DESAIN VIDEO TRAINNING YANG EFEKTIF DALA

Buletin Sosek, Edisi No 20 Tahun ke - 11 April 2008, ISSN 1400 - 4666

DESAIN VIDEO TRAINNING YANG EFEKTIF DALAM
DISEMINASI INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN
DI SULAWESI TENGGARA

Oleh
Iskandar 1)
Email : sikkyach@yahoo.com

ABSTRACT
Most of existence of cacao farmer (85%) live in the villages. Inadequacy
of facilities and infratructures of affiliation between a region and another
region is very far. The geographical condition affect actions of technology
diffusion. the concequence is acceptence of information is very restricted. The
inadequacies are accumulation of geographical and demographic conditions,
and availability of scouts and action frequency in the fields. Of course these
items are influential to equality of farmers skill, firstly the new technologies
those are only known by most of farmers.
The utilizing of new innovations as concerning plants pesticide, if it is
applied to farmes those never know it, for example in Kolaka district. Of

course it will be faced with problems of the innovation characteristics, as a
relative avantage, Compatibility, complexity, Triability, and Observability.
The practical packets of informations those are ready to use, for example is
instructional video, this is information channel that help diffuse informations
of agricultural technology. This research is referred to find out and explain
effectiveness of instructional video in diffusing agricultural informations.
This research concern 60 persons those are divided randomly in three
groups, namely group of instructional video experiment, group of
demostration, and group of controller. Each group consisted of 20 persons.
Datas are analyzed with ANCOVA and Spearman correlation Coeffisient.
Result of the research indicate that instructional video is effective to be used
as a media of diffusion of agricultural informations, serving substance of
enforcing driller insects of cacao (PBK) in instructional video. It cause
knowledge improving effect of farmers. Effectiveness of instructional video
to knowledge improving effect is not determined by personal characteristic,
education and experiences of farmer, and communication behavior. So that
instructional video can be used effectively by farmers with different
communication behaviors ; watching televition, listening radio, reading
newspaper, contacting with scouts, and contacting with farmers.
Key Words : Instructional Video, Technology, Effectiveness, Informations,

1

Staf Pengajar Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari

Buletin Sosek, Edisi No 20 Tahun ke - 11 April 2008, ISSN 1400 - 4666

PENDAHULUAN

Di Sulawesi Tenggara, Kabupaten Kolaka merupakan areal terluas
tanaman kakao, dengan intensitas serangan PBK sangat bervariasi antar
kecamatan areal tanaman Kakao, sebagai contoh Kecamatan Ladongi yang
memiliki produksi Kakao 1.091 kg/ha, setelah terserang Hama PBK menurun
produksinya menjadi 623,50 kg/ha (Sjafaruddin, et al. 2000). Menurut
penelitian Atmawinata (1995) di Indonesia, kerusakan akibat serangan hama
PBK dapat menyebabkan penurunan produksi hingga 82 persen.
Pengendalian hama PBK tersebut telah dilakukan oleh petani sesuai
pengetahuan yang mereka miliki, namun belum menunjukkan hasil sesuai
yang diharapkan. Salah satu cara yang telah diterapkan di Sulawesi
Tenggara adalah penggunaan pestisida nabati dalam mengendalikan hama

PBK. Penggunaan produk tersebut, ternyata cukup efektif dalam mengatasi
permasalahan hama PBK.
Secara geografis, keadaan penduduk (petani) dilakukan dari kota
sampai ke polosok pedesaan, sebagian besar (85%) penduduknya bertempat
tinggal di pedesaan terutama yang berusahatani kakao. Sarana dan prasarana
perhubungan antar satu wilayah dengan wilayah lainnya, menggunakan
transportasi darat. Kondisi geografis tersebut cukup mempengaruhi kegiatankegiatan pembangunan pertanian. Pengaruh ini cukup memberikan dampak
kepada para petani di kedua wilayah pesisir tersebut dan para petani di
pulau-pulau kecil lainnya. Dampak yang paling dirasakan adalah
penerimaan informasi-informasi pertanian masih sangat terbatas.
Keterbatasan tersebut merupakan akumulasi dari kondisi geografis dan
demografis, serta ketersediaan jumlah penyuluh, frekwensi kegiatannya di
lapangan,
dan jangkauan penyuluh di lapangan. Hal ini tentunya
berpengaruh pada pemerataan pengetahuan petani, terutama teknologi baru
yang hanya di ketahui oleh sebagian petani.
Penggunaan inovasi baru seperti pupuk tersebut, bila diterapkan pada
petani yang belum pernah mengenalinya, seperti di Kabupaten Kolaka tentu
akan dihadapkan dengan permasalahan karakteristik inovasi tersebut, seperti
Relative avantage, Compatibility, Complexity, Triability, dan Observability. Hal ini

