Pola Adaptasi dan Strategi Pengembangan Usaha Pedagang Pasar Pagi Pasca Relokasi Dari Pasar Sentral ke Pasar Induk, Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.2

Pola Adaptasi
Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan,

penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan
lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan
pribadi.
Adaptasi mempunyai dua arti. Adaptasi yang pertama disebut penyesuaian
diri yang autoplastis (auto artinya sendiri, plastis artinya bentuk), sedangkan
pengertian yang kedua disebut penyesuaian diri yang allopstatis (allo artinya yang
lain, palstis artinya bentuk). Jadi adaptasi ada yang artinya “pasif” yang mana
kegiatan pribadi di tentukan oleh lingkungan. Dan ada yang artinya “aktif”, yang
mana pribadi mempengaruhi lingkungan (Karta Sapoetra,1987).
Menurut Suparlan (Suparlan,1993:20) adaptasi itu sendiri pada hakekatnya
adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap
melangsungkan kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:


10. Syarat dasar alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk
menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam
hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya).
11. Syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh
dari perasaan takut, keterpencilan gelisah).

Universitas Sumatera Utara

12. Syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat
melangsungkan keturunan, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar
mengenai kebudayaanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan
musuh).

Menurut

Soerjono Soekanto (Soekanto, 2000) memberikan beberapa

batasan pengertian dari adaptasi sosial, yakni:

13. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.

14. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan.
15. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.
16. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.
17. Memanfaatkan

sumber-sumber

yang

terbatas

untuk

kepentingan

lingkungan dan sistem.
18. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.

Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi
merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun

unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang
diciptakan.
Aminuddin menyebutkan bahwa penyesuaian dilakukan dengan tujuantujuan tertentu (Aminuddin, 2000: 38), di antaranya:

19.

Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.

20.

Menyalurkan ketegangan sosial.

21.

Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial.

Universitas Sumatera Utara

22.


Bertahan hidup.

Di dalam adaptasi juga terdapat pola-pola dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Menurut Suyono (1985), pola adalah suatu rangkaian unsurunsur yang sudah menetap mengenai suatu gejala dan dapat dipakai sebagai
contoh dalam hal menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri. Dari
definisi tersebut diatas, pola adaptasi dalam penelitian ini adalah sebagai unsurunsur yang sudah menetap dalam proses adaptasi yang dapat menggambarkan
proses adaptasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam interaksi, tingkah laku
maupun dari masing-masing adat- istiadat kebudayaan yang ada. Proses adaptasi
berlangsung dalam suatu perjalanan waktu yang tidak dapat diperhitungkan
dengan tepat. Kurun waktunya bisa cepat, lambat, atau justru berakhir dengan
kegagalan.
Bagi manusia, lingkungan yang paling dekat dan nyata adalah alam fisioorganik. Baik lokasi fisik geografis sebagai tempat pemukiman yang sedikit
banyaknya mempengaruhi ciri-ciri psikologisnya, maupun kebutuhan biologis
yang harus dipenuhinya, keduanya merupakan lingkungan alam fisio-organik
tempat manusia beradaptasi untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Alam fisio
organik disebut juga lingkungan eksternal. Adaptasi dan campur tangan terhadap
lingkungan eksternal merupakan fungsi kultural dan fungsi sosial dalam
mengorganisasikan kemampuan manusia yang disebut teknologi. Keseluruhan
prosedur adaptasi dan campur tangan terhadap lingkungan eksternal, termasuk
keterampilan, keahlian teknik, dan peralatan mulai dari alat primitif samapai

kepada

komputer

elektronis

yang

secara

bersama-sama

memungkinkan

Universitas Sumatera Utara

pengendalian aktif dan mengubah objek fisik serta lingkungan biologis untuk
kepentingan pemenuhan kebutuhan hidup manusia (Alimandan, 1995).
Pola adaptasi menghasilkan suatu perubahan sosial dalam suatu
masyarakat. Perbuahan sosial yang terjadi pada masyarakat menurut Parsons akan

