarakat tersebut.
Perbankan harus dapat menyalurkan dana tersebut ke bidang-bidang yang
produktif bagi pencapaian sasaran pembangunan. 2
Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang – Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan, adalah :
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapaat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
uangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga”
Kredit yang diberikan oleh bank merupakan aktiva yang paling beresiko
namun mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam kehidupan perekonomian
suatu negara, karena kredit yang diberikan secara selektif dan terarah oleh bank

kepada nasabah dapat menunjang terlaksananya pembangunan sehingga
bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan pengertian Aktiva menurut Djarwanto PS, adalah sebagai
berikut:

2

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung : Alumi, 1994), hal. 105- 106

Universitas Sumatera Utara

11

“Aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan, bentukbentuknya dapat berupa harta kekayaan atau hak atas kekayaan atau jasa yang
dimiliki perusahaan yang bersangkutan.Kredit yang diberikan oleh bank sebagai
sarana untuk mendorong pertumbuhan ekonomi baik secara umum maupun
khusus untuk sektor tertentu.”
Keberadaan kredit macet dalam dunia perbankan merupakan suatu
penyakit kronis yang sangat mengganggu dan mengancam sistem perbankan
Indonesia yang harus diantisipasi oleh semua pihak terlebih lagi keberadaan bank

mempunyai peranan strategis dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Kredit
yang diberikan oleh bank merupakan aktiva yang paling beresiko namun
mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam kehidupan perekonomian suatu
negara, karena kredit yang diberikan secara selektif dan terarah oleh bank kepada
nasabah dapat menunjang terlaksananya pembangunan sehingga bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat. 3
Pemberian Kredit kepada calon nasabah ada beberap hal yang perlu
diperhatikan oleh Bank, yaitu :
a. Harus dilakukan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.
b. Harus mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan si calon
debitor tersebut.
c. Wajib memenuhi cara – cara yang tidak merugikan bank amapun
masyarakat.
d. Harus memperhatikan asas – asas kredit yang sehat.

3

Frans Hendra Winarta, Teknis Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Pendekatan Hukum,
mitranetra.or.id, 15 Oktober 2006


Universitas Sumatera Utara

12

Dalam mengantisipasi risiko kemacetan, bank menghendaki adanya
jaminan atau agunan yang dapat digunakan sebagai pengganti pelunasan hutang
bilamana dikemudian hari debitur cidera janji atau wanprestasi. Jaminan kredit
merupakan jaminan akan pelunasan kredit yang diberikan kepada debitur dengan
cara mengeksekusi objek jaminan kredit. Benda yang paling umum dipergunakan
sebagai jaminan dalam fasilitas pemberian kredit berupa tanah, sebab tanah pada
umumnya mudah dijual dan secara ekonomis harganya terus meningkat
dibandingkan dengan benda jaminan yang bukan tanah, dan tanah dapat dibebani
dengan Hak Tanggungan. 4
Menurut Pasal 1 angka 23 Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan :
“Jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah Debitor kepada bank dalam rangka
pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”
Keberadaan jaminan merupakan salah satu persyaratan penting sebab
dalam memberikan kredit, kreditur wajib memiliki keyakinan atas kemampuan
dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang telah

diperjanjikan. Pentingnya masalah jaminan ini adalah karena setiap bank wajib
menyelenggarakan sistem pengendalian yang baik untuk meminimalisir terjadinya
kredit bermasalah, sebab kredit yang diberikan bank mengandung risiko, sehingga
dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas - asas perkreditan yang
sehat. Bahkan dalam praktek perbankan, ditetapkan prinsip pemberian kredit
(pinjaman), yang melarang bank menanggung risiko akibat pemberian kredit,
sehingga setiap pinjaman yang diberikan harus ada jaminannya.
4

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2003), Hlm. 419

Universitas Sumatera Utara

13

Secara garis besar dikenal ada dua bentuk jaminan, yaitu jaminan
perorangan dan jaminan kebendaan. Dalam praktek jaminan yang paling sering
digunakan adalah jaminan kebendaan yang salah satunya adalah tanah yang
dijadikan jaminan atau disebut dengan Hak Tanggungan. Pemberian jaminan
dengan Hak Tanggungan diberikan melalui Akta Pemberian Hak Tanggungan