karena produk tersebut merupakan suatu ide yang nantinya akan melalui
suatu proses mengkomunikasikannya melalui saluran-saluran tertentu dalam
saat tertentu diantara anggota-anggota suatu sistem sosial (para petani).
Permasalahannya, bila inovasi tersebut disebarkan kepada para petani di
Kabupaten Kolaka, akan dihadapkan pada keterbatasan saluran-saluran
komunikasi, dan kondisi geografis. Untuk itu diperlukan pendekatan
komunikasi yang efektif untuk memperkenalkan inovasi tersebut kepada
para petani.
Suatu ide baru ketika diperkenalkan kepada para petani, pendekatan
komunikasi yang efektif adalah menggunakan media massa. Hal ini
dimaksudkan untuk menarik minat atau perhatian. Paket-paket informasi
praktis yang siap pakai seperti video instruksional, merupakan saluran
informasi yang
sangat membantu menyebarkan informasi teknologi
pertanian.

Buletin Sosek, Edisi No 20 Tahun ke - 11 April 2008, ISSN 1400 - 4666

yang ringkas dan kemampuannya untuk mendedah (“expose”) secara
berulang-ulang, antara lain merupakan keunggulan media ini, sehingga para

petani dapat menyimpannya untuk kemudian menonton kembali sewaktuwaktu bila perlukan. Kehadiran media video seperti itu dapat menggantikan
sementara fungsi penyuluh lapangan. Sesuai yang dikemukakan oleh Roger
(1995), suatu inovasi akan menimbulkan ketidakpastian dalam derajat
tertentu yang dapat dikurangi dengan adanya informasi, dan penggunaan
saluran mass media lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang
inovasi.
Pentingnya komunikasi dalam penyuluhan pertanian, akan
membantu, menganalisis, menentukan pilihan, menginformasikan, dan
memantau pihak-pihak yang terkait dengan penyuluhan. Untuk itu para
penyuluh dapat dan harus menggunakan teknik-teknik komunikasi yang
paling efektif untuk menerapkan pengetahuan tersebut. Hal ini sesuai yang
dikemukakan Roger (1995) bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana
partisipan membangun dan berbagi informasi satu sama lain dalam usaha
mencapai pengertian timbal balik. Dicontohkan pada kasus media massa
yang mempunyai pengaruh yang besar dalam pengerahan massa, bila
memperhatikan : (a) kebutuhan khalayak, (b) strategi perencanaan
komunikasi yang tepat, (c) pesan-pesan disesuaikan dengan kondisi sosialekonomi khalayak, (d) sistem penyebaran informasi hendaknya dalam suatu
jaringan informasi, (e) interelasi unsur-unsur komunikasi, dan (f) ada umpan
balik. Hal ini dimungkinkan karena, pengenalan terhadap khalayak dalam
kegiatan komunikasi massa merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan

apabila kita menghendaki keefektivan komunikasi
Dijelaskan oleh Slamet (2003) bahwa di era informasi ini, dengan
terjadinya perubahan-perubahan di lingkungan pertanian dan pranata sosial
masyarakat, maka pelaksanaan penyuluhan pertanian sudah saatnya ditata
dalam suatu paradigma baru penyuluhan pertanian, sehingga dalam
melaksanakan profesinya sebagai petani, memerlukan informasi-informasi
baru tentang segala hal yang berkaitan dengan usahataninya Pendapat ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh James Deane (2004) bahwa strategi
pembangunan yang menggunakan pendekatan komunikasi yang tepat, dapat
mengubah sikap khalayak (masyarakat) dan menambah pengetahuan dan
ketrampilan baru. Pendekatan teknik komunikasi melalui media, berguna
untuk perubahan pengalaman dan bahkan untuk menuntunnya berubah. Van
den Ban dan
Howkins (2003) mengemukakan, sebelum diputuskan
penggunaan media masa (televisi dan video misalnya) dalam penyuluhan
pertanian perlu diamati pengaruhnya.

