analisis pertumbuhan industri terhadap p
ANALISIS PERTUMBUHAN INDUSTRI NON MIGAS TERHADAP
PERTUMBUHAN DOMESTIK BRUTO (PDB) DI INDONESIA TAHUN
2007-2012
WIWID SUNDARI
Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Email : [email protected]
ABSTRACT
Industry growth in Indonesia is very fastly and could not be denied that the growth
of industries that bring the changes in the community around the industry . In the
development of industry , the role of the agricultural sector in economic indonesia to
replaced by the role of the industrial sector manufacturing ( processing industry non-oil ) so
with an increased industry it will impact on GDP growth .
Generally industry subsektor non-oil are large contribution in economic growth . So
indonesia must capable of accelerating growth industry subsektor non-oil to economic
growth and GDP growth in indonesia . So that in this research will be seen as far as which
growth to industry non-oil to the GDP growth in indonesia .
The main purpose of this research is to analyze the growth to industry non-oil to the
GDP growth in indonesia. This research used time seris data from 2017 until 2012 . The
method that used is Ordinary Least Square (OLS).
The estimated showed that growth to industry non-oil have significant influence to
the GDP growth in Indonesia. growth to industry non-oil have positively influence to GDP
growth in Indonesia. The R-Squared is 78%, it means that independent variable can explain
the dependent variable as much as 22 percent. While 22% are explained by variables are not
include in estimation model. F-statistic is bigger than F table, it means that growth to
industry non-oil together affected on inflation in Indonesia, significantly α = 5%.
Keywords : growth to industry non-oil, GDP growth in indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Krisis ekonomi merupakan musibah yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang
melamban. Pertumbuhan ekonomi yang melamban bukan berakar pada masalah karena
kelemahan pada sektor moneter dan keuangan saja, melainkan pada tidak kuatnya struktur
sektor ekonomi di riel dalam menghadapi gejolak dari luar (external shock) atau gejolak dari
dalam (internal shock).
Untuk mengatasi lambannya pertumbuhan ekonomi pada saat sekarang ini, negara
Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional
merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Alinea ke 4, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tujuan negara
tersebut, pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur
yang merata. Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia tersebut di atas, pemerintah
telah berupaya melakukan berbagai kegiatan, termasuk salah satu diantaranya adalah
mendorong laju perekonomian nasional. Pertumbuhan laju industri merupakan andalan
pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomian di Indonesia. Perekonomian di
Indonesia tidak akan berkembang tanpa dukungan dari peningkatan perindustrian sebagai
salah satu sektor perekonomian yang sangat dominan di jaman sekarang.
Dalam perkembangan pertumbuhan perindustrian di Indonesia, peranan sektor
pertanian dalam pembangunan ekonomi di Indonesia mulai tergeser oleh peranan sektor
industri manufaktur (industri pengolahan non migas) yang mengalami perkembangan yang
pesat. Adanya pergeseran peranan sektor industri menyebabkan terjadinya perubahan struktur
ekonomi dari perekonomian yang berbasis agraris menjadi perekonomian yang berbasis
industri. (Erlangga, 2005:2).
Sektor industri non migas memiliki peranan yang penting dalam pembangunan
ekonomi di Indonesia dan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Karena sektor industri non migas adalah penyumbang utama untuk PDB
Indonesia yang paling besar. Berikut ini merupakan data laju pertumbuhan industri dan
kontribusinya terhadap pertumbuhan PDB tahun 2007-2012.
Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas (Kumulatif)
(Dalam %)
2008
2009
2010
2011
2012
(s.d. TW I)
Makanan, Minuman dan Tembakau 5,0508
2,3401
11,2193
2,7805
9,1884
8,1857
2.
Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
-3,6796
-3,6440
0,5999
1,7667
7,5181
1,4145
3.
Brg. kayu & Hasil hutan lainnya
-1,7425
3,4501
-1,3808
-3,4670
0,3497
-0,8573
4.
Kertas dan Barang cetakan
5,7935
-1,4841
6,3398
1,6695
1,4958
0,4987
No
Lapangan Usaha
1.
2007
No
Lapangan Usaha
2007
2008
2009
2010
2011
2012
(s.d. TW I)
5.
Pupuk, Kimia & Barang dari karet
5,6856
4,4594
1,6444
4,7009
3,9508
9,1917
6.
Semen & Brg. Galian bukan logam
3,3962
-1,4945
-0,5115
2,1793
7,1883
6,1073
7.
Logam Dasar Besi & Baja
1,6900
-2,0528
-4,2599
2,3838
13,0567 5,5737
8.
Alat Angk., Mesin & Peralatannya
9,7317
9,7925
-2,8746
10,3802
6,9999
6,2255
9.
Barang lainnya
-2,8215
-0,9564
3,1941
3,0026
1,8244
4,2099
Pertumbuhan Industri Pengolahan
Non Migas
5,1501
4,0468
2,5614
5,1165
6,8270
6,1265
Pertumbuhan PDB
6,0137
4,6289
6,1954
6,4570
6,3077
6,3450
Dikelola oleh Tim Pengelola Website Kemenperin
Berdasarkan data tersebut, kita dapat lihat bahwa terjadi fluktuasi tingkat
pertumbuhan industri dan pertumbuhan PDB yang tidak stabil di setiap tahunnya. Hanya
pada tahun 2011 dan 2012 yang terlihat stabil. Dan pada tahun 2009 mengalami penurunan
yang sangat signifikan mencapai 2,5614% dan naik kembali pada tahun berikutnya.
1.2
Rumusan Dan Batasan Masalah
Bagaimanakah pengaruh pertumbuhan perindustrian non migas terhadap pertumbuhan PDB?
1.3
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Mengetahui besanya pengaruh tingkat pertumbuhan industri non migas terhadap
pertumbuhan PDB Indonesia.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Dapat memberikan ilmu pengetahuan yang lebih tentang hubungan tingkat pertumbuhan
industri non migas terhadap tingkat pertumbuhan PDB Indonesia dan semoga menjadi acuan
bagi penelitian-penelitian sejenis berikutnya.
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pengertian Pertumbuhan ekonomi menurut Dr. Joko Untoro (2010:39)
“Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka panjang.”
