LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI ORGANISME AK
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI ORGANISME AKUAKULTUR
OSMOREGULASI
OLEH:
NAMA
STAMBUK
KELOMPOK
ASISTEN
: HASLINDA
: L221 13 009
: VII (TUJUH)
: - MUH. TAKWIER MAKMUR S.PI
- RAHMATUL ISTIQOMAH
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara maritime atau kepulauan yang
sebagian besar wilayahnya berupa perairan laut. Indonesia merupakan Negara
kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau, dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km. luas laut sekitar 3,1 km2 perairan Nusantara. Indonesia
sebagai Negara kepulauan terletak di antara samudra Pasifik dan samudra
Hindia dan mempunyai tatanan geografis laut yang rumit dilihat dari topografi
dasar lautnya (Juwana, 2001).
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan
berkembang. Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan
dengan penangkapan, pemeliharaan, dan pembudidayaan ikan. Ilmu perikanan
sangat
membantu
pencapaian
sasaran
pembangunan
nasional,
yakni
masyarakat maritim yang mandiri. Karenanya ilmu perikanan harus terus dikaji
dan dikembangkan sebagai ujung tombak pengembangan dan penerapan
teknologi perikanan (Fujaya, 2004).
Fisiologi hewan mempelajari berbagai gejala pada hewan dan usaha
mereka untuk bertahan serta menanggapi rangsang dari ingkungan eksternal.
Pengetahuan mengfungsi muncul bersama dengan munculnya pengetahuan
tentang hidup/kehidupan. Hidup merupakan sesuatu system dinamis yang
melibatkan
interaksi
terus
menerus
antara
organisme
dan
lingkungannya (Isnaeni, 2006).
Osmoregulasi yaitu upaya mengontrol keseimbangan air dan ion antara
tubuh dan lingkungannya atau suatu proses pengaturan tekanan osmose.
Kemampuan ikan untuk beradaptasi atau mengontrol keseimbangan air dan ion
dapat berjalan normal bila berlangsung secara alamiah atau bertahap. Osmosis
adalah
difusi
atau
aliran
substansi-substansi
melalui
suatu
membran (Ghufran dan Kordi, 2008).
Proses osmoregulasi menggunakan tiga pola regulasi ion dan air yaitu
hiperosmotik, hipoosmotik dan isoosmotik. Hiperosmotik merupakan pengaturan
secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media,
misalnya pada potadrom (ikan air tawar). Hipoosmotik merupakan pengaturan
secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media,
misalnya pada ikan oseandrom (ikan air laut). Sedangkan isoosmotik merupakan
bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan konsentrasi media, misalnya ikanikan yang hidup pada daerah estuary (Fujaya, 2008).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, osmoregulasi merupakan
proses merupakan upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion
antara tubuh dan lingkungannya, maka penting di pelajari osmoregulasi.
Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum mengenai Osmoregulasi yaitu untuk mengetahui
tingkah laku dan adaptasi ikan, baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan
air laut yang dimana diuji pada media yang sama tetapi mempunyai kadar
salinitas yang berbeda.
Kegunaan dari praktikum mengenai Osmoregulasi yaitu agar mahasiswa
dapat mengetahui bagaimana proses osmoregulasi ikan air tawar, ikan air payau
dan ikan air laut jika diuji pada kadar salinitas yang berbeda-beda (0 ppt, 10 ppt,
20 ppt, dan 30 ppt).
II TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (Laboratorium, 2014).
Klasifikasi
Klasifikasi Ikan nila Oreochromis niloticus, yaitu :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Osteichthyes
Order
: Perciformes
Family
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis niloticus (www.zipcodezoo.com)
Morfologi
Bentuk badan ikan nila (Oreocromis niloticus) pipih kesamping
memanjang, sedangkan warna warna tubuh ikan nila umumnya putih kehitaman
dan merah sehingga di kenal sebagai “nila hitam” dan “nila merah”. Tubuh nila
hitam berwarna kehitaman, makin ke perut makin terang. Mempunyai garis
vertical 9-11 buah berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor terdapat 6-a12 garis
melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan, sedangkan punggungnya
terdapat garis-garis miring. Nila merah mempunyai warna tubuh merah, termasuk
sirip-siripnya, atau merah pada bagian punggu dang putih kemerahan pada
bagiai perut (Ghurfan dan kordi, 2010).
Kebiasaan Hidup
Habitat nila adalah di air tawar, seperti sungai, danau, waduk, dan rawarawa, tetapi karena tolerasinya yang luas terhadap salinitas (euryhaline)
sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Salinitas yang
cocok untuk nila dan mujair adalah 0-35 ppt (part per thousand), namun salinitas
yang memungkinkan nilai tumbuh optimal adalah 0-30 ppt. nilai masih dapat
hidup pada salinitas 31-35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat. Selain itu, pH air
yang cocok adalah 6-8,5 (Ghurfan dan kordi, 2010).
Kebiasaan Makan
Makanan nila berupa plankton, perifiton, serta tumbuh-tumbuhan lunak,
seperti hydrilla, ganggang sutera, dan klekap. Kebiasaan makan nila berbeda
sesuai dengan tingkatan umurnya. Benih ikan lebih suka memakan zooplankton.
Ikan dewasa memiliki kemampuan mengumpulkan makanan diperairan dengan
bantuan mucus (lender) dalam mulutnya. Makanan tersebut membentuk
gumpalan partikel sehingga tidak mudah keluar. Ikan-ikan kecil di perairan alami
mencari makanan dibagian perairan yang dangkal, sedangkan ikan-ikan yang
berukuran
lebih
besar
mencari
makan
diperairan
yang
dalam (Ghufran dan Kordi, 2010).
Siklus Hidup
Sejak berumur 4 bulan, nila sudah dapat memijah, bila tidba saatnya
memijah induk jantan membuat sarang berbentuk cekungan didasar perairan
yang diameternya sekitar 30-50cm. Kemudian induk jantan menggiring induk
betina masuk kedalam sarang yang telah dibuat (Ghufran dan Kordi, 2010).
Telur ikan nila berbentuk bulat dan berwarna kekuningan dengan
diameter sekitar 2,8 mm. Sekali memijah, seekor induk betina mengeluarkan
telur sebanyak 250-1.500 butir. Induk betina mengerami telur dalam mulut
selama 6-7 hari. Selama mengeram dan mengasuh anaknya, tubuh induk betina
sangat kurus karena kurangnya kesempatan untuk makan. Ketika telur baru
menetas, larva nila masih memiliki kuning telur (yolk sack) dan masih berada di
dalam mulut induknya. Selama 4-5 hari, kuning telur habis terserap dan larva
sudah dapat berenang keluar dari mulut induknya, namun karena masih lemah
sehingga masih harus selalu diawasi oleh induknya (Ghufran dan Kordi, 2010).
Ikan Mas Koki (Carassius auratus)
Gambar 2. Ikan Mas Koki (Carassius auratus) (Susanto, 1989).
Klasifikasi
Menurut Susanto (1989) KlasifikasiIkan Mas Koki (Carassius auratus)
yaitu sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Kelas
: Osteichthyes
Ordo
: Ostariophysoidei
Family
: Cyprinidae
Genus
: Carrasius
Spesie
: Carrasius auratus
Morfologi
Bentuk tubuh masih gendut (bulat) dengan bentuk kepala yang lancip.
Yang menonjol dari ikan mas koki yang satu ini bentuk ekornya yang mirip kipas
dan warna tubuhnya yang merah cerah kecuali bagian perut merah kemilau
seperti emas. Lalu ada varietasyang di juluki red cap. Bentuknya seperti oranda,
bedanya ia memiliki ekor berbentuk kipas seperti fantail, berwarna putih bersih,
kecuali kepala yang ditutupi oleh warna merah (red cap) (Susanto, 1989).
Kebiasaan Makan
Ikan Mas Koki termasuk ikan omnivora, yakni makanan berbagai jenis
makanan. Karena itu, ikan Mas Koki dikenal sebagai ikan hias yang rakus. Ikan
ini juga tidak menyerang sesamanya, tetapi kurang menyayangi anaknya.
