Bab III - Page 1 of 54 - DOCRPIJM 1501517555BAB III

BAB III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

   Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya, berisikan arahan

  3.1.1

  pembangunan berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015- 2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019.

Gambar 3.1 Visi & Misi RPJMN 2015 - 2019Gambar 3.2 Visi & Misi Renstra 2015 - 2019

3.1.2 Arahan Penataan Ruang, antara lain berisikan arahan penetapan Pusat

  Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), Kawasan Strategis Nasional (KSN) pada kabupaten/kota sesuai dengan amanat PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Bagian ini juga berisikan arahan spasial untuk Bidang Cipta Karya berdasarkan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.

  Arah Pengembangan Rencana tata ruang yang diakomodasikan dalam RTRW Kabupaten Minahasa Tenggara adalah untuk : 1.

  Mempersiapkan dukungan ruang bagi pertambahan penduduk dan kegiatannya selama 20 (dua puluh) tahun ke depan.

  Tujuan ini dapat diwujudkan melalui alokasi ruang dengan mempertimbangkan daya-dukung dan daya-tampung wilayah dan lingkungan, struktur dan pola kegiatan, distribusi demografi menurut ruang dan kegiatannya, serta kebijakan Nasional dan Provinsi yang perlu diakomodasikan di Kabupaten Minahasa Tenggara. Dukungan ruang untuk kegiatan yang dimaksud meliputi: ruang untuk kegiatan penunjang perumahan dan permukiman (sarana pendidikan, ibadah, kesehatan, perdagangan/niaga, pemerintahan); ruang untuk kegiatan industri; kegiatan pariwisata serta kegiatan pertanian dan budidaya lain.

  

2. Mempersiapkan dukungan ruang bagi infrastruktur (termasuk utilitas)

kawasan kabupaten untuk 20 (dua puluh) tahun ke depan. Tujuan ini

  dapat diwujudkan melalui pengembangan/peningkatan dan pemeliharaan dari infrastruktur kawasan yang meliputi : prasarana transportasi, sumberdaya air, telekomunikasi, dan energi.

  3. Merencanakan struktur ruang dan pola ruang untuk mengurangi

disparitas perkembangan dan pertumbuhan antar bagian wilayah.

  Tujuan ini dapat diwujudkan melalui perkuatan setiap bagian wilayah sesuai potensi dan kendala perkembangan yang dihadapi, terutama antara kawasan pedalaman dan perdesaan dengan kawasan di pesisir Kabupaten Minahasa Tenggara. Pengurangan disparitas tidak dimaksudkan sebagai pencapaian perkembangan dengan tingkat yang sama di antara seluruh bagian wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara, namun ditujukan untuk memperkuat daya saing masing-masing bagian wilayah secara proporsional sesuai potensi sumberdaya alam dan posisi geografis yang dimilikinya. Dalam hal ini, ketersediaan prasarana dan sarana produksi dan distribusi bagi bagian wilayah dengan tingkat perkembangan rendah menjadi signifikan, dimana upaya penyediaannya menjadi tanggungjawab Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, dan Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara.

  4. Merencanakan pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan kemampuan atau daya dukung setiap bagian wilayah.

  Tujuan ini dapat diwujudkan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya binaan secara berkelanjutan. Keragaman potensi lokal perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan, namun tetap memperhatikan daya-dukung lingkungan sekitar.

5. Merencanakan pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan.

  Tujuan ini dapat diwujudkan melalui pengelolaan dan pelestarian kawasan berfungsi lindung dan pengendalian kegiatan budidaya di Kabupaten Minahasa Tenggara. Kebijakan pembangunan yang berkelanjutan di Kabupaten Minahasa Tenggara menjadi landasan utama bagi pelaksanaan pengelolaan lingkungan secara taat asas. Oleh karena kawasan berfungsi lindung merupakan determinan dalam pemanfaatan ruang wilayah, maka pengembangan dan pengalokasian ruang budidaya dilakukan secara komplementer terhadap delineasi kawasan berfungsi lindung yang disepakati oleh para pihak.

  Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah

  Tujuan Bertolak dari arahan pengembangan di atas, maka tujuan penataan ruang Kabupaten Minahasa Tenggara adalah: 1. Ruang wilayah kabupaten yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan 2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; 3. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi

4. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah 5.

  Kseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah kecamatan; 6. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor 7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antara wilayah kota dan pedesaan

   Kebijakan dan Strategi Dasar

  Sesuai dengan kebijakan Nasional penataan ruang, serta visi, misi, dan tujuan pembangunan Kabupaten Minahasa Tenggara, maka kebijakan

  dasar penataan ruang wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara ditetapkan

  sebagai berikut : a. Membangun struktur ruang yang berhirarki untuk meningkatkan efisiensi sarana dan prasarana. b.