berdampak terhadap pertumbuhan kemampuan yang lebih baik bagi masyarakat
itu sendiri, khususnya untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Dengan ide
ini, Parsons juga terkenal sebagai golongan orang yang memandang optimis
terhadap sebuah proses perubahan sosial.
Dalam hal penjelasan persoalan struktural fungsional, terdapat empat
fungsi yang penting untuk semua sistem tindakan. Satu fungsi adalah merupakan
kumpulan kegiatan yang ditunjukkan pada pemenuhan kebutuhan tertentu atau
kebutuhan sistem. Untuk bisa bertahan, Parsons dalam Ritzert & J Goodman
(2003 : 121) mengajukan empat fungsi yang harus dimiliki oleh setiap sistem
tindakan yang disingkat sebagai AGIL, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. A- Adaptation, menunjuk pada keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk
menghadapi lingkungannya. Ada dua dimensi yaitu, pertama : harus ada
suatu penyesuaian dari sistem itu terhadap tuntutan kenyataan yang keras
yang tidak dapat diubah yang datang dari lingkungan. Kedua: Ada proses
transformasi aktif dari situasi itu. Ini meliputi penggunaan segi-segi situasi
itu yang dapat dimanipulasi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Adaptasi
dilaksanakan oleh organisme perilaku dengan cara melaksanakan fungsi
adaptasi yaitu dengan cara menyesuaikan diri dan mengubah lingkungan
eksternal.


Universitas Sumatera Utara

2. G – Goal Attainment, merupakan Prasyarat fungsional yang muncul dari
pandangan Parson bahwa tindakan itu diarahkan pada tujuan-tujuannya.
Namun perhatian yang diutamakan disini bukanlah tujuan pribadi individu,
melainkan tujuan bersama para anggota masyarakat dalam suatu sistem
sosial. Pencapaian tujuan merupakan jenis kulminasi tindakan yang secara
intrinsik memuaskan, dengan mengikuti kegiatan-kegiatan penyesuaian
persiapan. Menurut skema alat-tujuan, (means-end scheme) pencapaian
maksud ini adalah tujuannya. Sedangkan kegiatan penyesuaian yang sudah
terjadi sebelumnya merupakan alat untuk merelisasi tujuan ini. Jadi,
persyaratan fungsional untuk mencapai tujuah harus meliputi pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan prioritas dari sekian banyak tujuan.
3. I - Integration, merupakan persyaratan yang berhubungan dengan
interalansi antara para anggota dalam sistem itu. Agar sistem sosial itu
berfungsi secara efektif sebagai satu satuan harus ada suatu tingakta
solidaritas diantara individu yang termasuk didalamnya. Masalah Integrasi
menunjuk pada kebutuhan untuk menjamin bahwa ikatan emosional yang
cukup yang menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk bekerja sama
dikembangkan dan dipertahankan. Ikatan-ikatan emosional ini tidak boleh

tergantung pada keuntungan yang diterima atau sumbangan yang diberikan
untuk tercapainya tujuan individu atau kolektif. Jika tidak solidaritas sosial
dan kesediaan untuk kerjasama akan jauh lebih goyah sifatnya karena
hanya didasarkan pada kepentingan diri pribadi semata-mata.
4. L - Latency, konsep latensi (Latency) menunjukkan pada berhentinya
interaksi. Para anggota dalam sistem sosial bisa saja letih dan jenuh tunduk

Universitas Sumatera Utara

pada sistem sosial lainnya dimana mungkin mereka terlibat. Karena itu,
semua sistem sosial harus berjaga-jaga bilamana sistem itu tidak lagi
bertindak dan berinteraksi sebagai bagian dari sistem.
Pada penelitian ini penulis memfokuskan pembahasan penelitian mengenai
adaptasi yang dilakukan oleh pedagang pasar pagi dalam mempertahankan dan
mengembangkan usahanya ditengah persaingan dengan pedagang yang masih
berjualan disekitar Pasar Sentral. Peneliti ingin melihat apa-apa saja teknik dan
cara yang dilakukan oleh pedagang agar tetap dapat bertahan dan berhasil
menyesuaikan diri dengan Pasar Induk, Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan.
Reloksi pasar yang terjadi Pada Pasar Sentral ke Pasar Induk memaksa pedagang
untuk pindah ke lokasi pasar yang baru. Relokasi pasar tersebut menyebabkan