(APHT) yang didahului dan/atau dengan pembuatan Surat Kuasa Membebankan
Hak Tanggungan (SKMHT) merupakan bagian yang terpisah dari perjanjian
kredit.
Dalam Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769 KUHPerdata sendiri,
menjadi dasar dari perjanjian kredit, yang didalamnya diatur ketentuan –
ketentuan mengenai perjanjian pinjam – meminjam uang ataupun barang – barang
yang habis karena pemakaian dan dipersyaratkan bahwa pihak yang berhutuang
atau debitor akan mengembalikan pinjamanya kepada kreditor dalam jumlah yang
sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Disebutkan bahwa perjanjian
dapat disertai dengan bunga yang telah disepakati terlebih dahulu antara pihak –
pihak yang terikat ataupun terkait.
Dengan mulai berlakunya Undang Undang No 4 Tahun 1996, merupakan
satu satunya lembaga hak jaminan atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional yang
tertulis. Hak Tanggungan sebagai salah satu jenis hak kebendaan, yang bersifat
terbatas, yang hanya memberikan kewenangan kepada pemegang haknya untuk
pelunasan piutangnya secara mendahulu dari kreditur-kreditur lainnya. Di dalam
Pasal 6 Undang-undang No. 4 tahun 1996, apabila debitur cidera janji maka
pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual Obyek Hak

Universitas Sumatera Utara


14

Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan secara umum serta
mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut
Dalam Pasal 1131 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang isinya
adalah,
“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, baik yang sudah ada mauun yang baru akan ada dikemudian hari,
menjadi tanggungan untuk segala perikatan perorangan”

menentukan bahwa semua kebendaan seseorang secara umum menjadi
jaminan

bagi

perikatannya.

Jaminan


secara

umum

ini

kadang-kadang

menyebabkan seorang kreditur hanya memperoleh sebagian dari uangnya saja,
oleh karena jaminan secara umum ini berlaku bagi semua kreditur.
Dengan lahirnya Undang – Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda – Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah
bagi sistem Hukum Perdata khususnya Hukum Jaminan adalah dalam rangka
membeikan kepatian dari hukum yang seimbang dalam bidang pengikatan
jaminan atas benda – benda yang berkaitan dengan tanah sebagai agunan kredit
kepada kreditor, denitor maupun pemberi Hak Tanggungan dan pihak ketiga yang
terkait.
Dalam hal ini, perjanjian kredit memerlukan jaminan yang cukup aman
bagi pengembalian dana yang disalurkan melalui kredit. Adanya jaaminan ini,
sangatlah penting dalam mengurangi resiko kerugian si bank tersebut. Yang mana

jaminan yang dianggap ideal sendiri dapat dilihat melalui beberapa hal, apakah
dapat membantu memperoleh kredit yang diperlukan, tidak melemahkan potensi

Universitas Sumatera Utara

15

dari usaha calon penerima kredit sendiri serta, memberikan kepastian kepada
kreditor dalam pembayaran utang si debitor.
Diatur dalam UUHT sendiiri, ada beberapa hal yang perlu diberikan
perhatian khusus yaitu mengenai perkembangan dan pengasan obyek Hak
Tanggungan, masalah yang berkenaa dengan Surat Kuasa Membebankan Hak
Tanggungan, dan kekuatan eksekutorial sertifikat Hak Tanggungan.
Dalam UUHT Pasal 14 dikatakan bahwa, Sertifikat Hak Tanggungan
berfungsi sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan yang memuat irah-irah
dengan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan
punya kekuatan eksekutorial yang sama dengan Putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse akta
hipotik sepanjang mengenai hak atas tanah.
Pada Pasal 6 UUHT sendiri dituliskan bahwa, apabila debitor cedera janji

maka pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek
Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri memlui pelelangan umum dan dapat
mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.
Namun dalam kehidupan nyata, tidak semua kredit akan berjalan dengan
lancar. Tidak sedikit kredit – kredit yang dianggap macet oleh bank karena si
debitor sendiri sudah tidak sanggup lagi untuk melunasi kewajiban nya. Ataupun
karena banyaknya faktor – faktor eksternal dari luar yang menyebabkan terjadinya
kredit macet sendiri. Ataupun karena debitor sendiri sudah tidak punya etikat baik
dalam menyelesaikan kredit.