  Memprioritaskan pengembangan pusat-pusat kegiatan primer yang menyebarkan pengaruh kegiatan dibawahnya.

  c.

  Mempertahankan kawasan lindung sesuai dengan Kepres No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

  d.

  Mengembangkan kawasan budidaya sesuai dengan kebutuhan, potensi,dan kesesuaian lahan dengan memperhatikan Kepres No. 7 tahun 1989 tentang

  Pengelolaan Kawasan Budidaya.

  e.

  Menetapkan kawasan penghasil komoditi unggulan. Potensi perekonomian wilayah dengan komoditi unggulan dikembangkan dalam konteks menjangkau peluang pasar yang lebih luas, terutama di kawasan Indonesia bagian Timur.

  f.

  Membuka peluang bagi penyelesaian konflik kepentingan pemanfaatan ruang, baik antara kepentingan Provinsi dan Kabupaten; antar sektor; dan antara fungsi konservasi dengan fungsi budidaya.

  g.

  Membatasi pemanfaatan ruang di daerah permukiman yang berada di kawasan lindung.

  Strategi dasar penataan ruang wilayah di Kabupaten Minahasa Tenggara

  ditetapkan sebagai berikut : 1. Penetapan neraca lahan secara seimbang sesuai dengan amanat UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dan demi kelestarian lingkungan hidup.

  2. Pengalokasian ruang bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkuat kinerja

  Kecamatan Ratahan sebagai pusat utama/primer Kabupaten Minahasa Tenggara. Pusat utama Minahasa Tenggara akan didukung secara hirarkis oleh pusat-pusat lainnya pada ordinasi yang lebih rendah.

  3. Pengalokasian ruang bagi pengembangan sektor-sektor unggulan.

  4. Pengalokasian ruang berupa sentra-sentra produksi pangan bagi kegiatan-

  kegiatan untuk membangun ketahanan pangan di Kabupaten Minahasa Tenggara.

  5. Pengalokasian ruang untuk infrastruktur kawasan.

  Penetapan kawasan strategis kabupaten yang terdiri dari : kawasan strategis pemerintahan di Ratahan, kawasan strategis kelestarian lingkungan hidup di sekitar gunung soputan meliputi DAS Ranau Yapo.

  Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kabupaten

  1) Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi :

a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi

  wilayah kabupaten yang merata dan berhierarki; dan b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah kabupaten

  2) Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi: a. Menjaga keterkaitan antar kawasan kecamatan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;

  b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan; c. Mengendalikan perkembangan kecamatan-kecamatan pantai; dan

  d. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah kecamatan di sekitarnya. 3)

  Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi: a. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara; c. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energy terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; dan

  d. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.

  Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Kabupaten

  a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung kabupaten; dan

  b. Kebijakan dan Strategi pengembangan kawasan budidaya kabupaten c.

  Kebijakan dan Strategi pengembangan kawasan strategis kabupaten 1)

  Kebijakan pengembangan kawasan lindung kabupaten meliputi :

  a. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan

  b. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

  2) Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup meliputi: a.

  Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi; b.

  Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah kabupaten dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kabupaten sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan c. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah. 3)

  Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup meliputi: a. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup; b. Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

  c. Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya; d. Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan; e. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; f. Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan g. Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.

  (1) Kebijakan pengembangan kawasan budi daya sebagaimana dimaksud dalam

  Pasal 10 huruf b meliputi: a. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya; dan b.

  Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

  (2) Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya meliputi: a.

  Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis kabupaten untuk pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; b.

  Mengembangkan kegiatan budi daya sektor unggulan khususnya di dalam kawasan pedesaan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya; c. Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi; d. Mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya pertanian pangan diwilayah pedesaan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional; dan e.

  Mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi. (3) Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tamping lingkungan meliputi: a.

  Membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana; b. Pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan bencana, maka diberlakukan kawasan penyangga selebar 100 m mengelilingi batas kawasan c.

  Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan; dan d.

  Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil. Kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c meliputi: a.

  Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, dan melestarikan keunikan bentang alam.

  b.

  Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian kabupaten yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional;

  1) Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi: a.

  Menetapkan kawasan strategis kabupaten berfungsi lindung; b.

  Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis kabupaten yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; c.

  Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis kabupaten yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; d.

  Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis kabupaten yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya; e. Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis kabupaten yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; dan f. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis kabupaten. 2)

  Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian kabupaten meliputi: a.

  Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah; b. Menciptakan iklim investasi yang kondusif; c. Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan; d.

  Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan; e.

  Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan f. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

  Rencana Struktur Ruang (Sistem Jaringan Prasarana Bidang Cipta Karya).