perubahan yang mendasar bagi pedagang Pasar sentral. Perubahan yang terjai
adalah dalam bentuk perubahan lokasi kios, dimana letak kios yang didapat di
lokasi pasar yang baru belum tentu sama strategisnya dengan loksi kios yang
lama. Selain perubahan letak kios, perubahan yang terjadi adalah jarak tempuh
yang berbeda yang harus dilalui baik pedagang dan pembeli dalam melakukan
proses jual beli di pasar yang baru. Perubahan-perubahan yang demikian
menyebabkan perlunya teknik atau cara pedagang untuk dapat berdaptasi pada
pasar yang baru. Pola adaptasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
berbagai cara, teknik, atau perilaku yang dilakukan pedagang untuk dapat
bertahan di tengah persaingan yang terjadi dengan pedagang yang masih berjualan
di Pasar Sentral, serta mampu menyesuaikan diri dengan lokasi Pasar Induk yang
jauh dari jangkauan pembeli dan keterbatasan transportasi umum menuju Pasar
Induk.

Universitas Sumatera Utara

2.2

Teori Modal Sosial
Modal sosial dapat didiskusikan dalam konteks komunitas yang kuat


(strong community), masyarakat sipil yang kokoh, maupun identitas negarabangsa (nation-state identity). Modal sosial, termasuk elemen-elemennya seperti
kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong-royong, jaringan, dan kolaborasi
sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Dua tokoh
utama yang mengembangkan konsep modal sosial, Putnam dan Fukuyama,
memberikan definisi modal sosial yang penting. Meskipun berbeda, definisi
keduanya memiliki kaitan yang erat (Spellerberg, 1997), terutama menyangkut
konsep kepercayaan (trust). Putnam mengartikan modal sosial sebagai penampilan
organisasi sosial seperti jaringan-jaringan dan kepercayaan yang memfasilitasi
adanya koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama.
Menurut Fukuyama, modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari
adanya kepercayaan dalam sebuah komunitas. Modal sosial dapat diartikan
sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang
dalam suatu komunitas. Namun demikian, pengukuran modal sosial jarang
melibatkan pengukuran terhadap interaksi itu sendiri. Melainkan, hasil dari
interaksi tersebut, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga
masyarakat. Sebuah interaksi dapat terjadi dalam skala individual maupun
institusional. Secara individual, interaksi terjadi manakala relasi intim antara
individu terbentuk satu sama lain yang kemudian melahirkan ikatan emosional.
Secara institusional, interaksi dapat lahir pada saat visi dan tujuan satu organisasi

memiliki kesamaan dengan visi dan tujuan organisasi lainnya. Masyarakat yang
memiliki modal sosial tinggi cenderung bekerja secara gotong-royong, merasa

Universitas Sumatera Utara

aman untuk berbicara dan mampu mengatasi perbedaan-perbedaan. Sebaliknya,
pada masyarakat yang memiliki modal sosial rendah akan tampak adanya
kecurigaan satu sama lain (Ninda Ovtika Sinaga, 2012).
Terdapat beberapa sumber daya atau elemen penting dalam sebuah modal
sosial, yaitu :
23.

