Faktor–Faktor yang Memengaruhi Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36
tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan
Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdasan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan
serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan
tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat
pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Peran serta
keikutsertaan secara aktif dan kreatif (UU Kesehatan RI, 2009). Tujuan
1
Universitas Sumatera Utara
2
pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud (DepKes RI, 2009).
Pembangunan
kesehatan
didasarkan
atas
dasar
perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat
dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut
usia (lansia), dan keluarga miskin. (Kemenkes RI, 2010).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang paling baru ini memang
lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang
mengatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan sempurna, baik fisik, mental
dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Pada batasan yang
terdahulu, kesehatan ini mencakup tiga aspek, yakni : fisik, mental dan sosial,
tetapi menurut Undang-Undang No.23/1992, disempurnakan dengan UU No. 36
Tahun 2009, kemudian itu mencakup lima aspek yakni fisik (badan), mental
(jiwa), sosial, spiritual dan ekonomi.(Notoatmodjo,2011).
Setiap 9 juta anak balita meninggal setiap tahun, 90% dari seluruh kematian
anak disebabkan oleh neonatal, pneumonia, diare, malaria, campak dan
HIV/AIDS. Di Negara berkembang, dari 10 kematian 1 diantaranya adalah
kematian anak sebelum usia 5 tahun. Oleh karena itu tujuan Mellinium
Development Goals (MDGs) nomor 4 yaitu mengurangi tingkat kematian anak
menjadi dua per tiga pada tahun 2015. Untuk mencapai tujuan tersebut
memerlukan jangkauan yang universal dengan kunci yang efektif, intervensi
Universitas Sumatera Utara
3
terjangkau misalnya perawatan untuk ibu dan bayi, pemenuhan kebutuhan
makanan untuk bayi dan anak, vaksin (pencegahan dan manajemen kaus diare,
pneumia dan sepsis), pengendalian malaria, dan pencegahan dan perawatan
HIV/AIDS.
Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang
meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan
status gizi masyarakat sehingga banyak program-program kesehatan yang
dilakukan pemerintah terutama pada penduduk usia rentan, seperti program Safe
Motherhood Initiative, program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), program
Maternal
and
Neonatal
Tetanus
Elimination
(MNTE),
dan
program
Pemberantasan Penyakit Menular. Usia anak Batita (Bawah Tiga Tahun)
merupakan usia yang sangat menentukan perkembangan seorang anak di masa
depan. Masa tiga tahun ini menetapkan dasar perkembangan emosional, sosial,
pertumbuhan fisik dan kesehatannya.Namun usia batita merupakan usia yang
rentan terhadap penyakit yang tidak jarang mengakibatkan kematian. Sebagian
besar penyebab kesakitan dan kematian tersebut dikarenakan penyakit seperti
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare, malaria, campak, dan
malnutrisi.ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai
14 hari, dimana secara klinis tanda dan gejala akut akibat infeksi terjadi di setiap
bagian saluran pernafasan tidak lebih dari 14 hari. ISPA merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia pada bayi dan anak-
Universitas Sumatera Utara
4
anak terutama di negara-negara dengan pendapatan perkapita rendah dan
menengah.
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) atau penyakit infeksi
saluran pernafasan atas dan bawah yang dapat menyerang semua umur, baik
orang dewasa, remaja, atau balita. Namun yang paling rentan terserang ISPA
adalah bayi dan balita. ISPA pun tidak mengenal tempat baik di Negara maju atau
Negara yang kurang berkembang. Jumlah tiap tahunnya kejadian ISPA di
Indonesia 150.000 kasus atau seorang balita meninggal tiap 5 menitnya.
Penelitian Myrnawati juga menemukan bahwa 20-30% kematian balita
disebabkan oleh ISPA.(DepKes RI, 2006). Oleh karena itu pewnderita ISPA di
dunia sangat tinggi. World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden
ISPA di Negara berkembang dengan angka kematian balita diatas 40 per 1.000
kelahiran hidup adalah 15% - 20% pertahun pada golongan usia balita (Depkes,
2010).
Pencapaian tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan UUD 1945,
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social. Tujuan
pembangunan kesehatan
diarahakan untuk meningkatkan kesdaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud. (Depkes RI, 2009).