Universitas Sumatera Utara

16

Dalam hal ini debitor – debitor yang tidak baik, akan di tempuhkan dengan
jalur hukum untuk menyelesaikan pelunasan hutang yang mereka punya dengan
menjual atau mengeksekusi benda jaminan debitor tersebut. Namun dalam hal ini,
dalam Pasal 6 UUHT bank tidak dapat menggunakan haknya sebagaimana yang
ada tanpa campur tangan dari pihak lain.
Berdasarkan uraian tersbut diatas, telah menimbulkan inspirasi bagi

penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Bank Dalam
Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan Hak Tanggungan Pada PT.
Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan.”

1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut;
1. Bagaimana Proses Pembebanan Hak Tanggungan Dalam Perjanjian Kredit PT.
Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan?
2. Bagaimana Penyelesaian Kredit Macet dengan Hak Tanggungan pada PT.
Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan?
3. Faktor – Faktor yang Menjadi Penyebab Terjadinya Kredit Macet Dalam
Perjanjian Kredit Tersbut?

1.3.Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Proses Pembebanan Hak Tanggungan Dalam Perjanjian
Kredit PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan
2. Untuk Mengetahui Penyelesaian Kredit Macet (debitor wanprestasi) dengan
jaminan Hak Tanggungan.

Universitas Sumatera Utara


17

3. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah Dalam Perjanjian
Kredit Tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian
1.Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Hukum Perdata khususnya Hukum
Perbankan mengenai penyelesaian kredit macet dengan jaminan Hak Tanggungan.
2.Manfaat Praktis
Diharapkan dapat bermanfaat

bagi pihak bank agar dapat melayani

debitor/nasabah dengan lebih baik dan mendapatkan kualitas kredit yang produktif
dalam menyelamatkan kredit macet serta menjadikan masukan bagi bank dalam
mengatasi hambatan hambatan yang terjadi dalam penyelesaian kredit macet.

1.5. Kerangka Teoritis
A.Kredit
Menurut Thomas Suyanto, istilah kredit sendiri berasal dari bahasa Yunani
yang berati kepercayaan. Oleh karena itu, dasar dari kredit ialah kepercayaan.
Seseorang aatau suatu badan yang memberikan kredit (krediotr) percaya bahwa si
penerima kredit (debitor) pada masa yang akan datang akan sanggup untuk
memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan. 5
Penyaluran kredit tidak terlepas dari masalah perjanjian dimana perjanjian
adalah suatu yang mutlak dilakukan oleh kreditor kepada debitor, hal ini sangat
5

Thomas Suyatno. Dasar-dasar Perkreditan, PT.Gramedia, Jakarta 1990, hal.11

Universitas Sumatera Utara

18

penting karena menyangkut kepentingan para pihak yang membuatnya maka
setiap perjanjian dibuat secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum
sehingga tujuan kepastian hukum dapat tercapai.
Menurut Pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
atau lebih. Menurut pakar hukum pengertian perjanjian atau verbintenes adalah
suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih
yang memberikan kekuatan hak pada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan
sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi. 6
Kreditor mempunyai hak terhadap prestasi sedangkan debitor wajib
memenuhi prestasi. Di dalam suatu perjanjian termuat beberapa unsur yaitu ; 7
1) Ada pihak-pihak.
Pihak yang ada di sini paling sedikit harus ada dua orang, para pihak
bertindak sebagai subjek perjanjian tersebut. Subjek bisa terdiri dari
manusia atau badan hukum. Dalan hal para pihak terdiri dari manusia
maka orang, tersebut harus telah dewasa dan cakap untuk melakukan
hubungan hukum.
2) Ada persetujuan para pihak.
Para pihak sebelum membuat perjanjian atau dalam membuat suatu
perjanjian berlaku asas konsensualitas dalam suatu perjanjian dimana
konsensus harus ada tanpa disertai paksaan tipuan dan keraguan.
3) Ada tujuan yang akan dicapai.
Suatu perjanjian harus mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu yang
ingin dicapai, dan dengan perjanjian itulah tujuan tersebut ingin dicapai
atau dengan sarana perjanjian tersebut suatu tujuan ingin mereka capai,

6
7

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta, 1987), Hal. 1.
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung, 1992), hal. 78.