Biasanya setelah bertelur induk ikan Mas Koki tidak mau mengasuh
anak-anaknya. Bahkan, jika sedang lapar, induk ikan Mas Koki akan memangasa
anak-anaknya sendiri. Ikan Mas Koki hanya menyantap makanan yang berada
didasar perairan. Karena itu, dasar kolam atau akuarium sebaiknya tidak
berpasir. Jika dasar kolam atau akuarium berpasir, maka ikan Mas Koki akan
mengaduk-aduknya sehingga akan berantakan dan airnya menjadi keruh.
Tanaman air juga makanan kerusakan ikan mas koki. Tanaman air yang paling
disukai ikan Mas Koki adalah yang berdaun lebar dan lunak. Karena itu, jika ingin
menggunakan tanaman air, sebaiknya pilih yang berdaun panjang dan
keras (Bachtiar, 2005).
Siklus Hidup
Menurut Watson et al. (2004) dalam Bachtiar (2005) siklus hidup ikan
mas koki mudah diamati. Setelah penetasan oleh induk dilakukan, Ikan Mas Koki
(Carassius auratus) mulai berenang pada umur 2-3 hari, ketika itu ukuran
tubuhnya masih sebesar jarum pentul. Tubuhnya akan terus bertambah besar
setiap harinya. Pada usia 2 minggu, ikan Mas Koki dapat mencapai ukuran 1 cm
dan pada usia 1 bulan mencapai 2 cm serta mulai ditutupi oleh sisik pada bagian
tubuhnya. Pemijahan
dapat
dilakukan
ketika ikan Mas Koki (Carassius
auratus) sudah berusia 7 - 8 bulan, tetapi yang terbaik adalah hasil pemijahan
yang diperoleh dari induk yang telah berumur 2 tahun. Rata -rata umur mas
koki adalah 20 tahun, bahkan pernah ditemukan mas koki dengan umur
terpanjang yaitu 28 tahun.
Ikan Giru (Amhiprion pelcuta)
Gambar 3. Ikan Giru (Amhiprion pelcuta) (Zipcodezoo, 2014)
Klasifikasi
Klasifikasi Ikan Giru ( Amphiprion pelcuta):
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Perciformes
Famili
: Pomacentridae
Genus
: Amphiprion
Spesies
: Amphiprion pelcuta (Zipcodezoo, 2014)
Kebiasaan Hidup
Ikan giru hidupnya selalu dekat dengan anemon. Keduanya dapat
bekerjasama saling menguntungkan. Ikan klon dapat berlindung dari serangan
ikan lain dengan bersembunyi di anemon sedangkan anemon bias memperoleh
makanan dari ikan klon (Susanto, 2004).
Ikan giru senang bermain di belalai anemon. Anemon merupakan teman
utama yang harus ada bila ngin memelihara ikan klon di akuarium. Anemon yang
disukai ikan giru biasanya anemon piring dan anemon putih dalam sebuah piring
anemon terdapat beberapa ekor anemon. Jika populasinya padat. Sesama ikan
klon akan berkelahi berebut tempat tinggal (Susanto, 2004).
Kebiasaan Makan
Ikan Giru (Amphiprion ocellaris) gerakannya lambat sehingga kesulitan
berburu makanan untuk melangsungkan kehidupannya. Dimana Ikan Giru
(Amphiprion ocellaris) makanannya berupa daging udang dan daging ikan dalam
bentuk potongan (Susanto, 2004).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Osmoregulasi dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Oktober 2014
pada pukul 15.45-18.00 WITA di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Jurusan
Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Osmoregulasi dapat
dilihat pada tabel 1 dan 2.
Tabel 1. alat yang digunakan beserta fungsinya adalah sebagai berikut:
No Alat
Jumlah
Fungsi
1
Refraktormeter
1 buah
Mengukur kadar salinitas
2
Gelas ukur
1 buah
Mengukur jumlah air
3
Toples kaca
12 buah
Wadah sampel
4
Stopwatch
4 buah
Menghitung waktu
5
Ember
1 buah
Wadah saat pengenceran
Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta fungsing adalah sebagai berikut:
No Bahan
Jumlah
Fungsi
1
Ikan Mas Koki
12 ekor
Sampel ikan air payau
(Carassius auratus)
2
Ikan Nila
12 ekor
Sampel ikan air tawar
(Oreochromis niloticus)
3
Ikan Giru
12 ekor
Sampel ikan air laut
(Amhiprion pelcuta)
4
Air tawar
2000 ml
Media hidup ikan air tawar
5
Air laut
2000 ml
Media hidup ikan air laut dan
meningkaikan salinitas air
6
Air payau
6000 ml
Media hidup ikan air laut dan
menurunkan salinitas air
7
Tissue
1bungkus
Bahan untuk membersihkan
alat
Prosedur Kerja
Air tawar (0 ppt)
Siapkan 3 buah toples, Kemudian masukkan air tawar sebanyak 2000
ml/toples ke dalam ketiga buah toples tersebut. Selanjutnya sampel dimasukkan
secara bersamaan.Tiga toples air tawar masing-masing diisi tiga ekor ikan air
tawar. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples
dengan interval waktu 3 kali 15 menit.
Air payau (10 ppt)
Siapkan 3 buah toples Kemudian masukkan air laut sebanyak 2000 ml/toples
yang sebelumnya dilakukan pengenceran dari salinitas 30 ppt sampai 10 ppt
dengan volume air laut sebanyak 6.000 ml dengan penambahan air tawar
sebanyak 4.000 ml. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan.Tiga
toples air laut masing-masing diisi tiga ekor ikan air laut. Setelah itu dilakukan
pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples dengan interval waktu 3
kali 15 menit.
Air payau (20 ppt)
Siapkan 3 buah toples Kemudian masukkan air laut sebanyak 2000 ml/toples
yang sebelumnya dilakukan pengenceran dari salinitas 30 ppt sampai 20 ppt
dengan volume air laut sebanyak 3.500 ml dengan penambahan air tawar
sebanyak 2.500 ml. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan.Tiga
toples air laut masing-masing diisi tiga ekor ikan air laut. Setelah itu dilakukan
pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples dengan interval waktu 3
kali 15 menit.
Air laut (30 ppt)
Siapkan 3 buah toples. Kemudian masukkan air laut dengan salinitas 30 ppt
sebanyak 2000 ml/toples ke dalam ketiga buah toples tersebut. Selanjutnya
sampel dimasukkan secara bersamaan.Tiga toples air tawar masing-masing diisi
tiga ekor ikan air tawar. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap perilaku ikan
dari setiap toples dengan interval waktu 3 kali 15 menit.