Universitas Sumatera Utara
5
Pembangunan
kesehatan
didasarkan
atas
dasar
perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat
dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut
usia (lansia), dan keluarga miskin. (Kemenkes RI, 2010).
Menurut Riskesdas Tahun 2013 Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan
oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau
lebih gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak.
Period prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir. Lima
provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua
(31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%).
Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi tertinggi
dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013
(25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%). Karakteristik penduduk dengan
ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (25,8%). Menurut
jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini lebih
banyak dialami pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan
terbawah dan menengah bawah.
Berdasarkan profil kesehatan kabupaten Asahan di puskesmas Pulau Rakyat
terdapat jumlah ibu yang memiliki balita sebanyak 3680 jiwa, kunjungan pasien
balita sebesar 3672 jiwa, sedangkan balita yang terdiagnosa ISPA pada bulan Juli
pada tahun 2016 sebanyak 60 orang menderita ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan
Akut). Maka dari itu, karena tingginya kejadian di wilayah kerja puskesmas Pulau
Universitas Sumatera Utara
6
Rakyat kecamatan Pulau Rakyat peneliti ingin mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Pulau Rakyat Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan
Tahun 2016.
ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit
batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun. ISPA juga
merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan
sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15%-30% kunjungan
berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit. (DepKes, 2009). Pada
tahun 2010 tingkat kematian tertinggi 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat
inap di rumah sakit adalah pneumonia yakni sebesar 7,6%. Pada pasien rawat
jalan, ISPA memiliki jumlah kasus terbanyak yakni sebesar 291,356 kasus.
(Kemenkes RI, 2011).
Usia Balita adalah kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran
pernapasan. Kenyataannya bahwa angka morbiditas dan mortalitas akibat ISPA
masih tinggi pada balita di negara berkembang. penyakit ISPA sendiri sering
mengalami kekambuhan dalam jangka waktu yang sangat pendek, biasanya pada
musim-musim kemarau, penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit dengan
angka kematian yang cukup tinggi, sehingga dalam penanganannya diperlukan
kesadaran yang tinggi baik dari masyarakat maupun petugas, terutama tentang
beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan (Depkes, 2005).
Universitas Sumatera Utara
7
Infeksi Saluran Pernafasan Akut atauistilah dalam bahasa inggrisnya Acute
Respiratory Infections (ARI) merupakan sekelompok penyakit kompleks dan
heterogen yang disebabkan oleh berbagai faktor penunjang risiko yang
menyerang setiap lokasi saluran pernafasan mulai dari saluran atas (hidung)
hingga pada saluran bawah pada sistem pernafasan manusia. ISPA merupakan
penyakit yang sering terjadi pada anak-anak terutama balita, karena sistem
pertahanan tubuh yang masih rendah sehingga rentan terhadap penyakit. Secara
klinis ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap
bagian saluran pernafasan dan berlangsung selama 14 hari.
ISPA merupakan masalah kesehatan yang utama di Indonesia karena
merupakan salah satu penyebab utama dari tingginya angka kematian dan angka
kesakitan pada anak balita dan bayi di Indonesia. Kejadian ISPA pada balita lebih
sering terjadi di daerah perkotaan dibandingkan pada balita di daerah pedesaan.
Seorang anak yang tinggal di daerah perkotaan akan mengalami ISPA sebanyak
5-8 episode dalam setahun, sedangkan di pedasaan sebesar 3-5 episode setahun.
ISPA mengakibatkan sekitar 20% - 30% kematian anak balita. ISPA juga
merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien pada sarana kesehatan.
Sebanyak 40%- 60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15% - 30% kunjungan
berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit di sebabkan oleh ISPA
yang dianggap sebagai penyakit membahayakan.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara pernafasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat lewat slauran pernafasan. Viruslah yang
Universitas Sumatera Utara
8
menyebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas, yang sering terjadi pada
semua golongan masyarakat dimusim dingin. Akan tetapi ISPA yang tidak
ditangani secara lanjut, akan menjadi momok sebuah pneumonia yang menyerang
anak kecil dan balita apabila terdapat zat gizi yang kurang dan ditambah dengan
keadaan lingkunganyang tidak bersih. Beban imunologis yang besar karena
dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, tidak tersedianya atau pemakaian
terlebih antibiotic dan meningkatnya infeksi silang adalah risiko utama pada
anak-anak dan balita.