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi menurut Kuznets dalam Buku Membuka Cakrawala
Ekonomi (2009:11)
“Pertumbuhan Ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang
bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan ekonomi adalah proses
dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi
perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.
2.1.1. Teori Dan Model Pertumbuhan Ekonomi
Dalam zaman ahli ekonomi klasik, seperti Adam Smith dalam buku karangannya yang
berjudul An Inguiry into the Nature and Causes of the Wealt Nations, menganalisis sebab
berlakunya pertumbuhan ekonomi dan faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi.
Setelah Adam Smith, beberapa ahli ekonomi klasik lainnya seperti Ricardo, Malthus, Stuart
Mill, juga membahas masalah perkembangan ekonomi .
1.
Teori Inovasi Schum Peter
Pada teori ini menekankan pada faktor inovasi enterpreneur sebagai motor penggerak
pertumbuhan ekonomi kapitalilstik.Dinamika persaingan akan mendorong hal ini.
2.
Model Pertumbuhan Harrot-Domar
Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.Selain kuantitas faktor produksi
tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena pendidikan dan latihan.Model ini
dapat menentukan berapa besarnya tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihar
tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural
dikalikan dengan nisbah kapital-output.
3.
Model Input-Output Leontief.
Model ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan antarindustri.
Dengan menggunakan tabel ini maka perencanaan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan
secara konsisten karena dapat diketahui gambaran hubungan aliran input-output antarindustri.
Hubungan tersebut diukur dengan koefisien input-output dan dalam jangka pendek/menengah
dianggap konstan tak berubah .
4.
Model Pertumbuhan Lewis Model
ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negar sedang berkembang banyak
(padat) penduduknya.Tekanannya adalah perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian
ke sektor modern kapitalis industri yang dibiayai dari surplus keuntungan.
2.2. Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan
keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri.
Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
• Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian
Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,barang
setengah jadi, atau barang jadi yang mempunyai nilai lebih tinggi untuk penggunaanya.
• Menurut George T. Renner
Industri adalah semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang produktif/
menghasilkan barang dan uang.
• Menurut Moh. Hatta
Industri adalah usaha untuk mengganti struktur agraris menjadi struktur industri.
• Hasibuan
Pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro maupun mikro. Secara mikro
industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang
yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat yang saling mengganti sangat erat.
Dari segi pembentukan pendapatan yakni cenderung bersifat makro. Industri adalah kegiatan
ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Jadi batasan industri yaitu secara mikro sebagai
kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang sedangkan secara makro dapat membentuk
pendapatan.
2.2.1
a.
1.
Jenis Industri
Berdasarkan Tempat Bahan Baku
Industri ekstraktif: industri yang bahan baku diambil langsung dari alam
sekitar. Contoh
:
pertanian,
perkebunan,
perhutanan,
perikanan,
peternakan,
pertambangan, dan lain lain.
2.
Industri nonekstaktif: industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam
sekitar.
3.
Industri fasilitatif: industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual
kepada para konsumennya. Contoh : asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan
lain sebagainya.
b.
1.
Berdasarkan Besar Kecil Modal
Industri padat modal: industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar
untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya
2.
Industri padat karya: industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga
kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
c.
Berdasarkan Klasifikasi (SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986)
1.
Industri kimia dasar: semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2.
Industri mesin dan logam dasar: pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3.
Industri kecil: roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll
4.
Aneka industri: pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
d.
Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
1.
Industri rumah tangga: jumlah karyawan/tenaga kerja antara 1-4 orang.
2.
Industri kecil: jumlah karyawan/tenaga kerja antara 5-19 orang.
3.
Industri sedang /industri menengah: jumlah karyawan/tenaga kerja antara 20-99
orang.
4.
e.
1.
Industri besar: jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah 100 orang atau lebih.
Berdasarkan Lokasi
Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented
industry). Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen.
Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada.
Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
2.
Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja (man power
oriented industry). Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman
penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja /
pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3.
Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply
oriented industry). Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku
berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
f.
1.
Berdasarkan Produktifitas Perorangan
Industri primer. Industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan
langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Contohnya adalah hasil produksi pertanian,
peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
2.
Industri sekunder. Industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan
barang-barang untuk diolah kembali. Misalnya adalah pemintalan benang sutra,
komponen elektronik, dan sebagainya.
3.
Industri tersier. Industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa. Contoh
seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang
lainnya.
2.3. Konsep dan Definisi Sektor Industri Pengolahan Non Migas
Industri pengolahan non migas atau disebut juga dengan industri manufaktur adalah
suatu kegiatan ekonomi yang mengubah bahan dasar secara mekanis, kimia atau dengan
tangan sehingga menjadi barang jadi atau barang setengah jadi atau barang yang kurang
nilainya menjadi lebih tinggi nilainya dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. (Badan
Pusat Statistik,2007).
Industri dapat digolongkan berdasarkan beberapa sudut tinjauan atau beberapa
pendekatan. Di Indonesia, Indonesia dikelompokkan berdasarkan komoditas, skala usaha
ataupun arus produknya. Penggolongan yang paling universal adalah berdasarkan
International Standard of industrial Classification (ISIC), yaitu secara komoditas, Industri
pengolahan Bukan Migas, subsektornya dibedakan mencapai 9 kegiatan utama dan disajikan
menurut dua digit kode Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), yaitu industri
makanan, minuman dan tembakau (31), industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (32),
industri barang kayu dan hasil hutan lainnya (33), industri kertas dan barang cetakan (34),
industri pupuk, kimia dan barang dari karet (35), industri semen dan barang galian bukan
logam (36), industri logam dasar besi dan baja (37), industri alat angkutan, mesin dan
peralatannya (38), danb industri barang lainnya (39).
Pada seri tahun dasar 2000, industri pengolahan non migas dibedakan atas dua bagian
berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat, yaitu : industri besar dan sedang/IBS (tenaga
kerja ≥ 20 orang), serta industri kecil dan rumah tangga/IKKR (tenaga kerja 1-19).