Analisis Data
Dalam analisis data, untuk pengenceran (molaritas) digunakan rumus :
M1 . V1 = M2 . V1
Keterangan : M1 = Konsentrasi garam terlarut awal (ppt)
M2 = Konsentrasi garam terlarut yang diiginkan
V1 = Volume pengenceran awal
V2 = Volume pengenceran akhir
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama praktikum, maka data
yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 3, 4, dan 5
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Tabel 3. Hasil Pengamatan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
No
Salinitas Waktu
Tingkah laku ikan
1
0 ppt
15 menit pertama
Berenang aktif dan mengeluarkan
Air tawar
feses
15 menit kedua
Berenang aktif diatas permukaan
15 menit ketiga
Berenang aktif diatas permukaan
dan membutuhkan oksigen
2
10 ppt
15 menit pertama
Berenang aktif dan mengeluarkan
Air payau
feses
15 menit kedua
Masih berang aktif dan
mengeluarkan lebih banyak feses
15 menit ketiga
Pergerakan mulai pasif dan
menguap-guap
3
20 ppt
15 menit pertama
Berenang aktif dan naik
Air payau
kepermukaan
15 menit kedua
Pergerakan mulai pasif dan tetap
berada di permukaan
15 menit ketiga
Masih berada dipermukaan sambil
menguap-guap
4
30 ppt
15 menit pertama
Pergerakan pasif berada didasar air
Air laut
15 menit kedua
Masih berenang pasif dan posisi
tubuhnya berada di pinggir toples
15 menit ketiga
Posisi tubuhnya masih berada
dipinggiran toples dan mengeluarkan
feses
Ikan Mas Koki ( Carassius auratus)
Tabel 4. Hasil Pengamatan Ikan Mas Koki ( Carassius auratus)
No
Salinitas
Waktu
Tingkah Laku
1
0 ppt
15 menit pertama
Aktif berenag didasar air
Air tawar 15 menit kedua
Aktif didasar air dan mengeluarkan
feses
15 menit ketiga
Pergerakan masih aktif didasar dan
stabil
2
10 ppt
15 menit pertama
Berenag aktif di prmukaan
Air payau 15 menit kedua
Berenag mulai pasif dan
mengeluarkan feses
15 menit ketiga
Pergerakan mulai lambat
dipermukaan dan mengalami stress
3
20 ppt
15 menit pertama
Pergerakan sangat cepat dan gesit
Air payau
15 menit kedua
45 menit ketiga
4
30 ppt
Air laut
15 menit pertama
30 menit kedua
45 menit ketiga
Masih berenang cepat dan
mengeluarkan feses
Pergerakannya mulai pasif dan tidak
tenang
Berenang sangat lambat
dipermukaan
2 ekor mengapung di atas permukaan
dan tidak stabil, 1 ekor ikan mati
Ketiga ikan ekor mati da warna air
semakin menjadi keruh
Ikan Giru (Amphiprion ocellaris)
Tabel 5. Hasil Pengamatan Ikan Giru (Amphprion ocellaris)
No
Salinitas
Waktu
Tingkah Laku
1
0 ppt
15 menit pertama Berenag aktif di permukaan
30 menit kedua
Telah mengalami kematian
Air tawar
45 menit ketiga
Warna air mulai memudar
2
10 ppt
15 menit pertama Berenang aktif di dasar
30 menit kedua
Berenag aktif dan mulai naik
Air payau
kepermukaan
45 menit ketiga
Pergerakannya lambat dan mulai
mengalami sterss
3
20 ppt
15 menit pertama Bergerak aktif
30 menit kedua
Bergerak aktif dan berada di dasar
Air payau
45 menit ketiga
Pergerakanya normal
4
30 ppt
15 menit pertama Bergerak aktif
30 menit kedua
Bergerak aktif di permukaan air
Air laut
45 menit ketiga
Bergerak aktif dan banyak
menegluarkan feses
Pembahasan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Air Tawar (0 ppt)
Hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan
nila Oreocromis niloticus yang dimasukkan kedalam air tawar 0 ppt diperoleh
bahwa pada 15 menit pertama ikan berenang aktif dan mengeluarkan feses,
pada 15 menit kedua ikan tetap berenang aktif diatas permukaan dan
mengeluarkan lebih banyak feses, dan pada 15 menit ketiga ikan tetap berenang
aktif diatas permukaan dan membutuhkan oksigen. Hal ini dikarenakan ikan nila
mampu beradaptasi dengan lingkungan yang salinitas 0 ppt dan terhadap
perubahan air. Hal tersebut dimungkinkan karena pada perlakuan media 0 ppt
tekanan osmotik lingkungan perairan lebih rendah dibandingkan dengan tekanan
osmotik cairan tubuh ikan, akibatnya ikan cenderung banyak mengeluarkan
energi untuk proses osmoregulasi (Rosdianasari et al., 2010)
Air Payau (10 ppt)
Hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan
nila Oreocromis nilotisus yang dimasukkan kedalam air tawar 10 ppt diperoleh
bahwa pada 15 menit pertama berenang aktif dan mengeluarkan feses, pada 15
menit kedua masih berang aktif dan mengeluarkan lebih banyak feses dan pada
15 menit ketiga pergerakan ikan mulai pasif dan mulut mulai mengap-mengap.
Menurut Watanabe et al
(1992) dalam Susilo et al (2012) medium
dengan salinitas 10 ppt kapasitas osmoregulasinya mendekati atau berkisar satu
baik ikan yang ditempatkan pada temperatur air 26° C maupun 30° C, yang
bermakna bahwa osmolalitas plasma darahnya hampir sama dengan osmolalitas
medium hidupnya. Pada kondisi demikian ikan tidak memerlukan banyak usaha
untuk melakukan regulasi osmotik internalnya, karena ikan berada pada kondisi
isoosmotik.
Air Payau (20 ppt)
Hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan
nila Oreocromis niloticus yang dimasukkan kedalam air tawar 20 ppt diperoleh
bahwa pada 15 menit pertama berenang aktif dan naik kepermukaan, pada 15
menit kedua Pergerakan mulai pasif dan tetap berada di permukaan dan pada 15
menit ketiga masih berada dipermukaan sambil mengap-mengap.
Menurut Watanabe et al (1992) dalam Susilo et al (2012) nilai kapasitas
osmoregulasi sedikit mengalami penurunan pada ikan yang ditempatkan di
medium dengan salinitas 20 ppt, karena osmolalitas plasmanya lebih rendah dari
pada osmolalitas mediumnya. Perbedaan kapasitas osmoregulasi pada ikan nila.
Pengaturan osmotik yang dilakukan pada salinitas 20 ppt praktis sedikit berbeda
dibandingkan dengan ikan yang ditempatkan di salinitas 10 ppt. Namun,
pengaturan osmotik di lingkungan salinitas 20 ppt, berlawanan dengan ikan yang
ditempatkan di salinitas 0 ppt (air tawar).
Air Laut 30 (ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan
sampel ikan nila Oreocromis niloticus yang dimasukkan kedalam air tawar 30 ppt
diperoleh bahwa pada 15 menit pertama pergerakan pasif berada didasar air,
pada 15 menit kedua masih berenang pasif berada didasar dan sesekali
berenang pada permukaan air dan pada 15 menit ketiga ikan mulai melemah dan
pergerakan tidak normal dan akhirnya ketiga-tiga ikan tersebut mati.
Hal ini menyebabkan bahwa ikan nila pada salinitas 30 ppt tidak mampu
beradapatasi karena habitat asli ikan nila di air payau dan ikan tersebut mati
karena memang dari awal sebelum praktikum dimulai ikan sudah mengalami
stress sebelum dimasukkan dalam air laut salinitas 30 ppt (Fujaya, 2008).
Ikan Mas Koki (Carrasius auratus)
Air tawar (0 ppt)
Hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan
mas koki carrsius auratus yang dimasukkan ke dalam air tawar (0 ppt) dapat
diperoleh bahwa pada 15 menit pertama pergerakan ikan aktif didasar air, pada
15 menit kadua ikan mas koki masih bergerak dengan aktif dan mengeluarkan
feses, dan pada 15 menit ketiga tingkah laku ikan masih normal dan pergerakan
aktif dan stabil di dasar dan sesekali berenang di atas permukaan.
Pada ikan mas koki aktif pada menit ke 15 pertama dan tetap aktif sampai
pada 15 menit ketiga. Proses osmoregulasi pada ikan tersebut berjalan dengan
normal dan terjadi keseimbangan antara subtansi tubuh dan lingkungannya serta
habitat asil ikan mas koki memang di air tawar. Hal ini sesuai dengan pendapat
Fujaya (2008) yang menyatakan bahwa teleostei air tawar bersifat hiprosmotik
terhadap lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk kedalam tubuh dan
ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi.
Air Payau (10 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada
salinitas 10 ppt yaitu pada 15 menit pertama ikan Mas Koki berenang aktif di
permukaan, 15 menit kedua pergerakan mulai pasif dan mengeluarkan feses,
dan 15 menit ketiga, pergerakan mulai lambat dipermukaan dan mengalami
stress. Pada keadaan ini, ikan mas koki tidak dapat mentolerir perubahan
salinitas.
Sehingga
ikan
mas
koki
termasuk
stenohaline
yaitu
sifat
organisme yang kemampuannya terbatas dalam mentolerir perubahan salinitas.
Air Payau (20 ppt)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada salinitas 20 ppt, pada 15
menit pertama pergerakan sangat cepat dan gesit, 15 menit kedua masih
berenang cepat dan mengeluarkan feses dan pada 15 menit ketiga.
Pergerakannya mulai pasif dan tidak tenang. Hal ini terjadi karena tidak ikan mas
koki tidak dapat mentolerir perubahan salinitas yang semakin meningkat.
Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuhnya, ikan teleostei potadrom
berosmoregulasi dengan cara minum sedikit atau tidak minum sama sekali dan
akan memproduksi sejumlah urine sehingga dapat menyebabkan
dehidrasi bagi ikan tersebut (Fujaya, 2008).
Air Laut (30 ppt)
Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada
salinitas 30 ppt, pada 15 menit pertama ikan berenang sangat lambat
dipermukaan, 15 menit kedua 2 ekor mengapung di atas permukaan dan
berenang tidak stabil, 1 ekor ikan mati, dan pada 15 menit ketiga Ketiga ikan
ekor mati. Warna air semakin menjadi keruh.
Hal ini disebabkan pada ikan potadrom yang bersifat hiperosmotik
terhadap lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk kedalam tubuh dan
ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Untuk menjaga keseimbangan
cairan tubuhnya, teleostei potadrom berosmoregulasi dengan cara minum sedikit
atau tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat mengurangi
air tersebut dengan cara membuangnya dalam bentuk urin (Fujaya, 2008).
Ikan Giru(Amphiprion lamprichii)
Air Tawar (0 ppt)
Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada salinitas 0
ppt, pada 15 menit pertama bereang aktif di permukaan, pada 30 menit telah
mengalami kematian dan 45 menit permuakaan air tersebut mulai keruh. Hal ini
menandakan bahwa ikan giru pada dasarnya itu memiliki daya tahan tubuh lebih
tinggi karena ikan giru lebih banyak mengeluarkan air dari kulitnya dan mampu
menyerap
garam-garam
masuk
kedalam
tubuhnya
melalui
proses
difusi (Fujaya, 2008).
Air Payau (10 ppt)
Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada
salinitas 10 ppt, pada 15 menit berenang aktif didasar, pada 30 menit berenang
aktif dan mulai naik ke permukaan dan pada 45 menit Berenang sedikit lambat
dan mulai stres. Hal ini terjadi karena cairan tubuh secara alami akan mengalir
dari dalam tubuh ikan air laut sehingga ikan air laut mengeluarkan garam garam
dari kulit dan masuk melalui mulutnya.
Air Payau (20 ppt)
Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada
salinitas 20 ppt, pada 15 menit pergerakannya aktif, pada 30 menit bergerak
aktif dan berada didasar dan pada 45 menit pergerakannya normal. Hal ini terjadi
karena ikan giru dapat beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan yang baru
dan salinitas 20 ppt sudah cukup baik untuk ikan giru.
Air Laut (30 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan ikan giru pada 15 menit sampai 45 menit
ikan tersebut pergerakannya aktif di dasar maupun di permukaan air, dan
pergerakannya normal dan stabil. Hal ini dikarenakan karna ikan giru tersebut
habitat hidupnya di air laut. Hal ini menunjukkan bahwa parameter kualitas air
yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan giru menurut Anonim (2009) dalam
Sinta (2013), yaitu salinitas 30 - 32 ppt.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pada praktikum
osmoregulasi merupakan suatu proses untuk penyeimbangan air dan ion antara
tubuh dan lingkungannya, atau suatu proses pengaturan tekanan osmose. Hal ini
penting dilakukan, terutama oleh organisme perairan karena harus terjadi
keseimbangan antara tubuh dan lingkungannya.
Ikan mas koki pada saat di tempatkan pada salinitas 0 ppt, 10 ppt, 20
ppt, dan 30 ppt, ikan mas koki hanya dapat bertahan hidup pada salinitas 0 ppt
(air tawar) pada saat di tempatkan di salinitas 10 ppt, 20 ppt, dan 30 ppt, ikan
mas koki akan mati. Habitat ikan mas koki hidup di air tawar dan tidak mampu
hidup di air payau maupun air laut.
Ikan nila pada saat di tempatkan pada salinitas 0 ppt, 10 ppt, 20 ppt, dan
30 ppt, ikan nila hanya dapat bertahan hidup pada salinitas 10 ppt dan 30 ppt (air
payau) pada saat di tempatkan di salinitas 0 ppt dan 30 ppt, ikan nila akan mati.
Kebanyakan ikan nila hidup di air tawar dan payau, dan jika di tempatkan di air
laut maka ikan tersebut harus mengalami osmoregulasi
Ikan giru pada saat di tempatkan pada salinitas 0 ppt, 10 ppt, 20 ppt, dan
30 ppt, ikan giru hanya dapat hidup pada salinitas 30 ppt (air laut) pada saat di
tempatkan di salinitas 0 ppt, 10 ppt, dan 20 ppt, ikan giru akan mati. Ikan giru
dapat hidup didalam akuarium asal ditemani anemon.
Saran
Laboratorium
Saran untuk Laboratorium sebanyaiknya
memberikan peralatan dan
bahan yang lebih lengkap untuk memperlancar percobaan yang akan dilakukan.
Asisten
Muh. Takwier Makmur S.Pi
Sebaiknya kakak lebih banyak menjelaskan dan memberi arahan pada
saat praktikum dilaksanakan.
Rahmatul Istiqomah
Sebaiknya kakak lebih banyak menjelaskan dan memberi arahan pada saat
praktikum dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Astuti, N., Aisya, N., Maryam, Wana, S. 2005. Konsumsi Oksigen pada
Ikan Mas Koki. Universitas Riau. Pekanbaru.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Tehnik Perikanan. Penerbit
Rineka cipta: Jakarta.
Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Tehnik Perikanan. Penerbit
Rineka cipta: Jakarta.
Ghufran, M. dan Kordi, K. 2010. Nikmat Rasanya, Nikmat Untungnya Pintar
Budidaya Ikan di Tambak Secara Intensif. Lily Publisher. Yogyakarta.
Ghufran, M. dan Kordi, K. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di
Kolam Terpal. Lily Puplisher. Yogyakarta.
Isnaeni, W.
2006. Fisiologi Hewan. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI).
Yogyakarta.
Juawana, S.
2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut.
Djambatan. Jakarta.
Rosdianasari, S., Syakirin, M. B., Komariyah. Perbedaan Salinitas Media
Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan Benih Ikan Nila Gift.
Universitas Pekalongan. Pekalongan.
Sinta, Rahman, H., Husan, I. Laporan Ikan Giru. Universitas Padjadjaran.
Jatinangor.
Susanto,H. 1989. Ikan Hias Air Tawar. PT. Penebar Swadaya, Anggota IKAPI.
Jakarta pusat.
Susanto,H. 2004. Ikan Hias Air Tawar. PT. Penebar Swadaya, Anggota IKAPI.
Jakarta pusat.
Susilo, U., Meilina, W., Ida, S. S. B. 2012. Regulasi Osmotok dan Nila
Hematokrit Ikan Nila pada Medium dengan Salinitas dan Temperatur
Air Berbeda. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Www. Zipcoodezoo.com. diakses pada tanggal 17 November 2014
Lampiran
Air Payau (10 ppt)
Diketahui
Ditanyakan
Penyelesaian
M1
M2
V1
V2
= 32 ppt
= 10 ppt
= 2000 ml
=....?
M1 . V1
32 . 2000
8000
V2
V2
Untuk air tawar
= M2 . V2
= 10 . V2
= 10. V2
= 64000/10
= 6400 ml Untuk air laut
= V2- V1
= 6400 - 2000
= 4400
Air Payau (20 ppt)
Diketahui.
M1 = 32 ppt
M2 =20 ppt
V1 = 2000 ml
Ditanyakan V2 = . . . . ?
Penyelesaian.
M1 . V1
= M2 . V2
32 . 2000 = 20 . V2
64000 = 20. V2
V2
= 64000/20
V2
= 3200 ml Untuk air laut
Untuk air tawar
= V2- V1
= 3200 - 2000
= 1200 ml
Air Laut (30 ppt)
Diketahui.
Ditanyakan
Penyelesaian.
M1
M2
V1
V2
= 32 ppt
=30 ppt
= 2000 ml
=....?