  Rencana struktur ruang Kabupaten Minahasa Tenggara merupakan pengembangan fungsi kegiatan pelayanan di Kabupaten Minahasa Tenggara yang diwujudkan berdasarkan pengembangan fungsi kegiatan dan sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan yang dialokasikan secara terstruktur ke seluruh wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara. Rencana pengembangan struktur tata ruang dan sistem kegiatan pelayanan Kabupaten Minahasa Tenggara, ditujukan untuk membentuk satu kesatuan struktur tata ruang dan sistem kegiatan pelayanan agar berfungsi optimal sebagai pusat-pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan pelayanan di wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara. Beberapa pertimbangan rencana pengalokasian struktur tata ruang Kabupaten Minahasa Tenggara, diantaranya : 1. Kesesuaian dengan rencana struktur tata ruang yang lebih luas (makro).

  2. Memacu pertumbuhan dan mewujudkan pemerataan pembangunan

  keseluruh wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara melalui penyebaran pusat dan sub-pusat pelayanan secara berjenjang dan dihubungkan oleh suatu sistem jaringan transportasi, sehingga seluruh bagian wilayah dapat terlayani.

  3. Mendayagunakan fasilitas pelayanan wilayah kabupaten dan kecamatan

  yang penyebarannya dilakukan secara berjenjang sesuai kebutuhan dan tingkat pelayanan.

  4. Menciptakan interaksi yang kuat antara pusat dan sub pusat pelayanan kabupaten melalui pengaturan sistem jaringan transportasi.

  Hirarki pusat-pusat pelayanan yang akan dikembangkan di Kabupaten Minahasa Tenggara didasarkan atas jumlah penduduk yang harus dilayani oleh masing-masing pusat pelayanan, sehingga orientasi kegiatan penduduk tidak terpusat (terkonsentrasi) di pusat kabupaten saja, tetapi menyebar ke pusat-pusat pelananan yang dikembangkan di masing-masing lingkungan.

  Pengembangan pusat-pusat kegiatan ini dihubungkan oleh sistem jaringan jalan yang berhirarki melalui pengembangan sistem transportasi, sehingga membentuk satu kesatuan yang saling terintegrasi dan mudah dijangkau dari seluruh bagian wilayahnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka dilakukan beberapa strategi pengembangan struktur tata ruang kawasan sebagai berikut :

  1. Pengembangan pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan harus dapat menunjang pertumbuhan wilayah belakang yang dilayani, dengan memperhatikan kecenderungan perkembangan di Kabupaten Minahasa Tenggara secara keseluruhan;

  2. Meningkatkan fungsi dan peran Kabupaten Minahasa Tenggara sebagai pusat kawasan ekonomi khusus melalui pengembangan kegiatan industri, perdagangan dan jasa, dan penataan lokasi simpul-simpul kegiatan transportasi wilayah;

  3. Mengalokasikan berbagai fasilitas dan sarana kegiatan pelayanan kabupaten dan kota ke seluruh wilayah secara terstruktur;

  4. Menata perkembangan dan mengendalikan pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara.

  ❖ Rencana Sistem Permukiman

   Hirarkhi Pusat Pelayanan Wilayah 1.

  Penataan ruang Kabupaten Minahasa Tenggara perlu mempertimbangkan prinsip hirarki atau tata jenjang pusat pelayanan. Ini disebabkan karena terdapat beberapa fungsi pelayanan yang memiliki sifat pelayanan yang berjenjang, sehingga lebih efisien apabila ditata tersebar mengikuti pola penyebaran konsumennya secara hirarkis. Untuk itu, strategi pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan Kabupaten Minahasa Tenggara adalah untuk mengarahkan penataan ruang kabupaten dengan menciptakan efisiensi dan efektivitas pelayanan. Perumusan rencana struktur ruang bagi Kabupaten Minahasa Tenggara dilakukan dengan bertolak dari PP 26/2008 tentang RTRWN. PP 26/2008 telah menetapkan PKN, PKW, dan PKSN. Dengan kondisi yang demikian maka bagi Kabupaten Minahasa Tenggara dibutuhkan adanya kota di dalam wilayah kabupaten tersebut untuk dapat berperan sebagai PKL. Untuk itu diusulkan agar Kecamatan Ratahan dapat menjadi PKL bagi Kabupaten Minahasa Tenggara. Di samping PKL, bagi Kabupaten Minahasa Tenggara juga dibutuhkan adanya kota yang akan berperan sebagai PKL 1 yakni hirarkhi kota di bawah PKL, dan PKL 2 yakni hirarkhi kota di bawah PKL 1. Dengan demikian terdapat 3 hirarkhi kota : PKL, PKL 1 dan PKL 2. Kebutuhan akan PKL, PKL 1 dan PKL 2 dalam kerangka penataan ruang wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara tersebut dibangun berdasarkan :

  a.

  kinerja pemanfaatan ruang; b. perkembangan dan perubahan yang berlangsung dalam dasawarsa terakhir; serta

  

c. karakteristik fisik, ekologis, dan demografis, ekonomi dan sarana prasarana

wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara.