2.4. Produk Domestik Bruto (PDB)
Menurut McEachern (2000: 146) Gross Domestik Product artinya mengukur nilai
pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu
negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk
mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa
perekonomian pada suatu saat. Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa
akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir .Untuk barang dan
jasa yang dibeli untuk diproses dan kemudian dijual lagi tidak dimasukkan dalam hitungan
GDP, hal ini dilakukan untuk menghindari masalah penghitungan ganda (McEachern, 2000:
147). Perhitungan ganda dapat menyebabkan hasil dari perhitungan GDP tidak menunjukan
hasil yang sebenarnya, sehingga dalam perhitungan tersebut hanya dilakukan perhitungan
satu kali untuk setiap produk.
Menurut Mankiw (2007: 23) ada dua tipe Gross Domestik Produk, yaitu sebagai
berikut:
1. GDP dengan harga berlaku atau GDP nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan
suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.
2. GDP dengan harga tetap atau GDP riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu
negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang
seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain.
2.4.1. Perhitungan PDB
PDB dapat dihitung dengan memakai tiga pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran,
pendekatan pendapatan dan pendekatan produksi (Kunawangsih dan Antyo, 2006: 35).
Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:
PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor – impor)
Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh
sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan
sektor luar negeri.
Sementara pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi:
PDB = sewa + upah + bunga + laba.
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk
tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Secara teori PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus
menghasilkan angka yang sama (Kunawangsih dan Antyo, 2006: 35). Sehingga walaupun
menggunakan dua metode dan data berbeda namun hasil akhirnya tetap menunjukan PDB
dari negara tersebut. Hal ini yang kemudian menjadi alasan mengapa PDB biasanya
digunakan sebagai tolak ukur kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat dalam
suatu negara.
Pendekatan yang ketiga adalah pendekatan produksi, menurut metode ini, PDB adalah
total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Cara penghitungan dalam
praktik adalah dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi
(industrial origin). Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh
perekonomian. Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor
perekonomian berasal dari output sektor lain. Atau bisa juga merupakan input bagi sektor
ekonomi yang lain lagi. Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi penghitungan
ganda (double counting) atau bahkan multiple counting. Akibatnya angka PDB bisa
menggelembung beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya. Untuk menghindari hal
tersebut, maka dalam perhitungan PDB dengan metode produksi, yang dijumlahkan adalah
nilai tambah (value added) masingmasing sektor. Rumus perhitungan PDB pendekatan
produksi adalah:
Y = (PXQ)1 + (PXQ)2 +.....(PXQ)n
Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
P = harga
Q = kuantitas
2.5. Kerangka Pemikiran
Subsektor industri pengolahan non migas :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
industri makanan, minuman & tembakau
industri tekstil, barang kulit dan alas kaki
industri barang kayu dan hasil hutan lainnya
industri kertas dan barang cetakan
industri pupuk, kimia dan barang dari karet
industri semen dan barang galian bukan logam
industri logam dasar besi dan baja
industri alat angkutan, mesin dan peralatannya
industri barang lainnya
PDB Indonesia sektor industri
pengolahan non migas
BAB III
2.6. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang telah dipaparkan maka dapat disajikan
hipotesis yaitu diduga:
1. Pertumbuhan industri non migas berpengaruh positif pada pertumbuhan PDB Indonesia.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini adalah metode regresi linier sederhana. Model ini
dipilih atas dasar karena penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh, arah dan
kekuatan hubungan dari variable bebas terhadap variable terikat serta untuk menestimasi dan
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel terikat (dependent variable)
berdasarkan nilai variabel bebas (independen variable) yang diketahui objek dalam penelitian
ini adalah pertumbuhan industri non migas sebagai variabel bebas dan pertumbuhan PDB
sebagai variabel terikat.
3.2. Sumber Data
Sumber data berasal dari data sekunder yang diperoleh dari website Kemenperin,
jurnal-jurnal ilmiah dan literatur-literatur lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini.
Referensi studi kepustakaan diperoleh melalui jurnal-jurnal penelitian terdahulu. Waktu
penelitian adalah tahun 2007 sampai tahun 2012.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu data yang
diukur dalam suatu skala numerik (angka). Data kuantitatif ini berupa data runtut
waktu (time series) yaitu data yang disusun menurut waktu pada suatu variabel
tertentu. Penelitian diproses dengan pengumpulan data yaitu mengunjungi website
Kemenperin terkait untuk mengambil data sekunder.
3.4. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian,
sedangkan definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan memberikan arti (Moh. Nazir, 2003). Jadi variabel penelitian ini
meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis variabel penelitian, yaitu variabel terikat
(dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel
dependennya yaitu tingkat pertumbuhan PDB di Indonesia dan pertumbuhan industri
non migas adalah variabel independennya.
3.5. Metode Analisis Regresi Berganda
Untuk menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independen, maka
pengolahan data dilakukan dengan metode analisis regresi berganda. Dalam analisis ini
dilakukan dengan bantuan program Eviews Untuk menganalisis hubungan antar variabel
dependen dan independen, maka pengelolaan data dilakukan dengan metode analisis dengan
model Ordinary Least Square (OLS). Metode OLS digunakan untuk memperoleh estimasi
parameter dalam menganalisis pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen. Metode OLS dipilih karena merupakan salah satu metode sederhana dengan
analisis regresi yang kuat dan popular, dengan asumsi-asumsi tertentu (Gujarati, 2003)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Estimasi Model Penelitian
Dependent Variable: PERTUMBUHAN_PDB
Method: Least Squares
Date: 06/13/15 Time: 10:35
Sample: 1 6
Included observations: 6
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
4.008038
PERTUMBUHAN_IND
USTRI
0.398932
0.544176
7.365335
0.0018
0.105451
3.783096
0.0194
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.781562
0.726952
0.357501
0.511229
-1.125538
14.31182
0.019384
5.991283
0.684161
1.041846
0.972433
0.763978
2.215982
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu
atau
residual
memiliki
distribusi
normal
Ghozali
(2005).
Dalam software EViews normalitas sebuah data dapat diketahui dengan membandingkan nilai
Jarque-Bera (JB) dan nilai Chi Square tabel. Uji JB didapat dari histogram normality.
