Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor - Faktor yang Memengaruhi Kesiapan Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Salatiga T2 912012047 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah

Bekerja merupakan suatu aktivitas yang
dilakukan individu untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Individu yang bekerja dapat menunjukkan
produktivitas untuk membuktikan dirinya. Namun,
tidak selamanya manusia dapat melakukan aktivitas
bekerja, terutama bagi mereka yang bekerja pada suatu
perusahaan atau organisasi tertentu karena adanya
batasan usia produktif (Kuncoro dan Sari, 2006).
Seiring dengan berjalannya waktu, individu harus
menghadapi kenyataan bahwa kondisi fisik manusia
untuk bekerja ada batasannya. Semakin tua seseorang,
semakin
turun
kondisi
fisiknya,

menyebabkan
produktivitas kerja akan semakin menurun. Sehingga,
akan tiba pada waktunya seseorang berhenti bekerja
(pensiun) untuk dapat menikmati hasil yang
diperolehnya
selama
bekerja.
Seseorang
yang
memasuki masa pensiun mengalami perubahan pola
hidup dari bekerja menjadi tidak bekerja, sehingga
individu harus mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi (Kim dan Moen, 2002).
Melepaskan pekerjaan yang telah dilakukan sehari-hari
akan menumbuhkan kecemasan,terutama pada calon
pensiun. Savickas (2002) mengungkapkan bahwa jika
perjalanan karir seseorang dianggap sebagai suatu pola
perkembangan hidup maka masa pensiun adalah fase
kritis. Pada praktiknya masa pensiun seringkali
dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan,

sehingga menjelang masanya tiba, sebagian orang
sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan
macam apa yang akan dihadapinya kelak. Terlebih lagi
jika sebelumnya seseorang memiliki kedudukan atau
jabatan, maka saat pensiun tiba, jabatan itu akan
lenyap, sehingga individu akan kehilangan identitas
dan label. Semua orang pasti akan berhenti bekerja
suatu hari nanti, baik berhenti karena sudah masuk
1

pada usia pensiun maupun disebabkan oleh hal yang
lain.
Ada pandangan sikap yang berbeda ketika
menyikapi masa pensiun pada diri seseorang. Yates
dan Ward (2013) menjelaskan bahwa bagi sebagian
orang masa pensiun adalah masa tidak menyenangkan
karena pensiun berarti memutuskan aktivitas rutin
pada diri seseorang yang telah dilakukan selama
bertahun-tahun, sehingga dapat memutuskan tali
rantai sosial yang sudah melekat pada identitas

seseorang selama ini. Di sisi lain Brotoharjo (2007)
menjelaskan bahwa bagi beberapa orang masa pensiun
adalah masa yang penuh syukur karena masa ini
adalah masa beristirahat setelah sekian lama bekerja
dan mereka dapat melakukan hal-hal baru yang
mungkin selama ini tidak pernah mereka lakukan
sebelumnya. Menyenangkan atau tidaknya masa
pensiun dinilai oleh Tasumewada (2013) sangat
bergantung pada persiapan individu untuk menyiapkan
kondisi di waktu tersebut.
Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya
ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi
dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri.
Tidak heran masa pensiun ini terkadang menimbulkan
masalah psikologis bagi yang baru menjalaninya,
karena banyak dari mereka yang tidak siap
menghadapi masa itu. Dengan memasuki masa
pensiun, seseorang akan kehilangan peran sosialnya di
masyarakat, prestise, kekuasaan, kontak sosial,
bahkan harga diri akan berubah juga karena

kehilangan peran (Eliana, 2003).
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa
bagiseseorang yang memasuki masa pensiun akan
membutuhkan
waktu
untukmerubah
orientasi
kehidupannya dari suasana bekerja ke suasana waktu
luangyang panjang. Kesiapan pensiun menjadi penting
karena seseorang yang siap akan menjalani masa
pensiun yang menyenangkan dan positif. Moorthy et al
(2013) menjelaskan kesiapan pensiun sebagai kondisi
dimana individu sudah siap secara lahir dan batin
2

untuk pensiun. Hasil penelitian Noone et al (2009)
menunjukkan
bahwa
persiapan
masa

pensiun
berhubungan signifikan dengan kehidupan yang
sejahtera dimasa setelah pensiun. Hal tersebut juga
didukung oleh hasil penelitian dari Topa et al (2009)
yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan signifikan
antara perilaku perencanaan pensiun dengan kepuasan
pensiun.
Brotoharjo (2007) mengungkapkan bahwa pada
umumnya ada dua hal yang menjadi masalah utama
yang dihadapi pensiunan. Pertama, bagaimana
mencukupi biaya hidupnya pada masa pensiun nanti,
dan kedua, waktu luang yang sangat banyak itu akan
dimanfaatkan untuk apa saja. Banyak pensiunan yang
merasakan ketidakstabilan keuangan pada awal
kehidupan masa pensiunnya, mereka kebanyakan
menghabiskan keuangannya untuk makan, perumahan
dan perawatan kesehatan.
Senduk (2008) menjelaskan bahwa dengan
datangnya masa pensiun, penghasilan yang diterima
oleh seseorang akan menurun. Terdapat empat alasan