Universitas Sumatera Utara

19

baik yang dilakukan sendiri maupun oleh pihak lain, yang dalam hal ini
mereka selaku subjek dalam perjanian tersebut.
4) Ada prestasi yang harus dilaksanakan.
Para pihak dalam- perjanjian mempunyai hak dan kewajiban tertentu, yang
satu dengan yang lainya saling berlawanan. Apabila pihak yang satu
dengan yang lain hal tersebut adalah merupakan hak dan begitu pula
sebaliknya.
5) Ada bentuk tertentu.
Suatu perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun tertulis, dalam hal suatu
perjanjian yang dibuat secara tertulis dan dibuat dalam suatu akte otentik
maupun dibawah tangan.
6) Ada syarat syarat tertentu.
Isi dalam suatu perjanjian harus ada syarat - syarat tertentu, karena dalam
suatu perjanjian menurut ketentuan Pasal 1338 (1) KUH Perdata
mengatakan bahwa persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Keberadaan suatu perjanjian secara yuridis haruslah sesuai dengan syarat
sahnya perjanjian atau persetujuan sebagaimana diatur didalam Pasal 1320
KUHPerdata, yang meliputi yaitu ;
1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
Kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat mengenai
hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Sepakat
mengandung arti apa yang dikehendaki pihak yang satu juga dikehendaki
oleh pihak yang lain.
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
Cakap artinya orang-orang yang membuat perjanjian harus cakap menurut
hukum. Seorang telah dewasa atau akal balik, sehat jasmani dan rohani
dianggap cakap menurut hukum sehingga dapat membuat suatu perjanjian.
Orang-orang yang dianggap tidak cakap menurut hukum ditentukan dalam

Universitas Sumatera Utara

20

Pasal 1330 KUHPerdata, yaitu ; Orang yang belum dewasa; Orang yang
ditaruh di bawah pengampuan.
3) Suatu hal tertentu.
Suatu hal atau objek tertentu artinya dalam membuat perjanjian apa yang
diperjanjikan harus jelas sehingga hak dan kewajiban para pihak bisa
ditetapkan.
4) Suatu sebab yang halal.
Suatu perjanjian adalah sah apabila tidak bertentangan dengan undangundang, kesusilaan dan ketertiban umum 8
B. Perjanjian Kredit
Perjanjian kredit meminjam aturan KUHPerdata yaitu salah satu dari
bentuk perjanjian yang dikelompokkan dalam perjanjian pinjam – meminjam
sebagai mana diatur dalam Pasal 1754 KUHPerdata, sehingga landasan aturan
yang dipergunakan dalam membuat perjanjian kredit sendiri tentunya tidak dapat
dilepaskan dari ketentuan yang ada pada buku III KUHPerdata.
Pasal 1754 KUHPerdata :
“ Perjanjian pinjam mengganti adalah, persetujuan dengan pihak yang satu dengan
pihak yang lain suatu jumlah tertentu dalam barang – barang yang menghabis
karena pemakaian, dengan syarat bahw pihak yang belakangan ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”
Biasanya dalam perjanjian meminjam uang, pihak kreditur meminta
kepada debitur agar menyediakan jaminan berupa sejumlah harta kekayaannya

8

Purwahid Patrik, Asas-asas itikad Baik dan Kepatutan Dalam Perjanjian, (Semarang ; Badan
Penerbit UNDIP, 1986), hlm 3.