Hasil identifikasi awal, diperkirakan paling sedikit tujuh puluh
lima persen (75%) petani kakao yang tersebar di Kecamatan Landongi, pada
setiap rumah tangga memiliki sarana hiburan televisi dan CD player, dengan

berbagai merk dan ukuran. Perkembangan stasiun-stasiun televisi swasta
yang menyajikan berbagai ragam acara, serta penjualan CD lagu dan film
dengan harga yang relatif murah telah pula memberikan dampak terhadap

Buletin Sosek, Edisi No 20 Tahun ke - 11 April 2008, ISSN 1400 - 4666

keterdedahan masyarakat. Kehadiran sarana informasi dan hiburan, dan
penyajian beragam acara oleh stasiun-stasiun televisi swasta khususnya
selama dua puluh empat (24) jam, dan tersedianya film dan lagu yang
dikemas dalam cd (video), diperkirakan dapat memberikan efek terhadap
perilaku komunikasi masyarakat (petani), yang berkaitan dengan penelitian
ini.
Terkait dengan kondisi para petani
di Kabupaten Kolaka,
ketersediaan media informasi dan hiburan, kebiasaan petani menerima
informasi,
keterbatasan tenaga penyuluh dan jangkauan penyuluh
merupakan alasan utama, mengapa penelitian ini menggunakan media video
instruksional. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan
menjelaskan keefektivan video instruksional dalam penyebaran informasi

pertanian.

METODE PENELITIAN
Subyek Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Loea Kabupaten Kolaka tahun
2009, Subyek penelitian ini adalah petani kakao dalam wilayah binaan BPP
Kecamatan Amahai. Sampel dipilih secara acak sebanyak 60 (enam puluh)
orang. Kemudian dibagi dalam 3 (tiga) kelompok. Masing-masing kelompok
terdiri dari 20 (dua puluh) petani. Dua kelompok eksperimen yang diberi
perlakuan keragaan video instruksional (K1), dan keragaan demonstrasi cara
(K2). satu kelompok lainnya adalah kelompok kontrol tanpa perlakuan
keragaan (K0). Prosedur dalam penelitian ini, dimulai observasi awal,
pembuatan materi penelitian, uji media dan uji kuesioner, pretest
(pengukuran awal), eksperimen (pemberian perlakuan), postest (pengukuran
akhir), dan terakhir pengumpulan data karakteristik personal, perilaku
komunikasi, dan persepsi tentang video instruksional.

Desain Penelitian
Dsain penelitian ini menggunakan desain separate sample pretest-postest
(Van Dalen, 1973). Urutan pelaksanaannya sebagai berikut : obervasi awal

pada tiga kelompok yang telah ditentukan ; pemberian perlakuan video
instruksional dan demonstrasi cara pada dua kelompok yang telah
ditentukan, sedangkan satu kelompok lainnya sebagai kontrol ; dan
observasi akhir pada ketiga kelompok tersebut.
Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data-data
primer dan sekunder. Data primer bersumber dari responden yang terdiri
dari : pengetahuan petani tentang materi yang diperagakan (P1, P2, dan P0),
karakteristik personal, perilaku komunikasi, dan persepsi tentang video
instruksional. Pengumpulan data primer menggunakan daftar pertanyaan
dan wawancara. Sedangkan data sekunder bersumber dari instansi/dinas.

Buletin Sosek, Edisi No 20 Tahun ke - 11 April 2008, ISSN 1400 - 4666

Defenisi Operasional dan Pengukurannya
Data primer dikumpulkan berdasarkan peubah-peubah penelitian,
yang didefinisikan sebagai berikut : (1) Perilaku komunikasi adalah
kebiasaan petani memperoleh dan menerima informasi dari televisi, radio,
koran, kontak penyuluh,dan kontak petani,
yang diukur dalam satuan

waktu (jam) ; (2) Persepsi adalah pandangan/interpretasi petani tentang
video instruksional sebagai media saluran informasi, dikaitkan dengan
kondisi dirinya dimana dia berasal. Pengukurannya menggunakan skala
ordinal, melalui
4 (empat)
indikator sebagai berikut : daya tarik,
pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan ; dan (3) Peningkatan
pengetahuan adalah skor akhir cara mengendalikan hama penggerek buah
kakao (PBK), yang diperoleh subyek penelitian. Pengukuran reliabilitas
instrumen dalam penelitian ini, menggunakan teknik Cronbach`Alpha.
Sedangkan uji coba media dilakukan untuk menilai kelayakan
video
instruksional, sebagai bahan eksperimen.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisa data, menggunakan komputer (PC) dengan beberapa
program aplikasi sederhana seperti Microsoft excel dan SPSS ver 14. Beberapa
prosedur statistika digunakan dalam pengolahan dan analisa data. Deskripsi
data dianalisis dengan prosedur statistik deskriptif. Pengujian hipotesis
dilakukan melalui pengujian variasi dengan prosedur analisis kovarians
(ANKOVA), dan pengujian hubungan dengan prosedur korelasi spearman.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Keefektivan Video Instruksional
Pengetahuan Awal Petani
Tujuan untuk mengukur pengetahuan awal petani adalah untuk
mengetahui sejauhmana pemahaman awal petani terhadap informasi
teknologi pestisida nabati. Pada Tabel 1, disajikan pengetahuan awal
responden.
Tabel 1. Deskripsi Pengetahuan Awal Pengendalian Hama Penggerek Buah
Kakao (PBK).