perlunya individu mempersiapkan masa pensiun secara
finansial, yaitu: tingginya biaya hidup saat ini, naiknya
biaya hidup dari tahun ke tahun, dan ketidakpastian
ekonomi di masa mendatang. Akibatnya mereka yang
menikmati masa pensiun harus rela untuk mengurangi
standar hidupnya untuk menyesuaikan dengan
penghasilan masa pensiun yang diterimanya itu. Oleh
karena itu setiap orang perlu melakukan persiapan
masa pensiun untuk kehidupan setalah pensiun nanti.
Hakim
(2007)
mengungkapkan
bahwa
dalam
menghadapi masa pensiun pekerja harus melakukan
persiapan
masa
pensiun
agar
mereka

dapat
menyingkirkan
rasa
kecemasan
yang
dapat
mengganggu kehidupan mereka di masa pensiun.
Beberapa penelitian dan literatur tentang
persiapan masa pensiun memfokuskan pada 3 kategori
besar yang memengaruhi, yaitu persiapan secara
individual, persiapan secara organisasional dan sosial
secara terpisah. Persiapan individual terdiri dari
3

persiapan finansial, persiapan fisik, persiapan mental
dan persiapan kegiatan pengganti. Lalu kategori
organisasional terdiri dari adanya program persiapan
pensiun dan pemberian manfaat pensiun. Selanjutnya
kategori sosial terdiri dari faktor dukungan sosial
(Albertet al, 1995; Berger dan Denton, 2004; Kim et al,

2005; Kuncoro dan Sari, 2006; Ismulcokro dan Sutarto,
2008; Robinson et al, 2011; Latif dan Alkhateeb, 2012;
Tasumewada, 2013).
Persiapan finansial dilakukan agar individu dapat
memenuhi kebutuhan keuangannya di masa pensiun.
Studi telah menunjukkan bahwa seseorang telah
mempersiapkan keuangannya dengan baik di masa
sebelum pensiun dapat memenuhi kebutuhan gaya
hidupnya dengan layak di saat pensiun. Kegiatan ini
dapat berupa aktivitas menabung, mengikuti asuransi,
berinvestasi emas, dll (Berger dan Denton, 2004).
Selanjutnya adalah persiapan fisik, seseorang yang
memasuki masa pensiun tentulah secara umum sudah
tidak
berusia
muda
lagi.
Dengan
semakin
bertambahnya usia maka kondisi fisik seseorang akan

semakin menurun sehingga penting untuk memiliki
kondisi fisik yang bugar di masa pensiun agar tetap
mampu beraktivitas. Studi membuktikan bahwa
seseorang yang memiliki kondisi fisik bugar terbukti
memiliki tingkat kepuasan pensiun yang tinggi (Sofro,
2013).
Seseorang yang akan menghadapi masa pensiun
perlu melakukan persiapan mental atau pola pikir.
Otak manusia merupakan pusat kontrol segala sesuatu
yang terjadi dalam diri kita. Pusat kontrol ini tetap
bekerja selama kita hidup. Jadi, walaupun kita
mungkin sudah memasuki usia pensiun, bukan berarti
kita
tidak
bisa
belajar
sesuatu
yang
baru.
Untuk mendapatkan pola pikir atau sikap mental yang

positif memang tidak mudah, perlu dilatih sejak
sekarang, agar kita tidak menjadi frustasi ketika
memasuki usia pensiun. Studi yang dilakukan oleh
Hamdani (2012) menunjukkan bahwa seseorang yang
4

melakukan persiapan secara mental untuk menghadapi
pensiun memiliki kepuasan pensiun yang tinggi.
Kemudian persiapan kegiatan pengganti setelah
pensiun
juga
sangat
memengaruhi
kesiapan
menghadapi pensiun. Studi yg dilakukan oleh Latif dan
Alkhateeb (2012) menyatakan bahwa hal tersebut dapat
terjadi karena dengan adanya kegiatan pengganti
setelah pensiun kemungkinan bisa mendapatkan
pendapatan tambahan dan mengisi waktu luang.
Selain persiapan pensiun dari individu, persiapan