Universitas Sumatera Utara

21

untuk kepentingan sejumlah utang, apabila setelah jangka waktu yang
diperjanjikan ternyata debitor tidak melunasi. 9
Pinjam meminjam harus memenuhi syarat – syarat sahnya perjanjian agar
mempunyai kekuatan mengikat kedua belah pihak. Syarat sahnya perjanjian yang
dimaksud adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya,
2. Adanya kecakapan unutuk membuat suatu perjanjian,
3. Suatu yang hal tertentu,
4. Suat hal yang halal.
Dua syarat pertama dinamakan syarat subyektif karena mengenai orang atau
subjek yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat berikutnya dinamakan
syarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari perbuatan
hukum yang dilakukan. 10
Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada subjeknya atau tidak memenuhi
syarat subyektif, maka perjanjian itu akan dapat dibatalkan, sedangkan suatu
perjanjian yang mengandung cacat pada obyeknya atau tidak dipenuhi syarat
subjjektifnya akibatnya perjanjian tersebut adalah batal demi hukum.
Kesepakatan untuk membuat suatu perikatan maksudnya antara kreditur
dengan debitur dalam perjanjian pinjam meminjam uang tidak boleh karena unsur
kekhilafan ataupun paksaan maupun penipuan. Kedua belah pihak harus cakap
dalam arti dewasa dan tidak dalam pengampuan, ada obyek yang diperjanjikan
dan dalam hal ini penting harus dengan halal, dan juga adanya tujuan dari

9

Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, (Djambatan : Jakarta, 1997), hal. 75
J. Satrio, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hal. 358

10

Universitas Sumatera Utara

22

perjanjian yang akan dibuat tersebut, tujuan merupakan sebab adanya perjanjjian
dan sebab yang disyaratkan di Undang – Undang yaitu harus halal tidak hanya
pada Undang – Undang namun kepada ketertiban umum dan kesusilaan.
Dengan lahirnya perjanjian tersebut maka, akan adanya kewajiban –
kewajiban bagi masing – masing pihak yang terikat. Kewajiban debitur adalah
mengembalikan pinjaman pada waktu yang telah dijanjikan, oleh karen itu
prestasi saat pemberian dengan saat pengembalian terdapat tenggang yang lama,
maka diperlukan suatu kepercayaan bank kepada debitur bahwa kredit yang
dilepaskan kelak kemudian hari dikembalikan sebagaimana waktu pertama di
perjanjikan.

C. Jaminan dan Hak Tanggungan
Kata Jaminan akan ditemukan dalam Pasal 1131 KUHPerdata dan
penjelasan pasal 8 Undang – Undang No. 7 Tahun 1992, dan perubahannya dalam
Undang – Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, namun dalam kedua
peraturan tersebut tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan jaminan. Namun
dari fakta yang ada dapat diketahui bahwa jaminan erat hubungannya dengan
masalah utang.
Hal ini perlu karena adanya jaminan, kepada bank maka akan diperbesar
kemungkinan kredit yang disalurkan akan kembali. Mengenai sifat dari perjanjian
jaminan lazim dikonstruksikan sebagai perjanjian yang versifat accesoir
artinya,timbulnya perjanjian jaminan disebabkan oleh adanya perjanjian pokok.
Sehingga perjanjian jaminan tidak akan ad abila tidak ada perjanjian pokok atau
dengan kata lain, perjanjian jaminan selalu menyertai perjanjian pokok. Tapi

Universitas Sumatera Utara

23

sebaliknya perjanjian pokok tidak selalu menimbulkan adanya perjanjian jaminan.
Dalam praktek perbankan, perjanjian pokoknya tersebut adalah perjanjian
( pemberian) kredit/ perjanjian yang bersifat accessoir atau tambahan dapat berupa
Hak Tanggungan.
Menurut Pasal 1 ayat 1 UUHT, Hak Tanggungan atas tanah beserta benda –
benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan
adalah jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud
dalam UUPA, berikut atau tidak berikut benda – benda lain yang merupakan satu
kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu, terhadap kreditur – kreditur
yang lain. Dengan demikian, UUHT memberikan kemungkinan pembebanan Hak
Tanggungan pada hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda – benda lain
diatasnya.
Hak Tanggungan merupakan jaminan hak tas tanah menurut UUPA, karena itu
pula objek hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan sesuai dengan
Pasal 4 ayat 1 adalah;
1. Hak Milik
2. Hak Guna Usaha, dan
3. Hak Guna Bangunan.