Video Instruksional (P1)

20

8-10

Rataan
(Skor)
9,75

Demonstrasi (P2)
Kontrol (P3)

20
20

9-11
9-10

9,95
9,80

Kelompok

N

Kisaran (Skor)

Pada Tabel 1 menunjukkan variasi skor pengetahuan awal petani
kelompok eksperimen video instruksional berkisar 8-10;
kelompok

Buletin Sosek, Edisi No 20 Tahun ke - 11 April 2008, ISSN 1400 - 4666

eksperimen demonstrasi cara pada kisaran 9-11; dan kelompok kontrol
pada kisaran 9-10. Berdasarkan rataan nilai skor pengetahuan awal
menunjukkan bahwa pengetahuan petani tentang pengendalian hama
penggerek buah kakao (PBK) setiap kelompok merata di antara petani yang
satu dengan petani lainnya, artinya tingkat pengetahuan para petani di lokasi
penelitian tentang cara mengendalikan hama penggerek buah kakao (PBK)
dengan mengunakan pestisida nabati dibawah 27 persen. Dengan demikian
pemilihan materi sebagai subyek penelitian adalah tepat, yakni pesan yang
disampaikan belum diketahui oleh banyak para petani kakao. Persebaran
skor pengetahuan awal kelompok perlakuan video instruksional,
demonstrasi cara, dan kontrol disajikan pada gambar 1.

Sebaran Nilai Pre-Test
12

Skor Nilai

10
8
Video
6

Demonstrasi

4

Kontrol

2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Gambar 1. Persebaran skor pengetahuan awal kelompok perlakuan
Berdasarkan hasil analisis kovarians (ANKOVA), menunjukkan,
variasi skor pengetahuan awal : K1 dengan K0, K2 dengan K0, dan K1 dengan
K2, tidak berbeda nyata. Kesamaan kisaran skor pengetahuan awal pada
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, maupun antara kelompok
eksperimen. Tabel 2 berikut, menyajikan hasil perhitungan kovarians skor
pengetahuan awal antar kelompok.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Varians Pengetahuan Awal antar Kelompok
Kelompok

Fhit

Ftab

P1 – P0
P2 – P0

0,73
1,40

2,15
2,15

P1 – P2

1,75

2,15

Ket : Ftab {(0,05) (v1,v2)}

Keterangan
Fhit < Ftab (antar varians tidak berbeda nyata)
Fhit < Ftab (antar varians tidak berbeda
nyata)
Fhit < Ftab (antar varians tidak berbeda nyata)

Buletin Sosek, Edisi No 20 Tahun ke - 11 April 2008, ISSN 1400 - 4666

Pengetahuan Akhir Petani
Nilai pengetahuan akhir adalah nilai yang diperoleh setelah dilakukan
perlakuan, pada Tabel 3 disajikan skor pengetahuan akhir.
Tabel 3. Deskripsi Pengetahuan Akhir Pengendalian Hama Penggerek
Buah Kakao (PBK).
N

Kisaran (Skor)

Video Instruksional ( P1)

20

20-33

Rataan
(Skor)
25,9

Demonstrasi Cara) (P2)
Kontrol ( P3)

20
20

21-34
10-18

24,45
13,25

Kelompok

Pada Tabel 3, menunjukkan nilai pengetahuan akhir cukup bervariasi,
dari skor nilai 10-34, perlakuan penggunaan video memperlihatkan nilai
yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan demonstrasi dan kontrol.
Namun nilai perlakuan video dan demostrasi tidak terlalu jauh berbeda, dan
nilai kelompok kontrol lebih rendah dibanding dengan kelompok video dan
demonstrasi. Nilai persebaran post-test disajikan pada gambar 2.