  Ratahan PKL Tombatu Belang PKL 1 PKL 2 Touluaan Ratatotok Posumaen

Gambar 3.3 Sistem Hirarkhi Kabupaten Minahasa Tenggara

  Sumber : RPIJM 2013

Tabel 3.1 Hirarki Sistem Pusat –Pusat Perkotaan di Kabupaten Minahasa

  Tenggara

  PKN PKW PKL PKL 1 PKL 2 1.

  1. Kawasan Tondano Kecamatan Kec. Kec. Toulaan

  Perkotaan (Arahan Ratahan Tombatu 2.

  Kec. Ratatotok

  • – Manado RTRWN 2.

  3. Kec. Kec. Pusomaen Bitung (Arahan PP Belang RTRWN PP 26/2008) 26/2008)

  Sumber : RTRWN (PP 26/2008), dan Hasil Analisis 2.

  Sistem Pusat –Pusat Perkotaan

  Berdasarkan kriteria tersebut maka hirarki pusat-pusat permukiman perkotaan di Kabupaten Minahasa Tenggara dapat ditentukan. Hirarki kota di Kabupaten Minahasa Tenggara dapat dilihat pada Tabel dan Gambar. Perkiraan jumlah penduduk maksimum untuk masing-masing hirarki pusat- pusat permukiman perkotaan di Kabupaten Minahasa Tenggara sampai tahun 2029 dapat dilihat pada Tabel dan Gambar

  Arahan Pengembangan Kawasan Perdesaan, Kawasan perdesaan adalah kawasan di wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara yang tidak ditetapkan sebagai kawasan perkotaan, sehingga kawasan perdesaan ini sifatnya menyebar di hampir seluruh wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara. Penggunaan ruang kawasan perdesaan biasanya berupa pertanian lahan basah, lahan kering, tanaman tahunan, perkebunan, hutan produksi dan bahan galian.

  Gambar 3. 4 Model Struktur Ruang Kabupaten Minahasa Tenggara

Tabel 3.2 Perkiraan Jumlah Penduduk Maksimum Masing-Masing Hirarki Pusat

  Permukiman di Kabupaten Minahasa Tenggara Sampai Tahun 2029

  Fungsi Kota Kota Penduduk Maksimum Sampai Tahun 2029 (Jiwa)

  PKN Kawasan Perkotaan Manado - Bitung

  PKL PKL 1 Tombatu Touluaan Ratatotok Belang Ratahan Posumaen Batas Kabupaten Batas Wilayah Pengembangan Batas Sub-Wilayah Pengembangan PKL 2

  • PKW Tondano -

  Penduduk Maksimum Fungsi Kota Kota Sampai Tahun 2029 (Jiwa)

  PKL (dengan fungsi Pusat Kecamatan 30,592 Pelayanan primer dan Ratahan Pusat pemerintahan) 1.

  PKL 1 (dengan fungsi Kecamatan 30,666 Pusat Pelayanan sekunder Tombatu dan Pusat Perdagangan dan Jasa) 2.

  PKL 1 (dengan fungsi Kecamatan 18,745 Pusat Pelayanan sekunder Belang dan Pusat Industri)

  1. PKL 2 dengan fungsi Kecamatan 16,221

  Pusat Pelayanan tersier Ratatotok

  2. Kecamatan 11,621

  Pusomaen

  3. Kecamatan 20,539

  Toulaan

Gambar 3.4 Peta Hirarki Sistem Pusat

  • –Pusat Perkotaan di Kabupaten Minahasa Tenggara Rencana Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan - Rencana Sistem Pembuangan Sampah Sistem pembuangan sampah di wilayah perencanaan pada saat sekarang belum dikelola khusus oleh suatu badan baik pemerintah maupun swasta. Sampai saat ini pelayanan dan pengelolaan sampah belum menjangkau ke seluruh wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara mengingat kondisi permukiman yang menyebar. Pembuangan sampah masyarakat secara umum masih dikelola sendiri oleh masyarakat dengan dibakar, ditimbun atau dibuang di sekitar pemukiman. Untuk menghindari terjadinya masalah-masalah lingkungan, seperti bahaya banjir akibat teralirkannya air hujan, polusi udara ataupun penyebaran penyakit, perlu dilakukan pengelolaan sampah secara terpadu. Rencana sistem pengelolaan sampah dititik beratkan untuk mencegah terjadinya masalah-masalah lingkungan, seperti pencemaran lingkungan, timbulnya genangan, gangguan estetika dan penyebaran penyakit. Dalam implementasinya pengembangan sistem pengelolaan persampahan diarahkan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, yang penanganannya diprioritaskan untuk daerah-daerah yang belum mendapat pelayanan dan daerah permukiman baru.
Proyeksi timbulan sampah dihitung berdasarkan asumsi kemampuan pengelolaan sampah wilayah yang sanggup menangani 70 % dari total sampah domestik dan non domestik. Dengan asumsi timbulan sampah adalah 2,5 liter/orang/hari maka timbulan sampah dapat dihitung. Dari hasil perhitungan prediksi timbulan sampah dapat disimpulkan bahwa bila dibandingkan dengan kondisi eksisting akan terjadi peningkatan volume timbulan sampah seiring dengan pertambahan penduduk. De-ngan demikian diperlukan prasarana dan sarana pembuangan sampah yang memadai sampai akhir tahun perencanaan (2028). Mengingat besarnya volume timbulan sampah yang akan terjadi, maka pengem-bangan dan peningkatan sistem pengelolaan persampahan merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan lagi, baik itu sumber daya manusianya (manajemen) maupun utilitas atau peralatan persampah-annya. Diharapkan hingga akhir tahun 2009 tingkat pelayanan direnca-nakan mencapai 50 % dan pada akhir tahun rencana diharapkan sudah dapat mencapai 80 %. Perkiraan kebutuhan peralatan yang meliputi : Gerobak Sampah 1 m3, TPS kontainer besi 10 m3, Truk terbuka 7 m3, Dump-truck 6 m3, dan Arm-roll truck 10 m3 untuk tiap kecamatan di Kabupaten Minahasa Tenggara sampai akhir tahun perencanaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