M1 . V1
32 . 2000
64000
V2
V2
Untuk air tawar
= M2 . V2
= 30 . V2
= 30. V2
= 64000/30
= 2133 ml Untuk air laut
= V2- V1
= 2133 - 2000
= 133 ml
FISIOLOGI ORGANISME AKUAKULTUR
OSMOREGULASI
OLEH:
NAMA
STAMBUK
KELOMPOK
ASISTEN
: HASLINDA
: L221 13 009
: VII (TUJUH)
: - MUH. TAKWIER MAKMUR S.PI
- RAHMATUL ISTIQOMAH
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara maritime atau kepulauan yang
sebagian besar wilayahnya berupa perairan laut. Indonesia merupakan Negara
kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau, dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km. luas laut sekitar 3,1 km2 perairan Nusantara. Indonesia
sebagai Negara kepulauan terletak di antara samudra Pasifik dan samudra
Hindia dan mempunyai tatanan geografis laut yang rumit dilihat dari topografi
dasar lautnya (Juwana, 2001).
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan
berkembang. Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan
dengan penangkapan, pemeliharaan, dan pembudidayaan ikan. Ilmu perikanan
sangat
membantu
pencapaian
sasaran
pembangunan
nasional,
yakni
masyarakat maritim yang mandiri. Karenanya ilmu perikanan harus terus dikaji
dan dikembangkan sebagai ujung tombak pengembangan dan penerapan
teknologi perikanan (Fujaya, 2004).
Fisiologi hewan mempelajari berbagai gejala pada hewan dan usaha
mereka untuk bertahan serta menanggapi rangsang dari ingkungan eksternal.
Pengetahuan mengfungsi muncul bersama dengan munculnya pengetahuan
tentang hidup/kehidupan. Hidup merupakan sesuatu system dinamis yang
melibatkan
interaksi
terus
menerus
antara
organisme
dan
lingkungannya (Isnaeni, 2006).
Osmoregulasi yaitu upaya mengontrol keseimbangan air dan ion antara
tubuh dan lingkungannya atau suatu proses pengaturan tekanan osmose.
Kemampuan ikan untuk beradaptasi atau mengontrol keseimbangan air dan ion
dapat berjalan normal bila berlangsung secara alamiah atau bertahap. Osmosis
adalah
difusi
atau
aliran
substansi-substansi
melalui
suatu
membran (Ghufran dan Kordi, 2008).
Proses osmoregulasi menggunakan tiga pola regulasi ion dan air yaitu
hiperosmotik, hipoosmotik dan isoosmotik. Hiperosmotik merupakan pengaturan
secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media,
misalnya pada potadrom (ikan air tawar). Hipoosmotik merupakan pengaturan
secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media,
misalnya pada ikan oseandrom (ikan air laut). Sedangkan isoosmotik merupakan
bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan konsentrasi media, misalnya ikanikan yang hidup pada daerah estuary (Fujaya, 2008).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, osmoregulasi merupakan
proses merupakan upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion
antara tubuh dan lingkungannya, maka penting di pelajari osmoregulasi.
Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum mengenai Osmoregulasi yaitu untuk mengetahui
tingkah laku dan adaptasi ikan, baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan
air laut yang dimana diuji pada media yang sama tetapi mempunyai kadar
salinitas yang berbeda.
Kegunaan dari praktikum mengenai Osmoregulasi yaitu agar mahasiswa
dapat mengetahui bagaimana proses osmoregulasi ikan air tawar, ikan air payau
dan ikan air laut jika diuji pada kadar salinitas yang berbeda-beda (0 ppt, 10 ppt,
20 ppt, dan 30 ppt).
II TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (Laboratorium, 2014).
Klasifikasi
Klasifikasi Ikan nila Oreochromis niloticus, yaitu :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Osteichthyes
Order
: Perciformes
Family
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis niloticus (www.zipcodezoo.com)
Morfologi
Bentuk badan ikan nila (Oreocromis niloticus) pipih kesamping
memanjang, sedangkan warna warna tubuh ikan nila umumnya putih kehitaman
dan merah sehingga di kenal sebagai “nila hitam” dan “nila merah”. Tubuh nila
hitam berwarna kehitaman, makin ke perut makin terang. Mempunyai garis
vertical 9-11 buah berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor terdapat 6-a12 garis
melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan, sedangkan punggungnya
terdapat garis-garis miring. Nila merah mempunyai warna tubuh merah, termasuk
sirip-siripnya, atau merah pada bagian punggu dang putih kemerahan pada
bagiai perut (Ghurfan dan kordi, 2010).
Kebiasaan Hidup
Habitat nila adalah di air tawar, seperti sungai, danau, waduk, dan rawarawa, tetapi karena tolerasinya yang luas terhadap salinitas (euryhaline)
sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Salinitas yang
cocok untuk nila dan mujair adalah 0-35 ppt (part per thousand), namun salinitas
yang memungkinkan nilai tumbuh optimal adalah 0-30 ppt. nilai masih dapat
hidup pada salinitas 31-35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat. Selain itu, pH air
yang cocok adalah 6-8,5 (Ghurfan dan kordi, 2010).
Kebiasaan Makan
Makanan nila berupa plankton, perifiton, serta tumbuh-tumbuhan lunak,
seperti hydrilla, ganggang sutera, dan klekap. Kebiasaan makan nila berbeda
sesuai dengan tingkatan umurnya. Benih ikan lebih suka memakan zooplankton.
Ikan dewasa memiliki kemampuan mengumpulkan makanan diperairan dengan
bantuan mucus (lender) dalam mulutnya. Makanan tersebut membentuk
gumpalan partikel sehingga tidak mudah keluar. Ikan-ikan kecil di perairan alami
mencari makanan dibagian perairan yang dangkal, sedangkan ikan-ikan yang
berukuran
lebih
besar
mencari
makan
diperairan
yang
dalam (Ghufran dan Kordi, 2010).
Siklus Hidup
Sejak berumur 4 bulan, nila sudah dapat memijah, bila tidba saatnya
memijah induk jantan membuat sarang berbentuk cekungan didasar perairan
yang diameternya sekitar 30-50cm. Kemudian induk jantan menggiring induk
betina masuk kedalam sarang yang telah dibuat (Ghufran dan Kordi, 2010).
Telur ikan nila berbentuk bulat dan berwarna kekuningan dengan
diameter sekitar 2,8 mm. Sekali memijah, seekor induk betina mengeluarkan
telur sebanyak 250-1.500 butir. Induk betina mengerami telur dalam mulut
selama 6-7 hari. Selama mengeram dan mengasuh anaknya, tubuh induk betina
sangat kurus karena kurangnya kesempatan untuk makan. Ketika telur baru
menetas, larva nila masih memiliki kuning telur (yolk sack) dan masih berada di
dalam mulut induknya. Selama 4-5 hari, kuning telur habis terserap dan larva
sudah dapat berenang keluar dari mulut induknya, namun karena masih lemah
sehingga masih harus selalu diawasi oleh induknya (Ghufran dan Kordi, 2010).
Ikan Mas Koki (Carassius auratus)
Gambar 2. Ikan Mas Koki (Carassius auratus) (Susanto, 1989).
Klasifikasi
Menurut Susanto (1989) KlasifikasiIkan Mas Koki (Carassius auratus)
yaitu sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Kelas
: Osteichthyes
Ordo
: Ostariophysoidei
Family
: Cyprinidae
Genus
: Carrasius
Spesie
: Carrasius auratus
Morfologi
Bentuk tubuh masih gendut (bulat) dengan bentuk kepala yang lancip.
Yang menonjol dari ikan mas koki yang satu ini bentuk ekornya yang mirip kipas
dan warna tubuhnya yang merah cerah kecuali bagian perut merah kemilau
seperti emas. Lalu ada varietasyang di juluki red cap. Bentuknya seperti oranda,
bedanya ia memiliki ekor berbentuk kipas seperti fantail, berwarna putih bersih,
kecuali kepala yang ditutupi oleh warna merah (red cap) (Susanto, 1989).
Kebiasaan Makan
Ikan Mas Koki termasuk ikan omnivora, yakni makanan berbagai jenis
makanan. Karena itu, ikan Mas Koki dikenal sebagai ikan hias yang rakus. Ikan
ini juga tidak menyerang sesamanya, tetapi kurang menyayangi anaknya.
