Legalitas Status Perlindungan Climate Change Refugees Di Negara Penerima Ditinjau Dari Perspektif Hukum Internasional

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang, permasalahan perubahan iklim dianggap sebagai suatu
masalah yang cukup menjadi perhatian besar bagi umat manusia, dimana
perkembangan perubahan iklim memiliki efek yang tidak sederhana serta
perubahannya termasuk cukup cepat dari masa ke masa. Banyak buku, artikel,
serta penelitian yang membahas tentang perkembangan serta dampak atas
permasalahan perubahan iklim.1
Tantangan tentang permasalahan perubahan iklim sudah sangat jauh
berubah dari tahun 2005. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan para ilmuan
menyatakan bahwa efek yang dihasilkan oleh perubahan iklim di masa sekarang
sangatlah jauh dari apa yang telah diperkirakan sebelumnya.2
Berikut merupakan dampak dari perubahan iklim yang mempengaruhi
aspek-aspek penting dalam kehidupan kita, yaitu:
1. Aspek Pertanian
Banyak orang di seluruh dunia sangat bergantung pada budidaya pertanian
untuk mendapatkan sumber makanan atau penghasilan, baik dengan menanam
sendiri tanamannya maupun menjadi pekerja di perkebunan. Jika perubahan iklim
terjadi, maka hasil panen menurun, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
“Some changes in climate may result in increased precipitation and warmth,

resulting in improved plant growth. A gradual increase in warmth in a region will
                                                            
1
Pittock, A. Barrie,Climate change – the science,impacts, and solutions, CSIRO
PUBLISHING, hlm. Xiii
2
Loc.cit. 

1
Universitas Sumatera Utara

lead to earlier flowering and fruiting times, driving a change in the timing of life
cycles of dependent organisms. Conversely, cold will cause plant bio-cycles to
lag. Larger, faster or more radical changes, however, may result in vegetation
stress, rapid plant loss and desertification in certain circumstances.3
Sebagian tanaman mungkin akan hancur, sehingga semakin sulit
menghasilkan tanaman pangan yang baik, tingkat kesuburan sebagian tanah
berkurang sehingga tidak dapat digunakan sebagai lahan pertanian. Petani akan
semakin sulit mendapatkan makanan. Sebagian warga terpaksa harus pindah ke
tempat lain.

2. Aspek Kehutanan
Hutan menghasilkan makanan, kayu, dan produk-produk lainnya, seperti
rotan. Hutan juga membantu mencegah terjadinya polusi air, dan menghambat
erosi tanah. Hutan membantu menyimpan pasokan air karena hutan menyerap air
hujan pada musim penghujan dan melepaskannya di saat musim kemarau; Hutan
merupakan rumah bagi banyak hewan liar, burung, berbagai tanaman, dan
serangga. Keanekaragaman hayati ini sangatlah penting bagi sistem alami yang
membuat lingkungan berfungsi. Terjadinya perubahan iklim akan memperburuk
kondisi hutan, jumlah makanan dan produk hutan akan menurun, manusia yang
menjual hasil hutan akan semakin merugi; Fungsi hutan sebagai pengatur sistem
hidrologi dan penyaring air akan menjadi lemah. Kuantitas air tanah akan
berkurang dan kualitas air pun akan menurun. Dengan berkurangnya
keanekaragaman hayati, sistem alami tidak akan berjalan secara efektif. Tanaman
                                                            

 Lihat pada situs internet https://en.wikipedia.org/wiki/Climate_change#Vegetation,
diakses pada tanggal 03 Maret 2016. Pada pukul 19.48 WIB.
3

2

Universitas Sumatera Utara

akan semakin menderita karena perubahan iklim meningkatkan jumlah hama dan
penyakit.
3. Aspek Lingkungan
Musim kemarau yang lebih panas dan berkepanjangan, termasuk gelombang
panas, hujan yang berkurang di musim kemarau, dengan kekeringan yang parah.
Curah hujan yang berlebih di musim penghujan, Naiknya permukaan air laut yang
dapat mengakibatkan 94.000 orang yang tinggal di Pulau Kiribati yang ada di
daratan rendah harus memindahkan rumah mereka ke Negara lain, Pulau Tuvalu
yang dihuni oleh 10 ribu orang di negara kepulauan Pasifik terletak hanya
beberapa meter di atas permukaan laut dan terancam tenggelam karena permukaan
air laut naik secara signifikan karena pemanasan global, serta tempat-tempat lain
yang terancam akan tenggelam dikarenakan oleh dampak perubahan iklim
tersebut.4
Selama konferensi ilmu geologi Eropa, ilmuwan-ilmuwan memprediksi
bahwa mencairnya lapisan es dan memanasnya air laut bisa menaikkan ketinggian
air laut sebesar 1,5 meter. Ramalan ini tiga kali lebih besar daripada yang
dilaporkan oleh Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim Perserikatan
Bangsa-Bangsa (IPCC) tahun lalu. Temuan ini telah menaikkan keprihatinan dari

para imuwan maupun para pemerintah dari negara-negara yang ada di tepi pantai
dan kepulauan.5

                                                            

 Lihat pada situs internet
http://www.pemanasanglobal.net/kutub/kenaikan_permukaan_laut_dunia.htm, diakses pada
tanggal 5 Maret 2016. Pada pukul 20.04 WIB. 
5
 Loc.Cit.
4

3
Universitas Sumatera Utara

Dr. Benjamin Fong Chao adalah Dekan dari Institut Ilmu Bumi di
Universitas Nasional Pusat di Taiwan serta mantan peneliti di NASA mengatakan:
"Salah satu dampak utama dari pemanasan global adalah peningkatan level air
laut. Hal ini benar-benar menjadi masalah yang serius karena bagian penting dari
peradaban kita berada beberapa meter di atas permukaan laut. Jadi kenaikan air

laut berapa pun dan kapan pun akan mempunyai dampak yang besar bagi ekonomi
dunia dan kehidupan manusia. Sebagai negara kepulauan, Taiwan seharusnya
sangat bersungguh-sungguh dengan masalah ini. Selain itu permukaan laut seperti
thermometer yang menunjukkan keseriusan dari pemanasan global. Dalam
pandangan itu, masalah kenaikan air laut harus dimonitor dari dekat.”
Berdasarkan analisis terakhir yang dilakukan oleh tim Inggris-Finlandia,
permukaan laut selama 2000 tahun telah stabil. Pengukuran menunjukkan
peningkatan hanya 2 cm di abad ke-18 dan 6 cm di abad ke-19, tapi tiba-tiba
menjadi 19 cm atau lebih dari setengah kaki di abad yang lalu. Hal ini karena
mencairnya lapisan sungai es. Bagi ahli iklim, angka yang kecil ini sangatlah
berarti, dengan implikasi yang lebih kompleks dari yang dimengerti sejauh ini.6
Terkait dengan dampak ekstrim yang dihasilkan oleh perubahan iklim, maka
hal ini berpengaruh terhadap istilah keamanan nasional serta terhadap istilah
Refugee atau yang biasa disebut pengungsi. Pasca perang Dingin, istilah
keamanan nasional secara militer yang dulu dimiliki oleh situasi dunia yang
bipolar, mulai dipertanyakan. Konsep ini menghadapi tantangan dan akhirnya
berekspansi dengan tidak hanya menitikberatkan pada masalah militer saja.
                                                            
6


 Loc.Cit.

4
Universitas Sumatera Utara

Buzan dalam People, States and Fear menjelaskan bahwa ada pola baru dari
keamanan, yaitu: Politik, Militer, Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. Keamanan
secara mikro ini berkaitan langsung dengan kompleksitas masalah keamanan
manusia.7
Pada dasarnya, pengertian refugee menurut Konvensi 1951 tentang Status
Pengungsi, menjabarkan definisi pengungsi sebagai “seseorang yang dikarenakan
oleh ketakutan yang beralasan akan penganiayaan, yang disebabkan oleh alasan an
ras, agama, kebangsaan, keanggotaan kelompok sosial tertentu dan keanggotaan
partai politik tertentu, berada diluar Negara kebangsaannya dan tidak
menginginkan perlindungan dari Negara teresebut”.8
Dalam hal pengungsi lingkungan (climate change refugee), kasus Tuvalu,
rakyatnya tidak merasa terancam oleh negaranya karena alasan ras, agama,
kebangsaan, atau grup sosial. Negara disini tidak mampu memberikan jaminan
mengenai dasar yang fundamental, yaitu tempat tinggal (dalam hal ini tanah dari
negara Tuvalu sendiri), bukan karena kegagalan sistem negara, namun karena hal

yang tidak bisa dihentikan kedatangannya yaitu perubahan iklim.
Maka dari itu, dalam skripsi ini Penulis akan membahas tentang efek
perubahan iklim dan kaitannya dengan kehidupan umat manusia, serta
permasalahan status perlindungan bagi climate change refugee di Negara
Penerima ditinjau dari sisi hukum internasional.

                                                            
7
Lihat pada situs internet http://nopriagis-cipta-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail113681, diakses pada tanggal 28 februari 2016, pada pukul 15.00.
8
UNHCR : pengantar hukum pengungsi internasional, hlm. 5 

5
Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas
dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antara lingkungan, dampak perubahan iklim, dan
kehidupan manusia?

2. Apa perbedaan antara pengungsi Refugee yang disebabkan oleh konflik negara
dengan pengungsi yang disebabkan oleh perubahan iklim lingkungan (Climate
Change Refugee)?
3. Bagaimana status perlindungan climate change refugee di Negara Penerima
ditinjau dari sisi hukum internasional?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara lingkungan, dampak perubahan
iklim, dan kehidupan umat manusia;
2. Untuk mengetahui apa perbedaan antara pengungsi Refugee yang disebabkan
oleh konflik negara dengan pengungsi yang disebabkan oleh perubahan iklim
lingkungan (Climate Change Refugee);
3. Untuk mengetahui Bagaimana status perlindungan climate change refugee di
negara penerima ditinjau dari sisi hukum internasional.
Adapun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1) Manfaat teoritis, yaitu guna menambah wawasan bagi para mahasiswa, staf
pengajar, maupun praktisi hukum, praktisi lingkungan, serta praktisi hak

6

Universitas Sumatera Utara

perlindungan pengungsi mengenai status perlindungan bagi para pengungsi
lingkungan (Climate Change Refugee) dari sisi hukum internasional;
2) Manfaat Praktis, yaitu menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam
menyelesaikan permasalahan pengungsi lingkungan yang mungkin akan terjadi
di masa yang akan datang.
D. Keaslian Penulisan
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa
perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, maka diangkat suatu
materi dari mata kuliah wajib yaitu “Hukum Lingkungan Internasional” dan
“Hukum dan Hak Asasi Manusia”, dimana dalam mata kuliah tersebut terdapat
topik tentang perubahan iklim dan kaitannya terhadap status perlindungan hak
asasi manusia.
Oleh karena itu, diangkat masalah diatas untuk dituangkan kedalam sebuah
judul skripsi yaitu “Legalitas Status Perlindungan Climate Change Refugees di
Negara Penerima Ditinjau Dari Perspektif hukum Internasional”.
Dalam proses pengajuan skripsi ini, terlebih dahulu judul tersebut
didaftarkan ke bagian Hukum Internasional dan setelah diperiksa pada arsip yang
ada pada bagian hukum internasional, judul yang diangkat dinyatakan disetujui

oleh bagian hukum internasional pada tanggal
Atas

dasar

pemeriksaan

tersebut,

judul

yang

diangkat

beserta

pembahasannya belum pernah ada penulisannya pada bagian hukum internasional
khususnya dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada umumnya,
sehingga keaslian penulisan yang Penulis tuangkan dapat dipertanggungjawabkan.


7
Universitas Sumatera Utara

E. Tinjauan Pustaka
Adapun pengertian pengungsi lingkungan (climate change refugee) adalah
mengacu pada imigran yang terpaksa bermigrasi dari rumah mereka atau
melarikan diri dari daerah mereka karena kesejahteraan dan keamanan hidup
mereka terancam disebabkan oleh perubahan iklim. Perubahan iklim tersebut
termasuk peningkatan kekeringan, penggurunan, permukaan laut atau perubahan
mendadak dalam jangka panjang dalam lingkungan lokal dan kehidupan
masyarakat, dan perubahan pola cuaca musiman. Migran lingkungan mungkin
melarikan diri atau bermigrasi ke negara lain, mungkin juga migrasi internal di
dalam negeri mereka sendiri. Namun, istilah "migran lingkungan" sampai batas
tertentu dapat digunakan secara bergantian dengan serangkaian istilah yang serupa
seperti "pengungsi lingkungan", "pengungsi iklim", "migran iklim".9
Jadi maksud dari legalitas status perlindungan pengungsi lingkungan di
negara penerima ditinjau dari sisi hukum internasional adalah status perlindungan
yang sah dimata hukum internasional sehingga para pengungsi lingkungan dapat
memastikan hak dan kewajibannya sebagai pengungsi di negara penerima.
F. Metode Penelitian
Metode Penelitian hukum yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini
adalah metode penelitian yuridis normatif. Metode yuridis normatif digunakan
dalam penelitian ini guna melakukan penulusuran terhadap norma-norma hukum
yang terdapat dalam peraturan tentang refugee atau pengungsi serta untuk

                                                            
9

Lihat pada situs internet https://en.wikipedia.org/wiki/Environmental_migrant. diakses
pada tanggal 1 Maret 2016, pada pukul 16.05 WIB.

8
Universitas Sumatera Utara

memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di
perpustakaan, jurnal hasil penelitian, situs internet, koran, dan sebagainya.10
G. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran umum untuk memudahkan pemahaman materi skripsi ini,
maka Penulis membagi skripsi ini dalam 5 (lima) bab yang berhubungan erat satu
sama lain, dengan perincian sebagai berikut:
Bab Pertama, merupakan pendahuluan, pada bab ini akan diuraikan hal-hal
pokok yang menjadi dasar pemikiran dalam penulisan skripsi ini yang terdiri atas
latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode dan sistematika,
Bab kedua, membahas mengenai kajian umum tentang perubahan iklim
(climate change). Dalam bab ini akan diuraikan mengenai defenisi climate
change; perkembangan awal Perubahan iklim dari awal hingga saat ini; hubungan
antara lingkungan, akibat perubahan iklim, dan kehidupan manusia; dan dasar
hukum internasional yang berkaitan dengan perubahan iklim.
Bab ketiga, membahas mengenai kajian umum tentang pengungsi
lingkungan (climate change refugee). Dalam bab ini akan dibahas mengenai
pengertian dan jenis pencari suaka (Refugee), perbedaan antara pengungsi yang
disebabkan oleh perubahan iklim dengan pengungsi yang disebabkan oleh konflik
negara, dan dasar hukum yang berkaitan dengan perlindungan pencari suaka
(Refugee).

                                                            

 Bambang Sunggono. 2009. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 
10

9
Universitas Sumatera Utara

Bab keempat, membahas tentang legalitas status perlindungan pengungsi
lingkungan di negara penerima ditinjau dari perspektif hukum internasional.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai Climate Change Refugee ssebagai salah
satu permasalahan kemanusiaan, Climate Change Refugee dari sisi Negara
penerima, dan status perlindungan Climate Change Refugee dari perspektif hukum
internasional.
Bab kelima, merupakan bab penutup dari penulisan ini, yang berisi
kesimpulan dari keseluruhan uraian materi pembahasan disertai dengan beberapa
saran yang mungkin akan bermanfaat bagi pembaca skripsi ini.

10
Universitas Sumatera Utara