Sebaran Nilai Post-Test
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Video

Demonstrasi

Kontrol

Gambar 1. Persebaran skor pengetahuan awal kelompok perlakuan
Pada gambar 2 menunjukkan grafik garis tentang nilai persebaran
pengetahuan akhir, sebaran nilai-nilai yang membentuk garis menunjukkan
perbedaan nilai akibat perlakukan yang diberikan, sebaran nilai perlakuan
video dan demonstrasi nampak tidak berbeda.
Untuk mengetahui perbedaan nilai pengetahuan akhir setiap kelompok
akibat perlakuan, dihitung dengan varians mengunakan analisis kovarians,

Buletin Sosek, Edisi No 20 Tahun ke - 11 April 2008, ISSN 1400 - 4666

pada Tabel 3 menyajikan hasil perhitungan
pengetahuan akhir.

varians peningkatan

Tabel 3. Hasil Perhitungan Varians Pengetahuan Akhir antar Kelompok
Kelompok

Fhit

Ftab

Keterangan

P1 – P3

228,99

2,15

Fhit > Ftab (antar varians tidak berbeda
nyata)

P2 – P3

126,53

2,15

Fhit > Ftab (antar varians tidak berbeda
nyata)

P1 – P2

1,59

2,15

Fhit < Ftab (antar varians tidak berbeda
nyata)

Ket : Ftab {(0,05) (v1,v2)}
Berdasarkan analisis kovarians (ANKOVA), menunjukan, varians
antar kelompok eksperimen yang diberi video (P1) dengan kelompok kontrol
(P0), berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen ( 0,05). Demikian
juga antara kelompok eksperimen yang diberi demonstrasi oleh penyuluh
(P2) dengan kelompok kontrol (P0), hasil pengujian, varians antar K2 dengan
K0 berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen ( 0,05). Perbedaan
varians kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol menunjukkan
bahwa, pemberian materi video instruksional dan demonstrasi cara oleh
penyuluh, masing-masing menimbulkan efek yang nyata terhadap
pengetahuan akhir petani. Sedangkan varians antar kelompok yang berikan
video (P1) dengan demonstrasi oleh penyuluh (P2) tidak berbeda nyata.
Artinya nilai pengetahuan akhir dari kedua metode tidak berbeda. metode
tersebut dalam kondisi dikontrol, adalah merupakan bukti bahwa, video
instruksional dan demonstrasi, sama-sama memberikan pengaruh yang
signifikan dalam meningkatkan pengetahuan petani.
Peningkatan Pengetahuan Petani
Tabel 4 menyajikan deskripsi peningkatan pengetahuan petani
kelompok eksperimen.
Tabel 4. Peningkatan Pengetahuan Petani Kelompok Eksperimen
Kelompok
Perlakuan
K1
K2
K3

Nilai
Rata PreTest
9,75
9,95
9,80

Nilai Rata
Post-Test
25,9
24,45
13,25

Skor
Peningkatan
Pengetahuan
16,15
14,5
3,45

Persentase
Efektivitas
Media
69,45
59,04
42,07

Buletin Sosek, Edisi No 20 Tahun ke - 11 April 2008, ISSN 1400 - 4666

Tabel 5 menunjukkan tentang peningkatan pengetahuan akibat
perlakukan metode yang diberikan, kelompok perlakuan video dengan nilai
16,15, metode demonstrasi sebanyak 14,5 dan kontrol sebanyak 3,45. Metode
video instruksional dan demonstrasi dari penyuluh memberikan peningkatan
yang tinggi. Hasil uji efektivitas memberikan nilai persentasi efektivitas
kedua metode cukup efektif ( > 50%) digunakan untuk peningkatan
pengetahuan petani.
Kesamaan variasi skor tersebut membuktikan, penyampaian pesan
menggunakan video instruksional, sama efektifnya dengan penyampaian
pesan melalui demonstrasi cara oleh penyuluh dalam peningkatan
pengetahuan petani. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini dapat
diterima.
Peningkatan pengetahuan dari video instruksional merupakan bukti
bahwa, pesan-pesan penyuluhan dengan media video, dapat diterima sesuai
dengan kebiasaan menerima informasi. Desain materi video instruksional
dengan format pesan kronologis dan format pesan pemecahan, yang didesain
secara instruksional, dengan memadukan unsur-unsur audio dan visual ke
dalam unsur-unsur pesannya, ternyata efektif dalam proses penyampaian
pesan kepada petani. Sehingga khusus untuk daerah penelitian, dan daerah
sekitarnya, penyebaran informasi menggunakan media ini, dapat membantu
mengatasi kekurangan tenaga penyuluh pertanian, ketersedian fasilitas dan
hambatan geografis
Efektivitas metode tersebut adalah bentuk komunikasi instruksional
menggunakan media video, yang dapat dijadikan sebagai saluran informasi
kepada petani. Sehingga tidak hanya pesan-pesan instruksional, tentang
pengendalian hama PBK, tetapi dapat juga digunakan sebagai media
penyebaran informasi pertanian lainnya, atau pesan-pesan yang sesuai
dengan kebutuhan khalayak.
Berdasarkan observasi di lapangan, bahwa sarana media televisi dan
CD player hampir disetiap rumah tangga petani memiliki televisi, dan bentuk
kemasan yang praktis video instruksional, akan sangat membantu
penggunaannya sebagai media penyebaran informasi pertanian. Hal tersebut
penting karena mengingat potensi kependudukan dan potensi pertanian
wilayah ini cukup besar. Sehingga pelayanan ke masyarakat melalui sistem
informasi yang tepat, semua potensi yang ada dapat dikembangkan secara
lebih optimal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani.
Penggunaan video instruksional sebagai media penyuluhan pertanian
adalah merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat (khususnya petani),
tetapi kebiasaan
menggunakan video sebagai sarana hiburan, bukan
merupakan hal yang baru. Video bagi masyarakat di Kolaka adalah bagian
dari gaya hidup sehari-hari, sehingga kebiasaan ini dapat dimanfaatkan
untuk mengembangkan kegiatan penyuluhan pertanian di masa yang akan
datang.