Penyakit-penyakit saluran pernafasan pada masa bayi dan anak-anak dapat
pula memberi kecacatan sampai pada saat masa dewasa. Tugas pemberantasan
penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat,
pemerintah, serta pihak-pihak yang telah ditugaskan melayani masyarakat dalam
hal kesehatan terutama kepala puskesmas yang harus bertanggung jawab bagi
keberhasilan pemberantasan ISPA di wilayah kerjanya.
Daerah di Pulau Rakyat merupakan daerah perkebunan sawit yang terdapat
banyak tanaman pohon sawit. Setiap harinya rutinitas masyarakat di Pulau Rakyat
adalah bekerja di ladang, untuk mendapatkan tanaman yang lebih menghasilkan
masyarakat melakukan berbagai upaya seperti menyemprot tanaman atau
membersihkan ladang. Masyarakat yang bekerja ke ladang tidak memakai APD
(Alat Pelindung Diri), masker, dan sarung tangan. Mereka menganggap bahwa hal
seperti itu tidaklah di rasa penting sekali dengan kebutuhan hidup mereka. Karena
masyarakat yang tinggal di Pulau Rakyat sendiri mendapat penghasilan yang
Universitas Sumatera Utara
9
diperoleh dari hasil panen kebun yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka. Dari penghasilan atau gaji yang mereka terima kehidupan sehari –
hari mereka. Karena dari berpenghasilan yang cukup untuk kebutuhan kehidupan
sehari – hari lah masyarakat tidak memperdulikan dan tidak teralu memperhatikan
kesehatan.
Berdasarkan pengamatan awal di puskesmas Pulau Rakyat terdapat jumlah
ibu yang memilik balita sebanyak 3680 jiwa, kunjungan pasien balita sebesar
3672 jiwa, sedangkan balita yang terdiagnosa ISPA pada bulan Juli pada tahun
2016 sebanyak 60 orang menderita ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut).
Maka dari itu, karena tingginya kejadian di wilayah kerja puskesmas Pulau
Rakyat kecamatan Pulau Rakyat peneliti ingin mengetahui hubungan faktor faktor sosial budaya terhadap Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Pulau Rakyat Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten
Asahan Tahun 2016.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan
bahwa perumusan dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor – faktor yang
mempengaruhi kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di
wilayah kerja puskesmas Pulau Rakyat Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan
Tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara
10
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor -
faktor yang mempengaruhi kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pulau
Rakyat Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2016.
1.3.2
Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui faktor -
faktor yang mempengaruhi kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah Puskesmas Pulau
Rakyat Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2016.
2. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Puskesmas Pulau Rakyat Kecamatan
Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2016.
1.4 Hipotesis penelitian
Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini :
a. Terdapat hubungan variabel pendidikan dengan kejadian ISPA pada
balita di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat kabupaten
Asahan Tahun 2016
b. Terdapat hubungan variabel pengetahuan dengan kejadian ISPA pada
balita di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat kabupaten
Asahan Tahun 2016
Universitas Sumatera Utara
11
c. Terdapat hubungan variabel sikap dengan kejadian ISPA pada balita di
wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat kabupaten Asahan
Tahun 2016
d. Terdapat hubungan variabel norma dengan kejadian ISPA pada balita di
wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat kabupaten Asahan
Tahun 2016
e. Terdapat hubungan jarak pelayanan kesehatan dengan kejadian ISPA
pada balita di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat
kabupaten Asahan Tahun 2016
f. Terdapat hubungan petugas kesehatan dengan kejadian ISPA pada balita
di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat kabupaten Asahan
Tahun 2016
g. Terdapat hubungan keluarga dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah
kerja puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat kabupaten Asahan Tahun 2016
1.5 Manfaat penelitian
2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten
Asahan agar meningkatkan derajat kesehatan terutama bagi penderita Infeksi
Saluran Pernafasan Akut di wilayah kerjanya.
3. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas Pulau Rakyat
Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat diwilayah kerjanya.
Universitas Sumatera Utara
12
4.