  Tabel 3. 3 Proyeksi Kebutuhan Persampahan Kabupaten Minahasa Tenggara

  Kebutuhan Fasilitas No. Uraian Satuan 2008 2009 2014 2019 2024 2029

  1 Volume Sampah lt/hari 59,881 68,914 115,960 166,259 223,170 277,309 Total 2 1) Ratahan lt/hari 18,481 21,269 35,788 51,312 68,877 85,585

  3 2) Tombatu lt/hari 13,611 15,664 26,357 37,790 50,726 63,032 4 3) Belang lt/hari 8,919 10,265 17,272 24,764 33,241 41,305 5 4) Touluaan lt/hari 9,029 10,391 17,484 25,068 33,649 41,812 6 5) Ratatotok lt/hari 7,418 8,537 14,364 20,595 27,645 34,352 7 6) Posumaen lt/hari 5,390 6,203 10,438 14,965 20,087 24,961

  8 Kebutuhan Peralatan 9 a. Gerobak Sampah buah

  9

  11

  19

  27

  35

  43

  1 m3

  10 1) Ratahan buah

  3

  3

  5

  8

  10

  13 11 2) Tombatu buah

  2

  2

  4

  6

  8

  9

  No. Uraian Satuan Kebutuhan Fasilitas 2008 2009 2014 2019 2024 2029

  2

  1

  1 29 6) Posumaen buah - - -

  1

  1

  1

  1 28 5) Ratatotok buah - -

  1

  1

  1

  1 27 4) Touluaan buah - -

  1

  1

  1

  2 26 3) Belang buah - -

  1

  1 30 d. Dump-truck 6 m3

  1

  1

  3 25 2) Tombatu buah -

  2

  2

  1

  1

  1

  9 24 1) Ratahan buah

  8

  7

  5

  2

  1

  1

  (40%)

  m3 (50%)

  2 33 3) Belang buah - - -

  1 38 1) Ratahan buah - - - - - 1 39 2) Tombatu buah - - - - - -

  buah - - - - -

  m3 (10%)

  1 37 e. Arm-roll truck 10

  1

  1 36 6) Posumaen buah - - - -

  1

  1

  1 35 5) Ratatotok buah - - -

  1

  1

  1 34 4) Touluaan buah - - -

  1

  1

  1

  buah

  1

  1

  2 32 2) Tombatu buah - -

  2

  1

  1

  1

  1

  8 31 1) Ratahan buah

  7

  5

  2

  1

  1

  buah

  2 23 c. Truk terbuka 7

  12 3) Belang buah

  3

  14

  9

  7

  6

  buah

  besi 10 m3

  4 16 b. TPS kontainer

  3

  2

  2

  1

  1

  5 15 6) Posumaen buah

  4

  2

  25 17 1) Ratahan buah

  1

  1

  6 14 5) Ratatotok buah

  5

  4

  3

  2

  1

  6 13 4) Touluaan buah

  5

  4

  3

  2

  1

  20

  2

  2

  1

  1

  1

  1

  3 22 6) Posumaen buah -

  2

  2

  1

  1

  1

  4 21 5) Ratatotok buah

  3

  2

  1

  1

  4 20 4) Touluaan buah

  2

  2

  3

  4

  6

  7 18 2) Tombatu buah

  1

  1

  3

  3

  4

  5 19 3) Belang buah

  1

  1

  1

  2

  40 3) Belang buah - - - - - - 41 4) Touluaan buah - - - - - - 42 5) Ratatotok buah - - - - - -

  Kebutuhan Fasilitas No. Uraian Satuan 2008 2009 2014 2019 2024 2029

  • 43 6) Posumaen buah - - - - -

  Dasar yang digunakan dalam rencana pengelolaan sistem jaringan persampahan di Kabupaten Minahasa Tenggara adalah :

  1)

  Perkembangan sosial, ekonomi dan perilaku masyarakat Kabupaten Minahasa Tenggara berbanding lurus dengan peningkatan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.