Buletin Sosek, Edisi No 20 Tahun ke - 11 April 2008, ISSN 1400 - 4666

Deskripsi Persepsi Video Instruksional
Aspek yang diukur dari persepsi
tentang video instruksional
meliputi: daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, yang diukur
dalam 3 (tiga) level berdasarkan skala likert, hasil pengukuran menunjukkan
persepsi tentang video instruksional berada pada interval 2 – 3. Berdasarkan
rataan skor dan deviasi masing-masing aspek, secara umum sebaran skor
cukup homogen di antara subyek penelitian. Pada Tabel 6 menunjukkan nilai
persepsi tentang video instruksional cukup tinggi, lebih jelasnya dapat dilihat
Tabel 5.
Tabel 5. Deskripsi Persepsi tentang Video Instruksional
Persepsi tentang
Video Instruksional
Daya tarik
Pemahaman
Penerimaan
Keterlibatan
Seluruh Persepsi

Kisaran Skor

Rataan Skor

Sd

1,50 -3,00
1,50 -3,00
1,50 - 3,00
2,00- 3,00
2,09 - 3,00

2,56
2,54
2,37
2,65
2,58

0,42
0,57
0,53
0,38
0,34

Berdasarkan unsur-unsur tampilan video instruksional, persepsi petani
terhadap daya tarik video instruksional menunjukkan pada interval 1,50-3,00.
Artinya unsur tampilan : gambar, suara, teks, dan unsur-unsur pesan, dalam
pandangan petani, bervariasi dari cukup jelas dan menarik, sampai dengan
sangat jelas dan sangat menarik. Persepsi tentang pemahaman terhadap
unsur-unsur tampilan video instruksional, pada interval 1,50 -3,00,. Artinya :
kemudahan memahami materi pesan, cukup bervariasi dari kurang
memahami sampai dengan sangat memahami. Persepsi tentang penerimaan
unsur-unsur tampilan video instruksional, pada interval 1,50 -3,00. Artinya :
penerimaan materi pesan bervariasi dari setujuh sampai dengan sangat
setujuh. Sedangkan persepsi tentang keterlibatan video instruksional, pada
interval 2,00 – 3,00. Artinya : keterlibatan video instruksional dalam
meningkatkan partisipasi, bervariasi dari setujuh dan cukup membantu,
sampai dengan sangat setujuh dan sangat membantu.
Kontribusi Masing-masing Aspek Persepsi
Hubungan antar persepsi tentang video instruksional dengan
peningkatan pengetahuan diperoleh dari korelasi beberapa aspek yaitu daya
tarik, pemahaman, penerimaan dan keterlibatan.
Secara keseluruhan,
indikator persepsi tersebut terhadap video instruksional mempunyai
hubungan yang positif dengan peningkatan pengetahuan petani. Pada Tabel
6 berikut menyajikan koefisien korelasi dan signifikansi hubungan persepsi
tentang video instruksional dengan peningkatan pengetahuan.

Buletin Sosek, Edisi No 20 Tahun ke - 11 April 2008, ISSN 1400 - 4666

Tabel 6. Koefisien Korelasi dan Signifikansi Hubungan Persepsi tentang
Video Instruksional dengan Peningkatan Pengetahuan
Peningkatan Pengetahuan
Persepsi
Daya tarik
Pemahaman
Penerimaan
Keterlibatan