Hipotesisi yang digunakan adalah:
H0
: Data berdistribusi normal
H1
: Data tidak berdistribusi normal
Jika hasil dari JB hitung > Chi Square tabel, maka H0 ditolak
Jika hasil dari JB hitung < Chi Square tabel, maka H0 diterima
3
Series: Residuals
Sample 1 6
Observations 6
2
1
0
-0.50
-0.25
0.00
0.25
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-5.32e-16
0.000914
0.391263
-0.400963
0.319759
-0.017549
1.428368
Jarque-Bera
Probability
0.617815
0.734249
0.50
Nilai probability 0,734249 dengan tingkat α 5%. Yang berarti nilai probability 0,734249
lebih besar dari α 0,05 yang berarti error term terdistribusi normal.
Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain Ghozali
(2005). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS
2.5
854
76
3.7
970
75
0.3
614
55
Prob. F(2,3)
Prob. ChiSquare(2)
Prob. ChiSquare(2)
0.
22
25
0.
14
98
0.
83
47
Didalam software Eviews dengan menggunakan metode white untuk melihat ada tidaknya
heteroskedastisitas diketahui nilai probability Obs*R-Squared 0,1498 lebih besar dari α 0,05
yang berarti tidak terdapat heteroskedastisitas pada model regresi.
Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2002), uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya), dimana jika terjadi korelasi dinamakan pada
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun sepanjang waktu
yang berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Masalah ini timbul karena residu (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series.
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
Ho
H1
4.0
128
44
4.8
030
75
Prob. F(2,2)
Prob. ChiSquare(2)
0.
19
95
0.
09
06
: Tidak ada Korelasi srial
: Ada korelasi serial
Jika p-value obs*-square < ɑ, maka Ho ditolak
arena p value -obs*-square = 0,0906 > 0,05, maka H0 diterima.
Kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan 95%, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
autokorelasi dalam model regresi.
Interpretasi Hasil Regresi
Pertumbuhan PDB = 4,00 + 0,398Pertumbuhan Industri
Pada model diatas nilai konstanta sebesar 4,00, dapat diartikan bahwa apabila variabel lain
konstan atau tidak mengalami perubahan, maka tingkat inflasi yang terjadi sebesar 4,00.
Tingkat pertumbuhan industri memiliki nilai koefisien sebesar 0,398 yang berarti bahwa
setiap kenaikan pertumbuhan industri akan meningkatkan pertumbuhan PDB apabila
variabel lain dianggap konstan. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa
peningkatan pertumbuhan industri akan meningkatkan pertumbuhan PDB.
Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Uji t-statistik dilakukan untuk menguji apakah pertumbuhan industri secara parsial
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan PDB di Indonesia,.
1.
Pertumbuhan Industri non migas
a. Df = 6-1-1 = 4
α = 5%
T-tabel = 2,77, T-hitung = 3,783
b. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa t-hitung > t-tabel (3,783 > 2,77).
Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan industri mempunyai pengaruh yang
signifikan secara statistik terhadap pertumbuhan PDB.
Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Untuk mengetahui apakah semua variabel penjelas yang digunakan dalam model regresi
secara serentak atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel yang dijelaskan adalah uji
F statistik. Nilai f hitung dicari dengan rumus :
Keterangan :
R2
= koefisien determinasi
n
= jumlah observasi
k
= jumlah variabel yang digunakan
Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Ho ditolak apabila t hitung > t tabel,yang berarti variabel independen (X)
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y).
b. Ho diterima apabila t hitung < t tabel, yang berarti independen (X) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadp variabel dependen (Y).
Dependent Variable: PERTUMBUHAN_PDB
Method: Least Squares
Date: 06/13/15 Time: 10:35
Sample: 1 6
Included observations: 6
Variable
C
PERTUMBUHAN_IND
USTRI
R-squared
Adjusted R-squared
Co
effi
cie
nt
Std.
Erro
r
tStati
stic
Pr
ob
.
4.0
080
38
0.3
989
32
0.54
417
6
0.10
545
1
7.36
533
5
3.78
309
6
0.
00
18
0.
01
94
0.7
815
62
0.7
269
52
Mean
dependent var
S.D.
dependent var
5.
99
12
83
0.
68
41
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.3
575
01
0.5
112
29
1.1
255
38
14.
311
82
0.0
193
84
Akaike info
criterion
Schwarz
criterion
Hannan-Quinn
criter.
DurbinWatson stat
61
1.
04
18
46
0.
97
24
33
0.
76
39
78
2.
21
59
82
Nilai F-statistik yang diperoleh 14,31 sedangkan F-tabel 2,77. Dengan demikian F-statistik
lebih besar dari F-tabel yang artinya bahwa pertumbuhan industri non migas secara bersamasama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDB Indonesia.
Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Nilai R2 disebut juga koefisien determinasi. Koefisien determinasi bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi
variabel dependen (goodness of fit test). Nilai koefisien determinasi pada model
sebesar 78 persen. Yang berarti, kemampuan variabel bebas yaitu tingkat
pertumbuhan industri terhadap variabel terikat yaitu pertumbuhan PDB sebesar 78
persen. Dan 22 persen sisanya dijelaskan oleh variabel bebas lain diluar model
regresi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
Regresi sederhana, dapat disimpulkan bahwa pengaruh atau dampak perkembangan
industri sangat besar sekali terhadap pertumbuhan PDB Indonesia. Industri memegang
peranan yang menentukan dalam perkembangan perekonomian sehingga benar-benar
perlu didukung dan diupayakan perkembangannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil
variabel pertumbuhan industri non migas, memiliki hubungan positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan PDB Indonesia dengan nilai koefisien sebesar 0,398, yang
artinya bahwa apabila variabel lain konstan, maka setiap pertumbuhan industri non
migas akan menaikkan pertumbuhan PDB sebesar 0,398.
5.2.