Sebagai acuan bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian ini ataupun
melakukan penelitian yang sehubungan dengan penelitian ini di masa yang
akan datang.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36
tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan
Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdasan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan
serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan
tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat
pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Peran serta
keikutsertaan secara aktif dan kreatif (UU Kesehatan RI, 2009). Tujuan
1
Universitas Sumatera Utara
2
pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud (DepKes RI, 2009).
Pembangunan
kesehatan
didasarkan
atas
dasar
perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat
dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut
usia (lansia), dan keluarga miskin. (Kemenkes RI, 2010).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang paling baru ini memang
lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang
mengatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan sempurna, baik fisik, mental
dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Pada batasan yang
terdahulu, kesehatan ini mencakup tiga aspek, yakni : fisik, mental dan sosial,
tetapi menurut Undang-Undang No.23/1992, disempurnakan dengan UU No. 36
Tahun 2009, kemudian itu mencakup lima aspek yakni fisik (badan), mental
(jiwa), sosial, spiritual dan ekonomi.(Notoatmodjo,2011).
Setiap 9 juta anak balita meninggal setiap tahun, 90% dari seluruh kematian
anak disebabkan oleh neonatal, pneumonia, diare, malaria, campak dan
HIV/AIDS. Di Negara berkembang, dari 10 kematian 1 diantaranya adalah
kematian anak sebelum usia 5 tahun. Oleh karena itu tujuan Mellinium
Development Goals (MDGs) nomor 4 yaitu mengurangi tingkat kematian anak
menjadi dua per tiga pada tahun 2015. Untuk mencapai tujuan tersebut
memerlukan jangkauan yang universal dengan kunci yang efektif, intervensi
Universitas Sumatera Utara
3
terjangkau misalnya perawatan untuk ibu dan bayi, pemenuhan kebutuhan
makanan untuk bayi dan anak, vaksin (pencegahan dan manajemen kaus diare,
pneumia dan sepsis), pengendalian malaria, dan pencegahan dan perawatan
HIV/AIDS.
Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang
meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan
status gizi masyarakat sehingga banyak program-program kesehatan yang
dilakukan pemerintah terutama pada penduduk usia rentan, seperti program Safe
Motherhood Initiative, program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), program
Maternal
and
Neonatal
Tetanus
Elimination
(MNTE),
dan
program
Pemberantasan Penyakit Menular. Usia anak Batita (Bawah Tiga Tahun)
merupakan usia yang sangat menentukan perkembangan seorang anak di masa
depan. Masa tiga tahun ini menetapkan dasar perkembangan emosional, sosial,
pertumbuhan fisik dan kesehatannya.Namun usia batita merupakan usia yang
rentan terhadap penyakit yang tidak jarang mengakibatkan kematian. Sebagian
besar penyebab kesakitan dan kematian tersebut dikarenakan penyakit seperti
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare, malaria, campak, dan
malnutrisi.ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai
14 hari, dimana secara klinis tanda dan gejala akut akibat infeksi terjadi di setiap
bagian saluran pernafasan tidak lebih dari 14 hari. ISPA merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia pada bayi dan anak-
Universitas Sumatera Utara
4
anak terutama di negara-negara dengan pendapatan perkapita rendah dan
menengah.
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) atau penyakit infeksi
saluran pernafasan atas dan bawah yang dapat menyerang semua umur, baik
orang dewasa, remaja, atau balita. Namun yang paling rentan terserang ISPA
adalah bayi dan balita. ISPA pun tidak mengenal tempat baik di Negara maju atau
Negara yang kurang berkembang. Jumlah tiap tahunnya kejadian ISPA di
Indonesia 150.000 kasus atau seorang balita meninggal tiap 5 menitnya.
Penelitian Myrnawati juga menemukan bahwa 20-30% kematian balita
disebabkan oleh ISPA.(DepKes RI, 2006). Oleh karena itu pewnderita ISPA di
dunia sangat tinggi. World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden
ISPA di Negara berkembang dengan angka kematian balita diatas 40 per 1.000
kelahiran hidup adalah 15% - 20% pertahun pada golongan usia balita (Depkes,
2010).
Pencapaian tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan UUD 1945,
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social. Tujuan
pembangunan kesehatan
diarahakan untuk meningkatkan kesdaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud. (Depkes RI, 2009).