Jaringan Sosial

Menurut Robert M. Z. Lawang jaringan merupakan terjemahan dari
network, yang berasal dari dua suku kata yaitu net dan work. Net
diterjemahkan dalam bahasa sebagai jaring yaitu tenunan sebagai jala,
terdiri dari banyak ikatan antar simpul yang saling terhubung antara satu
sama lain. Sedangkan kata work bermakna sebagai kerja, dengan demikian
jaringan menurut Lawang dimengerti sebagai:
1. Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan
dengan media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikat dengan
kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat
kedua belah pihak.
2. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media
hubungan sosial menjadi satu kerja sama, bukan kerja bersama-sama.
3. Seperti halnya sebuah jaringan (yang tidak putus) kerja yang terjalin
antar simpul itu pasti kuat menahan beban bersama, dan malah dapat
“menangkap ikan” lebih banyak.
4. Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri
sendiri. Malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jarring

Universitas Sumatera Utara

itu tidak akan berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki. Semua
simpul menjadi satu kesatuan dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini
analogi tidak seluruhnya tepat terutama kalau orang yang membentuk
jarring itu hanya dua saja.
5. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau
antara orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.
6. Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan menjaga
bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.
Studi tentang jaringan sosial (social network) telah dilakukan sosiolog
sejak 1960-an, biasanya dikaitkan dengan bagaimana pribadi-pribadi berhubungan
antara satu sama lain dan bagaimana ikatan afiliasi melayani baik sebagai pelican
dalam

meamperoleh

sesuatu

yang

dikerjakan

sebagai

jembatan

untuk

memudahkan hubungan antara satu pihak dengan pihak lainnya, maupun sebagai
perekat yang memberikan tatanan dan makna pada kehidupan social, menurut
powell dan Smith-doer, 1994: 365 dalam (Ninda Ovtika Sinaga, 2012).
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana jaringan sosial para
pedagang Pasar Induk, Lau Cih. Dengan siapa saja pedagang menjalin kerjasama
mulai dari perolehan barang dagangan, penyaluran barang sampai kepada
pedagang dan pada akhirnya barang dapat sampai ketangan langganan atau
konsumen. Dalam hal ini jaringan yang ingin dilihat adalah hubungan pedagang
dengan pihak sumber barang (bisa berupa petani atau agen), pedagang dengan jasa
becak, dengan pembeli, dan dengan pengelola pasar.

Universitas Sumatera Utara

24. Kepercayaan (Trust)
Kepercayaan menurut Giddens dalam (Damsar, Indrayani, 2009: 185)
adalah keyakinan akan reliabilitas seseorang atau sistem, terkait dengan berbagai
hasil dan peristiwa, dimana keyakinan itu mengekspresikan suatu iman (faith)
terhadap integritas cinta kasih orang lain atau ketepatan prinsip abstrak
(pengetahuan teknis). Kepercayaan biasanya berfungsi untuk mereduksi atau
meminimalisasi bahaya yang berasal dari aktivitas tertentu. Kepercayaan biasanya
terikat bukan kepada resiko, namun kepada berbagai kemungkinan. Dalam kasus
kepercayaan terhadap agen manusia, dugaan akan keyakinan melibatkan kebaikan
(penghargaan) atau cinta kasih. Itulah mengapa kepercayaan kepada seseorang
secara psikologis mengandung konsekuensi bagi individu yang percaya.
“Kepercayaan adalah suatu mekanisme yang mereduksi kompleksitas sosial.
Kepercayaan memperbesar kemampuan manusia untuk bekerjasama bukan
didasarkan atas kalkulasi rasional kognitif, tetapi melalui pertimbangan dari suatu
ukuran penyangga antara keinginan yang sangat dibutuhkan dan harapan secara
parsial akan mengecewakan. Kerjasama tidak mungkin terjalin kalau tidak
didasarkan atas adanya saling percaya di antara sesama pihak yang terlibat dan
kepercayaan dapat meningkatkan toleransi terhadap ketidakpastian” (Damsar,
Indrayani, 2009: 202).
Bentuk kepercayaan dapat dilihat dari bentuk kemunculan kepercayaan itu,
yaitu terdiri atas:
25. Kepercayaan askriptif: yaitu muncul dari hubungan yang diperoleh
berdasarkan ciri-ciri yang melekat pada pribadi, seperti latar belakang
kekerabatan, etnis, dan keturunan yang dimiliki.