Biasanya setelah bertelur induk ikan Mas Koki tidak mau mengasuh
anak-anaknya. Bahkan, jika sedang lapar, induk ikan Mas Koki akan memangasa
anak-anaknya sendiri. Ikan Mas Koki hanya menyantap makanan yang berada
didasar perairan. Karena itu, dasar kolam atau akuarium sebaiknya tidak
berpasir. Jika dasar kolam atau akuarium berpasir, maka ikan Mas Koki akan
mengaduk-aduknya sehingga akan berantakan dan airnya menjadi keruh.
Tanaman air juga makanan kerusakan ikan mas koki. Tanaman air yang paling
disukai ikan Mas Koki adalah yang berdaun lebar dan lunak. Karena itu, jika ingin
menggunakan tanaman air, sebaiknya pilih yang berdaun panjang dan
keras (Bachtiar, 2005).
Siklus Hidup
Menurut Watson et al. (2004) dalam Bachtiar (2005) siklus hidup ikan
mas koki mudah diamati. Setelah penetasan oleh induk dilakukan, Ikan Mas Koki
(Carassius auratus) mulai berenang pada umur 2-3 hari, ketika itu ukuran
tubuhnya masih sebesar jarum pentul. Tubuhnya akan terus bertambah besar
setiap harinya. Pada usia 2 minggu, ikan Mas Koki dapat mencapai ukuran 1 cm
dan pada usia 1 bulan mencapai 2 cm serta mulai ditutupi oleh sisik pada bagian
tubuhnya. Pemijahan
dapat
dilakukan
ketika ikan Mas Koki (Carassius
auratus) sudah berusia 7 - 8 bulan, tetapi yang terbaik adalah hasil pemijahan
yang diperoleh dari induk yang telah berumur 2 tahun. Rata -rata umur mas
koki adalah 20 tahun, bahkan pernah ditemukan mas koki dengan umur
terpanjang yaitu 28 tahun.
Ikan Giru (Amhiprion pelcuta)
Gambar 3. Ikan Giru (Amhiprion pelcuta) (Zipcodezoo, 2014)
Klasifikasi
Klasifikasi Ikan Giru ( Amphiprion pelcuta):
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Perciformes
Famili
: Pomacentridae
Genus
: Amphiprion
Spesies
: Amphiprion pelcuta (Zipcodezoo, 2014)
Kebiasaan Hidup
Ikan giru hidupnya selalu dekat dengan anemon. Keduanya dapat
bekerjasama saling menguntungkan. Ikan klon dapat berlindung dari serangan
ikan lain dengan bersembunyi di anemon sedangkan anemon bias memperoleh
makanan dari ikan klon (Susanto, 2004).
Ikan giru senang bermain di belalai anemon. Anemon merupakan teman
utama yang harus ada bila ngin memelihara ikan klon di akuarium. Anemon yang
disukai ikan giru biasanya anemon piring dan anemon putih dalam sebuah piring
anemon terdapat beberapa ekor anemon. Jika populasinya padat. Sesama ikan
klon akan berkelahi berebut tempat tinggal (Susanto, 2004).
Kebiasaan Makan
Ikan Giru (Amphiprion ocellaris) gerakannya lambat sehingga kesulitan
berburu makanan untuk melangsungkan kehidupannya. Dimana Ikan Giru
(Amphiprion ocellaris) makanannya berupa daging udang dan daging ikan dalam
bentuk potongan (Susanto, 2004).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Osmoregulasi dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Oktober 2014
pada pukul 15.45-18.00 WITA di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Jurusan
Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Osmoregulasi dapat
dilihat pada tabel 1 dan 2.
Tabel 1. alat yang digunakan beserta fungsinya adalah sebagai berikut:
No Alat
Jumlah
Fungsi
1
Refraktormeter
1 buah
Mengukur kadar salinitas
2
Gelas ukur
1 buah
Mengukur jumlah air
3
Toples kaca
12 buah
Wadah sampel
4
Stopwatch
4 buah
Menghitung waktu
5
Ember
1 buah
Wadah saat pengenceran
Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta fungsing adalah sebagai berikut:
No Bahan
Jumlah
Fungsi
1
Ikan Mas Koki
12 ekor
Sampel ikan air payau
(Carassius auratus)
2
Ikan Nila
12 ekor
Sampel ikan air tawar
(Oreochromis niloticus)
3
Ikan Giru
12 ekor
Sampel ikan air laut
(Amhiprion pelcuta)
4
Air tawar
2000 ml
Media hidup ikan air tawar
5
Air laut
2000 ml
Media hidup ikan air laut dan
meningkaikan salinitas air
6
Air payau
6000 ml
Media hidup ikan air laut dan
menurunkan salinitas air
7
Tissue
1bungkus
Bahan untuk membersihkan
alat
Prosedur Kerja
Air tawar (0 ppt)
Siapkan 3 buah toples, Kemudian masukkan air tawar sebanyak 2000
ml/toples ke dalam ketiga buah toples tersebut. Selanjutnya sampel dimasukkan
secara bersamaan.Tiga toples air tawar masing-masing diisi tiga ekor ikan air
tawar. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples
dengan interval waktu 3 kali 15 menit.
Air payau (10 ppt)
Siapkan 3 buah toples Kemudian masukkan air laut sebanyak 2000 ml/toples
yang sebelumnya dilakukan pengenceran dari salinitas 30 ppt sampai 10 ppt
dengan volume air laut sebanyak 6.000 ml dengan penambahan air tawar
sebanyak 4.000 ml. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan.Tiga
toples air laut masing-masing diisi tiga ekor ikan air laut. Setelah itu dilakukan
pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples dengan interval waktu 3
kali 15 menit.
Air payau (20 ppt)
Siapkan 3 buah toples Kemudian masukkan air laut sebanyak 2000 ml/toples
yang sebelumnya dilakukan pengenceran dari salinitas 30 ppt sampai 20 ppt
dengan volume air laut sebanyak 3.500 ml dengan penambahan air tawar
sebanyak 2.500 ml. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan.Tiga
toples air laut masing-masing diisi tiga ekor ikan air laut. Setelah itu dilakukan
pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples dengan interval waktu 3
kali 15 menit.
Air laut (30 ppt)
Siapkan 3 buah toples. Kemudian masukkan air laut dengan salinitas 30 ppt
sebanyak 2000 ml/toples ke dalam ketiga buah toples tersebut. Selanjutnya
sampel dimasukkan secara bersamaan.Tiga toples air tawar masing-masing diisi
tiga ekor ikan air tawar. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap perilaku ikan
dari setiap toples dengan interval waktu 3 kali 15 menit.