Universitas Sumatera Utara
5
Pembangunan
kesehatan
didasarkan
atas
dasar
perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat
dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut
usia (lansia), dan keluarga miskin. (Kemenkes RI, 2010).
Menurut Riskesdas Tahun 2013 Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan
oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau
lebih gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak.
Period prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir. Lima
provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua
(31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%).
Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi tertinggi
dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013
(25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%). Karakteristik penduduk dengan
ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (25,8%). Menurut
jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini lebih
banyak dialami pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan
terbawah dan menengah bawah.
Berdasarkan profil kesehatan kabupaten Asahan di puskesmas Pulau Rakyat
terdapat jumlah ibu yang memiliki balita sebanyak 3680 jiwa, kunjungan pasien
balita sebesar 3672 jiwa, sedangkan balita yang terdiagnosa ISPA pada bulan Juli
pada tahun 2016 sebanyak 60 orang menderita ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan
Akut). Maka dari itu, karena tingginya kejadian di wilayah kerja puskesmas Pulau
Universitas Sumatera Utara
6
Rakyat kecamatan Pulau Rakyat peneliti ingin mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Pulau Rakyat Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan
Tahun 2016.
ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit
batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun. ISPA juga
merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan
sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15%-30% kunjungan
berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit. (DepKes, 2009). Pada
tahun 2010 tingkat kematian tertinggi 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat
inap di rumah sakit adalah pneumonia yakni sebesar 7,6%. Pada pasien rawat
jalan, ISPA memiliki jumlah kasus terbanyak yakni sebesar 291,356 kasus.
(Kemenkes RI, 2011).
Usia Balita adalah kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran
pernapasan. Kenyataannya bahwa angka morbiditas dan mortalitas akibat ISPA
masih tinggi pada balita di negara berkembang. penyakit ISPA sendiri sering
mengalami kekambuhan dalam jangka waktu yang sangat pendek, biasanya pada
musim-musim kemarau, penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit dengan
angka kematian yang cukup tinggi, sehingga dalam penanganannya diperlukan
kesadaran yang tinggi baik dari masyarakat maupun petugas, terutama tentang
beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan (Depkes, 2005).
Universitas Sumatera Utara
7
Infeksi Saluran Pernafasan Akut atauistilah dalam bahasa inggrisnya Acute
Respiratory Infections (ARI) merupakan sekelompok penyakit kompleks dan
heterogen yang disebabkan oleh berbagai faktor penunjang risiko yang
menyerang setiap lokasi saluran pernafasan mulai dari saluran atas (hidung)
hingga pada saluran bawah pada sistem pernafasan manusia. ISPA merupakan
penyakit yang sering terjadi pada anak-anak terutama balita, karena sistem
pertahanan tubuh yang masih rendah sehingga rentan terhadap penyakit. Secara
klinis ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap
bagian saluran pernafasan dan berlangsung selama 14 hari.
ISPA merupakan masalah kesehatan yang utama di Indonesia karena
merupakan salah satu penyebab utama dari tingginya angka kematian dan angka
kesakitan pada anak balita dan bayi di Indonesia. Kejadian ISPA pada balita lebih
sering terjadi di daerah perkotaan dibandingkan pada balita di daerah pedesaan.
Seorang anak yang tinggal di daerah perkotaan akan mengalami ISPA sebanyak
5-8 episode dalam setahun, sedangkan di pedasaan sebesar 3-5 episode setahun.
ISPA mengakibatkan sekitar 20% - 30% kematian anak balita. ISPA juga
merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien pada sarana kesehatan.
Sebanyak 40%- 60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15% - 30% kunjungan
berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit di sebabkan oleh ISPA
yang dianggap sebagai penyakit membahayakan.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara pernafasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat lewat slauran pernafasan. Viruslah yang
Universitas Sumatera Utara
8
menyebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas, yang sering terjadi pada
semua golongan masyarakat dimusim dingin. Akan tetapi ISPA yang tidak
ditangani secara lanjut, akan menjadi momok sebuah pneumonia yang menyerang
anak kecil dan balita apabila terdapat zat gizi yang kurang dan ditambah dengan
keadaan lingkunganyang tidak bersih. Beban imunologis yang besar karena
dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, tidak tersedianya atau pemakaian
terlebih antibiotic dan meningkatnya infeksi silang adalah risiko utama pada
anak-anak dan balita.