Universitas Sumatera Utara

26. Kepercayaan prosesual: yaitu muncul melalui proses interaksi sosial yang
dibangun oleh para aktor yang terlibat.
Hubungan atau kerjasama yang terjalin antara pedagang dengan pihakpihak yang ikut serta dalam kegiatan pasar dan jual beli adalah didasari atas rasa
percaya terhadap satu sama lain. Orang-orang yang terlibat dalam kegiatan jual
beli yang terdapat dalam Pasar Induk, Lau Cih ini telah diikat oleh rasa saling
percaya yang telah dibangun selama ini. Mayoritas pedagang yang dulunya
berdagang di Pajak Sentral pindah ke Pasar Induk, Lau Cih, begitu juga dengan
langganan yang berbelanja adalah mayoritas pelanggan yang dahulu, walau ada
juga pelanggan baru. Disinilah para pedagang menciptakan rasa percaya
konsumen untuk tetap setia berbelanja dengan mereka. Begitu juga konsumen
menciptakan rasa kepercayaan pedagang untuk tetap memasok barang untuk
mereka.
27. Nilai dan Norma
Nilai dan norma adalah hal dasar yang terdapat pada proses interaksi
sosial. Nilai dan norma mengacu pada bagaimana seharusnya individu bertindak
dalam masyarakat. Nilai merupakan kumpulan sikap, perasaan, anggapan terhadap
sesuatu hal tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut, maupun penting
atau tidak penting. Menurut Horton dan Hunt dalam (Setiadi, Usman, 2011: 119)
adalah gagasan tentang apakah pengalaman itu berarti atau tidak. Nilai merupakan
bagian penting dari kebudayaan, suatu tindakan dianggap sah apabila harmonis
dan selaras dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat
dimana tindakan tersebut dilakukan. Berdasarkan ciri-cirinya, nilai dapat dibagi
menjadi:

Universitas Sumatera Utara

28. Nilai dominan: yaitu nilai yang dianggap penting dari nilai lainnya,
penentuan nilai dominan dengan kriteria sebagai berikut: banyak orang
yang menganut nilai tersebut, sudah berapa lama nilai tersebut telah dianut
oleh anggota masyarakat, tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat
melaksanakan nilai tersebut, dan prestise atau kebanggaan bagi orang yang
melaksanakan nilai tersebut.
29. Nilai mendarah daging (internalized value): adalah nilai yang menjadi
kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya
kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi. Biasanya
nilai ini tersosialisasi sejak seseorang masih kecil.
Menurut Notonegoro dalam (Setiadi, Usman, 2011: 124) nilai sosial
terbagi atas 3, yaitu:
30. Nilai material: segala sesuatu yang berguna bagi fisik atau jasmani
seseorang.
31. Nilai vital: segala sesuatu yang mendukung aktivitas seseorang.
32. Nilai kerohanian: segala sesuatu yang berguna bagi jiwa atau psikis
seseorang.
Norma adalah aturan-aturan dalam kehidupan sosial secara kolektif atau
bersama yang mengandung berbagai sanksi, baik sanksi secara moral maupun
sanksi fisik, bagi orang atau sekelompok orang yang melakukan pelanggaran atas
nilai-nilai sosial. Norma ditujukan untuk menekan anggota masyarakat agar segala
perbuatan yang dilakukannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang telah
disepakati bersama (Setiadi, Usman, 2011: 131). Norma tersebut diakui, dihargai,
dikenal dan ditaati oleh warga masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari.

Universitas Sumatera Utara

Norma disebut juga dengan peraturan sosial yang sifatnya memaksa sehingga
seluruh anggota masyarakat harus tunduk.
Ciri-ciri nilai sosial adalah :
33. Tidak tertulis: norma hanya diingat dan diserap serta dipraktekkan dalam
interaksi masyarakat.
34. Hasil kesepakatan bersama: norma dibentuk dan disepakati bersama
seluruh warga masyarakat.
35. Ditaati bersama: untuk mengarahkan dan menertibkan perilaku anggota
masyarakat dari keinginan bersama.
36. Ada sanksi: bagi yang melanggar norma akan dikenakan sanksi yang
tegas, oleh sebab itu norma bersifat memaksa.
Dalam penelitian ini penulis ingin melihat bagaimana nilai dan norma
yang tercipta diantara pedagang yang berada di Pasar Induk, Lau Cih. Penulis
ingin melihat seberapa besar nilai dan norma tersebut mempengaruhi dan
mengikat pedagang dalam melaksanakan kegiatan dagang di Pasar Induk, Lau
Cih.