Selain hak – hak tas tanah sebagaimana yang dituliskan diatas, Hak Pakai atas
Tanah Negara yang menurut ketentuan – ketentuan tertentu yang berlaku wajib
didaftarkan dan menurut sifatnya dan dapat juga dipindah tangankan dapat juga
dibebani Hak Tanggungan yang diatur didalam Undang – Undang Nomor 4

Universitas Sumatera Utara

24

Tahun 1996 pada dasarnya adalah Hak Tanggungan yang dibebankan pada hak
atas tanah.
Proses pembebanan Hak Tanggungan dilakukan dua tahap, yaitu;
1. Tahap pemberian Hak Tanggungan dengan dibuatkan akta pembebanan
Hak Tanggungan (APHT) oleh PPAT, yang didahului dengan perjanjian
hutang piutang yang dijamin
2. Tahap pendaftarannya oleh kantor pertanahan, yang merupakan saat
lahirnya Hak Tanggungan yang bersangkutan. 11

4.Eksekusi Hak Tanggungan
Apabila kredit yang diusahakan oleh kreditur mengalami kemacetan dalam arti
debitur cidera janji atau tidak memenuhi kewajibannya perikatannya dengan baik,
di mana Obyek Hak Tanggungan akan dijual melalui pelelangan umum menurut
cara yang ditentukan dalam peraturan perundang – undangan yang berlaku, dan
pemegang hak tanggungan berhak mengambil seuruh atau sebagian dari hasilnya
untuk melunasi kewajiban yang terbengkalai.
Eksekusi Hak Tanggungan ini diatur dalam Pasal 20 UUHT, yang menurut
ketentuan dari UUHT sendiri, cara eksekusi dilakukan melalui lelang. Selain itu
juga, eksekusi melalui penjualan dibawah tangan. 12 Menurut Pasal 20 ayat 1,
eksekusi penjualan lelang dilakukan berdasarkan :

11

Boedi Harsono, Segi – Segi Yurisdis Undang – Undang Hak Tanggungan, Seminar Nasional,
Undang – Undang Hak Tanggungan, Jakarta, FH Univesitas Trisakti berkerjasama dengan Kantor
Menteri Agraria/Badan Pertanahan Nasional dan BPP Ikatan PPAT, 1996
12
Mochammad Dja’s, Peran Sifat Accesoir Hak Tanggungan Dalam Mengatasi Kredit Macet,
Masalah – Masalah Hukum Edisi Khusus, Tahun 1997, hal. 55

Universitas Sumatera Utara

25

1. Hak Pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak
Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 atau,
2. Titel Eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 2,
Selanjutnya, pada Pasal 20 ayat 2 dinyattakan apabila debitor cidera janji,
maka berdasarkan atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan,
penjualan Obyek Hak Tanggungan dapat dilaksanakan dibawah tangan jika
melalui penjualan demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang
mengguntungkan semua pihak.

5.Kredit Macet
Kasus – kasus kredit macet, debitor telah dianggap mengingkari janji untuk
membayar bunga atau kredit induk yang telah atau lewat jatuh tempo, sehingga
terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran. Dapat
dikatakan bahwa kredit bermasalah didalamnya meliputi kredit macet, meskipun
demikian tidak semua kredit yang bermasalah adalah kredit macet.
Kredit macet dihubungkan dengan perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh
debitor atau nasabah menurut Gatot Supramono, SH ada 3 macam perbuatan yang
digolongkan wanprestasi, yaitu:
1. Nasabah sama sekali tidak membayar angsuran kredit atau beserta
bunganya,
2. Nasabah membayar sebagian angsuran kredit atau beserta bunganya,
pembayaran angsuran tidak dipermasalahkan nasabah telah membayar

Universitas Sumatera Utara

26

sebagian kecil angsuran. Walaupun nasabah kurang membayar satu kali
angsuran tetapi tergolong sebagai kredit macet.
3. Nasabah membayar lunas kredit beserta bunganya setelah jangka waktu
berakhir. 13