Saran
Dengan melihat pengaruh perindustrian terhadap perkembangan perekonomian,
maka sudah selayaknya apabila pemerintah bersikap serius dan segera melakukan
perubahan, baik terhadap regulasi maupun birokrasi yang terkait dengan perindustrian
agar pendapatan ekonomi nasional ikut semakin meningkat seiring berkembangnya
era globalisasi
PERTUMBUHAN DOMESTIK BRUTO (PDB) DI INDONESIA TAHUN
2007-2012
WIWID SUNDARI
Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Email : [email protected]
ABSTRACT
Industry growth in Indonesia is very fastly and could not be denied that the growth
of industries that bring the changes in the community around the industry . In the
development of industry , the role of the agricultural sector in economic indonesia to
replaced by the role of the industrial sector manufacturing ( processing industry non-oil ) so
with an increased industry it will impact on GDP growth .
Generally industry subsektor non-oil are large contribution in economic growth . So
indonesia must capable of accelerating growth industry subsektor non-oil to economic
growth and GDP growth in indonesia . So that in this research will be seen as far as which
growth to industry non-oil to the GDP growth in indonesia .
The main purpose of this research is to analyze the growth to industry non-oil to the
GDP growth in indonesia. This research used time seris data from 2017 until 2012 . The
method that used is Ordinary Least Square (OLS).
The estimated showed that growth to industry non-oil have significant influence to
the GDP growth in Indonesia. growth to industry non-oil have positively influence to GDP
growth in Indonesia. The R-Squared is 78%, it means that independent variable can explain
the dependent variable as much as 22 percent. While 22% are explained by variables are not
include in estimation model. F-statistic is bigger than F table, it means that growth to
industry non-oil together affected on inflation in Indonesia, significantly α = 5%.
Keywords : growth to industry non-oil, GDP growth in indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Krisis ekonomi merupakan musibah yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang
melamban. Pertumbuhan ekonomi yang melamban bukan berakar pada masalah karena
kelemahan pada sektor moneter dan keuangan saja, melainkan pada tidak kuatnya struktur
sektor ekonomi di riel dalam menghadapi gejolak dari luar (external shock) atau gejolak dari
dalam (internal shock).
Untuk mengatasi lambannya pertumbuhan ekonomi pada saat sekarang ini, negara
Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional
merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Alinea ke 4, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tujuan negara
tersebut, pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur
yang merata. Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia tersebut di atas, pemerintah
telah berupaya melakukan berbagai kegiatan, termasuk salah satu diantaranya adalah
mendorong laju perekonomian nasional. Pertumbuhan laju industri merupakan andalan
pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomian di Indonesia. Perekonomian di
Indonesia tidak akan berkembang tanpa dukungan dari peningkatan perindustrian sebagai
salah satu sektor perekonomian yang sangat dominan di jaman sekarang.
Dalam perkembangan pertumbuhan perindustrian di Indonesia, peranan sektor
pertanian dalam pembangunan ekonomi di Indonesia mulai tergeser oleh peranan sektor
industri manufaktur (industri pengolahan non migas) yang mengalami perkembangan yang
pesat. Adanya pergeseran peranan sektor industri menyebabkan terjadinya perubahan struktur
ekonomi dari perekonomian yang berbasis agraris menjadi perekonomian yang berbasis
industri. (Erlangga, 2005:2).
Sektor industri non migas memiliki peranan yang penting dalam pembangunan
ekonomi di Indonesia dan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Karena sektor industri non migas adalah penyumbang utama untuk PDB
Indonesia yang paling besar. Berikut ini merupakan data laju pertumbuhan industri dan
kontribusinya terhadap pertumbuhan PDB tahun 2007-2012.
Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas (Kumulatif)
(Dalam %)
2008
2009
2010
2011
2012
(s.d. TW I)
Makanan, Minuman dan Tembakau 5,0508
2,3401
11,2193
2,7805
9,1884
8,1857
2.
Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
-3,6796
-3,6440
0,5999
1,7667
7,5181
1,4145
3.
Brg. kayu & Hasil hutan lainnya
-1,7425
3,4501
-1,3808
-3,4670
0,3497
-0,8573
4.
Kertas dan Barang cetakan
5,7935
-1,4841
6,3398
1,6695
1,4958
0,4987
No
Lapangan Usaha
1.
2007
No
Lapangan Usaha
2007
2008
2009
2010
2011
2012
(s.d. TW I)
5.
Pupuk, Kimia & Barang dari karet
5,6856
4,4594
1,6444
4,7009
3,9508
9,1917
6.
Semen & Brg. Galian bukan logam
3,3962
-1,4945
-0,5115
2,1793
7,1883
6,1073
7.
Logam Dasar Besi & Baja
1,6900
-2,0528
-4,2599
2,3838
13,0567 5,5737
8.
Alat Angk., Mesin & Peralatannya
9,7317
9,7925
-2,8746
10,3802
6,9999
6,2255
9.
Barang lainnya
-2,8215
-0,9564
3,1941
3,0026
1,8244
4,2099
Pertumbuhan Industri Pengolahan
Non Migas
5,1501
4,0468
2,5614
5,1165
6,8270
6,1265
Pertumbuhan PDB
6,0137
4,6289
6,1954
6,4570
6,3077
6,3450
Dikelola oleh Tim Pengelola Website Kemenperin
Berdasarkan data tersebut, kita dapat lihat bahwa terjadi fluktuasi tingkat
pertumbuhan industri dan pertumbuhan PDB yang tidak stabil di setiap tahunnya. Hanya
pada tahun 2011 dan 2012 yang terlihat stabil. Dan pada tahun 2009 mengalami penurunan
yang sangat signifikan mencapai 2,5614% dan naik kembali pada tahun berikutnya.
1.2
Rumusan Dan Batasan Masalah
Bagaimanakah pengaruh pertumbuhan perindustrian non migas terhadap pertumbuhan PDB?
1.3
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Mengetahui besanya pengaruh tingkat pertumbuhan industri non migas terhadap
pertumbuhan PDB Indonesia.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Dapat memberikan ilmu pengetahuan yang lebih tentang hubungan tingkat pertumbuhan
industri non migas terhadap tingkat pertumbuhan PDB Indonesia dan semoga menjadi acuan
bagi penelitian-penelitian sejenis berikutnya.
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pengertian Pertumbuhan ekonomi menurut Dr. Joko Untoro (2010:39)
“Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka panjang.”