  2)

  Perlunya ada peningkatan peran serta masyarakat dalam sistem pengolahan sampah, karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam mengelola sistem persampahan.

  3)

  Partisipasi masyarakat dapat diwujudkan melalui kelompok

  • – kelompok swadaya yang ada di masyarakat seperti RT/ RW/ LKMD, misalnya melalui penimbunan sampah – sampah organic atau pembakaran sampah – sampah non organic. Dengan dasar pengelolaan seperti diatas, maka sistem pengangkutan dan pengolahan sampah dibedakan menurut karakteristik aktifitas tiap
  • –tiap daerah, yaitu :

1) Penanganan untuk permukiman daerah permukiman kepadatan rendah diharapkan

  masyarakat dapat secara mandiri mengelola sampahnya, melalui penimbunan bagi sampah

  • – sampah organic dan pembakaran untuk sampah – sampah non organic. Langkah ini selain dapat meringankan beban pemerintah juga merupakan langkah untuk meningkatkan kesuburan tanah.

  2)

  Untuk sampah dari permukiman dengan kepadatan sedang dan tinggi dapat dilakukan melalui pengumpulan sampah pada lokasi – lokasi tertentu untuk kemudian dapat diampil oleh petugas untuk dibuang ke TPA.

  3)

  Sampah

  • – sampah dari lingkungan aktifitas perdagangan dan jasa/ komersial menjadi tanggung jawab pemerintah untuk penanganan-nya dengan menggunakan sistem off site (pengangkutan) agar tercipta lingkungan yang bersih, rapi dan sehat.

  4)

  Untuk sampah dari aktifitas industri dapat juga dikelola secara mandiri oleh pemilik industri baik sistem on site maupun off site. Untuk sampah

  • – sampah non organic dengan volume yang cukup banyak harus dilakukan penanganan khusus agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya.

  Bab III - Page 19 of 54 Gambar 3.5 Rencana Lokasi TPA dan TPS

  Pengelolaan Limbah Cair dan Padat Sistem pembuangan limbah cair dan limbah udara di wilayah peren-canaan pada saat sekarang belum dikelola khusus oleh suatu badan baik pemerintah maupun swasta. Masalah limbah cair dan limbah udara belum merupakan suatu masalah yang harus ditanggulangi secara cepat. Untuk limbah cair hal ini disebabkan penduduk masih dapat menanggulangi sendiri yaitu dengan cara membuangnya ke saluran drainase. Sedangkan limbah udara, belum timbul. Untuk limbah padat jenis limbah padat yang perlu lebih diperhatikan penanganannya adalah limbah tinja dan limbah industri kecil. Hal ini terutama berkaitan erat dengan penyediaan prasarana sanitasi lingkungan dan upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Penanganan limbah padat pelaksanaannya perlu diusahakan sejak dini agar tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dan mengganggu kesehatan masyarakat.

  Pemenuhan kebutuhan jamban keluarga maupun jamban komunal serta MCK bagi masyarakat kurang mampu perlu lebih diperhatikan dengan menggunakan sistem sanitasi terpadu IPLT. Selain itu beraangsur

  • – angsur perencanaan penanganan limbah sudah harus dapat dikelola Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu 100 %. Artinya perlahan
  • – lahan terutama di wilayah – wilayah dengan kepadatan tinggi sudah dapat mengelola limbahnya dalam “satu atap” dengan sistem IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu). Sistem pengelolaan air limbah ini erat hubungannya dengan sanitasi atau kesehatan lingkungan, sehingga pengelolaan air limbah ini harus benar- benar direncanakan dengan sebaik mungkin untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan masyarakatnya. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, arahan rencana pengelolaan air limbah akan tetap dilakukan dengan menggunakan sistem pengolahan setempat (on site system sanitation), yaitu dengan mengembangkan sistem penggunaan tangki septik yang ada di tiap-tiap rumah dengan lebih meningkatkan kuantitas dan kualitasnya, serta sebaiknya melengkapinya dengan bidang resapan. Mengingat penyediaan WC yang dilengkapi tangki septik ini tidak semua golongan masyarakat mampu menyediakannya karena harus tersedia lahan yang cukup, maka dalam pengadaannya dibutuhkan batuan Pemerintah Daerah yang berupa penyediaan WC atau MCK umum. Adapun untuk pengelolaan limbah cair industri dapat dilakukan melalui kebijaksanaan Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara yang
mengharuskan pihak swasta pengelola kegiatan industri tersebut untuk menyediakan pengolahan limbah cair industri yang dihasilkannya, baik secara individu maupun secara komunal. Pengolahan limbah cair industri yang dikelola secara individu dapat dilakukan dengan mengharuskan pihak swasta pemilik kegiatan industri untuk membuat sistem pengolahan limbah cair industrinya sesuai ambang batas yang sudah ditentukan, sebelum limbah cair tersebut dibuang ke sungai atau ke laut agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Sedangkan pengolahan limbah cair industri yang dikelola secara komunal dapat dilakukan oleh beberapa industri sejenis yang ada atau oleh pengelola kawasan industri, yang menyediakan sistem pengelolaan limbah cair industri guna melayani kegiatan industri yang ada di kawasan tersebut.

  Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara

  Rencana pola ruang wilayah kabupaten memuat rencana pola ruang yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang wilayah provinsi yang terkait dengan wilayah kabupaten yang bersangkutan. Rencana penggunaan lahan di Kabupaten Minahasa Tenggara bertujuan agar setiap bagian wilayahnya dapat dikembangkan, sehingga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Minahasa Tenggara ini didasarkan pada pengembangan kegiatan-kegiatan yang dapat memicu pertumbuhan ekonomi wilayahnya. Dengan dikembangkannya kegiatan tersebut diharapkan dapat memberi pengaruh dan merangsang pertumbuhan kegiatan ikutan lainnya di wilayah sekitarnya. Kegiatan utama yang akan dikembangkan untuk memicu perkembangan Kabupaten Minahasa Tenggara adalah; kehutanan berupa hutan produksi, pertanian lahan basah dan lahan kering, perkebunan, industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri), pariwisata, perdagangan dan jasa. Kegiatan utama ini dilengkapi pula dengan kegiatan penunjang lainnya, diantaranya adalah kegiatan perkotaan lain, seperti kegiatan perumahan, hotel, restoran dan jasa pelayanan, perkantoran, kegiatan olahraga dan rekreasi serta kegiatan lainnya, guna untuk memenuhi kebutuhan penduduk Kabupaten Minahasa Tenggara yang diperkirakan cenderung terus berkembang di masa mendatang. Berdasarkan fungsi utamanya pemanfaatan ruang kabupaten dibedakan dalam kawasan budidaya dan nonbudidaya. Pengaturan kawasan ini ditujukan untuk menempatkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan karakteristik, sifat dan fungsi kawasan. Penetapan dan pengaturan kedua kawasan ini selanjutnya dijelaskan pada bagian berikut.

  ❖ Arahan Pengelolaan Kawasan Perumahan / Permukiman

  Menurut UU RI No.4 tahun 1992, Permukiman adalah merupakan suatu kawasan perumahan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk tertentu, yang dilengkapi oleh sistem prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja terbatas dan dengan penataan ruang yang terencana dan teratur sehingga memungkinkan pelayanan dan pengelolaan yang optimal. Selain itu permukiman dapat didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan dan penghidupan. Dalam suatu permukiman, setiap hunian yang ada merupakan bagian yang tidak dapat dilihat sebagai hasil fisik yang selesai melainkan, merupakan proses yang berkembang dan berkaitan dengan proses mobilitas penghuninya dalam kurun waktu tertentu. Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan bagian integral dari kehidupan seseorang atau keluarga yang dapat berkembang dan meningkat sesuai kondisi sumber daya serta pandangan atas kebutuhan sesuai persepsinya. Berdasarkan peningkatan jumlah penduduk maka perlu diperkirakan kebutuha lahan untuk kawasan permukiman. Dengan asumsi satu rumah dihuni 5 jiwa maka jumlah rumah yang dibutuhkan dapat diperkirakan. Dengan asumsi perbandingan ideal yang dibutuhkan dalam suatu pemukiman yaitu 1 : 3 : 6 maka besar kebutuhan fasilitas perumahan dapat diperkirakan untuk :

  2 a.

  . Tipe besar dengan luas Kapling tanah 600 m

  2 b.

  . Tipe sedang dengan luas Kapling tanah 300 m

  2 c.

  . Tipe kecil dengan luas kapling tanah 100 m

  Pemanfaatan ruang kawasan permukiman dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan : a.

  Terciptanya kegiatan permukiman yang memiliki aksebilitas dan pelayanan infrastruktur yang memadai sehingga perlu disesuaikan dengan rencana struktur tata ruangnya dan tingkat pelayanan wilayah (struktur/hirarki kota). b.

  Menyediakan permukiman untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan perkembangannya.

  c.