Analisis Data
Dalam analisis data, untuk pengenceran (molaritas) digunakan rumus :
M1 . V1 = M2 . V1
Keterangan : M1 = Konsentrasi garam terlarut awal (ppt)
M2 = Konsentrasi garam terlarut yang diiginkan
V1 = Volume pengenceran awal
V2 = Volume pengenceran akhir
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama praktikum, maka data
yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 3, 4, dan 5
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Tabel 3. Hasil Pengamatan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
No
Salinitas Waktu
Tingkah laku ikan
1
0 ppt
15 menit pertama
Berenang aktif dan mengeluarkan
Air tawar
feses
15 menit kedua
Berenang aktif diatas permukaan
15 menit ketiga
Berenang aktif diatas permukaan
dan membutuhkan oksigen
2
10 ppt
15 menit pertama
Berenang aktif dan mengeluarkan
Air payau
feses
15 menit kedua
Masih berang aktif dan
mengeluarkan lebih banyak feses
15 menit ketiga
Pergerakan mulai pasif dan
menguap-guap
3
20 ppt
15 menit pertama
Berenang aktif dan naik
Air payau
kepermukaan
15 menit kedua
Pergerakan mulai pasif dan tetap
berada di permukaan
15 menit ketiga
Masih berada dipermukaan sambil
menguap-guap
4
30 ppt
15 menit pertama
Pergerakan pasif berada didasar air
Air laut
15 menit kedua
Masih berenang pasif dan posisi
tubuhnya berada di pinggir toples
15 menit ketiga
Posisi tubuhnya masih berada
dipinggiran toples dan mengeluarkan
feses
Ikan Mas Koki ( Carassius auratus)
Tabel 4. Hasil Pengamatan Ikan Mas Koki ( Carassius auratus)
No
Salinitas
Waktu
Tingkah Laku
1
0 ppt
15 menit pertama
Aktif berenag didasar air
Air tawar 15 menit kedua
Aktif didasar air dan mengeluarkan
feses
15 menit ketiga
Pergerakan masih aktif didasar dan
stabil
2
10 ppt
15 menit pertama
Berenag aktif di prmukaan
Air payau 15 menit kedua
Berenag mulai pasif dan
mengeluarkan feses
15 menit ketiga
Pergerakan mulai lambat
dipermukaan dan mengalami stress
3
20 ppt
15 menit pertama
Pergerakan sangat cepat dan gesit
Air payau
15 menit kedua
45 menit ketiga
4
30 ppt
Air laut
15 menit pertama
30 menit kedua
45 menit ketiga
Masih berenang cepat dan
mengeluarkan feses
Pergerakannya mulai pasif dan tidak
tenang
Berenang sangat lambat
dipermukaan
2 ekor mengapung di atas permukaan
dan tidak stabil, 1 ekor ikan mati
Ketiga ikan ekor mati da warna air
semakin menjadi keruh
Ikan Giru (Amphiprion ocellaris)
Tabel 5. Hasil Pengamatan Ikan Giru (Amphprion ocellaris)
No
Salinitas
Waktu
Tingkah Laku
1
0 ppt
15 menit pertama Berenag aktif di permukaan
30 menit kedua
Telah mengalami kematian
Air tawar
45 menit ketiga
Warna air mulai memudar
2
10 ppt
15 menit pertama Berenang aktif di dasar
30 menit kedua
Berenag aktif dan mulai naik
Air payau
kepermukaan
45 menit ketiga
Pergerakannya lambat dan mulai
mengalami sterss
3
20 ppt
15 menit pertama Bergerak aktif
30 menit kedua
Bergerak aktif dan berada di dasar
Air payau
45 menit ketiga
Pergerakanya normal
4
30 ppt
15 menit pertama Bergerak aktif
30 menit kedua
Bergerak aktif di permukaan air
Air laut
45 menit ketiga
Bergerak aktif dan banyak
menegluarkan feses
Pembahasan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Air Tawar (0 ppt)
Hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan
nila Oreocromis niloticus yang dimasukkan kedalam air tawar 0 ppt diperoleh
bahwa pada 15 menit pertama ikan berenang aktif dan mengeluarkan feses,
pada 15 menit kedua ikan tetap berenang aktif diatas permukaan dan
mengeluarkan lebih banyak feses, dan pada 15 menit ketiga ikan tetap berenang
aktif diatas permukaan dan membutuhkan oksigen. Hal ini dikarenakan ikan nila
mampu beradaptasi dengan lingkungan yang salinitas 0 ppt dan terhadap
perubahan air. Hal tersebut dimungkinkan karena pada perlakuan media 0 ppt
tekanan osmotik lingkungan perairan lebih rendah dibandingkan dengan tekanan
osmotik cairan tubuh ikan, akibatnya ikan cenderung banyak mengeluarkan
energi untuk proses osmoregulasi (Rosdianasari et al., 2010)
Air Payau (10 ppt)
Hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan
nila Oreocromis nilotisus yang dimasukkan kedalam air tawar 10 ppt diperoleh
bahwa pada 15 menit pertama berenang aktif dan mengeluarkan feses, pada 15
menit kedua masih berang aktif dan mengeluarkan lebih banyak feses dan pada
15 menit ketiga pergerakan ikan mulai pasif dan mulut mulai mengap-mengap.
Menurut Watanabe et al
(1992) dalam Susilo et al (2012) medium
dengan salinitas 10 ppt kapasitas osmoregulasinya mendekati atau berkisar satu
baik ikan yang ditempatkan pada temperatur air 26° C maupun 30° C, yang
bermakna bahwa osmolalitas plasma darahnya hampir sama dengan osmolalitas
medium hidupnya. Pada kondisi demikian ikan tidak memerlukan banyak usaha
untuk melakukan regulasi osmotik internalnya, karena ikan berada pada kondisi
isoosmotik.
Air Payau (20 ppt)
Hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan
nila Oreocromis niloticus yang dimasukkan kedalam air tawar 20 ppt diperoleh
bahwa pada 15 menit pertama berenang aktif dan naik kepermukaan, pada 15
menit kedua Pergerakan mulai pasif dan tetap berada di permukaan dan pada 15
menit ketiga masih berada dipermukaan sambil mengap-mengap.
Menurut Watanabe et al (1992) dalam Susilo et al (2012) nilai kapasitas
osmoregulasi sedikit mengalami penurunan pada ikan yang ditempatkan di
medium dengan salinitas 20 ppt, karena osmolalitas plasmanya lebih rendah dari
pada osmolalitas mediumnya. Perbedaan kapasitas osmoregulasi pada ikan nila.
Pengaturan osmotik yang dilakukan pada salinitas 20 ppt praktis sedikit berbeda
dibandingkan dengan ikan yang ditempatkan di salinitas 10 ppt. Namun,
pengaturan osmotik di lingkungan salinitas 20 ppt, berlawanan dengan ikan yang
ditempatkan di salinitas 0 ppt (air tawar).
Air Laut 30 (ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan
sampel ikan nila Oreocromis niloticus yang dimasukkan kedalam air tawar 30 ppt
diperoleh bahwa pada 15 menit pertama pergerakan pasif berada didasar air,
pada 15 menit kedua masih berenang pasif berada didasar dan sesekali
berenang pada permukaan air dan pada 15 menit ketiga ikan mulai melemah dan
pergerakan tidak normal dan akhirnya ketiga-tiga ikan tersebut mati.
Hal ini menyebabkan bahwa ikan nila pada salinitas 30 ppt tidak mampu
beradapatasi karena habitat asli ikan nila di air payau dan ikan tersebut mati
karena memang dari awal sebelum praktikum dimulai ikan sudah mengalami
stress sebelum dimasukkan dalam air laut salinitas 30 ppt (Fujaya, 2008).
Ikan Mas Koki (Carrasius auratus)
Air tawar (0 ppt)
Hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan
mas koki carrsius auratus yang dimasukkan ke dalam air tawar (0 ppt) dapat
diperoleh bahwa pada 15 menit pertama pergerakan ikan aktif didasar air, pada
15 menit kadua ikan mas koki masih bergerak dengan aktif dan mengeluarkan
feses, dan pada 15 menit ketiga tingkah laku ikan masih normal dan pergerakan
aktif dan stabil di dasar dan sesekali berenang di atas permukaan.
Pada ikan mas koki aktif pada menit ke 15 pertama dan tetap aktif sampai
pada 15 menit ketiga. Proses osmoregulasi pada ikan tersebut berjalan dengan
normal dan terjadi keseimbangan antara subtansi tubuh dan lingkungannya serta
habitat asil ikan mas koki memang di air tawar. Hal ini sesuai dengan pendapat
Fujaya (2008) yang menyatakan bahwa teleostei air tawar bersifat hiprosmotik
terhadap lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk kedalam tubuh dan
ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi.
Air Payau (10 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada
salinitas 10 ppt yaitu pada 15 menit pertama ikan Mas Koki berenang aktif di
permukaan, 15 menit kedua pergerakan mulai pasif dan mengeluarkan feses,
dan 15 menit ketiga, pergerakan mulai lambat dipermukaan dan mengalami
stress. Pada keadaan ini, ikan mas koki tidak dapat mentolerir perubahan
salinitas.
Sehingga
ikan
mas
koki
termasuk
stenohaline
yaitu
sifat
organisme yang kemampuannya terbatas dalam mentolerir perubahan salinitas.
Air Payau (20 ppt)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada salinitas 20 ppt, pada 15
menit pertama pergerakan sangat cepat dan gesit, 15 menit kedua masih
berenang cepat dan mengeluarkan feses dan pada 15 menit ketiga.
Pergerakannya mulai pasif dan tidak tenang. Hal ini terjadi karena tidak ikan mas
koki tidak dapat mentolerir perubahan salinitas yang semakin meningkat.
Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuhnya, ikan teleostei potadrom
berosmoregulasi dengan cara minum sedikit atau tidak minum sama sekali dan
akan memproduksi sejumlah urine sehingga dapat menyebabkan
dehidrasi bagi ikan tersebut (Fujaya, 2008).
Air Laut (30 ppt)
Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada
salinitas 30 ppt, pada 15 menit pertama ikan berenang sangat lambat
dipermukaan, 15 menit kedua 2 ekor mengapung di atas permukaan dan
berenang tidak stabil, 1 ekor ikan mati, dan pada 15 menit ketiga Ketiga ikan
ekor mati. Warna air semakin menjadi keruh.
Hal ini disebabkan pada ikan potadrom yang bersifat hiperosmotik
terhadap lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk kedalam tubuh dan
ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Untuk menjaga keseimbangan
cairan tubuhnya, teleostei potadrom berosmoregulasi dengan cara minum sedikit
atau tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat mengurangi
air tersebut dengan cara membuangnya dalam bentuk urin (Fujaya, 2008).
Ikan Giru(Amphiprion lamprichii)
Air Tawar (0 ppt)
Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada salinitas 0
ppt, pada 15 menit pertama bereang aktif di permukaan, pada 30 menit telah
mengalami kematian dan 45 menit permuakaan air tersebut mulai keruh. Hal ini
menandakan bahwa ikan giru pada dasarnya itu memiliki daya tahan tubuh lebih
tinggi karena ikan giru lebih banyak mengeluarkan air dari kulitnya dan mampu
menyerap
garam-garam
masuk
kedalam
tubuhnya
melalui
proses
difusi (Fujaya, 2008).
Air Payau (10 ppt)
Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada
salinitas 10 ppt, pada 15 menit berenang aktif didasar, pada 30 menit berenang
aktif dan mulai naik ke permukaan dan pada 45 menit Berenang sedikit lambat
dan mulai stres. Hal ini terjadi karena cairan tubuh secara alami akan mengalir
dari dalam tubuh ikan air laut sehingga ikan air laut mengeluarkan garam garam
dari kulit dan masuk melalui mulutnya.
Air Payau (20 ppt)
Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada
salinitas 20 ppt, pada 15 menit pergerakannya aktif, pada 30 menit bergerak
aktif dan berada didasar dan pada 45 menit pergerakannya normal. Hal ini terjadi
karena ikan giru dapat beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan yang baru
dan salinitas 20 ppt sudah cukup baik untuk ikan giru.
Air Laut (30 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan ikan giru pada 15 menit sampai 45 menit
ikan tersebut pergerakannya aktif di dasar maupun di permukaan air, dan
pergerakannya normal dan stabil. Hal ini dikarenakan karna ikan giru tersebut
habitat hidupnya di air laut. Hal ini menunjukkan bahwa parameter kualitas air
yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan giru menurut Anonim (2009) dalam
Sinta (2013), yaitu salinitas 30 - 32 ppt.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pada praktikum
osmoregulasi merupakan suatu proses untuk penyeimbangan air dan ion antara
tubuh dan lingkungannya, atau suatu proses pengaturan tekanan osmose. Hal ini
penting dilakukan, terutama oleh organisme perairan karena harus terjadi
keseimbangan antara tubuh dan lingkungannya.
Ikan mas koki pada saat di tempatkan pada salinitas 0 ppt, 10 ppt, 20
ppt, dan 30 ppt, ikan mas koki hanya dapat bertahan hidup pada salinitas 0 ppt
(air tawar) pada saat di tempatkan di salinitas 10 ppt, 20 ppt, dan 30 ppt, ikan
mas koki akan mati. Habitat ikan mas koki hidup di air tawar dan tidak mampu
hidup di air payau maupun air laut.
Ikan nila pada saat di tempatkan pada salinitas 0 ppt, 10 ppt, 20 ppt, dan
30 ppt, ikan nila hanya dapat bertahan hidup pada salinitas 10 ppt dan 30 ppt (air
payau) pada saat di tempatkan di salinitas 0 ppt dan 30 ppt, ikan nila akan mati.
Kebanyakan ikan nila hidup di air tawar dan payau, dan jika di tempatkan di air
laut maka ikan tersebut harus mengalami osmoregulasi
Ikan giru pada saat di tempatkan pada salinitas 0 ppt, 10 ppt, 20 ppt, dan
30 ppt, ikan giru hanya dapat hidup pada salinitas 30 ppt (air laut) pada saat di
tempatkan di salinitas 0 ppt, 10 ppt, dan 20 ppt, ikan giru akan mati. Ikan giru
dapat hidup didalam akuarium asal ditemani anemon.
Saran
Laboratorium
Saran untuk Laboratorium sebanyaiknya
memberikan peralatan dan
bahan yang lebih lengkap untuk memperlancar percobaan yang akan dilakukan.
Asisten
Muh. Takwier Makmur S.Pi
Sebaiknya kakak lebih banyak menjelaskan dan memberi arahan pada
saat praktikum dilaksanakan.
Rahmatul Istiqomah
Sebaiknya kakak lebih banyak menjelaskan dan memberi arahan pada saat
praktikum dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Astuti, N., Aisya, N., Maryam, Wana, S. 2005. Konsumsi Oksigen pada
Ikan Mas Koki. Universitas Riau. Pekanbaru.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Tehnik Perikanan. Penerbit
Rineka cipta: Jakarta.
Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Tehnik Perikanan. Penerbit
Rineka cipta: Jakarta.
Ghufran, M. dan Kordi, K. 2010. Nikmat Rasanya, Nikmat Untungnya Pintar
Budidaya Ikan di Tambak Secara Intensif. Lily Publisher. Yogyakarta.
Ghufran, M. dan Kordi, K. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di
Kolam Terpal. Lily Puplisher. Yogyakarta.
Isnaeni, W.
2006. Fisiologi Hewan. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI).
Yogyakarta.
Juawana, S.
2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut.
Djambatan. Jakarta.
Rosdianasari, S., Syakirin, M. B., Komariyah. Perbedaan Salinitas Media
Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan Benih Ikan Nila Gift.
Universitas Pekalongan. Pekalongan.
Sinta, Rahman, H., Husan, I. Laporan Ikan Giru. Universitas Padjadjaran.
Jatinangor.
Susanto,H. 1989. Ikan Hias Air Tawar. PT. Penebar Swadaya, Anggota IKAPI.
Jakarta pusat.
Susanto,H. 2004. Ikan Hias Air Tawar. PT. Penebar Swadaya, Anggota IKAPI.
Jakarta pusat.
Susilo, U., Meilina, W., Ida, S. S. B. 2012. Regulasi Osmotok dan Nila
Hematokrit Ikan Nila pada Medium dengan Salinitas dan Temperatur
Air Berbeda. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Www. Zipcoodezoo.com. diakses pada tanggal 17 November 2014
Lampiran
Air Payau (10 ppt)
Diketahui
Ditanyakan
Penyelesaian
M1
M2
V1
V2
= 32 ppt
= 10 ppt
= 2000 ml
=....?
M1 . V1
32 . 2000
8000
V2
V2
Untuk air tawar
= M2 . V2
= 10 . V2
= 10. V2
= 64000/10
= 6400 ml Untuk air laut
= V2- V1
= 6400 - 2000
= 4400
Air Payau (20 ppt)
Diketahui.
M1 = 32 ppt
M2 =20 ppt
V1 = 2000 ml
Ditanyakan V2 = . . . . ?
Penyelesaian.
M1 . V1
= M2 . V2
32 . 2000 = 20 . V2
64000 = 20. V2
V2
= 64000/20
V2
= 3200 ml Untuk air laut
Untuk air tawar
= V2- V1
= 3200 - 2000
= 1200 ml
Air Laut (30 ppt)
Diketahui.
Ditanyakan
Penyelesaian.
M1
M2
V1
V2
= 32 ppt
=30 ppt
= 2000 ml
=....?
M1 . V1
32 . 2000
64000
V2
V2
Untuk air tawar
= M2 . V2
= 30 . V2
= 30. V2
= 64000/30
= 2133 ml Untuk air laut
= V2- V1
= 2133 - 2000
= 133 ml