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi menurut Kuznets dalam Buku Membuka Cakrawala
Ekonomi (2009:11)
“Pertumbuhan Ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang
bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan ekonomi adalah proses
dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi
perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.
2.1.1. Teori Dan Model Pertumbuhan Ekonomi
Dalam zaman ahli ekonomi klasik, seperti Adam Smith dalam buku karangannya yang
berjudul An Inguiry into the Nature and Causes of the Wealt Nations, menganalisis sebab
berlakunya pertumbuhan ekonomi dan faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi.
Setelah Adam Smith, beberapa ahli ekonomi klasik lainnya seperti Ricardo, Malthus, Stuart
Mill, juga membahas masalah perkembangan ekonomi .
1.
Teori Inovasi Schum Peter
Pada teori ini menekankan pada faktor inovasi enterpreneur sebagai motor penggerak
pertumbuhan ekonomi kapitalilstik.Dinamika persaingan akan mendorong hal ini.
2.
Model Pertumbuhan Harrot-Domar
Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.Selain kuantitas faktor produksi
tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena pendidikan dan latihan.Model ini
dapat menentukan berapa besarnya tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihar
tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural
dikalikan dengan nisbah kapital-output.
3.
Model Input-Output Leontief.
Model ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan antarindustri.
Dengan menggunakan tabel ini maka perencanaan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan
secara konsisten karena dapat diketahui gambaran hubungan aliran input-output antarindustri.
Hubungan tersebut diukur dengan koefisien input-output dan dalam jangka pendek/menengah
dianggap konstan tak berubah .
4.
Model Pertumbuhan Lewis Model
ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negar sedang berkembang banyak
(padat) penduduknya.Tekanannya adalah perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian
ke sektor modern kapitalis industri yang dibiayai dari surplus keuntungan.
2.2. Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan
keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri.
Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
• Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian
Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,barang
setengah jadi, atau barang jadi yang mempunyai nilai lebih tinggi untuk penggunaanya.
• Menurut George T. Renner
Industri adalah semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang produktif/
menghasilkan barang dan uang.
• Menurut Moh. Hatta
Industri adalah usaha untuk mengganti struktur agraris menjadi struktur industri.
• Hasibuan
Pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro maupun mikro. Secara mikro
industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang
yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat yang saling mengganti sangat erat.
Dari segi pembentukan pendapatan yakni cenderung bersifat makro. Industri adalah kegiatan
ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Jadi batasan industri yaitu secara mikro sebagai
kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang sedangkan secara makro dapat membentuk
pendapatan.
2.2.1
a.
1.
Jenis Industri
Berdasarkan Tempat Bahan Baku
Industri ekstraktif: industri yang bahan baku diambil langsung dari alam
sekitar. Contoh
:
pertanian,
perkebunan,
perhutanan,
perikanan,
peternakan,
pertambangan, dan lain lain.
2.
Industri nonekstaktif: industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam
sekitar.
3.
Industri fasilitatif: industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual
kepada para konsumennya. Contoh : asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan
lain sebagainya.
b.
1.
Berdasarkan Besar Kecil Modal
Industri padat modal: industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar
untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya
2.
Industri padat karya: industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga
kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
c.
Berdasarkan Klasifikasi (SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986)
1.
Industri kimia dasar: semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2.
Industri mesin dan logam dasar: pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3.
Industri kecil: roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll
4.
Aneka industri: pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
d.
Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
1.
Industri rumah tangga: jumlah karyawan/tenaga kerja antara 1-4 orang.
2.
Industri kecil: jumlah karyawan/tenaga kerja antara 5-19 orang.
3.
Industri sedang /industri menengah: jumlah karyawan/tenaga kerja antara 20-99
orang.
4.
e.
1.
Industri besar: jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah 100 orang atau lebih.
Berdasarkan Lokasi
Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented
industry). Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen.
Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada.
Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
2.
Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja (man power
oriented industry). Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman
penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja /
pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3.
Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply
oriented industry). Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku
berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
f.
1.
Berdasarkan Produktifitas Perorangan
Industri primer. Industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan
langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Contohnya adalah hasil produksi pertanian,
peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
2.
Industri sekunder. Industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan
barang-barang untuk diolah kembali. Misalnya adalah pemintalan benang sutra,
komponen elektronik, dan sebagainya.
3.
Industri tersier. Industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa. Contoh
seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang
lainnya.
2.3. Konsep dan Definisi Sektor Industri Pengolahan Non Migas
Industri pengolahan non migas atau disebut juga dengan industri manufaktur adalah
suatu kegiatan ekonomi yang mengubah bahan dasar secara mekanis, kimia atau dengan
tangan sehingga menjadi barang jadi atau barang setengah jadi atau barang yang kurang
nilainya menjadi lebih tinggi nilainya dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. (Badan
Pusat Statistik,2007).
Industri dapat digolongkan berdasarkan beberapa sudut tinjauan atau beberapa
pendekatan. Di Indonesia, Indonesia dikelompokkan berdasarkan komoditas, skala usaha
ataupun arus produknya. Penggolongan yang paling universal adalah berdasarkan
International Standard of industrial Classification (ISIC), yaitu secara komoditas, Industri
pengolahan Bukan Migas, subsektornya dibedakan mencapai 9 kegiatan utama dan disajikan
menurut dua digit kode Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), yaitu industri
makanan, minuman dan tembakau (31), industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (32),
industri barang kayu dan hasil hutan lainnya (33), industri kertas dan barang cetakan (34),
industri pupuk, kimia dan barang dari karet (35), industri semen dan barang galian bukan
logam (36), industri logam dasar besi dan baja (37), industri alat angkutan, mesin dan
peralatannya (38), danb industri barang lainnya (39).
Pada seri tahun dasar 2000, industri pengolahan non migas dibedakan atas dua bagian
berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat, yaitu : industri besar dan sedang/IBS (tenaga
kerja ≥ 20 orang), serta industri kecil dan rumah tangga/IKKR (tenaga kerja 1-19).