1.6. Metodologi Penelitian
A.Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode yuridis empiris
yaitu melakukan pembahasan terhadap kenyataan atau data yang dalam praktik,
untuk selanjutnya dihubungkan dengan fakta yuridis.
B.Jenis Penelitian
Penelitian ini dapat digolongkan dalam penelitian deskriptif yaitu suatu
penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data-data yang seteliti mungkin
tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala yang lain.
C.Lokasi Penelitian
Lokasi dari penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Iskandar Muda Medan.
D.Sumber Data
Data penelitian merupakan data kualitatif dimana datanya dinyatakan dalam
keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya, tidak diubah dalam simbol-simbol
atau bilangan. Sumber Data Primer. Merupakan sejumlah keterangan atau fakta
yang secara langsung diperoleh melalui penelitian lapangan, dalam hal ini data

13

Gatot Suprmono, Perbankan dan Masalah Kredit, Djambatan, 1995, hal. 92

Universitas Sumatera Utara

27

yang didapatkan dari hasil Penelitian lapangan di PT. Bank Rakyat Indonesia
Cabang Iskandar Muda Medan. Sumber Data Sekunder. Merupakan sejumlah data
yang didapat melalui studi pustaka yang meliputi ;
1.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2.Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang Undang
No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
3.Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Fidusia.
Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan.

E.Teknik Pengumpulan Data.
Untuk memperoleh data yang di perlukan, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut;
1.Observasi
Yakni metode pengumpulan data

berupa pengamatan yang sistematis yang

penulis lakukan dengan langsung mendatangi lokasi penelitian yaitu PT. Bank
Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan.
2.Wawancara
Yakni

metode pengumpulan data dengan

menghimpun data dengan jalan

mengadakan wawancara dengan tanya jawab secara langsung antara penulis
dengan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan.
3.Studi Kepustakaan
Yakni metode pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara mencari,

menginventarisasi dan mempelajari peraturan Perundang-Undangan dan data-data
sekunder yang lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Universitas Sumatera Utara

28

F.Teknik Analisis Data
Pada tahap ini data yang terkumpul kemudian penulis olah dengan
menggunakan metode analisis data kualitatif yaitu data yang terkumpul akan di
analisis melalui tiga tahap yang meliputi reduksi data penyajian dan menarik
kesimpulan. Reduksi data diartikan sebagai proses pemusatan perhatian pada
penyerdehanaan, transformasi data yang muncul dari catatan tertulis dilapangan.
Sedangkan penyajian data sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun dalam
kesatuan dan bentuk yang diserhanakan, selektif sehingga memungkinkan adanya
pengambilan kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab utama yang masing masing terdiri dari
1. BAB I PENDAHULUAN yang memuat latar belakang, permasalahan,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
2. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKREDITAN DAN
JAMINAN yang memuat tentang pengertian kredit, fungsi dan manfaat
kredit, subjek dan objek kredit, asas – asas kredit, prinsip – prinsip kredit,
jenis – jenis kredit dan kredit macet. Serta pengertian jaminan, sifat bentuk
jaminan dan jaminan kredit.
3. BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN,
yang meliputi pengertian Hak Tanggungan, subjek dan Obyek Hak
Tanggungan, asas- asas Hak Tanggungan, tata cara pemberian Hak

Universitas Sumatera Utara

29

Tanggungan, pendaftaran Hak Tanggungan, peralihan Hak Tanggungan,
eksekusi Hak Tanggungan, dan hapusnya Hak Tanggungan.
4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TENTANG
UPAYA BANK DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET
DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK
RAKYAT INDONESIA CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN,
meliputi gambaran deskriptif tentang PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Iskandar Muda Medan, Bagaimana bentuk penyelesaian kredit macet
dengan Jaminan Hak Tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia
Cabang Iskandar Muda Medan, Apa saja faktor – faktor penyebab
terjadinya kredit macet dan apa kendala yang dihadapi PT. Bank Rakyat
Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan dalam menerapkan penyelesaian
kredit macet dengan Hak Tanggungan.
5. BAB IV PENUTUP sebagai bab penutup memuat tentang kesimpulan
dan saran berdasarkan hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara