Perubahan Bunyi Bahasa Proto Austronesia Kedalam Bahasa Melayu Riau Dialek Kampar (Kajian Linguistik Historis Komparatif)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana penyampaian gagasan atau pikiran. Bahasa
adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1980:1). Bahasa muncul dan
berkembang karena interaksi antar individu dalam suatu masyarakat. Peranan
penting bahasa bagi masyarakat adalah sebagai media untuk mengekspresikan
diri, perasaan, pikiran, keinginan serta kebutuhannya, baik secara pribadi maupun
sosial.
Bahasa yang digunakan masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi pada
umumnya ada dua yaitu, bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Salah satu bahasa
daerah tersebut adalah bahasa Melayu Riau. Bahasa Melayu Riau tergolong
rumpun Austronesia yang digunakan masyarakat suku Melayu yang berada di
Provinsi Riau. Bahasa Melayu yang diteliti pada penelitian ini adalah bahasa
Melayu Riau Dialek Kampar yang berada di Desa Padang Sawah, Kecamatan
Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Bahasa Melayu Riau Dialek Kampar
selanjutnya ditulis BMRDK.
Bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan
dan perubahan itu terjadi karena adanya perubahan sosial, ekonomi, dan budaya.
Bahasa-bahasa yang ada sekarang ini tidak muncul begitu saja. Sebelum sampai

pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami
perjalanan sejarah yang panjang dari bahasa Proto (asalnya).

1
Universitas Sumatera Utara

Bahasa Proto Austronesia merupakan bahasa asal dari bahasa-bahasa di
Indonesia dan bahasa-bahasa yang tersebar luas di wilayah kepulauan di Asia
Tenggara.Bahasa Proto Austronesia sebagai bahasa asal (induk) mengalami
perubahan dalam bahasa turunannya. Bahasa Proto Austronesia selanjutnya ditulis
PAN.
Lingusitik Historis Komparatif adalah suatu cabang dari ilmu bahasa yang
mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur
bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut. Linguistik Historis Komparatif
mempelajari data-data dari suatu bahasa atau lebih, sekurang-kurangnya dalam
dua periode. Data-data dari dua periode atau lebih itu dibandingkan secara cermat
untuk memperoleh kaidah-kaidah perubahan yang terjadi dalam bahasa itu (Keraf,
1991: 22).
Perubahan bahasa merupakan suatu fenomena yang bersifat semesta dan
universal. Perubahan bahasa sebagai fenomena yang bersifat umum dapat dilihat

dari perubahan bunyi pada tataran fonologi yang merupakan tataran kebahasaan
yang sangat dasar dan penting dalam rangka telaah di bidang Linguistik Historis
Komparatif (Fernandez, 1996). Perubahan suatu bahasa dapat diketahui atau
dilacak dengan mengembalikan bahasa tersebut ke dalam bentuk bahasa Protonya,
dengan cara mengamati perubahan pada tahap yang paling awal, yaitu perubahan
dan pewarisan bunyi. Perubahan bunyi PAN dalam BMRDK berdasarkan macammacam perubahan bunyi yang dikemukan oleh Keraf (1991: 90) di antaranya:
1. Metatesis yaitu suatu proses perubahan bunyi yang berujud pertukaran
tempat dua fonem. Contoh, kata */t‟ilak/ → /kilat/ „kilat‟.

2
Universitas Sumatera Utara

2. Aferesis yaitu suatu proses perubahan bunyi berupa penghilangan
sebuah atau beberapa fonem pada awal sebuah kata. Contoh, kata
*/haŋin/ → /aŋin/ „angin‟.
3. Sinkop yaitu perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah atau
beberapa fonem di tengah kata. Contoh, kata */jawuh/ → /jauh/ „jauh‟.
4. Apokop adalah perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah
atau beberapa fonem di akhir kata. Contoh, kata */ikuy/ → /iku/
„ekor‟.

5. Protesis adalah perubahan bunyi yang berupa penambahan sebuah atau
beberapa fonem pada awal kata. Contoh, */kaw/ → /eŋkau/ „engkau‟.
Dan terjadi perubahan fonem */w/ → /u/ pada akhir kata.
6. Epentesis atau Mesogog merupakan proses perubahan bunyi berupa
penambahan sebuah atau beberapa fonem di tengah kata. Contoh,
*/dagiŋ/ → /dagioŋ/ „daging‟.
7. Paragog adalah proses perubahan bunyi berupa penambahan sebuah
atau beberapa fonem pada akhir kata. Contoh, */k∂za/ → /kojam/
„kejam‟. Pada kata PAN */k∂za/ terjadi penambahan fonem /m/ pada
akhir kata dan juga terjadi perubahan fonem */∂/ → /o/ dan */z/ → /j/.
Pewarisan bunyi PAN dalam BMRDK berdasarkan macam-macam pola
pewarisan yang dikemukan oleh Keraf (1991: 79) di antaranya:
1. Linear adalah pewarisan bunyi yang menurunkan bunyi yang sama ke
dalam bahasa sekarang dengan tetap mempertahankan ciri-ciri fonetis
fonem protonya. Contoh, */abu/ → /abu/ „abu‟.

3
Universitas Sumatera Utara

2. Inovasi adalah pewarisan bunyi yang terjadi bila suatu fonem proto

mengalami perubahan dalam bahasa sekarang.
Contoh, */baik/ → /elo?/ „baik‟.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik memilih judul “Perubahan
Bunyi Bahasa Proto Austronesia Ke dalam Bahasa Melayu Riau Dialek Kampar”
karena peneliti ingin mengetahui perubahan bunyi apa saja yang terjadi pada
PAN dalam BMRDK. Selain itu BMRDK dipilih sebagai bahasa yang diteliti
dalam rangka membina dan mengembangkan bahasa daerah, karena penelitian
terhadap bahasa daerah merupakan satu langkah wajib yang harus dilaksanakan.
Hal ini didasari oleh kesadaran bahwa bahasa daerah mempunyai fungsi dan
kedudukan yang penting dalam masyarakat Indonesia (Basuki, 1981: 1).
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Perubahan bunyi apa saja yang terjadi dari bahasa Proto Austronesia ke
dalam bahasa Melayu Riau Dialek Kampar?
2. Bagaimanakah pewarisan bunyi secara linear dan inovasi dari bahasa
Proto Austronesia ke dalam bahasa Melayu Riau Dialek Kampar?

1.3 Batasan Masalah
Sehubungan dengan rumusan masalah, penelitian ini akan difokuskan pada
bagian perubahan bunyi berdasarkan tempat yaitu metatesis, aferesis (apheresis),
sinkop (syncope), apokop (apocope), protesis, epentesis (mesogog), paragog, dan
pewarisan secara linear dan inovasi dengan menggunakan 200 kosakata dasar
Swadesh di Desa Padang Sawah, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar.
4
Universitas Sumatera Utara

1.4

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan dan menganalisis jenis-jenis perubahan bunyi dari
bahasa Proto Austronesia ke dalam bahasa Melayu Riau Dialek Kampar.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis pewarisan bunyi yang terjadi secara
linear dan inovasi dari bahasa Proto Austronesia ke dalam bahasa Melayu
Riau Dialek Kampar.

1.5


Manfaat Penelitian

1.5.1

Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dalam penelitian ini adalah:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang perubahan bunyi bahasa
Proto Austronesia dalam bahasa Melayu Riau Dialek Kampar.
2. Menjadi sumber masukan atau referensi bagi peneliti lain yang ingin
membicarakan perubahan bunyi bahasa Proto Austronesia dalam bahasa
Melayu Riau Dialek Kampar.
1.5.2

Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai upaya pelestarian bahasa Melayu Riau dari sisi bunyi yang
terkandung didalam bahasa tersebut.

2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat Melayu Riau atau lainnya
mengenai perubahan bunyi bahasa Proto Austronesia dalam bahasa
Melayu Riau Dialek Kampar.

5
Universitas Sumatera Utara

3. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya mengenai penerapan
Linguistik Historis Komparatif dalam bahasa Melayu Riau.

6
Universitas Sumatera Utara