2.4. Produk Domestik Bruto (PDB)
Menurut McEachern (2000: 146) Gross Domestik Product artinya mengukur nilai
pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu
negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk
mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa
perekonomian pada suatu saat. Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa
akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir .Untuk barang dan
jasa yang dibeli untuk diproses dan kemudian dijual lagi tidak dimasukkan dalam hitungan
GDP, hal ini dilakukan untuk menghindari masalah penghitungan ganda (McEachern, 2000:
147). Perhitungan ganda dapat menyebabkan hasil dari perhitungan GDP tidak menunjukan
hasil yang sebenarnya, sehingga dalam perhitungan tersebut hanya dilakukan perhitungan
satu kali untuk setiap produk.
Menurut Mankiw (2007: 23) ada dua tipe Gross Domestik Produk, yaitu sebagai
berikut:
1. GDP dengan harga berlaku atau GDP nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan
suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.
2. GDP dengan harga tetap atau GDP riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu
negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang
seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain.
2.4.1. Perhitungan PDB
PDB dapat dihitung dengan memakai tiga pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran,
pendekatan pendapatan dan pendekatan produksi (Kunawangsih dan Antyo, 2006: 35).
Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:
PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor – impor)
Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh
sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan
sektor luar negeri.
Sementara pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi:
PDB = sewa + upah + bunga + laba.
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk
tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Secara teori PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus
menghasilkan angka yang sama (Kunawangsih dan Antyo, 2006: 35). Sehingga walaupun
menggunakan dua metode dan data berbeda namun hasil akhirnya tetap menunjukan PDB
dari negara tersebut. Hal ini yang kemudian menjadi alasan mengapa PDB biasanya
digunakan sebagai tolak ukur kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat dalam
suatu negara.
Pendekatan yang ketiga adalah pendekatan produksi, menurut metode ini, PDB adalah
total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Cara penghitungan dalam
praktik adalah dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi
(industrial origin). Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh
perekonomian. Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor
perekonomian berasal dari output sektor lain. Atau bisa juga merupakan input bagi sektor
ekonomi yang lain lagi. Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi penghitungan
ganda (double counting) atau bahkan multiple counting. Akibatnya angka PDB bisa
menggelembung beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya. Untuk menghindari hal
tersebut, maka dalam perhitungan PDB dengan metode produksi, yang dijumlahkan adalah
nilai tambah (value added) masingmasing sektor. Rumus perhitungan PDB pendekatan
produksi adalah:
Y = (PXQ)1 + (PXQ)2 +.....(PXQ)n
Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
P = harga
Q = kuantitas
2.5. Kerangka Pemikiran
Subsektor industri pengolahan non migas :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
industri makanan, minuman & tembakau
industri tekstil, barang kulit dan alas kaki
industri barang kayu dan hasil hutan lainnya
industri kertas dan barang cetakan
industri pupuk, kimia dan barang dari karet
industri semen dan barang galian bukan logam
industri logam dasar besi dan baja
industri alat angkutan, mesin dan peralatannya
industri barang lainnya
PDB Indonesia sektor industri
pengolahan non migas
BAB III
2.6. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang telah dipaparkan maka dapat disajikan
hipotesis yaitu diduga:
1. Pertumbuhan industri non migas berpengaruh positif pada pertumbuhan PDB Indonesia.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini adalah metode regresi linier sederhana. Model ini
dipilih atas dasar karena penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh, arah dan
kekuatan hubungan dari variable bebas terhadap variable terikat serta untuk menestimasi dan
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel terikat (dependent variable)
berdasarkan nilai variabel bebas (independen variable) yang diketahui objek dalam penelitian
ini adalah pertumbuhan industri non migas sebagai variabel bebas dan pertumbuhan PDB
sebagai variabel terikat.
3.2. Sumber Data
Sumber data berasal dari data sekunder yang diperoleh dari website Kemenperin,
jurnal-jurnal ilmiah dan literatur-literatur lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini.
Referensi studi kepustakaan diperoleh melalui jurnal-jurnal penelitian terdahulu. Waktu
penelitian adalah tahun 2007 sampai tahun 2012.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu data yang
diukur dalam suatu skala numerik (angka). Data kuantitatif ini berupa data runtut
waktu (time series) yaitu data yang disusun menurut waktu pada suatu variabel
tertentu. Penelitian diproses dengan pengumpulan data yaitu mengunjungi website
Kemenperin terkait untuk mengambil data sekunder.
3.4. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian,
sedangkan definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan memberikan arti (Moh. Nazir, 2003). Jadi variabel penelitian ini
meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis variabel penelitian, yaitu variabel terikat
(dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel
dependennya yaitu tingkat pertumbuhan PDB di Indonesia dan pertumbuhan industri
non migas adalah variabel independennya.
3.5. Metode Analisis Regresi Berganda
Untuk menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independen, maka
pengolahan data dilakukan dengan metode analisis regresi berganda. Dalam analisis ini
dilakukan dengan bantuan program Eviews Untuk menganalisis hubungan antar variabel
dependen dan independen, maka pengelolaan data dilakukan dengan metode analisis dengan
model Ordinary Least Square (OLS). Metode OLS digunakan untuk memperoleh estimasi
parameter dalam menganalisis pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen. Metode OLS dipilih karena merupakan salah satu metode sederhana dengan
analisis regresi yang kuat dan popular, dengan asumsi-asumsi tertentu (Gujarati, 2003)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Estimasi Model Penelitian
Dependent Variable: PERTUMBUHAN_PDB
Method: Least Squares
Date: 06/13/15 Time: 10:35
Sample: 1 6
Included observations: 6
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
4.008038
PERTUMBUHAN_IND
USTRI
0.398932
0.544176
7.365335
0.0018
0.105451
3.783096
0.0194
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.781562
0.726952
0.357501
0.511229
-1.125538
14.31182
0.019384
5.991283
0.684161
1.041846
0.972433
0.763978
2.215982
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu
atau
residual
memiliki
distribusi
normal
Ghozali
(2005).
Dalam software EViews normalitas sebuah data dapat diketahui dengan membandingkan nilai
Jarque-Bera (JB) dan nilai Chi Square tabel. Uji JB didapat dari histogram normality.