pensiun dari sisi organisasi juga dapat membantu
kesiapan seseorang dalam menghadapi masa pensiun.
Beberapa
studi
menunjukkan
bahwa
program
persiapan pensiun seperti pelatihan dapat membantu
persiapan pensiun (Ross dan Wills, 2009). Pelatihan
tersebut dapat berupa pelatihan manajemen keuangan,
wirausaha, dll. Hasil penelitian Robinsson et al (2011)
menunjukkan bahwa mereka yang mengikuti pelatihan
persiapan pensiun memiliki tingkat kepuasan yang
tinggi di masa pensiun. Selain mengadakan program
persiapan pensiun, beberapa organisasi memberikan
manfaat pensiun. Studi yang dilakukan Kim et al (2005)
menyatakan bahwa seseorang yang menerima manfaat
pensiun dari organisasi memiliki kepuasan pensiun
yang tinggi karena bagi mereka pemberian manfaat
pensiun dapat menambah pendapatan.
Salatiga merupakan salah satu kota yang berada
dalam wilayah provinsi Jawa Tengah. Pemerintah Kota
Salatiga terbagi dalam 26 Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD)dengan jumlah Pegawai Negeri Sipil
4.458 orang. Pada tahun 2015 terdapat 134 orang PNS
dari berbagai SKPD yang akan memasuki masa
pensiun. 60 orang di antaranya telah menyelesaikan
program pendidikan untuk mempersiapkan masa
pensiun pada bulan Juli 2014, sedangkan sisanya baru
akan menyelesaikan program pelatihan pada tahap
berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa persiapan menghadapi pensiun
dari individu, organisasi dan dukungan sosial dapat
5

memengaruhi kesiapan seseorang dalam menghadapi
pensiun. Meski demikian penelitian-penelitian yang
sudah dilakukan sebelumnya masih dilakukan secara
terpisah, sehingga perlu dilakukan penelitian yang
menggabungkan beberapa variabel tersebut secara
bersama-sama untuk melihat pengaruhnya terhadap
kesiapan pensiun Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pemerintah Kota Salatiga.

1.2

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
maka rumusan masalahpenelitian ini adalah :
(1) Apakah persiapan finansial berpengaruh terhadap
kesiapan
menghadapi
masa
pensiun
PNS
Pemerintah Kota Salatiga?
(2) Apakah persiapan fisik berpengaruh terhadap
kesiapan
menghadapi
masa
pensiun
PNS
Pemerintah Kota Salatiga?
(3) Apakah persiapan mental berpengaruh terhadap
kesiapan
menghadapi
masa
pensiun
PNS
Pemerintah Kota Salatiga?
(4) Apakah persiapan kegiatan pengganti berpengaruh
terhadap kesiapanmenghadapi masa pensiun PNS
Pemerintah Kota Salatiga?
(5) Apakah program persiapan pensiun berpengaruh
terhadap kesiapan menghadapi masa pensiun PNS
Pemerintah Kota Salatiga?
(6) Apakah pemberian manfaat pensiun berpengaruh
terhadap kesiapan menghadapi pensiun PNS
Pemerintah Kota Salatiga?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh dari faktor yang meliputi persiapanfinansial,
persiapan fisik, persiapan mental, kesiapan kegiatan
pengganti, program persiapan pensiun dan manfaat
pensiun terhadap kesiapan PNS Pemerintah Kota
Salatiga dalam menghadapi masa pensiun.
6

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
a. Bagi Pegawai NegeriSipil (PNS)
Dapat membantu memberikan informasi atau
gambaran
mengenai
hal-hal
yang
perlu
dipersiapkan Pegawai Negeri Sipil yang memasuki
masa pensiun, baik meliputi persiapan finansial,
persiapan fisik, persiapan mental, persiapan
kegiatan pengganti, program persiapan pensiun,
dan manfaat pensiun.
b. Bagi Pemerintah
Mendapatkan sumber informasi dan referensi pada
umumnya hal-hal yang perlu dipersiapkan Pegawai
NegeriSipil yang memasuki masa pensiun.
c. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat membandingkan antara teori yang ada
dengan situasi yang terjadi di lapangan dan
memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang manajemen terutama
mengenai persiapan menghadapi pensiun di
kalangan PNS Pemerintah Kota Salatiga.

7

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kecerdasan Adversity dengan Kecemasan Menghadapi Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil Golongan IV di Salatiga

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Badan Pertanahan Nasional Salatiga T1 162012006 BAB I

0 1 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kesiapan Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil Golongan III Ditinjau dari Jenis Kelamin

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Belanja Pensiun Pegawai Negeri pada Pemerintah Pusat

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Belanja Pensiun Pegawai Negeri pada Pemerintah Pusat

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor - Faktor yang Memengaruhi Kesiapan Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Salatiga T2 912012047 BAB II

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor - Faktor yang Memengaruhi Kesiapan Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Salatiga T2 912012047 BAB IV

0 2 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor - Faktor yang Memengaruhi Kesiapan Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Salatiga

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor - Faktor yang Memengaruhi Kesiapan Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Salatiga

0 0 36

T0__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Informasi Akuntansi Tunjangan Tambahan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil Dinas Sosial Kota Salatiga T0 BAB I

0 0 9