T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keterbukaan Diri Terapis Perempuan Kepada Publik: Studi Kasus Manajemen Privasi Komunikasi Terapis Perempuan di Odyseus SPA Semarang T1 BAB V
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada dasarnya semua informasi dalam diri seseorang merupakan privasi
atau kerahasiaan pribadi akan tetapi menjadi mudah diakses dikarenakan individu
tersebut tidak merasa terancam jika orang lain mengetahui informasi privasi
tersebut, karena privasi mampu melindungi individu dari ancaman dalam
lingkungan sosia seperti dikucilkan, disalah gunakan oleh oknum-oknum tidak
bertanggung jawab.
Dalam Proses penyampaian privasi kepada lingkungan sekitar dibutuhkan
sebuah proses yang disebut dengan manajemen privasi. Di dalam manajemen
privasi dijelaskan aspek aspek dalam manajemen privasi, mengapa itu menjadi
sebuah infrmasi bersifat pribadi, mengapa orang lain tida boleh mengakses
informasi tersebut, kenapa kita membolehkan informasi tersebut menjadi mudah
di akses. Berdasarkan penelitian yang ada, disimpulkan:
a.
Kedua narasumber memiliki informasi yang sama yaitu mengenai pekerjaan
dan hubungan rumah tangga yang disebabkan oleh citra buruk mengenai
pekerjaan mereka serta permasalahan rumah tangga merupakan aib sehingga
membuat kedua informasi tersebut bersifat privasi.
b.
Informasi pekerjaan dan hubungan rumah tangga memiliki batasan yang
kolektif dikarenakan ddiketahui oleh lebih dari satu orang.
c.
Krieria berdasakan budaya ditemukan kesamaan engan ppeneiitian yan
dilakukan oleh Geertz dimana budaya Jawa melakukan pertahanan lebih
bersifat psikologis, hal ini terlihat ketika para terapis memebrikan sebuah
senyuman dan menunduk saat bertemu staff dan karyawan Hotel sehingga
terjadi kecanggungan sehingga orang segan untuk bertanay secraa
mendalam.
d.
Latar belakang seseorang menjadi salah satu faktor seseorang membuka diri
atau tidak, dalam lingkungan yang kurang memahami pekerjaan terapis
42
mereka cenderung untuk tidak memberitahu mengenai pekerjaan mereka,
tetapi kepada lingkungan yang sudah memahami atau memiliki wawasan
mengenai spa, mereka cenderung terbuka.
e.
Motivasi pembukaan diri yang dilakuan oleh kedua narasumber terhadap
teman kerja untuk mempererat hubungan mereka, merasa lega serta untuk
mendapatkan pandangan baru terkait isu permasalahan mereka.
f.
Pekerjaan memiliki permeabilitas batasan yang tebal atau tidak mudah
diakses ketika berada di lingkungan sekitar tempat tinggal atau selain tempat
kerja, sedangkan untuk informasi privat terkait hubungan rumah tangga
memiliki batasan yang tipis kepada teman kerja, dikarenakan mereka merasa
teman kerja sudah seperti keluarga.
43
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada dasarnya semua informasi dalam diri seseorang merupakan privasi
atau kerahasiaan pribadi akan tetapi menjadi mudah diakses dikarenakan individu
tersebut tidak merasa terancam jika orang lain mengetahui informasi privasi
tersebut, karena privasi mampu melindungi individu dari ancaman dalam
lingkungan sosia seperti dikucilkan, disalah gunakan oleh oknum-oknum tidak
bertanggung jawab.
Dalam Proses penyampaian privasi kepada lingkungan sekitar dibutuhkan
sebuah proses yang disebut dengan manajemen privasi. Di dalam manajemen
privasi dijelaskan aspek aspek dalam manajemen privasi, mengapa itu menjadi
sebuah infrmasi bersifat pribadi, mengapa orang lain tida boleh mengakses
informasi tersebut, kenapa kita membolehkan informasi tersebut menjadi mudah
di akses. Berdasarkan penelitian yang ada, disimpulkan:
a.
Kedua narasumber memiliki informasi yang sama yaitu mengenai pekerjaan
dan hubungan rumah tangga yang disebabkan oleh citra buruk mengenai
pekerjaan mereka serta permasalahan rumah tangga merupakan aib sehingga
membuat kedua informasi tersebut bersifat privasi.
b.
Informasi pekerjaan dan hubungan rumah tangga memiliki batasan yang
kolektif dikarenakan ddiketahui oleh lebih dari satu orang.
c.
Krieria berdasakan budaya ditemukan kesamaan engan ppeneiitian yan
dilakukan oleh Geertz dimana budaya Jawa melakukan pertahanan lebih
bersifat psikologis, hal ini terlihat ketika para terapis memebrikan sebuah
senyuman dan menunduk saat bertemu staff dan karyawan Hotel sehingga
terjadi kecanggungan sehingga orang segan untuk bertanay secraa
mendalam.
d.
Latar belakang seseorang menjadi salah satu faktor seseorang membuka diri
atau tidak, dalam lingkungan yang kurang memahami pekerjaan terapis
42
mereka cenderung untuk tidak memberitahu mengenai pekerjaan mereka,
tetapi kepada lingkungan yang sudah memahami atau memiliki wawasan
mengenai spa, mereka cenderung terbuka.
e.
Motivasi pembukaan diri yang dilakuan oleh kedua narasumber terhadap
teman kerja untuk mempererat hubungan mereka, merasa lega serta untuk
mendapatkan pandangan baru terkait isu permasalahan mereka.
f.
Pekerjaan memiliki permeabilitas batasan yang tebal atau tidak mudah
diakses ketika berada di lingkungan sekitar tempat tinggal atau selain tempat
kerja, sedangkan untuk informasi privat terkait hubungan rumah tangga
memiliki batasan yang tipis kepada teman kerja, dikarenakan mereka merasa
teman kerja sudah seperti keluarga.
43