r

P

0,629
0,564
0,800
0,767

0,003
0,010
0,000
0,000

Kontribusi Daya Tarik Video Instruksional
Pada Tabel 7, menunjukkan koefisien korelasi daya tarik dengan
peningkatan pengetahuan signifikan, artinya daya tarik tampilan video
instruksional cukup efektif meningkatkan pengetahuan petani dalam
hubungan sedang. Artinya, makin menarik dan jelas keragaan materi video
instruksional, pengetahuan petani (khalayak) tentang materi yang
diperagakan, makin meningkat. Berdasarkan pengamatan pada saat
eksperimen bahwa keserasihan tampilan gambar, suara, teks, dan unsurunsur pesan, merupakan unsur-unsur yang penting pada video instruksional.
Desain tampilan video instruksional dalam melakukan kegiatan
diseminasi teknologi pertanian, adalah suatu indikator bahwa komunikasi
instruksional secara audiovisual, dapat memberikan kontribusi yang berarti
terhadap kemampuan kognitif petani dalam menginterpretasi pesan-pesan
visual tersebut. Hal ini disebabkan karena video instruksional dapat
menyajikan informasi yang menarik perhatian khalayak untuk ditonton oleh
pemirsa.
Kontribusi Pemahaman Video Instruksional
Aspek pemahaman tentang video instruksional berkaitan dengan
pandangan petani terhadap kemudahan memahami materi yang
ditampilkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan antara
pemahaman materi video instruksional dengan peningkatan pengetahuan,
memperlihatkan hubungan yang berarti, Artinya tampilan unsur-unsur
pesan video instruksional, dalam pandangan petani sudah dipahami.
Tampilan video instruksional mendapat tanggapan positif dari petani.
Sebab sebagian besar petani eksperimen sangat memahami materi yang
ditampilkan. Hal ini dapat disebabkan karena penyajian materi (pesan) yang
disajikan mudah dipahami dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan petani.
Kontribusi Penerimaan Video Instruksional
Koefisien korelasi antar penerimaan video instruksional dengan
peningkatan pengetahuan menunjukkan hubungan yang kuat, artinya
semakin tinggi penerimaan materi yang diperagakan video instruksional,
akan semakin meningkat tingkat pengetahuan petani.
Hasil tersebut
membuktikan bahwa, penyajian pesan dlama video dapat diterima oleh
petani Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa, kehadiran media ini
dapat diterima sebagai salah satu sumber informasi pertanian, yang
memberikan kontribusi yang kuat terhadap peningkatan pengetahuan petani.

Buletin Sosek, Edisi No 20 Tahun ke - 11 April 2008, ISSN 1400 - 4666

Dengan demikian ini menjadi bukti bahwa, penerimaan video instruksional
sebagai media penyebarann informasi pertanian, mendapat tanggapan yang
homogen dari petani. Sebagian besar petani sangat setujuh, kalau video
instruksional layak diterima sebagai media penyebaran informasi pertanian.
Dengan demikian hipotesis penelitian ini dapat dibuktikan.
Kontribusi Keterlibatan Video Instruksional
Keterlibatan yang dimaksud adalah tampilan video instruksional
dalam meningkatkan tingkat keterlibatan atau partisipasi petani. Nilai
koefisien korelasi memperlihatkan bahwa keterlibatan video instruksional
efektif meningkatkan pengetahuan petani, dalam hubungan kuat. Artinya
makin tinggi partisipasi petani menggunakan video instruksional,
pengetahuannya makin meningkat. Hal ini menunjukkan, kehadiran video
tidak hanya menarik dan dapat diterima, tetapi dapat melibatkan partisipasi
petani.
Dengan demikian, video instruksional efektif sebagai media
penyebaran informasi pertanian, karena dapat meningkatkan partisipasi
petani.
Secara keseluruhan, kefektifan video instruksional ditentukan oleh :
aspek daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan. Kontribusi dari
masing-masing aspek telah memberikan gambaran bahwa, secara parsial
ternyata persepsi tentang video instruksional memberikan kontribusi yang
berarti. Hasil tersebut membuktikan bahwa, penyajian unsur gerak dan
dinamis video instruksional dapat memberikan efek pada pesan yang
disajikan. Karena gambar, suara, dan musik merupakan jiwa yang
dihantarkan dalam suatu pesan visual. Indikasi inilah yang menjelaskan
terjadinya proses transmisi pengetahuan dari sumber kepada penerima.
Dengan gerakan-gerakan yang realistik, perhatian subyek lebih terfokus
terhadap obyeknya. Sehingga pandangan subyek penelitian tentang video
instruksional positif sebagai media informasi pertanian.
Selain dari hasil uji secara statistik, hasil wawancara terbuka dengan
responden, diperoleh jawaban bahwa, bila video diputar berulang-ulang
mereka yakin dapat memahami isi informasi tersebut. Dan salah satu
kelemahan komunikasi media massa seperti video, adalah pada proses
penyampaiannnya yang bersifat linier. Untuk itu, disamping video,
komunikasi interpersonal akan sangat efektif dalam proses pengambilan
keputusan. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Deane (2004), bahwa
media massa penting untuk membangun kesadaran khalayak, namun pada
tingkat pengambilan keputusan mengadopsi atau tidak, komunikasi
interpersonal lebih berpengaruh.