Hipotesisi yang digunakan adalah:
H0
: Data berdistribusi normal
H1
: Data tidak berdistribusi normal
Jika hasil dari JB hitung > Chi Square tabel, maka H0 ditolak
Jika hasil dari JB hitung < Chi Square tabel, maka H0 diterima
3
Series: Residuals
Sample 1 6
Observations 6
2
1
0
-0.50
-0.25
0.00
0.25
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-5.32e-16
0.000914
0.391263
-0.400963
0.319759
-0.017549
1.428368
Jarque-Bera
Probability
0.617815
0.734249
0.50
Nilai probability 0,734249 dengan tingkat α 5%. Yang berarti nilai probability 0,734249
lebih besar dari α 0,05 yang berarti error term terdistribusi normal.
Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain Ghozali
(2005). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS
2.5
854
76
3.7
970
75
0.3
614
55
Prob. F(2,3)
Prob. ChiSquare(2)
Prob. ChiSquare(2)
0.
22
25
0.
14
98
0.
83
47
Didalam software Eviews dengan menggunakan metode white untuk melihat ada tidaknya
heteroskedastisitas diketahui nilai probability Obs*R-Squared 0,1498 lebih besar dari α 0,05
yang berarti tidak terdapat heteroskedastisitas pada model regresi.
Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2002), uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya), dimana jika terjadi korelasi dinamakan pada
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun sepanjang waktu
yang berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Masalah ini timbul karena residu (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series.
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
Ho
H1
4.0
128
44
4.8
030
75
Prob. F(2,2)
Prob. ChiSquare(2)
0.
19
95
0.
09
06
: Tidak ada Korelasi srial
: Ada korelasi serial
Jika p-value obs*-square < ɑ, maka Ho ditolak
arena p value -obs*-square = 0,0906 > 0,05, maka H0 diterima.
Kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan 95%, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
autokorelasi dalam model regresi.
Interpretasi Hasil Regresi
Pertumbuhan PDB = 4,00 + 0,398Pertumbuhan Industri
Pada model diatas nilai konstanta sebesar 4,00, dapat diartikan bahwa apabila variabel lain
konstan atau tidak mengalami perubahan, maka tingkat inflasi yang terjadi sebesar 4,00.
Tingkat pertumbuhan industri memiliki nilai koefisien sebesar 0,398 yang berarti bahwa
setiap kenaikan pertumbuhan industri akan meningkatkan pertumbuhan PDB apabila
variabel lain dianggap konstan. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa
peningkatan pertumbuhan industri akan meningkatkan pertumbuhan PDB.
Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Uji t-statistik dilakukan untuk menguji apakah pertumbuhan industri secara parsial
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan PDB di Indonesia,.
1.
Pertumbuhan Industri non migas
a. Df = 6-1-1 = 4
α = 5%
T-tabel = 2,77, T-hitung = 3,783
b. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa t-hitung > t-tabel (3,783 > 2,77).
Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan industri mempunyai pengaruh yang
signifikan secara statistik terhadap pertumbuhan PDB.
Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Untuk mengetahui apakah semua variabel penjelas yang digunakan dalam model regresi
secara serentak atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel yang dijelaskan adalah uji
F statistik. Nilai f hitung dicari dengan rumus :
Keterangan :
R2
= koefisien determinasi
n
= jumlah observasi
k
= jumlah variabel yang digunakan
Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Ho ditolak apabila t hitung > t tabel,yang berarti variabel independen (X)
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y).
b. Ho diterima apabila t hitung < t tabel, yang berarti independen (X) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadp variabel dependen (Y).
Dependent Variable: PERTUMBUHAN_PDB
Method: Least Squares
Date: 06/13/15 Time: 10:35
Sample: 1 6
Included observations: 6
Variable
C
PERTUMBUHAN_IND
USTRI
R-squared
Adjusted R-squared
Co
effi
cie
nt
Std.
Erro
r
tStati
stic
Pr
ob
.
4.0
080
38
0.3
989
32
0.54
417
6
0.10
545
1
7.36
533
5
3.78
309
6
0.
00
18
0.
01
94
0.7
815
62
0.7
269
52
Mean
dependent var
S.D.
dependent var
5.
99
12
83
0.
68
41
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.3
575
01
0.5
112
29
1.1
255
38
14.
311
82
0.0
193
84
Akaike info
criterion
Schwarz
criterion
Hannan-Quinn
criter.
DurbinWatson stat
61
1.
04
18
46
0.
97
24
33
0.
76
39
78
2.
21
59
82
Nilai F-statistik yang diperoleh 14,31 sedangkan F-tabel 2,77. Dengan demikian F-statistik
lebih besar dari F-tabel yang artinya bahwa pertumbuhan industri non migas secara bersamasama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDB Indonesia.
Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Nilai R2 disebut juga koefisien determinasi. Koefisien determinasi bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi
variabel dependen (goodness of fit test). Nilai koefisien determinasi pada model
sebesar 78 persen. Yang berarti, kemampuan variabel bebas yaitu tingkat
pertumbuhan industri terhadap variabel terikat yaitu pertumbuhan PDB sebesar 78
persen. Dan 22 persen sisanya dijelaskan oleh variabel bebas lain diluar model
regresi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
Regresi sederhana, dapat disimpulkan bahwa pengaruh atau dampak perkembangan
industri sangat besar sekali terhadap pertumbuhan PDB Indonesia. Industri memegang
peranan yang menentukan dalam perkembangan perekonomian sehingga benar-benar
perlu didukung dan diupayakan perkembangannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil
variabel pertumbuhan industri non migas, memiliki hubungan positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan PDB Indonesia dengan nilai koefisien sebesar 0,398, yang
artinya bahwa apabila variabel lain konstan, maka setiap pertumbuhan industri non
migas akan menaikkan pertumbuhan PDB sebesar 0,398.
5.2.
Saran
Dengan melihat pengaruh perindustrian terhadap perkembangan perekonomian,
maka sudah selayaknya apabila pemerintah bersikap serius dan segera melakukan
perubahan, baik terhadap regulasi maupun birokrasi yang terkait dengan perindustrian
agar pendapatan ekonomi nasional ikut semakin meningkat seiring berkembangnya
era globalisasi