2.3

Pasar
Pengertian pasar dalam pandangan Sosiologi dalam buku Pengantar

Sosiologi Ekonomi edisi II ( Damsar, Indrayani, 2011) adalah fenomena sosial
yang kompleks dengan berbagai macam perangkatnya. Pasar dapat dipandang dari
sudut yang beragam misalnya pasar merupakan suatu struktur yang padat dengan
jaringan sosial atau yang penuh dengan konflik dan persaingan.

Universitas Sumatera Utara

Perumusan pasar dan pengertian dalam bidang ekonomi terdiri dari lima
komponen, yaitu :
37. Adanya wilayah (area place)
38. Adanya pelaku (subject) penjual dan pembeli
39. Adanya kegiatan untuk saling berhubungan antar subyek pasar
40. Adanya objek ( barang-barang dan jasa)
41. Faktor waktu
Menurut Bagoes P. Wiryomatrono (dalam Astonik, 2008), pasar berasal
dari kata “peken” yang berarti kumpul. Fungsi ekonomi pasar terjadi saat jual beli,
dan fungsi sosial pasar terjadi saat tawar menawar. Berdasarkan jumlah penduduk
yang dilayaninya, pasar dikelompokkan kedalam tiga kelas, yaitu :
42. Pasar lingkungan, melayani penduduk yang diantranya sampai dengan
30.000 jiwa.
43. Pasar wilayah, melayani penduduk antara 30.000 sampai 120.000 jiwa.
44. Pasar induk, melyani penduduk diatas 120.000 jiwa.
Berdasarkan jenis kegiatannya, pasar dikelompokkan ke dalam tiga
jenis,yaitu:
45. Pasar Grosir adalah pasar dimana kegiatannya terdapat permintaan dan
penawaran barang dan jasa dalam jumlah yang besar.

Universitas Sumatera Utara

46. Pasar Induk adalah pasar yang dalam kegiatannya merupakan pusat
pengumpulan, pelelangan, dn penyimpanan bahan-bahan pangan lain
untuk disalurkan ke pasar yang lain.
47. Pasar Eceran adalah pasar yang dalam kegiatannya terdapat permintaan
dan penawaran barang dan jasa secara eceran.
Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, pasar tradisional adalah pasar
yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan
Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan
swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang
dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakatatau
koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang
dagangan melalui tawar menawar. Lebih lanjut menurut Perpres tersebut, pasar
tradisional boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem
jaringan jalan lokal atau jalan lingkungan pada kawasan pelayanan bagian
kota/kabupaten atau lokal atau lingkungan (perumahan) di dalam kota/kabupaten.
Pasar adalah suatu institusi yang pada umumnya tidak berwujud secara
fisik mempertemukan penjual dan pembeli suatu komoditas (barang dan jasa).
(Sugiarto, 2002). Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli akan
menentukan tingkat harga suatu komoditas (barang dan jasa) dan jumlah atau
kuantitas komoditas yang diperjualbelikan. Pasar dimana penjual dan pembeli
melakukan interaksi dapat dibedakan menjadi pasar komoditas dan pasar faktor.
Pasar komoditas adalah interaksi antara penjual dan pembeli dari suatu komoditas
dalam menentuan jumlah dan harga barang atau jasa yang diperjualbelikan. Pasar

Universitas Sumatera Utara

faktor adalah interaksi antara para pengusaha (pembeli faktor-faktor produksi)
dengan para pemilik faktor produksi untuk menentukan harga (pendapatan) dan
jumlah faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam menghasilkan barangbarang dan jasa yang diminta oleh masyarakat, sedangkan industri adalah
kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan komoditas yang sama
atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar. ( sumber : Aryo Afief
Palego, 2016 )

Universitas Sumatera Utara