KESIMPULAN
Terkait dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang akan dicapai
maka secara umum hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa video
instruksional efektif digunakan sebagai media
diseminasi
informasi
pertanian. Secara rinci, dijelaskan sebagai berikut :

Buletin Sosek, Edisi No 20 Tahun ke - 11 April 2008, ISSN 1400 - 4666

1.

2.

3.

Penyajian pesan/materi pengendalian hama penggerek kakao (PBK)
dalam video instruksional, menimbulkan efek peningkatan pengetahuan
petani. Efek tersebut sama besarnya dengan petani yang memperoleh
informasi langsung dari penyuluh melalui demonstrasi cara, dan bahkan
lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang tidak menonton video
instruksional.
Penggunaan video instruksional efektif
terhadap peningkatan
pengetahuan petani ditentukan oleh persepsi petani terhadap: daya tarik
tampilan video instruksional, pemahaman materi dalam video
instruksional, penerimaan tampilan video instruksional, dan kemampuan
melibatkan video instruksional dalam meningkatkan partisipasi petani.
Keefektifan video instruksional terhadap peningkatan pengetahuan
petani tidak ditentukan oleh karakteristik personal, pendidikan dan
pengalaman petani sehingga video instruksional efektif dapat digunakan
sama efektif oleh petani yang berbeda-beda karakteristik personal: umur,
pendidikan formal, pengalaman bertani.

DAFTAR PUSTAKA
BPS Sulawesi Tenggara, 2006. Sulawesi dalam Angka Dalam Angka Tahun
2007.
Devito, A, Yoseph, 1997. Komunikasi Antar Manusia, Edisi Bahasa Indonesia.
Proffesional Book. Jakarta
Iskandar, 2005. Pengaruh desain pesan pupuk agrodyke dalam video
instruksional terhadap peningkatan pengetahuan petani. Laporan BBI
Tahun 2006. LPM Unhalu. Kendari
James, Deane, 2004. The Context of Communication for Development.
Communication for Social Change Consorsium. 9th United Nations
Roundtable on Communicaion for Development FAO. Rome. Italy.
(jdeane@communicationsocialchange.org).
Roger, M, Everett, 1976. Komunikasi dan Pembangunan ; Perspektif Kritis.
LP3ES. Jakarta
Roger, M. Everett, 1995. Diffusion of Innovations. Glossary of Terms
file:///D:/IPB/Diffusion%20of%20Innovations.htm.
Sadiman, Arif, S, dkk, 2003. Media Pendidikan. Pengantar Pengembangan
dan Pemanfaatannya. PT. RajawaliGrafindo Persada. Jakarta
Siregar, Ashadi. 2001. Menyingkap Media Penyiaran : Membaca Televisi dan
Melihat Radio. LP3Y. Yogjakarta.
Siswosumarto Sandjaya, 1999. Visualisasi Ide : Modul Pelatihan Produksi
Video/TV. Pusat Teknologi Komunikasi Depdikbud. Jakarta
Slamet, Margono, H, R,
2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia
Pembangunan. IPB Press. Bogor.
Sugiyono. 1999. Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung
Suparman, Atmi, 1997. Desain Instruksional. Proyek Pengembangan Pusat
Fasilitas Bersama antara Universitas. Ditjen Dikti. Depdikbud. Jakarta

Buletin Sosek, Edisi No 20 Tahun ke - 11 April 2008, ISSN 1400 - 4666

Suryadi R, Aida V.S.H, Nurmala K.P.A. Hubungan Karakteristik dengan
Persepsi dari Penyuluhan dan Petani Kecil tentang Kendala
Berkomunikasi (Kasus Kabupaten Bogor). Jurnal KMP ; Vol. 01, No. 02,
edisi Juli. KMP IPB Bogor.
Syam N. Winagsih dan Sugiana Dadang, 2001. Perencanaan Pesan dan
Media. Universitas Terbuka. Jakarta.
Walpole, Ronald, E. 1995. Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Walsh, Anthony, 1990. Statistics for the Social Sciences : With Computer
Applications. Harper & Row. Publishers. New York.
Van Dalen, Deobold, B. 1973. Understanding Educational Research. McGrawHill Book Comany. Inc.
Van den Ban A.W. dan Hawkins H, S. 2003. Penyuluhan Pertanian. Kanisus.
Yogjakarta