  Menciptakan aktivitas sosial ekonomi yang harmonis dengan seluruh komponen pengembangan wilayah seperti dengan aktifitas perdagangan dan jasa, industri, pertanian, dan lain-lain. Rencana pola pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman perkotaan dikembangkan dengan pola linier dan mengelompok mengikuti jaringan jalan utama. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan dilakukan pada wilayah-wilayah dengan konsentrasi penduduk tinggi dan memiliki lokasi yang strategis. Untuk kawasan permukiman pedesaan dikembangkan dengan pola mengelompok. Wilayah yang dikembangkan menjadi kawasan permukiman pedesaan adalah di seluruh kecamatan dengan lebih memperhatikan pengelompokan eksisting dan ketersediaan lahan untuk pertanian sebagai mata pencaharian serta tidak berada pada wilayah-wilayah rawan bencana. Tujuan pembangunan permukiman yaitu untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat; mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur; memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional; menunjang pembangunan di sektor ekonomi, sosial dan budaya. Terbukanya peluang di sektor pembangunan perumahan dan permukiman telah mendorong usaha pembangunan permukiman berskala besar baik oleh pemerintah (Perumnas) maupun oleh swasta (Real Estate),dengan tujuan dapat meningkatkan supply perumahan untuk memenuhi peningkatan

  demand akan perumahan, diharapkan dapat mengurangi beban pelayanan

  kota besar, memperkecil mobilitas penduduk di dalam kota besar maupun dengan wilayah sekitarnya, selain itu pengembangan permukiman berskala besar di bagian luar kota dapat menekan harga pembangunan dari segi infrastruktur dan daya dukung lingkungan. Pengembangan permukiman berskala besar di bagian luar kota dapat menekan harga pembangunan dari segi infra struktur dan daya dukung lingkungan. Pengembangan permukiman di bagian pinggiran atau luar kota besar akan memungkinkan untuk dapat menata lingkungan kehidupan yang lebih nyaman dan asri daripada di pusat kota (Sujarto, 1993). Arahan pengelolaan kawasan permukiman yaitu : a.

  Mengembangkan fungsi perkotaan berdasarkan arahan yang ditetapkan dalam hirarki pusat-pusat permukiman.

  b.

  Mengembangkan sarana dan prasarana permukiman perkotaan dan perdesaan untuk memacu percepatan pembangunan wilayah sekitar.

  c.

  Meningkatkan interaksi ruang antara perkotaan dengan perdesaan yang selaras dan optimal.

  d. Mengembangkan kawasan perumahan pada zona aman bencana.

  e.

  Membuat arahan dan mekanisme pengendalian pembangunan untuk menjamin perumahan dibangun pada kawasan aman bencana.

  f.

  Memperhatikan proyeksi pertambahan penduduk dengan ketersediaan lahan permukiman perlu atau tidaknya untuk pengembangan vertikal.

  g.

  Meningkatkan sumber-sumber air memperluas pelayanan air bersih sampai ke tingkat desa-desa;

  

h. Meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman yang sehat dan bersih;

i.

  Meningkatkan kualitas dan penyediaan fasilitas dan utilitas lingkungan/ pemukiman;

  j. Kebijakan pembangunan pada daerah pesisir/perumahan nelayan; k.

  Akses fisik ke kota/PKL terdekat.

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan StrategisDasar Penetapan

  Dasar penetapan kawasan strategis adalah sebagai berikut : a. Pengembangan sektor di wilayah tersebut mempunyai dampak yang luas, baik secara regional maupun nasional.

  b.

  Pengembangan sektor di wilayah tersebut membutuhkan ruang kegiatan dalam skala luas.

  c.

  Pengembangan sektor yang akan dikembangkan di atasnya mempunyai strategis tinggi dalam lingkup regional maupun nasional.

  d.

  Kawasan yang mempunyai prospek ekonomi yang tinggi sehingga membutuhkan penanganan yang mendesak.

  e.

  Kawasan kritis yang diperkirakan akan segera membawa dampak negatif, karenanya perlu dikendalikan dengan segera.

  f.

  Kawasan dengan fungsi khusus. ❖

  Sektor Strategis Berdasarkan hasil analisis, untuk Kabupaten Minahasa Tenggara Timur diidentifikasi ke dalam beberapa sektor strategis, yaitu : a.

  Sektor pertanian dan peternakan :

  1)

  Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan nilai PDRB Nusa Tenggara Timur dan dalam penyerapan tenaga kerja;

  2)

  Mempunyai lahan pertanian potensial dalam arti luas terutama untuk mendukung pengembangan peternakan, perkebunan, dan kehutanan yang pemanfaatan lahan pada saat sekarang masih belum optimal; b. Sektor pariwisata yang telah memberikan kontribusi bagi devisa negara dan pendapatan masyarakat :

  1)

  Potensi wisata yang ada di wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara Timur cukup beragam, berprospek cerah terdapat di seluruh Kabupaten;

  2)

  Prasarana dan sarana serta akomodasi (termasuk atraksi wisata) yang tersedia di lokasi wisata masih terbatas dan tergantung pada kebijaksanaan pengembangnya.

  c.

  Sektor industri :