Penyakit-penyakit saluran pernafasan pada masa bayi dan anak-anak dapat
pula memberi kecacatan sampai pada saat masa dewasa. Tugas pemberantasan
penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat,
pemerintah, serta pihak-pihak yang telah ditugaskan melayani masyarakat dalam
hal kesehatan terutama kepala puskesmas yang harus bertanggung jawab bagi
keberhasilan pemberantasan ISPA di wilayah kerjanya.
Daerah di Pulau Rakyat merupakan daerah perkebunan sawit yang terdapat
banyak tanaman pohon sawit. Setiap harinya rutinitas masyarakat di Pulau Rakyat
adalah bekerja di ladang, untuk mendapatkan tanaman yang lebih menghasilkan
masyarakat melakukan berbagai upaya seperti menyemprot tanaman atau
membersihkan ladang. Masyarakat yang bekerja ke ladang tidak memakai APD
(Alat Pelindung Diri), masker, dan sarung tangan. Mereka menganggap bahwa hal
seperti itu tidaklah di rasa penting sekali dengan kebutuhan hidup mereka. Karena
masyarakat yang tinggal di Pulau Rakyat sendiri mendapat penghasilan yang
Universitas Sumatera Utara
9
diperoleh dari hasil panen kebun yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka. Dari penghasilan atau gaji yang mereka terima kehidupan sehari –
hari mereka. Karena dari berpenghasilan yang cukup untuk kebutuhan kehidupan
sehari – hari lah masyarakat tidak memperdulikan dan tidak teralu memperhatikan
kesehatan.
Berdasarkan pengamatan awal di puskesmas Pulau Rakyat terdapat jumlah
ibu yang memilik balita sebanyak 3680 jiwa, kunjungan pasien balita sebesar
3672 jiwa, sedangkan balita yang terdiagnosa ISPA pada bulan Juli pada tahun
2016 sebanyak 60 orang menderita ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut).
Maka dari itu, karena tingginya kejadian di wilayah kerja puskesmas Pulau
Rakyat kecamatan Pulau Rakyat peneliti ingin mengetahui hubungan faktor faktor sosial budaya terhadap Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Pulau Rakyat Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten
Asahan Tahun 2016.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan
bahwa perumusan dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor – faktor yang
mempengaruhi kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di
wilayah kerja puskesmas Pulau Rakyat Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan
Tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara
10
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor -
faktor yang mempengaruhi kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pulau
Rakyat Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2016.
1.3.2
Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui faktor -
faktor yang mempengaruhi kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah Puskesmas Pulau
Rakyat Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2016.
2. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Puskesmas Pulau Rakyat Kecamatan
Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2016.
1.4 Hipotesis penelitian
Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini :
a. Terdapat hubungan variabel pendidikan dengan kejadian ISPA pada
balita di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat kabupaten
Asahan Tahun 2016
b. Terdapat hubungan variabel pengetahuan dengan kejadian ISPA pada
balita di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat kabupaten
Asahan Tahun 2016
Universitas Sumatera Utara
11
c. Terdapat hubungan variabel sikap dengan kejadian ISPA pada balita di
wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat kabupaten Asahan
Tahun 2016
d. Terdapat hubungan variabel norma dengan kejadian ISPA pada balita di
wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat kabupaten Asahan
Tahun 2016
e. Terdapat hubungan jarak pelayanan kesehatan dengan kejadian ISPA
pada balita di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat
kabupaten Asahan Tahun 2016
f. Terdapat hubungan petugas kesehatan dengan kejadian ISPA pada balita
di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat kabupaten Asahan
Tahun 2016
g. Terdapat hubungan keluarga dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah
kerja puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat kabupaten Asahan Tahun 2016
1.5 Manfaat penelitian
2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten
Asahan agar meningkatkan derajat kesehatan terutama bagi penderita Infeksi
Saluran Pernafasan Akut di wilayah kerjanya.
3. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas Pulau Rakyat
Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat diwilayah kerjanya.
Universitas Sumatera Utara
12
4.
Sebagai acuan bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian ini ataupun
melakukan penelitian yang sehubungan dengan penelitian ini di masa yang
akan datang.
Universitas Sumatera Utara